Anda di halaman 1dari 28

WAWASAN KEBANGSAAN

KELAS A

KELOMPOK A

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dikerjakan


dengan kerjasama dalam kelompok dan bantuan teman-teman lainnya.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................5
1.3 Tujuan ...........................................................................................................6

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawasan Kebangsaan ...............................................................7


2.2 Aktualisasi Wawasan Kebangsaan ...............................................................8
2.3 Pendidikan Karakter Bangsa Secara Terpadu .............................................10
2.4 Perkembangan pemahaman nilai-nilai wawasan kebangsaan......................11
2.5 Pengertian, hakikat dan prinsip serta perkembangan Wawasan Nusantara .14
2.6 Faktor-faktor yang berpengaruh Pemahaman Wawasan Kebangsaan ........17
2.7 Bagaimana memasyarakatkan pemahaman nilai-nilai Wawasan Kebangsaan
untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan ............................................ 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................26


3.2 Saran ...........................................................................................................27

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wawasan kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat yang


sangat kuat untuk kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan
dan diskriminasi. Wawasan kebangsaan tidak dilandasi atas asal-usul
kedaerahan, suku, keturunan, status sosial, agama dan keyakinan.
Jadi wawasan kebangsaan itu sangat mutlak untuk di miliki oleh setiap
warga negara Indonesia, wawasan kebangsaan tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi muncul secara bertahap pada diri seseorang, yaitu
dengan seringnya menegakan wawasan yang diketahuinya dan
kemudian bisa di aplikasikan kepada kehidupannya sehari-hari.

Bangsa Indonesia yang lahir dari keanekaragaman suku, agama,


budaya, bahasa, dan daerah asal yang tersebar luas dalam ribuan
pulau perlu menyepakati suatu cara hidup bersama dalam
kebhinekaan sebagai warga negara suatu bangsa. Salah satu cara
hidup bersama itu ialah cara pandang tentang diri dan lingkungan
dalam mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan nasional. Cara pandang
yang dimaksud bagi bangsa Indonesia ialah Wawasan yang mengacu
pada kondisi dan konstelasi geografi, sosial budaya, serta faktor
kesejarahan, dan perkembangan lingkungan. Dengan demikian,
konsepsi yang terkandung di dalamnya merupakan simpulan dari
pengalaman masa lalu dan lingkungannya yang relevan saat ini serta
valid di masa datang, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
melakukan interaksi antar komponen bangsa dan bahkan dunia
dalam hidup bersama dan berdampingan yang damai dan saling
bermanfaat.

Bangsa Indonesia yang menegara merupakan suatu kenyataan


meskipun bila ditinjau dari asal-usul dan terjadinya merupakan keluar

3
biasaan yang tergolong sangat unik, ternyata bangsa ini berkembang
maju hingga saat ini. Hal itu dimungkinkan karena ada faktor
pendorong dan pengikat yang kuat. Konsepsi Wawasan Nusantara
mengandung faktor-faktor yang dimaksud, yang bila
diimplementasikan dapat memperkuat dorongan dan ikatan yang
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, yang dijiwai rasa
kekeluargaan, persaudaraan dan kebersamaan sehingga,
terpeliharanya kesatuan wilayah nasional. Di atas kondisi yang
tercipta dari Ideologi Pancasila, Ketahanan Nasional dengan
Kewaspadaan serta Wawasan Nusantara, selanjutnya dapat dibangun
dan dilaksanakan pembangunan nasional, yang memungkinkan
tercapainya tujuan Nasional sesuai dengan harapan bersama.

Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan Wawasan


Nusantara karena dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum Pancasila
dan mengandung nilai-nilai universal dan lestari serta dapat
digunakan sebagai acuan rumusan, konsep, prinsip, dan cara
pandang yang Nusantara. Dengan demikian, Wawasan Nusantara
merupakan perwujudan pesan-pesan dalam Pembukaan UUD 1945
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, selain
dari pada itu  Wawasan kebangsaan mengandung nilai-nilai yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang Negara sebagai suatu
wilayah Kekuatan Negara, penduduk negara sebagai potensi
sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya yang
melimpah.

Nilai-nilai tersebut dikelompokkan dalam lima pesan pokok, yaitu


pertama bagaimana penghargaan terhadap harkat dan martabat
bangsa Indonesia yang harus terus dipertahankan dan dapat
ditingkatkan. Memiliki kekuatan tekad untuk tujuan maupun cita-cita
nasionai, tempat mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan
nasional yang pada hakikatnya adalah kepentingan keamanan dan
kesejahteraan guna mempertahankan persatuan dan kesatuan

4
bangsa serta kesatuan wilayah, tanah air dan bangsa. Selanjutnya
adalah kesepakatan tentang cara pencapaian tujuan nasional yang
merupakan himpunan nilai-nilai yang meliputi bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur yang menjadi fondasi untuk memperkokoh
Persatuan dan Kesatuan NKRI.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Wawasan Kebangsaan?


2. Bagaimana penerapan Aktualisasi Wawasan Kebangsaan?
3. Mengapa pendidikan Bangsa secara terpadu?
4. Bagaimana Pemahaman Nilai-nilai Wawasan Kebangsaan saat ini?
5. Apa pengertian, Hakikat dan Prinsip serta Perkembangan
Wawasan Kebangsaan?
6. Apa faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman Wawasan
Kebangsaan?
7. Bagaimana memasyarakatkan pemahaman nilai-nilai Wawasan
Kebangsaan untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan?

5
C. Tujuan

1. Agar Mahasiswa mampu mengetahui arti dari Wawasan


Kebangsaan.
2. Agar Mahasiswa dapat menerapkan Aktualisasi Wawasan
Kebangsaan.
3. Agar Mahasiswa mengetahui Pendidikan Bangsa yang secara
terpadu.
4. Agar Mahasiswa mampu memahami nilai-nilai Wawasan
Kebangsaan pada saat ini.
5. Agar Mahasiswa mampu Mengetahui Arti,Hakikat dan Prinsip serta
perkembangan Wawasan Kebangsaan Saat ini.
6. Agar Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap pemahaman Wawasan Kebangsaan.
7. Agar Mahasiswa dapat memahami nilai-nilai Wawasan
Kebangsaan yang dapat memperkokoh Persatuan dan Kesatuan
bangsa.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan menurut L.B. Moerdani dalam buku


”Menegakkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa” (1991), memiliki tiga
dimensi yang harus dihayati dan diwujudkan secara keseluruhan, agar
tumbuh   kesadaran  berbangsa yang kokoh dan bulat. Ketiga dimensi
itu adalah rasa kebangsaan, faham kebangsaan dan semangat
kebangsaan.

Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa yang tumbuh


secara alamiah dalam diri orang seorang karena kebersamaan sosial
yang berkembang dari kebudayaan, sejarah dan aspirasi perjuangan.
Tumbuh dan berkembangnya rasa kebangsaan di dorong oleh
kecintaan kepada kampung halaman, sanak keluarga, sahabat-
sahabat yang tumbuh bersama sejak masa anak-anak. Pengalaman
cinta pertama di kampung halaman.

Rasionalisasi rasa kebangsaan akan  melahirkan faham


kebangsaan, yaitu pikiran – pikiran rasional tentang hakekat dan cita
– cita kehidupan dan perjuangan yang menjadi ciri khas bangsa itu.
Penghayatan akan ideologi bangsa akan menegakkan faham
kebangsaan.

Selanjutnya rasa dan faham  kebangsaan secara bersama akan


mengobarkan semangat kebangsaan yang merupakan tekad dari
seluruh masyarakat bangsa itu untuk melawan semua ancaman dan
rela berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara.

Wawasan Kebangsaan membentuk orientasi, persepsi, sikap dan


perilaku yang dihayati bersama oleh seluruh rakyat bangsa, bahwa

7
mereka itu satu bangsa. Wawasan Kebangsaan menjadi landasan
bagi berkembangnya nilai-nilai utama bangsa yang diwujudkan
sebagai karakter bangsa. Wawasan Kebangsaan adalah juga bentuk
loyalitas anak bangsa terhadap bangsanya, yang akan selalu
mengobarkan dirinya sebagai bangsa Indonesia di manapun juga di
ujung dunia ini.

Oleh karena itu penghayatan Wawasan Kebangsaan tidak cukup


hanya dengan memiliki semangat dan menguasai faham kebangsaan,
tetapi harus digali lebih dalam sampai ke lubuk hati, sehingga rasa
kebangsaan mekar di dadanya. Penghayatan Wawasan Kebangsaan
yang demikian paripurna itulah yang akan dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia dan membawanya
ke masa depan yang gemilang.

B. Aktualisasi Wawasan Kebangsaan

Agar Wawasan Kebangsaan dihayati oleh seluruh rakyat Indonesia


dan semangat kebangsaan terus berkobar di dada generasi muda
bangsa Indonesia, perlu tindakan aktualisasi yang berencana,
konsisten dan berlanjut dalam semua aspek kehidupan bangsa. Lebih
dari itu bentuk – bentuk nasionalisme dan patriotisme bangsa
Indonesia harus terwujud secara nyata (living realities) dalam seluruh
peri kehidupan masyarakat dan pemerintahan negara sehari – hari,
dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan
kerja serta dalam kebijakan dan tindakan pemerintahan negara.
Nasionalisme adalah sikap bangsa sedangkan patriotisme adalah
sikap individunya.

1. Dalam bidang politik : Diwujudkannya sistem politik demokrasi


yang berlandaskan wawasan kebangsaan dan nilai – nilai luhur
Pancasila dan UUD 1945, yang menolak aliran – aliran politik yang
tidak berakar pada sejarah dan budaya bangsa Indonesia.

8
2. Dalam bidang hukum  : Diwujudkannya sistem hukum nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta memperlakukan setiap
individu sama di muka hukum di samping, memberikan keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia dari semua lapisan.
3. Dalam bidang ekonomi : Diwujudkannya sistem ekonomi yang
menjamin berkembangnya ekonomi seluruh rakyat dan terwujudnya
kesejahteraan dan  keadilan sosial dalam seluruh lapisan
masyarakat. Kesemuanya mengacu pada upaya menjadikan
bangsa Indonesia tuan di rumah sendiri yang sejahtera secara
merata, serta terbangunnya Indonesia sebagai negara maritim
sesuai keadaan dan kekayaan alamnya.
4. Dalam bidang sosial dan budaya : Diwujudkannya kehidupan
sosial dan budaya yang menjamin tumbuh suburnya peri kehidupan
masyarakat yang serba majemuk tetapi mengamalkan nilai – nilai
Bhinneka Tunggal Ika,  sehingga terjaga keharmonisan dalam
seluruh segi peri kehidupan masyarakat dan bangsa serta
berkembangnya budaya nasional yang merangkum puncak –
puncak budaya daerah. Negara harus menjamin setiap warga
negara hak untukmendapatkan pelayanan kesehatan, hak untuk
mendapatkan pendidikan dan hak jaminan hari tua.
5. Dalam bidang pertahanan dan keamanan : Diwujudkannya
sistem pertahanan dan keamanan yang mampu menjamin
keselamatan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara,
menjaga seluruh garis batas negara di darat, laut dan udara dari
Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Rote, termasuk di
pulau – pulau terluar dan terpencil. Sarana dan prasarana sistem
pertahanan dan keamanan haruslah didukung oleh kemajuan
teknologi persenjataan baik fisik maupun non fisik, yang militer
maupun non militer.

Aktualisasi Wawasan Kebangsaan memerlukan ruangan dan


lingkungan yang kondusif bagi implementasi karakter bangsa yang
berlandaskan nilai-nilai keutamaan bangsa sesuai Pancasila. Jabaran

9
nilai-nilai keutamaan yang sudah kita miliki seperti Saptamarga di
kalangan angkatan bersenjata dan 36 butir nilai-nilai yang pernah
dirumuskan untuk peri kehidupan masyarakat tinggal dikembangkan
sebagai nilai-nilai dasar jati diri bangsa Indonesia sekaligus
membumikannya di persada Indonesia.

C. Pendidikan Karakter Bangsa Secara Terpadu

Pembangunan karakter bangsa haruslah dimulai dengan


pendidikan nilai-nilai yang didukung oleh lingkungan masyarakat dan
pemerintahan negara yang memberikan keteladanan tentang
penyelenggaraan nilai-nilai itu secara nyata dalam seluruh
perikehidupan bangsa. Karakter bangsa yang menjunjung nilai-nilai
luhur Pancasila serta dilandasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia
yang panjang melawan penjajahan itu haruslah dilandasi oleh nilai-
nilai keutamaan kebangsaan, nilai-nilai keutamaan kejuangan dan
nilai-nilai keutamaan kebudayaan sebagai nilai-nilai dasar atau gen
sel dasar yang berakar dalam sejarah bangsa Indonesia sehingga
dapat menjadi karakter yang dihayati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Pendidikan itu harus dimulai dalam keluarga sehingga anak-anak


mengenal kasih sayang dan hormat kepada orang tua yang
melahirkan dan membesarkan dirinya. Semua dasar yang membentuk
nilai-nilai keutamaan yang disebut karakter itu berasal dari keluarga.
Dalam keluarga kita mengenal kebersamaan, tolong menolong, sopan
santun, keadilan dan tanggung jawab. Di bangku sekolah nilai-nilai itu
diberi landasan keilmuan sehingga dapat dihayati dengan lebih baik.
Dalam masyarakat dan lingkungan kerja, nilai-nilai keutamaan itu
diwujudkan secara nyata dengan sosok-sosok pemimpin yang dapat
diteladani.

Itulah yang disebut pendidikan karakter bangsa secara terpadu,


karena semuanya berlanjut dan tidak ada gap antara lingkungan yang
satu dengan yang lain. Adanya gap akan membuat anak didik ragu-

10
ragu akan keabsahan nilai-nilai keutamaan yang diajarkan, sehingga
seluruh upaya akan menjadi sia-sia. Keteladanan nilai-nilai keutamaan
dalam masyarakat akan menjadi tiang-tiang penyangga yang
menjadikan penghayatan nilai-nilai keutamaan itu sempurna dan
melahirkan karakter bangsa yang kokoh.

D. Perkembangan pemahaman nilai-nilai wawasan kebangsaan saat ini

Dari pengalaman sejarah bangsa, sejak Budi Utomo 1908  yang


kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan ikrar Sumpah
Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945 sampai dengan saat
ini, kita telah mangalami pasang surut dan dinamika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Saat ini kita telah masuk pada era
globalisasi, transparansi dan reformasi yang sedang menguji
keberadaan bangsa Indonesia, tanpa disadari keadaan tersebut telah
mampu mengeser nilai-nilai bangsa yang selama ini terpatri kuat dan
menjiwai kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Nilai-
nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila tidak lagi menjadi
bagian yang harus dimengerti, dipahami dan diamalkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya telah menjurus kearah
kehidupan individualistik dan materalistik  yang mengakibatkan
semakin jauh dari nilai-nilai jati diri, kepribadian dan keimanan bangsa
Indonesia.

Kecenderungan semakin memudarnya Wawasan Kebangsaan


tercermin dari perilaku hidup yamg semakin memprihatinkan.
Sentimen dan fanatisme suku, ras dan antar golongan semakin
menonjol sehingga seringkali rentan terhadap terjadinya gesekan-
gesekan dan konflik bernuansa SARA diberbagai daerah. Kondisi
tersebut diperparah oleh perbuatan sebagian kelompok masyarakat
yang secara sadar menjual bangsanya sendiri kepada bangsa asing
dengan menguasai isu-isu HAM, Demokratisasi dan lingkungan hidup
untuk kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan kepentingan

11
bangsa yang lebih besar. Sulit rasanya bagi bangsa Indonesia untuk
kembali bangkit dari keterpurukan saat ini ditengah deras masuknya
faham asing yang bertentangan dengan faham Pancasila sehingga
ancaman terjadinya disintegrasi bangsa tanpa disadari telah
mengancam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi, falsafah, pandangan hidup dan alat


pemersatu bangsa telah mampu mempersatukan keberagaman
bangsa Indonesia selama kurun  waktu 62 tahun dalam sebuah
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai terusik
keberadaannya. Pancasila tidak lagi menjadi bagian yang harus
dipahami, dimengerti dan diamalkan oleh setiap anak bangsa
terutama sejak digulirkannya era reformasi. Indikasi tersebut dapat
dirasakan bahwa paham kebangsaan yang telah diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 didasari perasaan senasib dan sepenang-
gungan, kerelaan berkorban dan semangat patriotisme tidak lagi
tertanam dalam hati sanubari setiap anak bangsa sehingga membuat
bangsa Indonesia semakin lemah dan rentan terhadap terjadinya
bentrokan-bentrokan bernuansa SARA.

Semangat kebangsaan dan wawasan kebangsaan yang


merupakan motivasi untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia semakin memudar tidak lagi terpancar dalam
perilaku kehidupan bangsa sehingga keengganan membela dan
mempertahankan bangsa dari berbagai kemungkinan ancaman tidak
lagi menjadi tanggug jawab bersama seluruh komponen bangsa.
Ditambah lagi paham komunis yang dulunya merupakan bahaya latent
yang harus tetap kita waspadai, kini masyarakat sudah kurang peka
bahkan cenderung tidak memperdulikan lagi, sehingga mereka bebas
mengekspresikan keberadaanya serta terbuka  untuk masuk
keberbagai lini melalui partai-partai yang ada saat ini dan sungguh
sangat memprihatin-kan kita.

12
Selain dari pada itu kondisi politik yang sangat lemah akibat
lengsernya ”Kepemimpinan Nasional” mengakibatkan rentannya
kondisi politik bangsa Indonesia saat itu, demikian juga kondisi
ekonomi yang melanda bangsa Indonesia yang telah membuat
semakin menambah beban kehidupan masyarakat. Sulitnya
mendapatkan lapangan pekerjaan menjadi pengangguran masyarakat
meningkat. Kesenjangan ekonomi yang cukup dalam tersebut telah
mendorong sentimen etnis sehingga berpotensi muncul  terjadinya
pertikaian dan  tindak kriminalitas baik secara kualitas maupun
kuantitas.

Dibidang sosial budaya mengalami kemerosotan yang tajam,


disebabkan oleh derasnya kemajuaan ilmu pengetahuan dan
teknologi elektronik yang menembus sampai ke pelosok desa tanpa
ada penangkal atau batas. Hal tersebut dapat merusak akhlak dan
moral masyarakat khususnya moral generasi muda. Nilai-nilai budaya
yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari tercermin dalam
Pancasila semakin ditinggalkan, kecenderungan mengadopsi budaya
asing mewarnai seluruh sendi kehidupan berbangsa. Kondisi tersebut
lambat laun menjadikan masyarakat kehilangan jati dirinya sebagai
bangsa yang  memiliki budaya Adi Luhung yaitu budaya yang
mempunyai nilai-nilai tinggi untuk mempersatukan bangsa yang kita
kagumi ini.

Disisi lain dapat kita cermati bahwa masih ada kekuatan yang
masih utuhdan dapat diharapkan untuk menjaga keutuhan NKRI ini
adalah Kemanunggalan TNI. Namun karena beban yang dipikul
semakin berat dan ada pula pihak-pihak tertentu yang dengan cara
sistematis ingin menghancurkan TNI maka hal tersebut secara
psikologis akan mempengaruhi kinerja TNI, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Namun dengan didukung komitmen yang
jelas, tegas dan terukur, masalah wawasan kebang-saan yang
berujung pada tetap tegak dan utuhnya NKRI, TNI bersama rakyat

13
siap mengorbankan jiwa dan raganya.  Menjaga kedaulatan dan
keutuhan NKRI.

E. Pengertian, hakikat dan prinsip serta perkembangan Wawasan


Nusantara.

Wawasan Nusantara adalah pemanfaatan konstelasi geografi


Indonesia, dimana diperlukan wawasan benua sebagai
pengejawantahan segala dorongan-dorongan dan rangsangan-
rangsangan dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi bangsa, dan
tujuan negara Indonesia (Doktrin Hankamnas dan Doktrin Perjuangan
ABRI “Catur Darma Eka Karma”, pada Pidato sambutan Menteri
Utama Bidang Hankam, 31 Maret 1967).

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya
dalam eksistensinya yang sarwanusantara dan pemekarannya dalam
mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia ditengah-tengah
lingkungannya yang sarwanusantara (Mayjen TNI RI Soetopo,
Wawasan Nusantara, Metode Penyajian, Pengantar Gubernur
Lemhannas, 10 November 1972).

Wawasan Nusantara yang merupakan Wawasan Nasional yang


bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan-
nya dengan mengutamakan Persatuan dan Kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai Tujuan
Nasional (Tap MPR Nomor II/MPR/1993 dan Nomor II/MPR/1998
tentang GBHN).

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia,


yang dijiwai nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 serta memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan

14
lingkungan keberadaannya yang sarwanusantara dalam
memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan
tanggung jawab, motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa
Indonesia, yang mengutamakan Persatuan dan Kesatuan bangsa
serta Kesatuan Wilayah pada penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai Tujuan
Nasional.

Hakikat Wawasan Nusantara ialah cara pandang bangsa


Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaannya dalam
memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi dengan menciptakan
tanggung jawab dan motivasi atau dorongan bagi seluruh bangsa
Indonesia untuk mencapai Tujuan Nasional. Cara pandang tersebut
bersifat integratif karena dijiwai oleh Pancasila yang mendorong
kebersamaan dalam kehidupan nasional yang dijiwai Pancasila dan
dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatukan
Indonesia serta pengalaman sejarah dan sifat budaya bangsa
Indonesia yang bersifat kekeluargaan.

Disadari bahwa keberadaan bangsa Indonesia dan lingkungannya


bersifat sarwanusantara, yaitu dalam kondisi terhubung, menyatu, dan
diapit oleh suku bangsa, ras, dan kelompok sosial yang menghuni
kawasan Nusantara terhubung satu dengan lainnya oleh berbagai
kepentingan dan kondisi lingkungan selama ratusan tahun, yang
akhirnya menyatu menjadi Bangsa Indonesia. Dalam konsep negara
kepulauan, ribuan pulau besar dan kecil di seluruh Nusantara
disatukan oleh laut sebagai jembatan emas menjadi satu Kesatuan
Wilayah Nasional Indonesia.

Sementara itu, wilayah Indonesia yang berada di antara dua benua


dan dua samudera dalam kondisi diapit, baik secara alamiah maupun
sosial, sehingga menjadi sasaran berbagai pengaruh yang selalu
berubah dan berintensitas kuat dari sekelilingnya. Sejalan dengan

15
kondisi tersebut, Wawasan Nusantara memiliki dua arah pandang, ke
dalam dan ke luar. Arah pandang ke dalam ditujukan kepada
kesatuan wilayah, sedangkan arah pandang ke luar ditujukan untuk
menjamin kepentingan Nasional dan ikut dalam melaksanakan
ketertiban dunia.

Prinsip Wawasan Nusantara ialah tumpuan berpikir, berkehendak,


bertindak dalam penyelenggaraan kehidupan nasional menurut
konsep dasar Wawasan Nasional Bangsa Indonesia, yaitu Wawasan
Nusantara, yang tidak lain dari batu bangun Wawasan Nasional
Bangsa Indonesia. Konsep-konsep tersebut terdiri atas Persatuan dan
Kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika, kebangsaan, negara kebangsaan,
geopolitik dan negara Kepulauan. Dalam merumuskan prinsip-prinsip
Wawasan Nusantara, acuan dan saringan dalam perumusan ialah
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, Sumpah Pemuda 1928, dan semangat
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Nilai-nilai kebangsaan dapat digali dari peristiwa, keputusan


pemimpin, pernyataan tokoh, aspirasi masyarakat, serta cara hidup
dan kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan
hal itu, kenangan, sejarah, kebesaran yang pernah dibangun,
kebersamaan dalam meraih sukses dan menghadapi masalah
bersama, rasa saling membutuhkan dan menguntungkan, memiliki
simbol, mitos, dan tradisi, serta keinginan dan tekad mengulangi
kesuksesan merupakan nilai-nilai yang perlu disosialisasikan
bersama. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai
kebangsaan, sangat diharapkan tersedianya materi, seperti Sejarah
Nasional, Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ekonomi Nasional, dan Antropologi
yang membuat uraian tentang budaya manusia Nusantara, serta
seluk-beluk tentang simbol, mitos, dan tradisi bangsa Indonesia.

16
Sosialisasi tentang kebangsaan dilakukan dalam lingkaran atau
siklus, dimulai dari penumbuhan kesadaran, pengembangan
pemahaman, mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada
penumbuhan kesadaran berbangsa, dan seterusnya. Dengan
sosialisasi secara siklus, nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia
akan terus dapat dipertahankan dan diwujudkan manfaatnya dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Metode sosialisasi yang diharapkan
dapat diterapkan ialah pemindahan dan pengubahan atau penanaman
nilai-nilai kebangsaan kepada peserta sosialisasi.

F. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pemahaman Wawasan


Kebangsaan.

Didalam kelompok majemuk seperti masyarakat Indonesia,


perbedaan pendapat diantara masyarakat mudah berkembang
menjadi konflik yang tajam, bahkan dapat menimbulkan konflik fisik.
Kelompok primordial yang ditambah dengan fanatisme sempit
terhadap kelompoknya, sering mengakibatkan konflik yang keras
dengan kelompok lain, sehingga apabila tidak segera diatasi  dan
dikelola dengan baik, akan dapat menggangu stabilitas nasional.
Kesemuanya ini menunjukan bahwa kemajemukan disuatu sisi
merupakan kekuatan, disisi lain merupakan kendala, tetapi apabila
dikelola dengan baik maka kemajemukan tersebut menjadi kekuatan,
namun apabila sebaliknya  tidak dikelola dengan baik akan menjadi
potensi bagi terjadinya perpecahan atau disintegrasi bangsa.

Disamping itu tingkat kehidupan, pendidikan dan kesehatan


masyarakat yang rendah dimana hampir mencakup sebagian besar
masyarakat Indonesia akan turut memberikan dampak negatif
ditengah kemajemukan kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat
yang tingkat kehidupan dan pendidikannya masih rendah,
kemajemukan bukan dipandang sebagai suatu kekuatan yang
bersinergi akan tetapi dilihat sebagai perbedaan yang harus

17
dipertentangkan dan berujung pada munculnya konflik, apalagi ada
pihak-pihak tertentu karena kepentingannya sesaat sengaja
memprofokasi keadaan itu.

Seperti yang dikemukakan oleh pakar-pakar pendidikan bahwa


secara umum tujuan pendidikan adalah membantu perkembangan
anak didik untuk mencapai tingkat kedewasaan. Tingkat kedewasaan
yang dimaksudkan disini bukan kedewasaan biologis semata tetapi
juga kedewasaan secara psikologis. Sedangkan dalam ketentuan
yang berlaku ditegaskan bahwa bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman
Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak budi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan
produktif.

Satu hal yang mendapat perhatian dalam menyempurnakan sistem


Pendidikan Nasional adalah memasukan materi Wawasan
Kebangsaan (Kewiraan) yang tidak terbatas pada Perguruan Tinggi
saja akan tetapi mulai Pendidikan Dasar, bahkan Taman Kanak-
Kanak secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Demikian halnya
dalam sistem pendidikan militer, materi Wawasan Kebangsaan
hendaknya dapat diajarkan intensif dan simultan mulai dari strata
pendidikan pembentukan/ pertama, pengembangan umum maupun
spesialisasi. Hal ini tidak saja penting sebagai bekal para prajurit
dalam melaksanakan tugas, akan tetapi para prajurit diharapkan dapat
menjadi tauladan dan dapat menularkan semangat kebangsaan ini
dilingkungan keluarganya dan masyarakat dimana para prajurit
berada dan bertugas.

Selanjutnya faktor lain yang berpengaruh yaitu hegemoni negara


tertentu yang ingin menguasai Indonesia secara fisik, ancaman
tersebut tidak terlihat nyata namun dapat kita rasakan seperti halnya

18
yang sedang dialami bangsa Indonesia. Cara tersebut lebih dikenal
dengan konsep perang modern. Perang ini sangat mudah dan murah
dilakukan, tidak memerlukan pengerahan sumber daya serta kekuatan
bersenjata, namun dapat dilakukan oleh negara tertentu dengan cara
infiltrasi/ penyusupan melalui kerja sama lembaga pemerintahan antar
negara atau melalui NGO asing yang bekerja sama dengan LSM
bermasalah dalam negeri serta melalui media cetak/ elektronik, tetapi
dampak yang ditimbulkan amat sangat dahsyat dan fatal. Setelah
terjadi kerusakan dan kehancuran moral dan budaya bangsa, maka
negara yang menerangkan konsep perang modern tersebut berarti
telah berhasil menguasai atau menjajah alam pikiran kita. Selanjutnya
negara tersebut akan tampil seolah-olah sebagai penyelamat, sebagai
negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan demokrasi,
walaupun sesungguhnya itu hanya kedok belaka. Negara tersebut
tidak pernah dihujat, dibenci atau dikucilkan, akan tetapi malah dipuji
dan diagungkan. Inilah yang harus diwapadai dan jangan sampai kita
terkecoh.

Krisis multidimensial yang telah melanda kehidupan bangsa


Indonesia dan belum dapat diatasi hingga saat ini, termasuk upaya
melemahkan TNI, bukan tidak mustahil merupakan skenario perang
modern yang sedang diterapkan oleh negara-nagera tertentu. Untuk
menghadapi perang modern tersebut, setiap anak bangsa hendaknya
memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Kita menyadari betul
bahwa kondisi bangsa yang majemuk/ plural, memerlukan suatu
pengelolaan yang baik. Untuk itu kita sebagai warga negara yang
sadar akan pentingnya Wawasan Kebangsaan untuk menjaga
Kesatuan dan Persatuan Bangsa, harus berpikir bagaimana
meningkatkan Wawasan Kebangsaan pada masyarakat.

Semangat kebangsaan yang dimiliki prajurit diharapkan mampu


ditransformasikan kepada keluarganya dan masyarakat sebagai
perekat kesatuan adapun persoalan yang muncul adalah kurangnya

19
integritas prajurit untuk bersosialisasi dengan lapisan seluruh
masyarakat, khususnya warga masyarakat yang tinggal didaerah-
daerah terpencil. Pembinaan teritorial yang merupakan salah satu
gelar postur TNI / TNI AD perlu dioptimalkan dengan metode dan
sistem yang kenyal dalam meningkatkan pembinaan teritorial,
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat dan dapat
digunakan sebagai contoh/ panutan pada masyarakat luas.

Pada lingkungan internasional, fenomena yang muncul adalah isu-


isu global yang memuat universal dan mengungguli nilai-nilai nasional.
Nilai-nilai universal tersebut bahkan sengaja dipaksakan kepada
negara-negara yang mengklaim dirinya sebagai negara yang saling
menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Hal ini dilakukan melalui LSM
internasional dan LSM bermasalah dalam negeri, sehingga memaksa
negara-negara yang tidak menjalankannya untuk mengikuti konsep
kebijakan negara sponsor tersebut fenomena ini dirasakan dan
dengan kasat mata dan dapat kita saksikan di negara kita ini, antara
lain ada kelompok yang menjual negara dan bangsanya untuk
memenuhi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Memang sulit
dimengerti, seorang anggota TNI yang bertugas demi bangsa dan
negara dituntut ke Mahkamah Internasional oleh bangsanya sendiri.
Sementara mereka yang menjual bangsanya dan negaranya kepada
bangsa lain cenderung juga dibiarkan. Oleh karena itu, TNI harus
waspada dan jangan terpengaruh terhadap perkembangan tersebut
dan tetap menjaga Kesatuan dan Persatuan NKRI.

G. Bagaimana memasyarakatkan pemahaman nilai-nilai  Wawasan


Kebangsaan untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan.

Wawasan Kebangsaan yang merupakan cara pandang


masyarakat terhadap bangsanya dengan segala isinya yang serba
heterogen ini perlu dimengertikan dan dipahami secara utuh oleh
seluruh komponen bangsa sehinga dapat membangkitkan kekuatan

20
yang efektif untuk menggalang solidaritas dalam menghadapi
tantangan dan ancaman mengancam terhadap stabilitas dan
keutuhan NKRI. Untuk itu perlu diperhatikan upaya dan langkah-
langkah untuk memasyarakatkan Wawasan Kebangsaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sikap


dan pola tingkah laku kita senantiasa berazaskan pada pengamalan
sila-sila Pancasila, yang sila pertamanya yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa. Untuk meningkatkan kesetiakawanan dan saling menghargai,
pertama-tama sila ini harus dipraktekkan. Tidak cukup hanya memuja-
mujanya dengan kata-kata saja tetapi diwujudkan dalam praktek
kehidupan sehari-hari. Secara kongkrit, umat beragama rukun antar
sesama pemeluk agama, rukun antar umat beragama berdasarkan
atas Bhineka Tunggal Ika. Persatuan dan Kesatuan, tidak boleh
mematikan keanekaan dan sebaliknya keanekaan tidak boleh
memudarkan Persatuan dan Kesatuan.

Kesatuan memberi peluang secukupnya bagi perkembangan


keanekaan dan sebaliknya keanekaan memperkaya kesatuan.
Sehubungan dengan itu semua perlu membina bukan hanya toleransi
antara golongan didalam masyarakat Indonesia, tetapi perlu membina
sikap saling menghargai dalam suasana tenggang rasa dan tepa
selira. Dalam suasana itu kita mengusahakan dialog dan kerja sama
dalam semangat persaudaraan. Dengan demikian dapatlah
ditingkatkan solidaritas nasional. Cakrawala manusia Indonesia tidak
boleh dipersempit oleh adanya kotak-kotak agama, rumpun etnik,
lapisan masyarakat dan berbagai perbedaan lainnya.

Mengapa binter harus dimasyarakatkan ? Pertanyaan ini menarik


untuk dipahami dan dimengerti oleh seluruh komponen bangsa.
Mengapa ? Karena akhir-akhir ini muncul isu-isu yang dilontarkan oleh
pihak-pihak tertentu yang menginginkan Komando Kewilayahan/ Koter

21
agar dibubarkan. Pandangan tersebut harus segera diluruskan agar
tidak memunculkan anggapan atau pandangan-pandangan yang
menyesatkan. Perlu dipahami bahwa Koter atau Komando
Kewilayahan adalah merupakan salah satu bentuk gelar postur TNI
AD dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam menjaga tetap tegak
dan utuhnya NKRI. Untuk itu wilayah atau teritorial dengan segala
isinya harus dibina agar menjadi kekuatan sebagai daya tangkal
terhadap pengaruh-pengaruh dan provokasi untuk melemahkan TNI.

Perwujudan kemanunggalan TNI-Rakyat merupakan rohnya atau


kekuatan TNI AD seperti halnya TNI AL rohnya adalah kapal
perangnya, TNI AU ada pada pesawat tempurnya apabila TNI AL dan
TNI AU tidak mempunyai alat sistem tersebut dapat dikatakan
kehilangan rohnya atau mati, sehingga tidak dapat berbuat apa-apa.
Sedangakan Binter merupakan sarana untuk mewujudkan
kemanunggalan TNI-Rakyat. Oleh sebab itu maka dari waktu ke waktu
kemanunggalan TNI-Rakyat harus dipelihara dan dijaga karena hal
tersebut merupakan roh atau kekuatan TNI AD. Bagaimana mungkin
dapat terlaksana kemanunggalan TNI-Rakyat, kalau Binter
dihapuskan ? Dengan demikian Binter merupakan tugas terkandung
yang harus dilaksanakan untuk mendukung tercapainya tugas pokok
TNI AD. Kuncinya adalah ”Baik-baik” dengan rakyat, sehingga dapat
membuahkan pengakuan yang simpatik dari rakyat, serta
meningkatkan komunikasi sosial yang baik.

Bila kita mau mencermati, memahami dan mengerti tentang


jabaran Wawasan Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan hati yang dalam, maka Wawasan Kebangsaan tersebut
merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembentukan sikap
moral warga negara agar memiliki kecintaan terhadap tanah airnya.
Hal tersebut dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan. Kita
menyadari bahwa pembentukan sikap moral  dan Wawasan
Kebangsaan memerlukan suatu proses yang panjang perlu

22
pembelajaran secara bertahap dan berlanjut. Lembaga pendidikan
baik formal maupun non-formal memiliki tanggung jawab yang besar
dalam mewujudkan hal tersebut. Berkaitan dengan hal ini, kiranya
perlu dikaji ulang tentang pendidikan kewiraan yang selama ini
diajarkan kepada mahasisiwa di perguruan tinggi saja itupun
hanya berjalan satu semester, sedangkan siswa dari TK sampai
SLTA tidak mendapatkan Pelajaran tersebut.

Oleh karena itu kedepan pendidikan kewiraan harus ditata dan


dilembagakan dalam setiap jenjang pendidikan, sehingga
berwawasan kebangsaan dapat tercermin dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu diperlukan pula
penyempurnaan kurikulum pendidikan dengan memasukan materi
Wawasan Kebangsaan disemua tingkat pendidikan termasuk
pendidikan militer, sehingga setiap anak bangsa dapat memperoleh
ilmu pendidikan yang setinggi-tingginya namun tetap memiliki sesantri
yang terpatri dalam dirinya ”DWI WARNA PURWA CENDEKIA
WUSANA”. Dalam perubahan kedua amandemen Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 30, antara lain dikatakan bahwa tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui Sishankamrata TNI sebagai kekuatan utama dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.

Dari kenyataan tersebut diatas dapat kita pahami bahwa setiap


warga negara mempunyai hak dan kewajiban bela negara tersebut
harus dilaksanakan rekruitmen dan pengkaderan secara benar dan
terstruktur melalui lembaga pemerintah yang ada, sehingga setiap
warga negara merasa terpanggil dan memiliki rasa bangga untuk ikut
serta dalam bela negara. Memang sosialisai tentang keikutsertaan
dalam bela negara/ wajib militer saat ini tidak terselenggara dengan
baik, oleh karena itu kedepan keikutsertaan warga negara dalam wajib
militer harus mendapatkan akreditasi yang jelas, sehingga yang

23
bersangkutan dapat diakui sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi
keahlian yang dimiliki. Bagi warga negara yang terkena kewajiban
bela negara tetapi tidak mengindahkan kewajiban tersebut dapat
dikenakan sangsi hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berangkat dari esensi tersebut, maka perlu pertahanan negara


kedepan dikembangkan secara strategis, baik kualitas perlunya
secara bertahap peningkatan profesionalisme yang didukung oleh
sistem peralatan dan persenjataan yang memadai, sedangkan secara
kualitas perlu dipertimbangkan adanya wajib militer bagi seluruh
warga negara yang telah berusia minimal 17 tahun sebagai kekuatan
pendukung yang setiap saat dapat diorganisir sebagai kekuatan
penangkal di seluruh penjuru tanah air. Peran lain yang masih dapat
dikembangkan dalam lembaga pendidikan adalah pendidikan
kepramukaan. Didalam kurikulum pendidikan, mulai dari sekolah
dasar sampai dengan sekolah menengah umum bahkan perguruan
tinggi masih terdapat pelajaran ekstrakulikuler salah satu kegiatan
ekstrakulikuler yang terkenal hingga saat ini yaitu kepramukaan.
Dalam kepramukaan para siswa/anak didik diajarkan berbagai ragam
permainan dan pengetahuaan, melalui media ini dapat diaplikasikan
sehingga dapat mengarah kepada penungguan sikap patriotik dan
wawasan kebangsaan. Karena itu kedepan pendidikan kepramukaan
harus ditaati kembali serta dilembagakan secara baik sehingga dapat
menumbuhkan kecintaan dan wawasan kebangsaan bagi seluruh
anak didik.

Salah satu faktor internal yang ikut mendukung tetap tegaknya


suatu negara, apabila seluruh warga masyarakat memiliki jiwa
patriotik yang tinggi. Oleh sebab itu secara periodik perlu ditayangkan
kembali film-film dokumenter perjuangan dalam merebut,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Pengalaman perjuangan
kemerdekaan Indonesia yang di Proklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 menunjukkan akumulasi dari semangat patriotik tinggi

24
dari pendahulu kita melawan penjajah di bumi pertiwi ini. Semangat
patriotik ini hanya dapat terwujud melalui sikap-sikap rela berkorban
tanpa pamrih dan tidak memikirkan kepentingan sendiri, kelompok
atau golongan. Karena itu, kurikulum pendidikan Nasional perlu
diperkaya kembali dengan penambahan mata pelajaran sejarah, Civic
Mission/ pembentukan karakter nasional bangsa serta materi lain
yang meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan kecintaan pada tanah
air.

25
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang
tidak dapat mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai
semangat bangsa bahari yang terimplementasikan menjadi
wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah bagian
dari wilayah negara kepulauan yang diakui dunia. Wawasan
kebangsaan merupakan pandangan yang menyatakan negara
Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
mendayagunakan konstelasi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial
budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan rangsangan
dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan
nasional yang mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya,
kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan. Wawasan
kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia
untuk proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik
dengan memberi contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas,
kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi
dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa
merupakan aset yang diperlukan dalam mengembangkan nilai
kemanusiaan yang beradab. Akhirnya, bagi bangsa Indonesia,
untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu
memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang
mengandung nilai-nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman
dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada
terbentuknya karakter bangsa.

26
B. Saran
Sebagai warga indonesia yang baik kita harus lebih berusaha
mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang
mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan. Dan agar warga
indonesia mampu memahami secara mendalam tentang falsafah
Pancasila yang mengandug nilai-nilai dasar yang dijadikan
pedoman dalam bertingkah laku agar terbentuk karakter bangsa
yang berdasarkan nilai-nilai pancasila.

27

Anda mungkin juga menyukai