Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Program Upaya Kesehatan Kerja pada Sektor Informal

Nurul Fitri Qur’ani Wahyuni 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kelompok pekerja sektor informal masih mendominasi di Indonesia.Di sisi lain, kelompok pekerja
Diterima 5 Maret 2020 sektor informal relatif kurang mendapat perhatian, sehingga untuk mendekatkan dan
Disetujui 1 September meningkatkan akses pelayanan kesehatan pada usaha sektor informal dibentuk adanya Pos
2020 UKK.Tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan program upaya kesehatan kerja pada sektor
Dipublikasikan 18 informal.Jenis penelitian ini adalah evaluatif dengan rancangan komparatif yang dilaksanakan
September 2020 pada September 2019 sampai November 2019.Informan penelitian ini ada 14 orang informan,
________________ terdiri dari informan utama yaitu 1 orang kepala puskesmas, 1 orang pengelola program upaya
Keywords: kesehatan kerja, 6 orang kader Pos UKK, dan informan triangulasi yaitu 6 orang pekerja. Teknik
Occupational Health Efforts pengambilan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini
Program, Informal Sector, menunjukkan bahwa dari 80 poin indikator, rata-rata persentase indikator penerapan yang sesuai
Puskesmas Bergas sebesar 22,5% (18 indikator), tidak sesuai sebesar 36,25% (29 indikator), dan tidak ada sebesar
41,25% (33 indikator). Simpulan dari penelitian ini yaitu penerapan program upaya kesehatan
____________________
DOI: kerja pada sektor informal di wilayah kerja Puskesmas Bergas menghasilkan rata-rata yang sesuai
sebesar 22,5%, artinya belum ada setengah poin-poin indikator yang dilaksanakan.
https://doi.org/10.15294
/higeia.v4iSpecial%201/
35737
Abstract
____________________
___________________________________________________________________
Informal sector workers were dominated in Indonesia. On the other hand, informal sector workers was received
relatively little attention, in order to got closer and improved access to health services in the informal sector
businesses the Pos UKK was formed. Research objective was to determine the application of occupational
health efforts programs in the informal sector. Type of research was evaluative with a comparative design in
September 2019 to November 2019. Research were 14 informants, main informants was 1 head of puskesmas,
1 manager of occupational health efforts program, 6 cadres of UKK Post, and triangulation informants were 6
workers. Sampling technique used purposive sampling. Results was the 80 indicator points, the average
percentage of the appropriate implementation indicator was 22,5% (18 indicators), 36,25% (29 indicators) was
inappropriate, and there was no 41,25% (33 indicator). The conclusion is the implementation of an
occupational health effort program in the informal sector in the work area of the Puskesmas Bergas produces an
appropriate average of 22,5%, it is no half-indicator points implemented.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: nurulfqw@gmail.com

101
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

PENDAHULUAN muncul pada sektor-sektor informal ini


(Widowati, 2018).
Sektor informal adalah sejumlah kegiatan Setiap tempat kerja memiliki potensi
ekonomi yang berskala kecil yang merupakan bahaya yang dapat menimbulkan penyakit dan
bagian dari angkatan kerja yang berada di luar kecelakaan pada pekerja. Selain berkaitan
pasar tenaga yang terorganisasi. Sehingga dengan bahaya di tempat kerja, permasalahan
mereka bukan perusahaan berskala kecil karena pada pekerja mencakup masalah kesehatan
sektor informal dianggap sebagai suatu umum, seperti penyakit menular langsung,
manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan penyakit bersumber binatang, penyakit tidak
kerja di negara yang sedang berkembang karena menular, masalah gizi, gangguan kesehatan
itu mereka yang memasuki kegiatan berskala reproduksi, kurangnya aktivitas/latihan fisik,
kecil ini (Widowati, 2018). gangguan kesehatan jiwa, kesehatan lingkungan
Menurut perkiraan terbaru yang yang kurang memadai, dan rendahnya PHBS
dikeluarkan oleh ILO, sebanyak 2,78 juta (Kemenkes RI, 2015).
pekerja meninggal setiap tahun di dunia karena Pekerja pada usaha sektor informal
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang
Sekitar 2,4 juta (86,3%) dari kematian ini memadai dan belum sesuai dengan permasalah
dikarenakan penyakit akibat kerja, sementara kesehatan yang dihadapinya mengingat selama
lebih dari 380.000 (13,7%) dikarenakan ini pelayanan yang diberikan bersifat umum,
kecelakaan kerja (ILO, 2018). belum dikaitkan dengan faktor risiko yang ada
Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan di tempat kerjanya dan waktu pelayanan di
tanggung jawab pemerintah, tetapi juga Puskesmas bersamaan dengan waktu kerja
tanggung jawab semua pihak, khususnya para sehingga sulit mendapatkan pelayanan
pelaku industri. Tujuan dalam penerapan K3 itu kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
sendiri sebenarnya adalah meningkatkan Perlunya mendekatkan dan meningkatkan akses
kesadaran dan ketaatan pemenuhan terhadap pelayanan kesehatan pada usaha sektor informal
norma K3, meningkatkan partisipasi semua dengan adanya Pos UKK (Kemenkes RI, 2015).
pihak untuk optimalisasi pelaksanaan budaya Menurut Permenkes No. 100 tahun 2015,
K3 di setiap kegiatan usaha dan terwujudnya Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) merupakan
budaya K3 atau banyak kecelakaan yang terjadi wadah untuk upaya kesehatan berbasis
dimana disebabkan oleh kurangnya kepedulian masyarakat pada pekerja sektor informal yang
terhadap keselamatan (Widowati, 2018). dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
Adanya kesadaran terhadap pentingnya dan bersama masyarakat pekerja melalui
keselamatan ini akan berpengaruh terhadap pemberian pelayanan kesehatan dengan
keselamatan pekerja, masyarakat, dan pendekatan utama promotif dan preventif,
lingkungan. Informasi kesehatan dan disertai kuratif dan rehabilitatif
perkembangan kesehatan kerja sektor informal sederhana/terbatas. Pos Upaya Kesehatan
relatif kurang mendapat perhatian, sehingga Kerja menjadi salah satu layanan kesehatan
perlu diantisipasi dan diberikan solusi bagi yang bisa diakses pekerja di wilayah tempat
berbagai hambatan dalam pelaksanaan K3 kerja.Hal ini mempermudah pekerja sektor
sektor informal di berbagai daerah, dengan informal memperoleh layanan kesehatan di
tujuan dapat meningkatnya akses pemerataan tempat kerja (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan
dan kualitas upaya kesehatan kerja informal permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan
dalam mewujudkan pekerja yang sehat, untuk mengetahui penerapan program upaya
mandiri, dan mempunyai produktivitas kerja kesehatan kerja pada sektor informal di wilayah
yang tinggi dapat tercapai. Selain untuk kerja Puskesmas Bergas. Perbedaan penelitian
mengurangi kejadian penyakit akibat kerja yang ini dengan penelitian sebelumnya adalah waktu

102
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

penelitian dan tempat penelitian. Pekerja (LBKP) Dinas Kesehatan Kabupaten


Semarang, serta dokumen atau informasi
METODE pendukung lainnya.
Teknik analisis data yang digunakan
Penelitian ini menggunakan jenis yaitu mengumpulkan data, mengklasifikan data,
penelitian evaluatif dengan rancangan dan menginterpretasikan data. Data
komparatif. Fokus penelitian ini adalah dikumpulkan dengan proses mencari dan
membandingkan standar UKK berdasarkan menyusun secara sistematik data yang diperoleh
Permenkes Nomor 100 Tahun 2015 tentang Pos dari wawancara, observasi di lapangan, dan
Upaya Kesehatan Kerja Terintegrasi dengan dokumentasi. Data diklasifikasikan dengan cara
penerapan UKK di Pos UKK wilayah kerja mengolah data ke dalam kategori, menjabarkan
Puskesmas Bergas. Penelitian ini dilaksanakan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
pada bulan September 2019 sampai November menyusun ke dalam pola, memfokuskan pada
2019 di Pos UKK wilayah kerja Puskesmas hal yang penting, dan membuang yang tidak
Bergas, Kabupaten Semarang. Ada 6 Pos UKK perlu. Data diinterpretasikan dengan penyajian
yang diteliti yaitu Pos UKK TPS Bergas Lor, data berupa membandingkan antara kondisi riil
Pos UKK Untung Lancar, Pos UKK Tahu di lapangan dengan standar acuan yang yang
Bakso, Pos UKK Barep Urip, Pos UKK Bodong berisi tentang persentase tingkat kesesuaian.
Buster, dan Pos UKK Empat Sekawan. Variabel Interpretasi data ini menggunakan metode
pada penelitian ini adalah sumber daya manusia komparatif.
pekerja, kader, dan stakeholder; pendanaan; Untuk menghitung tingkat kesesuaian
material sarana, prasarana dan peralatan; penerapan program UKK dapat dihitung
perencanaan; pengorganisasian; pelaksanaan dengan poin yang sesuai dengan total seluruh
kegiatan promotif, preventif, kuratif, rujukan poin dikalikan dengan 100. Maka didapatkan
dan pelatihan; dan pengontrolan. hasil tingkat kesesuaian dalam bentuk persen
Teknik pengambilan sampel penelitian atau menggunakan rumus:
ini menggunakan purposive sampling dengan
kriteria yaitu: 1) mengetahui dan memahami P(%)=
semua kebijakan yang ada di Pos UKK, 2)
mengetahui dan memahami terkait dengan
pengetahuan, sikap, dan tindakan Upaya HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesehatan Kerja, 3) mengetahui dan mengawasi
perencanaan kesehatan kerja dalam program Indonesia memiliki 1 kota dan 1
Upaya Kesehatan Kerja, dan 4) mengetahui kabupaten percontohan nasional program
adanya mobilisasi sumber daya dalam kesehatan kerja. Percontohan nasional
pelaksanaan program Upaya Kesehatan Kerja. kesehatan kerja untuk kota yaitu Kota Cilegon,
Teknik pengumpulan data penelitian ini sedangkan untuk kabupaten yaitu Kabupaten
menggunakan wawancara, observasi, dan studi Semarang. Kabupaten Semarang memiliki 26
dokumen.Sumber data yang digunakan dalam Puskesmas yang telah melaksanakan upaya
penelitian ini ada 2 sumber data yaitu sumber kesehatan kerja dengan jumlah unit Pos UKK
data primer dan sumber data sekunder. Data sebanyak 74 Pos. Ada 5 Puskesmas pelopor
primer yang diperoleh melalui wawancara dan program Upaya Kesehatan Kerja wilayah kerja
observasi, sedangkan data sekunder yang Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang di
diperoleh melalui studi dokumen yang ada di antaranya Puskesmas Bergas, Puskesmas
dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan Duren, Puskesmas Pringapus, Puskesmas
kab/kota meliputi jumlah Pos UKK se-Provinsi Bawen, dan Puskesmas Tengaran.
Jawa Tengah, nama-nama Pos UKK se-Provinsi Puskesmas Bergas menjadi salah satu
Jawa Tengah, dan Laporan Bulanan Kesehatan Puskesmas yang telah menerapkan upaya

103
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

kesehatan kerja di wilayah kerja Dinas UKK Bodong Buster, dan Pos UKK Empat
Kesehatan Kabupaten Semarang. Kecamatan Sekawan. Berdasarkan Profil Kesehatan
Bergas merupakan kecamatan di Kabupaten Puskesmas Bergas, jumlah total pekerja bidang
Semarang yang memiliki perkembangan industri informal di Kecamatan Bergas tahun 2018
cukup pesat, seperti industri baik besar, sedang, sebanyak 9.146 orang pekerja. Sementara total
kecil atau rumah tangga (Abdullah, 2010). pekerja bidang informal binaan Pos UKK
Puskesmas Bergas memiliki Pos UKK binaan wilayah kerja Puskesmas Bergas sebanyak 64
paling banyak di wilayah kerja Dinas Kesehatan orang pekerja. Berikut data jumlah pekerja
Kabupaten Semarang, selain Puskesmas Duren informal binaan Pos UKK wilayah kerja
dan Puskesmas Banyubiru, yaitu 6 Pos dari 74 Puskesmas Bergas pada grafik pie di gambar 1.
Pos (8,1%) di wilayah kerja Dinas Kabupaten Persentase perbandingan jumlah pekerja
Semarang. informal binaan Pos UKK wilayah kerja
Puskesmas Bergas terletak di wilayah Puskesmas Bergas yaitu Pos UKK TPS Bergas
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lor 10% (6 orang), Pos UKK Untung Lancar
Kecamatan Bergas secara geografis berbatasan 31% (20 orang), Pos UKK Tahu Bakso 9% (6
dengan Kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran orang), Pos UKK Barep Urip 19% (12 orang),
Timur di sebelah Utara, Kecamatan Bawen dan Pos UKK Bodong Buster 28% (18 orang), dan
Bandungan di sebelah Selatan, Kecamatan Pos UKK Empat Sekawan 3% (2 orang).
Pringapus di sebelah Timur, serta Kecamatan Informan penelitian ini terbagi menjadi 2
Bandungan dan Ungaran Barat di sebelah Barat. yaitu informan utama dan informan triangulasi.
Luas total wilayah Kecamatan Bergas adalah Informan utama dalam penelitian ini berjumlah
47,33 Km2. Jumlah penduduk pada tahun 2018 8 orang di antaranya 1 orang Kepala Puskesmas
adalah 68.435 jiwa, terdiri dari penduduk laki- Bergas, 1 orang Pengelola Program Upaya
laki 34.270 jiwa dan perempuan 34.165 jiwa. Kesehatan Kerja, 6 orang kader Pos UKK,
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah sementara informan triangulasi berjumlah 6
kerja Puskesmas Bergas pada September 2019 orang pekerja pada masing-masing Pos UKK
sampai November 2019.Pos UKK wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas Bergas.
Puskesmas Bergas yang dibina adalah Pos UKK Hasil dalam penelitian ini pada 8
TPS Bergas Lor, Pos UKK Untung Lancar, Pos informan utama dan 6 informan triangulasi
UKK Tahu Bakso, Pos UKK Barep Urip, Pos dengan total 80 indikator yang terdiri dari

Data Jumlah Pekerja Informal Binaan Pos UKK Wilayah


Kerja Puskesmas Bergas
3%

10%
TPS Bergas Lor
28% Untung Lancar
Tahu Bakso
31%
Barep Urip
Bodong Buster

19% Empat Sekawan


9%

Gambar 1. Data Jumlah Pekerja Informal Binaan Pos UKK Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

104
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Tabel 1. Hasil Program Upaya Kesehatan Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas
Kesesuaian
Poin Ada Tidak
No Parameter % Ada Sesuai Tidak Ada
Indikator Sesuai
f % f % f %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. Sumber Daya
Manusia 2 100% 1 50% 1 50% - -
(Pekerja)
2. Sumber Daya
22 100% 4 18,18% 9 41% 9 41%
Manusia (Kader)
3. Sumber Daya
Manusia 5 100% 1 20% 2 40% 2 40%
(Stakeholder)
4. Pendanaan 1 100% 1 100% - - - -
5. Material (Sarana) 1 100% 1 100% - - - -
6. Material
6 100% 1 16,67% 3 50% 2 33,33%
(Prasarana)
7. Material
8 100% 1 12,5% 6 75% 1 12,5%
(Peralatan)
8. Perencanaan 6 100% 4 66,67% - - 2 33,33%
9. Pengorganisasian 1 100% - - 1 100%
10 Pelaksanaan
Kegiatan 7 100% 3 42,85% 3 42,85% 1 14,3%
Promotif
11. Pelaksanaan
Kegiatan 12 100% 1 8,33% 2 16,67% 9 75%
Preventif
12. Pelaksanaan
1 100% - - 1 100% - -
Kegiatan Kuratif
13. Pelaksanaan
Kegiatan 1 100% - - 1 100% - -
Rujukan
14. Pelaksanaan
Kegiatan 6 100% - - - - 6 100%
Pelatihan
15. Pengontrolan 1 100% - - 1 100% - -
Total 80 100% 18 22,5% 29 36,25% 33 41,25%

sumber daya manusia pekerja dengan 2 bahwa dari 80 poin indikator, terdapat 18
indikator, kader dengan 22 indikator dan indikator yang sesuai (22,5%), 29 indikator tidak
stakeholder dengan 5 indikator; pendanaan sesuai (36,35%), dan 33 indikator tidak ada
dengan 1 indikator; material sarana dengan 1 (41,25%) pada sektor informal di wilayah kerja
indikator, prasarana dengan 6 indikator dan Puskesmas Bergas. Pembahasan yang diuraikan
peralatan dengan 8 indikator; perencanaan hanya indikator yang memiliki urgensi pada
dengan 6 indikator; pengorganisasian 1 program Upaya Kesehatan Kerja.
indikator; pelaksanaan kegiatan promotif Hasil penerapan UKK bagian sumber
dengan 7 indikator, preventif dengan 12 daya manusia pekerja yang tidak sesuai yaitu
indikator, kuratif dengan 1 indikator, rujukan indikator jumlah pekerja.Masih adanya jumlah
dengan 1 indikator dan pelatihan dengan 6 pekerja di Pos UKK wilayah kerja Puskesmas
indikator; dan pengontrolan dengan 1 indikator. Bergas yang kurang dari minimal yaitu kurang
Berikut rincian hasil penerapan UKK di wilayah dari 10 orang. Jumlah pekerja di sektor informal
kerja Puskesmas Bergas pada tabel 1. tidak menentu atau berubah-ubah karena tidak
Berdasarkan tabel di atas, diketahui adanya peraturan mengikat yang mengharuskan

105
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

sektor informal memiliki jumlah pekerja yang positif untuk kesehatan pekerja informal.
tetap. Selain itu, jumlah pekerja sektor informal Hasil penerapan UKK bagian sumber
dipengaruhi oleh permintaan produksi dari daya manusia stakeholder yang tidak sesuai
konsumen. Apabila permintaan menurun, maka yaitu indicator dukungan dari lintas sektor.
jumlah pekerja juga ikut menurun. Dampak dari Lintas sektor yang dimaksud yaitu dinas
kurangnya jumlah pekerja di Pos UKK yaitu kesehatan lingkungan hidup dan bank
rendahnya angka partisipasi dalam suatu negeri/swasta.
program yang menyebabkan tidak optimalnya Lintas sektor yang bekerjasama dengan
dampak promosi kesehatan yang telah Pos UKK wilayah kerja Puskesmas Bergas
dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan Denny hanya mendukung kegiatan pekerjaan dan
(2016) mengatakan partisipasi komunitas yang usaha di tempat usaha atau kerja, bukan
kurang menyebabkan berkurangnya dampak kegiatan di Pos UKK. Dukungan dari dinas
promosi kesehatan dari program yang kesehatan lingkungan hidup yaitu memberikan
diterapkan. mobil angkutan sampah untuk kegiatan
Hasil penerapan UKK bagian sumber mengangkut sampah. Sementara, dukungan dari
daya manusia kader yang sesuai yaitu indikator bank negeri/swasta yaitu untuk meminjamkan
jumlah kader. Menurut Permenkes Nomor 100 uang kepada pemilik usaha sebagai bantuan
Tahun 2015, jumlah kader paling sedikit 10% modal usaha.
dari jumlah pekerja. Minimal jumlah kader Hasil penerapan UKK bagian pendanaan
apabila jumlah pekerja ada 10 orang yaitu 1 yang sesuai yaitu indikator pendanaan Pos
orang kader, jumlah kader apabila jumlah UKK bersumber APBN, APBD, dan sumber
pekerja ada 20 orang yaitu 2 orang kader. Pos lain yang tidak mengikat. Pendanaan Pos UKK
UKK yang memiliki 1 kader Pos UKK yaitu sesuai karena bersumber dari dana bantuan
Pos UKK TPS Bergas Lor, Pos UKK Tahu operasional kesehatan (BOK). Adanya dana
Bakso, Pos UKK Barep Urip, Pos UKK Bodong yang dianggarkan untuk kegiatan UKK ini
Buster, dan Pos UKK Empat Sekawan, dapat mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan
sedangkan Pos UKK yang memiliki 2 kader Pos UKK. Dana ini menjadi hal yang penting dalam
UKK yaitu Pos Untung Lancar. menggerakan suatu program.
Hasil penerapan UKK bagian sumber Hasil penerapan UKK bagian material
daya manusia stakeholder yang sesuai yaitu sarana yang sesuai yaitu indikator lokasi Pos
indikator dukungan dari lintas program. Lintas UKK harus berada pada wilayah kelompok
program yang dimaksud yaitu dinas kesehatan pekerja.Material sarana ini sesuai karena lokasi
kabupaten dan puskesmas. Dukungan yang seluruh Pos UKK wilayah kerja Puskesmas
dilaksanakan di Pos UKK wilayah kerja Bergas berada di tempat usaha atau
Puskesmas Bergas berupa melaksanakan kerja.Adanya sarana berupa lokasi tempat Pos
pembinaan dan monitoring dari puskesmas dan UKK ini dapat mengoptimalkan pelaksanaan
dinas kesehatan kabupaten, memfasilitasi kegiatan UKK. Hal ini sejalan dengan Ristiani
material prasarana dan peralatan yang diberikan (2017) mengatakan bahwa ketersediaan sarana
oleh dinas kesehatan kabupaten, dan dan pemberian pelayanan kesehatan
melaksanakan pencatatan dan pelaporan. memengaruhi kepuasan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dijk Hasil penerapan UKK bagian material
(2017), dukungan untuk pelaksanaan kesehatan prasarana yang sesuai yaitu indikator Pos UKK
kerja ini menjadi peranan penting dalam memiliki kursi. Hasil penerapan UKK bagian
mendukung tenaga kesehatan pada pelayanan material prasarana yang tidak sesuai yaitu
kesehatan dasar dengan memberikan materi indikator Pos UKK memiliki meja dan alat tulis
pada pertemuan dan pelatihan, memberikan dan buku untuk pencatatan pelaporan.Hasil
kontribusi pada pelaksanaan kesehatan kerja penerapan UKK bagian material prasarana yang
yang lebih baik sehingga terjadi perubahan tidak ada yaitu indikator Pos UKK memiliki

106
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

tempat tidur dan buku panduan. Indikator dapat UKK memiliki timbangan dan alat ukur tinggi
dikatakan sesuai karena semua Pos UKK badan.Alat kesehatan berupa timbangan dan
memiliki dan layak pakai, indikator dapat alat ukur tinggi badan untuk melaksanakan
dikatakan tidak sesuai karena tidak semua Pos kegiatan promotif berupa penimbangan berat
UKK memiliki dan layak pakai, dan indikator badan dan tinggi badan.
dapat dikatakan tidak ada apabila semua Pos Namun tidak semua Pos UKK wilayah
UKK tidak memiliki. Prasarana ini berguna kerja Puskesmas Bergas memiliki alat ukur
untuk keberlangsungan pelaksanaan kegiatan. tinggi badan, hanya Pos UKK Untung Lancar
Apabila prasarana ini tersedia dan dapat dan Pos UKK Bodong Buster yang
digunakan, pemberian pelayanan kesehatan memiliki.Kegiatan penimbangan ini penting
kerja akan berjalan dengan optimal. untuk mencegah meningkatnya risiko berbagai
Hasil penerapan UKK bagian material macam penyakit yang disebabkan oleh indeks
prasarana yang sesuai yaitu indikator Pos UKK massa tubuh berlebih. Hal ini sejalan dengan
memiliki media komunikasi informasi edukasi penelitian Warganegara (2016) menyebutkan
(KIE).Media komunikasi informasi edukasi ini indeks massa tubuh (IMT) yang meningkat juga
dapat mendukung kegiatan penyuluhan yang meningkatkan risiko kanker payudara, kanker
dilakukan di Pos UKK. Hal ini sejalan dengan kolon, kanker prostat, kanker endometrium,
Rahmadiana (2012) yang mengatakan bahwa kanker ginjal, dan kanker hati.
media advokasi mampu membentuk sikap dan Hasil penerapan UKK bagian material
mengubah perilaku individu dengan cara peralatan yang tidak sesuai yaitu indikator Pos
meningkatkan kesadaran dan menambah UKK memiliki tensimeter digital dan alat ukur
pengetahuan tentang masalah kesehatan. lingkar perut.Alat kesehatan berupa tensimeter
Hasil penerapan UKK bagian material digital dan alat ukur lingkar perut untuk
peralatan yang sesuai yaitu indikator contoh melaksanakan kegiatan preventif berupa deteksi
APD sesuai dengan jenis pekerjaan. Semua Pos faktor risiko PTM dan kegiatan kuratif berupa
UKK wilayah kerja Puskesmas Bergas sudah pemeriksaan kesehatan pekerja.Namun tidak
memiliki APD dengan rincian sebagai berikut: semua Pos UKK wilayah kerja Puskesmas
Pos UKK TPS Bergas Lor, Pos UKK Untung Bergas memiliki tensimeter digital dan alat ukur
Lancar, Pos UKK Barep Urip, Pos UKK lingkar perut, hanya Pos UKK Untung Lancar
Bodong Buster, dan Pos UKK Empat Sekawan dan Pos UKK Bodong Buster yang
mendapat bantuan pemberian alat pelindung memiliki.Alat kesehatan berupa tensimeter
diri (APD) dari dinas kesehatan kabupaten digital dan alat ukur lingkar perut dapat
berupa satu paket alat pelindung diri seperti digunakan tenaga kesehatan untuk mendeteksi
sepatu boot, celemek, penutup kepala/tudung dini penyakit dari pekerja.
kepala, sarung tangan, dan masker. Sedangkan Hasil penerapan UKK bagian material
Pos UKK Tahu Bakso hanya masker karena peralatan yang tidak sesuai yaitu indikator Pos
belum terlihat keinginan memakai alat UKK memiliki P3K kit.Alat kesehatan berupa
pelindung diri masker dari pihak puskesmas. P3K kit untuk melaksanakan kegiatan kuratif
Alat pelindung diri dapat digunakan berupa melakukan pertolongan pertama.Namun
pekerja untuk melindungi diri dari risiko tidak semua Pos UKK wilayah kerja Puskesmas
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat Bergas memiliki P3K kit ini, hanya Pos UKK
kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Piri Bodong Buster yang memiliki P3K kit.Alat P3K
(2012) yang menyatakan penggunaan alat kit dapat digunakan sebagai alat pertolongan
pelindung diri (APD) dapat menurunkan pertama oleh kader dan pekerja saat terjadi
potensi terjadinya kecelakaan kerja pada kecelakaan akibat kerja.Menurut Surtiningsih
pekerja. (2016) mengatakan salah satu indikator
Hasil penerapan UKK bagian material keberhasilan penanggulangan medik penderita
peralatan yang tidak sesuai yaitu indikator Pos gawat darurat adalah kecepatan memberikan

107
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

pertolongan yang memadai kepada penderita dalam Kebijakan dan Strategi Pengembangan
gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari- Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia.
hari atau sewaktu bencana. Oleh karena itu, setiap pembentukan Pos UKK
Parameter perencanaan memiliki 6 harus memiliki kepengurusan Pos UKK secara
indikator dengan rincian 4 indikator sesuai yaitu tertulis.
melakukan sosialisasi di internal puskesmas, Hasil penerapan UKK bagian
pembentukan tim kesehatan kerja yang pelaksanaan kegiatan promotif yang sesuai yaitu
ditetapkan oleh kepala puskesmas, membuat indikator penyuluhan dan konseling kesehatan
rencana kerja untuk kegiatan pelaksanaan Pos kerja. Kegiatan penyuluhan dan konseling
UKK, dan survei mawas diri dan 2 indikator kesehatan kerja yang dilaksanakan adalah
tidak ada yaitu melakukan advokasi kepada penyuluhan tentang Cuci Tangan Pakai Sabun
pemerintah kecamatan/kelurahan/desa dan (CTPS), penyuluhan tentang keselamatan kerja,
melakukan pertemuan tingkat kecamatan dan penyuluhan tentang pemakaian alat pelindung
kelurahan/desa. diri (APD), dan konseling tentang risiko bahaya
Yunita (2011) mengatakan kurang penyakit tidak menular seperti hipertensi dan
sempurnanya usulan perencanaan bisa diabetes. Hal ini sejalan dengan penelitian Chen
disebabkan oleh kekurangan di bagian sumber (2010) yang mengatakan pemberian pendidikan
daya seperti kebijakan, tenaga, dana, sarana kesehatan kerja meningkatkan kesadaran
prasarana, serta data dan informasi.Selain itu, manajer dan pekerja akan pengetahuan
Sapri (2019) mengatakan camat memiliki peran kesehatan kerja di tempat kerja.
dalam musyawarah perencanaan pembangunan Hasil penerapan UKK bagian
di tingkat kecamatan. Oleh karena itu, kegiatan pelaksanaan kegiatan promotif yang sesuai yaitu
UKK ini dapat melibatkan pemerintah indikator surveilans kesehatan
kecamatan untuk mengadvokasi pekerja dan kerja.Pelaksanaan kegiatan Surveilans
kader dalam program UKK. Kesehatan Kerja di Pos UKK untuk
Berdasarkan pengabdian pada program memperoleh data dan informasi masalah
UKK dilakukan di Desa Demangan oleh kesehatan kerja secara sistematis dan terus
Rosanti (2017), masyarakat petani dapat menerus guna mengarahkan tindakan
menjalin kerjasama dengan puskesmas terkait pengendalian dan penanggulangan secara efektif
pelayanan kesehatan kerja dasar dan rujukan dan efisien. Maharani (2014) menyebutkan
pasien. surveilans harus mampu menyediakan data dan
Hasil penerapan UKK bagian informasi berkualitas untuk dasar pengambilan
perencanaan yang sesuai yaitu indikator pihak keputusan suatu intervensi.
puskesmas melakukan survei mawas diri. Hasil penerapan UKK bagian
Kegiatan ini merupakan kegaiatan pelaksanaan kegiatan promotif yang sesuai yaitu
mengumpulkan data dasar, informasi besaran indikator pencatatan dan pelaporan. Catatan
masalah pada pekerja, jumlah pekerja, jenis berupa catatan identitas pekerja(nama, usia,
pekerjaan di berbagai sektor khususnya pada jenis kelamin, dan alamat), catatan kesehatan
kelompok usaha skala mandiri dan kecil, sarana pekerja (berat badan, tensi darah, dan keluhan),
prasarana dan sumber daya di tingkat catatan alat pelindung diri, catatan P3K kit,
kecamatan/kelurahan/desa. laporan pelayanan kesehatan kerja informal,
Hasil penerapan UKK bagian laporan jumlah kegiatan promosi kesehatan,
pengorganisasian yang tidak ada yaitu indikator rekap laporan bulanan kesehatan kerja
Pos UKK memiliki kepengurusan Pos UKK. puskesmas, dan laporan keuangan bantuan
Menurut Subariyah (2017) mengatakan operasional kesehatan. Adanya pencatatan dan
pembentukan organisasi kepengurusan Pos pelaporan ini tenaga kesehatan dapat
UKK merupakan syarat dasar dalam awal menggambarkan masalah kesehatan yang ada di
pembentukan Pos UKK yang telah dijelaskan Pos UKK, sehingga dapat membantu untuk

108
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

menentukan kebijakan dalam program UKK yaitu indikator pengenalan risiko bahaya di
pada periode selanjutnya. Hal ini sejalan dengan tempat kerja. Pengenalan risiko bahaya di
penelitian Suryani (2013), data dan informasi tempat kerja berupa pengenalan risiko bahaya
yang lengkap akan membantu dalam yang mengarah ke risiko penyakit akibat kerja di
pengambilan keputusan yang tepat dan antaranya bahaya terhirup serbuk plastik atau
bermanfaat baik jangka pendek maupun jangka kain, bahaya memegang tumpukan sampah
panjang. basah, dan bahaya tergores botol.Pengenalan
Hasil penerapan UKK bagian risiko di tempat kerja bertujuan untuk mencegah
pelaksanaan kegiatan promotif yang tidak sesuai terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit
yaitu indikator aktivitas kebugaran bagi pekerja. akibat kerja. Rahma (2018) mengatakan
Kegiatan ini diganti dengan peregangan saat penyuluhan tentang potensi bahaya di tempat
jam 10.00 karena keterbatasan waktu yang kerja pada industri gamelan merupakan metode
dimiliki petugas kesehatan, kader, dan pekerja. efektif untuk meningkatkan keselamatan dan
Menurut penelitian Palar (2015), salah satu kesehatan kerja di tempat kerja.
aktivitas fisik yang dilakukan adalah latihan Hasil penerapan UKK bagian
olahraga aerobik. Jika latihan olahraga aerobik pelaksanaan kegiatan preventif yang tidak ada
teratur, aliran darah menjadi lancar dan yaitu indikator upaya perbaikan lingkungan
mempercepat pembuangan zat-zat sisa kerja.Kegiatan perbaikan lingkungan kerja di
metabolisme sehingga pemulihan berlangsung Pos UKK masih fokus pada penyuluhan
dengan cepat, dan seseorang tidak akan kesehatan kerja.Jika kegiatan upaya perbaikan
mengalami kelelahan setelah melaksanakan lingkungan kerja ini dilaksanakan berguna
tugas, serta masih dapat melakukan aktivitas untuk memberikan kenyamanan pekerja dalam
lainnya. bekerja agar tidak mengalami stres dan
Hasil penerapan UKK bagian kelelahan. Hasil penelitian Susilo (2013)
pelaksanaan kegiatan promotif yang tidak ada mengatakan bahwa lingkungan kerja fisik dan
yaitu indikator sarasehan intervensi. Kegiatan lingkungan kerja non fisik secara simultan
sarasehan intervensi berupa musyawarah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
masyarakat desa. Kegiatan ini tidak stres kerja karyawan. Besarnya kontribusi
dilaksanakan karena jumlah kader atau pekerja pengaruh lingkungan fisik dan non fisik
tidak mewakiliki jumlah masyarakat desa. terhadap stres kerja.
Menurut Restuastuti (2017), pemberdayaan Hasil penerapan UKK bagian
masyarakat dengan strategi kemitraan kelompok pelaksanaan kegiatan kuratif yang tidak sesuai
masyarakat merupakan kegiatan pembangunan yaitu indikator kegiatan pemeriksaan kesehatan,
kesehatan yang bertujuan meningkatkan P3P, dan P3K.Hal penting yang mendasari
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, P3P, dan
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat P3K di Pos UKK adalah memiliki kemampuan
kesehatan masyarakat yang tinggi. kader atau pekerja untuk memberikan
Hasil penerapan UKK bagian pertolongan pertama kepada kader atau pekerja
pelaksanaan kegiatan preventif yang sesuai yaitu yang mengalami kecelakaan akibat kerja
indikator penyediaan contoh dan kepatuhan dan/atau penyakit akibat kerja dan memiliki
penggunaan Alat Pelindung Diri. Kegiatan ini P3K kit sebagai peralatan pendukung
dilaksanakan di Pos UKK wilayah kerja pertolongan pertama.Akan tetapi, Pos UKK
Puskesmas Bergas. Hasil penelitian Piri (2012) yang memiliki kemampuan dan memiliki P3K
menyatakan bahwa penggunaan alat pelindung kit dalam melakukan pertolongan pertama
diri (APD) dapat menurunkan potensi hanya Pos UKK Bodong Buster. Tujuan
terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja. pertolongan pertama ini agar mengurangi angka
Hasil penerapan UKK bagian kesakitan dan kecacatan pada pekerja yang
pelaksanaan kegiatan preventif yang tidak sesuai terjadi kecelakaan kerja. Menurut Surtiningsih

109
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

(2016) mengatakan salah satu indikator kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
keberhasilan penanggulangan medik penderita Pos UKK dilaksanakan setahun sekali
gawat darurat adalah kecepatan memberikan berdasarkan laporan yang harus dibuat oleh
pertolongan yang memadai kepada penderita dinas kesehatan kabupaten, sedangkan menurut
gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari- Permenkes Nomor 100 Tahun 2015
hari atau sewaktu bencana. menyebutkan pelaksanaan monitoring dan
Hasil penerapan UKK bagian evaluasi program UKK dilaksanakan setiap 3
pelaksanaan kegiatan rujukan yang tidak sesuai bulan sekali. Menurut Kurniawan (2016)
yaitu indikator melaksanakan rujukan.Indikator monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan
ini tidak sesuai karena 5 dari 6 Pos UKK tidak sangat penting untuk memastikan ketercapaian
melaksanakan rujukan.Ada 1 Pos UKK yang sasaran program di tingkat pelayanan primer.
melaksanakan kegiatan rujukan yaitu Pos UKK
Untung Lancar. Rujukan yang dilakukan oleh PENUTUP
pihak Pos UKK Untung Lancar ialah merujuk
pekerja yang terkena getah bening. Kegiatan Simpulan penelitian ini yaitu penerapan
rujukan ini dapat mempengaruhi tindakan program upaya kesehatan kerja pada sektor
selanjutnya apabila terjadi kecelakaan akibat informal dari 80 indikator, rata-rata persentase
kerja dan/atau penyakit akibat kerja. indikator yang sesuai sebesar 22,5% (18
Hasil penerapan UKK bagian indikator), tidak sesuai sebesar 36,25% (29
pelaksanaan pelatihan yang tidak ada yaitu indikator), dan tidak ada sebesar 41,25% (33
indikator pelatihan kewirausahaan, pelatihan indikator). Penerapan program menghasilkan
perkoperasian, pelatihan P3K dan P3P, rata-rata yang sesuai sebesar 22,5%(18
pelatihan penggunaan alat pelindung diri indikator), artinya belum ada setengah poin-
(APD), pelatihan tentang faktor risiko penyakit poin indikator yang dilaksanakan.Pos UKK
pada pekerja, dan pelatihan perawatan mandiri. wilayah kerja Puskesmas Bergas yang memiliki
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan jumlah poin indikator tertinggi yaitu Pos UKK
pelatihan untuk kader Pos UKK tidak Bodong Buster sebanyak 38 indikator dan Pos
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari UKK Untung Lancar sebanyak 31 indikator.
Puskesmas karena rencana kerja tidak disetujui Kelemahan penelitian ini adalah kesulitan
oleh BOK. Petugas kesehatan untuk dalam menentukan faktor penyebab yang
mempersiapkan kader agar dapat menjalankan relevan secara aktual termasuk di antara banyak
kegiatan program upaya kesehatan kerja di Pos faktor dalam penelitian. Saran yang diberikan
UKK dengan baik. Kader Pos UKK harus diberi untuk peneliti selanjutnya yaitu melakukan
pelatihan dan peningkatan pengetahuan agar penelitian yang dapat menentukan faktor
dapat menjalankan kegiatan program UKK penyebab secara aktual.
dengan optimal. Asri (2019) menyatakan bahwa
sumber daya manusia yang berkualitas harus DAFTAR PUSTAKA
memiliki kemampuan pelaksanaan dengan baik
dan sesuai, hal itu didapatkan melalui pelatihan. Abdullah. 2010. Pengaruh Perkembangan Industri
Selain itu, Giri (2016) menyatakan bahwa kader terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah
Pos UKK diharapkan dapat melaksanakan Kecamatan Bergas. Tesis. Semarang:
peran dan fungsinya sebagai kader Pos UKK, Universitas Diponegoro.
yang salah satu peran dan fungsi kader Pos Asri, A. C., & Budiono, I. 2019. Pelaksanaan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
UKK melaksanakan kegiatan kesehatan di
Keluarga di Puskesmas. HIGEIA (Journal of
lingkungan kerja. Public Health Research and Development), 3(4):
Hasil penerapan UKK bagian 556–567.
pengontrolan yang tidak sesuai yaitu indikator Chen, Y., Chen, J., Sun, Y., Liu, Y., Wu, L., Wang,
monitoring dan evaluasi. Waktu pelaksanaan Y., & Yu, S. 2010. Basic Occupational Health

110
Nurul, F, Q, W. / Program Upaya Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Services in Baoan, China. Journal of Restuastuti, T., Zahtamal, Chandra, F., & Restila, R.
Occupational Health, 52(1): 82–88. 2017. Analisis Pemberdayaan Masyarakat di
Denny, H.M., Jayanti, S., Setyaningsih, Y., Bidang Kesehatan. Jurnal Kesehatan Melayu, 1:
Umamah, A., & Pigoramdhani, A.P. 2016. 14–19.
Pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja Ristiani, I. Y. 2017. Pengaruh Sarana Prasarana dan
pada Industri Kecil Pembuatan Alat Rumah Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Tangga Di Bugangan Kota Semarang. Pasien (Studi Pada Pasien Rawat Jalan Unit
KesMas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Poliklinik IPDN Jatinegoro). Jurnal
Universitas Ahmad Dahlan, 10(1): 65-68. Coopetition, 8(2): 155–166.
Dijk, F. van, & Buijs, P. 2017. Manual for Primary Rosanti, Eka., Andarini, Y. D. 2017. Program
Health Care on Basic Occupational Health Pendampingan Pembentukan Pos Upaya.
Services. Encouraging Publication from India, Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, 2(2): 104–
Focused on Informal Occupations. Asia Pacific 110.
Family Medicine, 16(1): 1-4. Sapri, Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., &
ILO. 2018. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Wirfandi. 2019. Peranan Camat dan
Pekerja Muda. Jakarta: ILO. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah
Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan
No 100 tahun 2015 Tentang Pos Upaya Kesehatan Enrekang Kabupaten Enrekang. MODERAT:
Kerja Terintegrasi. Jakarta: Kemenkes RI. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2): 33–48.
Giri, M.K.W. 2016. Pelatihan Keselamatan Dan Subariyah, R., Handayani, P., Situngkir, D., &
Kesehatan Kerja (K3) Pertanian Di Desa Heryana, A. 2017. Kajian Implementasi
Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Program Pos Upaya Kesehatan Kerja Di Wilayah
Tabanan. Jurnal Widya Laksana, 5(1): 47–51. Kerja Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Kota
Kurniawan, M. F., Siswoyo, B. E., Mansur, F., Jakarta Barat Tahun 2017. Skripsi. Jakarta:
Aisyah, W., Revelino, D., Gadistina, W. Universitas Esa Unggul.
2016. Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Surtiningsih, D., Cipto, S., & Hamid, M. A. 2016.
Kapitasi (Monitoring dan Evaluasi Jaminan Penerapan Response Time Perawat Dalam
Kesehatan Nasional di Indonesia). Jurnal Pelaksanaan Penentuan Prioritas Penanganan
Kebijakan kesehatan Indonesia, 05(03): 122–131. Kegawatdaruratan Pada Pasien Kecelakaan
Maharani, B. E., Hargono, A. 2014. Penilaian Di IGD RSUD Balung. The Indonesian Journal
Atribut Surveilans Campak Berdasarkan of Health Science, 6(2): 124–132.
Persepsi Petugas Surveilans Puskesmas di Suryani, N. D., & Solikhah. 2013. Sistem Pencatatan
Surabaya. Berkala Epidemiologi, 2(2): 171–183. Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Palar, C. M., Wongkar, D., & Ticoalu, S. H. R. 2015. Di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten
Manfaat Latihan Olahraga Aerobik Terhadap Dompu Provinsi NTB. Kes Mas: Jurnal
Kebugaran Fisik Manusia. Jurnal E-Biomedik Fakultas Kesehatan Masyarakat (Journal of Public
(eBM), 3(1). Health), 7(1): 27–32.
Piri, S., Sompie, B. F., & Timboeleng, J. a. 2012. Susilo, T. 2012. Analisis Pengaruh Faktor
Pengaruh Kesehatan, Pelatihan dan Lingkungan Fisik Dan Non Fisik Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Stres Kerja Pada PT. Indo Bali Di Kecamatan
Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Konstruksi di Negara Kabupaten Jimbaran Bali. Journal of
Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Media Industrial Engineering and Management, 2(2).
Engineering, 2(4): 219–231. Warganegara, E, Nur, N.N. 2016. Faktor Risiko
Rahma, R.A.A., Rudyarti, E. 2018. Efektivitas Perilaku Penyakit Tidak Menular. Jurnal
Pendampingan Pekerja dalam Meningkatkan Majority, 5(2): 88–94.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Sentra Widowati, E. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Industri Gamelan Kabupaten Ponorogo. Terapan pada Sektor Informal (Y. Setyaningsih
Journal of Social Dedication, 1(2): 93–101. (ed.)). Semarang: Cipta Prima Nusantara.
Rahmadiana, M. 2012. Komunikasi Kesehatan : Yunita, J. 2011. The Sources of Health in Implementation
Sebuah Tinjauan. Jurnal Psikogenesis, 1(1): 88– of Planning at Dinas Kesehatan Kabupaten
94. Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan Komunitas,
1(2): 76-89.

111

Anda mungkin juga menyukai