Anda di halaman 1dari 14

Terjemah Buku Al-Iqtishad Al-Islami Halaman 21-27

Pembahasan kedua: Perkembangan ilmu ekonomi Islam,

pengembangannya disertai dengan penjelasan isi yang mendasar secara

syariat Islam.

Sungguh dalam islam telah mengatur hubungan antara hukum ekonomi

dengan manusia, hubungan di dalam perserikatan dengan berbagai kehidupan yg

lain, maka ditetapkan halal dari ayat-ayat Al-qur’an, hadits-hadits Nabi tentang

hukum dasar ekonomi secara umum yang berhubungan dengan manusia secara

syariat Agama dalam mencukupi kebutuhan hidup.

Adapun ayat-ayat yang termasuk hukum-hukum halal dalam jual beli dan

mengharamkan Riba yaitu: ‫ واح ل اهلل ال بيع‬.... serta memasukkan cara penyelesaian

dari harta-harta riba seperti firman Allah Swt.: ‫وان تبتم فلكم‬.... seperti yang

dilakukan pencatatan notaris kontrak: (ayat)..., dan kebutuhan pemenuhan dengan

akad-akad: (ayat)...., atau seperti sistem tukar menukar barang, infaq, dan setoran

(sistem pinjam-balik), Allah Swt. berfirman: ‫كلوا واشربو‬.......

Adapun ayat yang menunjukkan haram memakan harta orang lain dalam Al-

Qur’an Allah Swt. Berfirman: .......‫ ان ال ذين ي أكلوا‬dan masih banyak ayat-ayat lain

yang menjadi dalil tentang ragam ekonomi yang ada didalam Al-Qur’anul Karim.

Dari hadits-hadits juga banyak yang menjadi dalil tentang ekonomi seperti

yang diriwayatkan dari Abu Bakar ra. dari Rasulullah Saw. tentang haramnya

harta rampasan (perampokan), Allah Swt. berfirman: .......‫ ان اهلل ق د ح رم‬, ada juga
dari sebagian ayat yang menjelaskan tentang hukum macam-macam Akad, seperti

akad salam, rahn, akad hiwalah, akad syirkah yang semua itu disetarakan.

Dalam masalah ini, maka Islam menetapkan ushul ekonomi sejak

dimulainya syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. untuk diterapkan

dalam aspek kehidupan yang kemudian dilanjutkan oleh para khulafaur rosyidin

setelahnya, akan tetapi dalam kehidupan kerap muncul permasalahan ekonomi

yang menjadi perkara utama harus dibatasi dan dikembalikan pada dua aspek

yaitu:

1. Kehidupan yang sederhana dan rendah hati dalam aktifitas ekonomi yang

mengurung mereka pada tanggung jawab pekerjaan, lahan pertanian yg

terbatas dan perdagangan yang semakin menyempit.

2. Menguatkan agama dari guncangan yang memungkinkan jiwa seseorang

supaya tidak melakukan kecurangan, tidak melakukan penipuan,

ketidakadilan dan melakukan penimbunan (monopoli).

Maka sekiranya manusia mulai memperlus kajian ilmu fiqih ekonomi dalam

bermuamalah yang dinukil dari para ulama’ yangg sudah meletakkan hukum-

hukum syariat yang ada pada zamannya dari berbagai masalah-masalah yang

dikategorikan, dibahas dalam masalah fiqih dari berbagai masalah ekonomi yang

sudah tertulis dari masalah ekonomi yang muncul pada abad ke-2 H dan

sesudahnya. Masalah-masalah ekonomi yang penting seperti zakat, kafarat, akad,

muamalah, nafkah, shodaqoh, mawaris, dan diyat. Di dalam kitab ini “Al

Madunatul Kubro” oleh Imam Malik dan “Al-Mabsut” oleh Sarkhasi dan “Al-

Am” oleh Imam Syafi’i dan “Al-Mughni” oleh Ibnu Qodamah.


Seperti yang dijelaskan dalam kitab-kitab khusus ekonomi, seperti Al-

Kharaj (Cukai atas tanah yang dikenakan kepada orang non muslim) oleh Abu

Yusuf, dan Al-Kharaj oleh Yahya bin Adam Al Farasyi, Al-Amwaal oleh Abi ‘Ied,

dan kitab Al-Iktisab Fi Rizqi Al Mustathob oleh Imam Assyaibani, Ahkam Syuqii

oleh Yahya bin Umar, dan kitab Albirkah Fi Fadhlu Assa’i Wal Harakah oleh

Muhammad Al Habsyi Alyumni, dan kitab-kitab Al-Hasabah oleh Ibnu Taimiyah

dan lain sebagainya dari kalangan para ulama.

Perkembangan studi ekonomi datang pada abad pertengahan ke-4 H ada

sebuah tradisi dipopulerkan dan ditutuplah pintu ijtihad disebagian besar kalangan

muslimin maka semakin sedikit studi keilmuan tentang masalah ekonomi yang

sangat penting, sama seperti perkembangan dari sebagian para imam-imam seperti

Syeikh Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim, dari berbagai jalan yang

mereka tempuh.

Setelah ditutupnya pintu ijtihad munculah pengaruh negatif dalam

mengembangkan studi ekonomi dimasa yang akan dating, sekiranya ada

metodologi baru yang mempelajari ilmu ekonomi dalam kehidupan manusia, tidak

memungkinkan para kaum muslim yang menemukan hukum syariah ekonomi

khususnya dan ada kelanjutan yang mengkaji studi Islam lebih jauh dari metode

keilmuan dan hukum-hukum syariah dari penerapan sampai pelaksanaan dalam

mayoritas negara islam, teruntuk pada ibadah dan hukum keluarga.

Selain itu bahwa para ilmuan muslim mulai menyadari dari kalangan

mereka untuk lebih fokus memperhatikan studi keislaman dan mencari hukum

islam dari berbagai aspek kehidupan yang mengenai studi ekonomi yang baru
muncul, dan memulai mencari akar konteks permasalahannya, dan memberikan

batasan yang benar dari permasalahan yang muncul itu melalui indikator dibawah

ini:

Indikator Pertama: Studi Ekonomi Terperinci,

Maksudnya adalah studi tematik ekonomi yang khusus seperti pembahasan

tentang riba, daftar harga, bank, asuransi, dan lain sebagainya yang dibahas

melalui sidang konferensi seperti kajian fiqh islam internasional pertama yang

diadakan di Paris pada tahun 1951 M, sidang kedua diadakan di Damasqi pada

tahun 1961 M, sidang ketiga yang diadakan di Kairo Mesir pada tahun 1967 M,

dan konferensi ilmiah ekonomi islam yang dilaksanakan di Mekkah Al-

Mukarromah pada tahun 1396 H. Kesemuanya itu menambah referensi-referensi

keilmuan, tesis dan disertasi, yang dapat dijadikan studi tematik di dalam

ekonomi.

Indikator Kedua: Studi Ekonomi Majemuk,

Maksudnya adalah memberikan pernyataan dari asalnya kebijakan ekonomi

yang dikarang oleh Dr. Muhammad Abdullah Al-Arabi dalam bukunya “Ekonomi

Islam Dan Ekonomi Modern” , dan ustadz Muhammad Baqir Ash-Shodri dalam

bukunya “Ekonom”, Dr. Muhammad Al-Fanjari dalam bukunya “Pendekatan

Ekonomi Islam” dengan penemuan yang berbeda.

Indikator Ketiga: Studi Ekonomi Historis,

Maksudnya adalah studi ekonomi dengan menggunakan sistem analisis

masa secara berkala yang diperoleh dari studi salah satu ilmuan islam. Contohnya
seperti desertasi oleh Dr. Ahmad Asy-Syafi’i Yaitu “Sistem Ekonomi pada Masa

Khalifah Umar bin Khattab”, Dr. Ibrahiim Al-Libani studi dari Ibnu Hazami

dengan judul “Hak Orang-Orang Fakir Memperoleh Sebagian Harta dari Orang

Kaya“ dan seorang orientalis dari paris Henry Louwist dalam bukunya yang besar

“Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang Masyarakat dan politik“, Dr. Muhammad bin

Mubarok dalam Bukunya “Pandangan Ibnu Taimiyah tentang Khalifah”, beserta

dengan pendekatannya dalam bidang ekonomi.

Indikator Keempat: Studi Ekonomi Sistematis pada Kajian Ekonomi Islam,

Sejak berdirinya Universitas Al-Azhar pada tahun 1961 M dengan kajian

ekonomi Islam pada fakultas Perdagangan Syariah, kemudian diikuti Universitas

King Abdul Aziz dimana studi ekonomi Islam di fakultas ekonomi dan

managemen administrasi mengalami kemunduran pada tahun 1384 H. Kemudian

usaha perluasan dilakukan secara bertahap dalam pembelajaran ekonomi di

fakultas kampus. Dalam perhitungan Daulah Islamiyah dan perkembangan

Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Al Islami terbagi dalam fakultas syariah

dengan memberikan lulusan dengan gelar yang tinggi di dalam ekonomi islam dan

gelar Magister yang dipilih Universitas Ummul Quro Mekkah ini.

Pembahasan Ketiga: Keterangan tentang penolakan penerapan

ekonomi Islam di dalam realita kehidupan orang Islam di seluruh dunia dan

pengaruhnya.
Seperti yang ada bahwa sudah hinggap di negara islam secara bertahap dari

masa kemasa, dan meninggalkan pengaruh yang buruk itu pada kehidupan umat

islam diantaranya:

1) Merubah dan mendorong kembali studi-studi Islam dari metodologi

pembelajaran yang umat islam haramkan dari penemuan para ilmuan

yang mana mereka mengembalikan pada hukum-hukum syariah sehingga

tidak memungkinkan adanya solusi yang menanganinya dari masalah-

masalah yang baru.

2) Mencegah ilmu fiqh Islam dari penerapan sistem pengadilan dan

mengganti menjadi dua hukum yang dituangkan didalamnya, dan oleh

sebab itu dapat menjauhkan seorang hakim dari syariat serta

partisipasinya dalam menuntaskan perkara manusia pada suatu golongan

bersama golongan yang lain dan diruju’ hanya pada syariat Allah.

3) Sistem masa yang menganut dua hukum yaitu disajikan dalam indikasi

sosialis atau kapitalis.

Ketiga masalah-masalah itu berisi tentang pelaksanaan ekonomi dari sistem

penerapan ekonomi syariah yang berada dalam kehidupan umat islam ekonomi

yang berkembang secara meluas dan bila ditemukan perkara yang baru yang tidak

ada dalam kitab-kitab fiqh maka seharusnya manusia mengembalikannya pada

sistem ekonomi syariah yang tidak ada dalam fiqih Islam.

Meskipun ada perhatian dari pemerintah Islam terkait studi keislaman yang

menyebar luas dan sangat cepat didalam ilmu perdagangan, maka kita akan

menemukan studi-studi Islam dibidang ekonomi namun tidak ditemukan adanya


perubahan kehidupan, adapun kajian ekonomi tidak adanya pengolahan hukum-

hukum secara terperinci seperti yang lain, atau penemuan hukum syariah yang

cukup sebagai alternatif untuk studi ekonomi, sebagian manusia memilih sistem

kerja berbayar yang menyimpang dari hukum-hukum fiqh Islam yang ada,

malahan mengembalikan pada pernyataan yang lemah dan menyebutkan juga

kurangnya ulama-ulama khusus ekonomi Islam maka para teknisi ekonom mereka

kekurangan pengetahun ilmu fiqh dan ushul fiqh, dan para fuqoha juga mereka

kekurangan pengetahuan studi ekonomi dan seni yang mengikuti didalamnya dan

ada yang tidak mengetahui dalamnya, atau mereka hanya melakukan sedikit

pembaruan atau bahkan menjadikan mereka pergi dari kegiatan studi ekonomi.

Berikut aturan-aturan Penerapan ekonomi islam dalam kehidupan kaum

muslim yang membawa pengaruh buruk yaitu:

1) Penyebaran riba secara menyeluruh dan mewarnai negara yang mayoritas

muslim dengan riba.

2) Perluasan didalam penyebaran sistem muamalah yang haram antara

sesama muslim misalnya seperti akad asuransi.

3) Mengganti hukum Allah, dan syariat yang diturunkan, sehingga

menjadikan umat muslim bermaksiat dan melakukan dosa terus menerus.

4) Membenarkan hukuman-hukuman menyimpang yang ditangguhkan.

5) Memberantas sebagian anak-anak muslim dari ilmu fiqh-fiqh agama, atau

pengetahuan tentang ekonomi Islam.


6) Meniadakan celah ruang bidang ekonomi islam untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem ekonomi modern, dan

kemewahan hidup manusia.

Dan tidak ada kutipan yang benar terhadap tujuan ekonomi Islam yang ada

didunia dan tujuan sistem lain yang menguntungkan, maka yang ada hanyalah

tidak adanya penghapusan monopoli yang dapat merusak pemasaran gandum,

sayur-sayuran hasil laut atau radiologi panas akan tetapi yang digunakan adalah

impor produksi barang yang berlebih pada negara lain.

Adapun tujuan yang menguntungkan, adanya penemuan dua hukum dan

sistem yang benar pada ranah ini, maraknya sitem yang serupa pada monopoli,

atau adanya perampasan dari bangsa-bangsa maju yang membawa kerusakan atau

dari sistem monopoli kendaran terhadap penghasilan negara yang terpuruk.

Pembahasan Keempat: Dasar-dasar ekonomi islam

Ekonomi Islam berdiri atas tiga pilar:

Dasar Pertama: Peningkatan kepemilikan

Peningkatan kepemilikan adalah kepemilikan khusus, kepemilikan umum,

dan juga bisa mengambil semua dari keduanya yang menjadi pemicu pada

kepemilikan yang menguntungkan.

Ekonomi Islam berdiri atas dua kepemilikan yang terhubung dalam kesatuan

seperti satu sifat asal yang hanya sementara, yaitu pengakuan kepemilikan pribadi

dan pengakuan kepemilikan umum yang menjadikan setiap keduanya pada ranah

yang luas yang memungkinkan ada kegiatan di dalamnya.


Dan diantara unsur-unsur ekonomi Islam yaitu adanya realisasi modal

antara minat individu, dan minat kelompok dan saling mengakui antara penamam

modal selama tidak adanya konflik antara keduanya, atau yang memungkinkan

ada ketidaksesuaian dintara mereka.

Adapun jiika ada konflik diantara minat kepemilikan pribadi dan minat

kepemilikan umum diatas kepemilikan pribadi.

Dan diantara bukti atas masalah itu dapat dilihat pada salah satu riwayat dari

Abbas bahwasannya Nabi Saw. bersabda: “Dan tidak boleh melakukan jual beli

tanpa bertransaksi langsung”, karena adanya transaksi akan lebih bijaksana

didalam menentukan sebuah harga dari apa yang dijual belikan dengan kemaun

seorang pembeli, kemudian seorang penjual dapat mengambil keuntungan atas

apa yang ia jualkan dan tidak ada larangan di dalamnya karena seorang pembeli

dapat menawar apa yang ia inginkan dengan harga yang rendah dari apa yang

hendak ia beli.

Dan juga dibuktikan dengan hadits Rosulullulah Saw. yang diriwayatkan

oleh Jabir: “Jangan membeli barang dari seorang penipu”. Seorang penerima

dapat membeli barang dengan harga yang murah, dan jual beli dengan

mendapatkan keuntungan karena itu adalah hak pribadi dan tidak ada larangan

justu akan mendapat kemanfaatan yang besar dikalangan manusia daripada

mereka yang suka melakukan kecurangan dengan melebihkan harga padahal

umumnya bisa dibeli dengan harga yang murah.

Ada dari sebagian fuqoha’ yang mengeluarkan fatwa makanan yang

diperoleh dari hasil monopoli yang kemudian menjualnya kepada manusia,


masalah yang seperti ini dalam islam tidak boleh mengajukan kepemilikan umum

diatas kepemilikan pribadi dan juga mengambil hak manusia dengan cara yang

batil/buruk.

Dasar Kedua: Kebebasan ekonomi yang terbatas

Terbatasnya kebebasan dalam ekonomi Islam maksudnya adalah adanya

suatu perizinan syariah dalam poduksi barang, dan cara pengelolaannya berbeda

dengan sistem kapitalis yang sistemnya tidak menggunakan batasan atau

perizinan, dan kebebasan pribadi menjadi mutlak dalam produksi dan

pengelolaan.

Dan berbeda dengan sistem sosial yang mana keluar dari sistem kebebasaan

pribadi sistem ini dapat mencegah konsumen dari kepemilikan pribadi. Perizinan

syariah yang menjadikan kepemilikan pribadi harus memenuhi tiga hal yaitu:

1. Adanya aktifitas ekonomi Islam yang berlandaskan ketaatan dan ibadah

kepada Allah disegala kegiatan manusia dan semua perkerjaan mereka

sehari-sehari hanyalah untuk beribadah kepada Allah.

Penyelewengan sebuah pelatihan atau ragam aktifitas dari setiap individu

adalah yang tidak sesuai dengan tujuan Islam, sebagai contohnya adalah

tidak adanya etika, nilai spiritual bermuamalah seperti praktek riba,

monopoli, menipu ketidakadilan dari setiap akad didalamya terdapat

penipuan.

2. Adanya asuransi negara yang menjamin dan melindungi keselamatan

umat, dan penjaminannya dari kebebasan pribadi yang didalamnya ada


pelatihan ekonomi yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam

Islam, dan kekuasaan Islam yang tinggi sebenarnya memerintahkan pada

ketaatan dalam ranah syariat, seperti apa yang difirmankan Allah: ‫يايهاالذين‬

‫ امنوا‬.... aturan Islam ini juga Nabi Saw. mengatakan: “Janganlah berbuat

kerusakan maka tidak akan ada kerusakan “

3. Seorang muslim harus bisa mengambil pengaruh yang baik bagi dirinya

dan orang lain, dan dapat mengendalikan diri dari setiap perubahan yang

ada dengan mengambil hal yang bermanfaat dan mudhorot bagi

oranglain.

Sesungguhnya manusai berada dalam bayangan kehidupan islam yang

benar, manusia diarahkan untuk dapat mengikuti petunjuk dari islam secara baik

dan sopan tanpa merasa dirinya dirugikan dengan petunjuk itu, karena islam tidak

mengajarkan kebebasan kecuali dalam pesan bayangan didalamnya.


Daftar Tabel Istilah

Ekonomi Islam
‫االقتصاد االسالمى‬
Jual Beli
‫البيع‬
Riba
‫الربا‬
Pemenuhan Akad-Akad
‫بالوفاء بالعقود‬
Harta Rampasan
‫االعتداء عال األموال‬
Kehidupan yang Sederhana
‫فقرا لبيئة‬
Kecurangan
‫تدليس‬
Penipuan
‫غنب‬
Penimbunan (Monopoli)
‫احتكار‬
Studi Ekonomi Terperinci
‫الدراسات االقتصادية اجلزئية‬
Studi Ekonomi Majemuk
‫الدراسات االقتصادية الكلية‬
Studi Ekonomi Historis
‫الدراسات االقتصادية التارخيية‬
Studi Ekonomi Sistematis pada Kajian
Ekonomi Islam ‫الدراسات االقتصادية ملدة االقتصاد االسالمى‬
Asuransi
‫التأمني‬
Peningkatan Kepemilikan
‫امللكية املزدوجة‬
Kebebasan Ekonomi Terbatas
‫احلرية االقتصادية املقيدة‬
Sistem Kapitalis
‫النظام الرامسال‬
Daftar Harga
‫التسعري‬
Cukai Hasil Tanah yang Dikenakan
kepada Orang Non Muslim ‫اخلراج‬
Bank
‫املصارف‬

Kesimpulan

Islam menetapkan ushul ekonomi sejak dimulainya syariat Islam yang


dibawa oleh Rasulullah Saw. untuk diterapkan dalam aspek kehidupan yang
kemudian dilanjutkan oleh para khulafaur rosyidin setelahnya, lalu manusia mulai
memperlus kajian ilmu fiqih ekonomi dalam bermuamalah yang dinukil dari para
ulama’ yangg sudah meletakkan hukum-hukum syariat yang ada pada zamannya,
yang muncul pada abad ke-2 H dan sesudahnya.

Indikator Studi Ekonomi Islam ada 4: 1) studi ekonomi terperinci, 2) studi


ekonomi majemuk, 3) studi ekonomi historis, 4) studi ekonomi sistematis pada
kajian ekonomi Islam.

Ekonomi Islam berdiri atas tiga pilar: 1) peningkatan kepemilikan, 2)


kebebasan ekonomi yang terbatas, 3) jaminan sosial.

Anda mungkin juga menyukai