Anda di halaman 1dari 11

Bahan-bahan pipa secara umum

Bahan-bahan pipa yg dimaksud disini adalah struktur bahan baru pipa tersebut yg
dapat dibagi secara umum sebagai berikut:
1. Carbon steel (Baja Karbon)
Baja diklasifikasikan menurut komposisi kimia yang terkandung di dalamnya. Pipa
baja dan fitting merupakan paduan dari besi (Fe) dan karbon (C), dan mengandung
karbon kurang dari 1,7%. Klasifikasi baja dalam tiga kelompok, yaitu: Carbon steel, low
alloy steel dan high alloy steel.
Baja karbon terdiri dari besi, karbon kurang dari 1,7%, mangan kurang dari
1,65%, sejumlah silikon (Si), aluminium (Al), dan batas kontaminan seperti belerang (S),
oksigen (O), nitrogen (N), dan tidak ada batas minimal yang ditentukan untuk
elemen seperti Al, Cr, Co, Ni, Mo, Ni [ASM, ASTM A 941].
Baja karbon adalah bahan pipa yang paling umum dalam industri power plant,
kimia, proses, hidrokarbon dan pipa industri. Spesifikasi pipa baja karbon
umum digunakan dalam steam operation, air atau udara termasuk ASTM A106 dan
ASTM A53. Baja karbon yang umum untuk apliaksi pipeline adalah pipa API 5L. Baja
ringan adalah baja karbon dengan kandungan karbon kurang dari 0,30%. Baja karbon
menengah memiliki 0,30% sampai 0,60% karbon. Baja karbon tinggi memiliki karbon
diatas 0,6%.

2. Carbon Moly

3. Galvanees
Pipa baja galvanis adalah pipa baja yang telah dilapisi dengan seng. Lapisan ini
melindungi baja dari korosi. Hal ini paling sering digunakan untuk konstruksi di luar
ruangan seperti pagar, pegangan tangan, atau untuk beberapa pipa interior.
Jenis pipa ini bisa dipakai untuk berbagai keperlua, umumnya digunakan sebagai
saluran air namun pipa jenis ini tidak cocok untuk jalur gas. Jadi pipa ini sering disebut
juga pipa air.
Pipa galvanis di era modern lebih umum digunakan untuk aplikasi luar ruangan.
Hal ini paling mungkin dilihat pada pagar chain link atau pegangan tangan tangga. Pipa
galvanis sangat tahan terhadap korosi, yang membuatnya menjadi pilihan yang sempurna
untuk barang atau bahan yang akan terkena unsur-unsur korosif secara teratur.

4. Ferro Nikel
Ferro Nikel merupakan suatu logam paduan (lakur, ajoi) antara besi dan nikel.
Feronikel dihasilkan dari peleburan reduksi bijih nikel oksida atau silikat yang
mengandung besi. Kandungan nikel di dalam lakur bervariasi dari 25 sampai 45 persen.
Feronikel umumnya digunakan sebagai bahan pemadu dalam pembuatan baja, nikel
bersama-sama logam kromium merupakan unsur logam pemandu yang terdapat di dalam
baja tahan karat.

5. Stainless Steel
Stainless Steel (baja tahan karat) adalah jenis baja yang tahan terhadap pengaruh
oksidasi. Stainless steel merupakan logam paduan dari beberapa unsur logam yang
dipadukab dengan komposisi tertentu. Dari perpaduan logam tersebut didapatkan logam
baru dengan sifat atau karakteristik yang lebih unggul dari unsur logam sebelumnya. Stainless
steel mempunyai grade 108, tetapi yang biasa digunakan adalah tipe 304L. Sesuai kode L
dibelakang nama 304L, tipe ini mengandung cukup sedikit campuran karbon daripada tipe 304,
tetapi memiliki kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap korosi yang cukup baik.
Pada dunia industri yang sebenarnya, ada dua jenis pipa stainless steel yang paling sering dipakai,
yaitu:
• ASTM A312, untuk pipa berukuran dibawah 8 inci.
• ASTM A358, untuk pipa berukuran diatas 8 inci.
5 Karakteristik Stainless Steel yaitu:
1. Persen Krom Tinggi
Stainless Steel memiliki kandungan Chromium minimal 10,5%. Kandungan unsur
chromium ini merupakan pelindung utama dari gejala yang disebabkan pengaruh
kondisi lingkungan.
2. Tahan Karat
Sifat tahan karat stainless steel diperoleh karena adanya kandungan unsur
chromium yang tinggi. Stainless steel memiliki lapisan oksida yang stabil pada
permukaannya sehingga tahan terhadap pengaruh oksigen. Lapisan oksida ini bersifat
self-healing (penyembuhan diri) yang tetap utuh meskipun permukaan benda dipotong
atau dirusak.
3. Low Maintenance & Durable (Minim Perawatan dan Tahan Lama)
Peralatan yang terbuat dari stainless steel tidak membutuhkan perawatan yang
kompleks. Karakteristik stainless steel yang tahan karat membuatnya lebih awet atau
tahan lama dan tidak mudah rusak karena oksidasi.
4. Kekerasan dan Kekuatan Tinggi
Bila dibandingkan dengan baja ringan, stainless steel cenderung memiliki
kekuatan tarik tinggi. Stainless steel duplex memiliki kekuatan tarik lebih tinggi dari
stainless steel austenitik. Kekuatan tarik tertinggi terlihat di martensit (43I) dan nilai
pengeresan presipitasi (17-4 PH). Nilai tersebut dapat memiliki kekuatan dua kali lipat
dari jenis 304 dan 316, stainless steel yang paling umum digunakan.
5. Cryogenic Resistance (Resistensi terhadap Suhu Rendah)
Resistensi cryogenic diukur dengan keuletan atau ketangguhan pada sub nol suhu.
Pada suhu rendah kekuatan tarik stainless steel austenitic lebih tinggi daripada suhu
kamar secara substansial.
Martensitic, ferritic dan baja dengan pengerasan presipitasi sebaiknya tidak
digunakan pada suhu dibawah nol karena ketangguhannya akan turun secara
signifikan pada suhu rendah. Pada beberapa kasus penurunan tersebut terjadi pada
suhu mendekati suhu ruangan.

6. PVC (Paralon)
Pipa PVC terbuat dari bahan thermoplastic polivinil klorida, merupakan jaringan
perpipaan non besi murah dengan beragam kelebihan dan variasi perkembangan. Pipa
PVC terbuat dari polimer thermoplastic (terbuat dari bahan minyak bumi) dengan kode
daur ulang tiga, bernama Polyvinyl chloride atau dalam bahasa kimia (C2H3Cl)n. bahan
ini memiliki karakter murah, mudah dirangkai dan tahan lama.
Penggunaan bahan Polyvinyl chloride sendiri sangan popular atau sekitar 50%
digunakan sebagai material bahan bangunan. Karena sifatnya yang kaku dan kurang
luwes, penambahan bahan plasticizer membuat bahan ini lebih lentur.
Sehingga selain digunakan untuk bahan bangunan, bahan ini kemudian juga
dikembangkan sebagai material pembuat baju, kabel listrik, peralatan rumah tangga,
hingga lahirnya produk pipa bahan PVC modern yang kebanyakan kita kenal seperti
sekarang.
Pipa berbahan PVC sering digunakan untuk saluran air buangan. Bahan ini tahan
terhadap senyawa biologi dan kimia membuat produk pipa ini direkomendasikan
digunakan untuk saluran limbah dan air kotor buangan.

7. Chrom Moly
Chrom Moly terdiri dari Chromium dan Molybdenum. Berdasarkan campuran
kedua bahan itu maka sering disebut Chro-Moly/Chromoly, Cro-mo atau CRMO.
Material ini sangat mirip dengan steel (baja) sehingga sifatnya pun sama yaitu keras,
kaku, sangat kuat namun chromoly lebih ringan dan agak sulit berkarat dari baja biasa.
Ada juga yang mengatakan chromoly nama lain dari baja mungkin dikarenakan masih
satu keluarga dengan baja.
Tube frame ini biasanya berdiameter kecil dan berdinding tipis agar menjadi
ringan tetapi ada juga yang berdinding tebal diperuntukkan bagi big rider yang punya
berat badan melebihi ukuran orang biasa. Karena ratio material chromoly sangat bagus
yaitu antara kekuatan yang baik dan bobot ringan maka material ini dipakai juga pada
senapan AK-47, bangunan, spareparts mobil dan roll cage/bar (konstruksi berbentuk
sangkar untuk melindungi kokpit mobil) pada balap mobil WRC, Grand Touring Race,
Nascar dll.

Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut :


1. Vibre Glass
2. Aluminium (Aluminium)
3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)
4. Cooper (Tembaga)
5. Red Brass (kuningan merah)
6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)
7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)
Pemilihan bahan
Pemilihan bahan perpipaan haruslah disesuaikan dengan pembuatan teknik perpipaan dan hal
ini dapat dilihat pada ASTM serta ANSI dalam pembagian sebagai berikut
1. Perpipaan untuk pembangkit tenaga
2. Perpipaan untuk industri bahan migas
3. Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah
4. Perpipaan untuk pengangkutan minyak
5. Perpipaan untuk proses pendinginan
6. Perpipaan untuk tenaga nuklir
7. Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas

Beberapa material harus ditentukan untuk mendapatkan material pipa yang tepat sesuai
kebutuhan sistem perpipaan. Kriteria – kriteria dibawah ini dapat digunakan dalam pemilihan
material untuk pipa :
• Mechanical properties, termasuk ketahanan untuk menahan static load, dynamic load, dan
elastisitas dalam proses manufaktur
• Weld ability, kemudahan dan kekuatan material pipa dalam proses pengelasan.
• Corrotion resistance, kemampuan material dalam menahan korosi.
• Cost, berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan per satuan ukuran material.
• Availability, terkait dengan ketersediaan dan suplai material pada pasaran, sebagai
pertimbangan untuk volume cadangan dan biaya

Standar Perpipaan
Integritas sistem perpipaan tergantung pada pertimbangan dan prinsip yang digunakan
dalam desain, konstruksi dan pemeliharaan sistem. Sistem perpipaan yang terbuat dari
banyak komponen seperti pipa, flensa, dukungan, gasket, baut, katup, saringan, fleksibel dan
sendi ekspansi. Komponen dapat dibuat dalam berbagai bahan, dalam berbagai jenis dan
ukuran dan dapat diproduksi dengan standar nasional umum atau sesuai item produsen
proprietary. Beberapa perusahaan bahkan mempublikasikan standar mereka sendiri pipa
internal yang berdasarkan standar nasional dan sektor industri. Piping kode dan standar dari
organisasi standardisasi sebagai ANSI, ASME, ISO, DIN dan lain-lain, adalah yang paling
umum digunakan dalam pipa dan sistem perpipaan spesifikasi. Perbedaan antara kode pipa
dan standar pipa dapat didefinisikan sebagai:

Piping Kode : Kode Piping mendefinisikan persyaratan desain, fabrikasi, penggunaan bahan,
tes dan pemeriksaan pipa dan sistem perpipaan. Sebuah kode memiliki yurisdiksi yang
terbatas didefinisikan oleh kode.

Piping Standar : Piping standar mendefinisikan desain aplikasi dan aturan konstruksi dan
persyaratan untuk komponen perpipaan seperti flensa, siku, tee, katup dll. Sebuah standar
memiliki ruang lingkup terbatas didefinisikan oleh standar.

No Kode Standar Negara Penjelasan

1 AFNOR Perancis Association Française de Normalisation

2 ASME Amerika American Society of Mechanical Engineers

3 ASTM Amerika American Society for Testing and Materials

4 DIN Jerman Deutsches Institut für Normung

5 JIS Jepang Japanese Industrial Standards

6 ISO Internasional International Organization for


Standardization
7 ANSI Amerika American National Standards Institute
Pemilihan Material dan Diameter Pipa
Perancangan pipa melibatkan pemilihan diameter pipa, ketebalan dan material yang
digunakan. Diameter pipa yang dipilih sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kapasitas aliran
yang diinginkan untuk mengangkut hasil produksi fluida dari sumur-sumur minyak atau gas. Hal
ini membutuhkan suatu analisis menyeluruh dengan asumsi untuk keadaan kondisi operasi
terburuk sepanjang masa layan dari pipa yang direncanakan. Setelah itu, desain dilanjutkan untuk
memilih jenis bahan pipa yang akan dipakai, apakah akan menggunakan pipa dari baja, komposit,
atau jenis fleksibel yang kemudian membuat keputusan detail mengenai komposisi dan spesifikasi
dari material yang digunakan. Pertimbangan pemilihan material pipa harus didasarkan pada jenis
fluida yang akan ditransportasikan, beban, temperatur, dan mode kerusakan yang mungkin selama
proses instalasi dan operasi. Pemilihan material pipa harus dicocokan dengan semua komponen
dalam sistem pipa bawah laut.

Pipa yang dipilih harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:


• Sifat mekanik bahan.
• Kekakuan material.
• Ketahanan terhadap retak/fraktur.
• Ketahanan terhadap fatigue.
• Weldability.
• Ketahanan terhadap korosi.

Sifat dari karakteristik material pipa ini nantinya akan digunakan dalam menghitung
ketahanan pipa yang akan didesain. Dalam DNV 2007 nilai dari faktor kekuatan material (material
strength factor) dapat dilihat pada Tabel 1, nilai dari faktor daya tahan material (material resistance
factor) dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan nilai dari karakteristik properti material dirumuskan
seperti pada Tabel 3.
Selain itu, pada proses fabrikasi pipa terdapat adanya perubahan suhu, perubahan suhu ini
nantinya akan memberikan perbedaan antara tekanan dan tegangan, yang dikenal dengan nilai dari
faktor fabrikasi (fab), biasanya nilai faktor fabrikasi diberikan, namun jika faktor tersebut tidak
diketahui maka nilainya diberikan seperti dalam Tabel 4.
Dimana:
fytemp = pengurangan nilai yield stress akibat temperature
futemp = pengurangan nilai tensile stress akibat temperature
Seamless = jenis pipa tanpa las
SLS = Serviceability Limit State
ULS = Ultimate Limit State
FLS = Fatigue Limit State
ALS = Accidental Limit State
UO = proses fabrikasi pipa dari pipa yang dilas
UOE = proses fabikasi pipa dari pipa yang dilas dan dimuaikan
RB = Three Roll Bending
SMYS = Specified Minimum Yield Strength
SMTS = Specified Minimum Tensile Strength
Perbedaan kelas material pada pipa mengacu pada sifat material dalam kondisi temperatur
kamar. Temperatur berpengaruh terhadap sifat material, apabila tidak ada informasi mengenai
pengaruh temperatur tehadap sifat material maka dapat digunakan grafik seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 1 untuk menentukan penurunan tegangan akibat temperatur.

Jenis pipa sendiri dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu Seamless, Submerged Arc Welded
(SAW), Electric Resistance Welded (ERW), dan Spiral Weld. Dari keempat jenis pipa tadi, jenis
Seamless dan SAW adalah yang sering digunakan dibandingkan jenis lainya. Tabel 5 menyajikan
grade material berdasarkan American Petroleum Institute (API).
Warna Pipa & Label (Tanda) Kode Warna Perpipaan
Berikut nama dan contoh warna kode sesuai dengan SPLN 104 : 1993 :

Label (tanda) dan Kode Warna Perpipaan secara umum merujuk pada standar ANSI A13.1-
2007 (American National Standards Institute) dimana terdapat 6 (enam) kode warna dan label
(tanda) perpipaan yang diatur sebagaimana tabel di bawah berikut :
Adapun ukuran label (tanda) berbeda-beda menurut ukuran pipa sebagaimana ada pada tabel di
bawah :

Untuk pipa dengan ukuran kurang dari 3/4 inch direkomendasikan untuk membuat tanda
yang mudah dilihat secara permanen. Label (tanda) harus mudah dilihat, terdapat di setiap belokan
pipa, sambungan pipa, juga pipa yang melewati dinding serta penempatan label (tanda) dipasang
setiap interval 7 meter – 15 meter.

Anda mungkin juga menyukai