3) Konsili Efesus (22 juni - september 431); secara singkat konsili ini
berisikan penolakan dan pengecaman pada Nestorianisme.
- Latar belakang : Dalam konsep Logos-Anthropos ingin
menekankan bahwa Ilahi bukan hanya kelogosannya saja namun
juga kemanusiaannya yang penuh, konsep diramu dalam 2 mazhap
yang populer masa itu yakni :
a. Mazhap Antiokhia ( yang menekankan pada kekhasan keilahian
dan kemanusiaan , namun sudah menjelaskan tentang
kesaatuan kodratnya, sehingga ajaran ini membelot kebentuk
ekstrim dan memfomulasikan ajaran nestotianisme yang
dipelopori oleh tokoh bernama Nestorius dengan paham bahwa
Allah dan kristus adalah pribadi yang terpisah)
b. Mazhap Aleksandria ( Tokoh aliran ini adalah Cyrillus dari
Aleksandria yang menekankan pada kesatuan dari keilahian
dan kemanusiaan Kristung sehingga mengesampingkan
kekhasannya masing-masing, ajaran ini mengasilkan paham
monofisitisme yakni paham kemanusiaan kristus yang dilahap
oleh keilahian)
- Tujuan dan isi : Untuk mengecam dan melawan ajaran Cyrillus dan
para nestorian , pada konsili ekunemis ke-3 yang memperdebatkan
tentang ajaran ke-2 bidaah ini, sehingga dalam sinode
menghasilkan teks syahadat dan disepakati sebagai rumus yang
menyatukan (formula Unionis) , dalam konsili ekunemis ke-3
terbagi menjadi 3 periodesasi : Sinode konstatinopel (448), Sinode
penyamun di Efesus (449), dan Sinode Roma (449).
7) Konsili Nicea Kedua, (24 september - 23 Oktober 787); pada konsili ini
Geraja melawan ajaran adopsianisme dan monotheletisme
- Latar belakang ; Berawal dari praktik penghormatan terhadap ikon
para figur kudus Kekristenan telah dilarang oleh
Kaisar Konstantinus V dan didukung pula oleh Konsili Hieria (754
M), yang diklaim secara sepihak sebagai konsili oikumenis
ketujuh. Konsili Hieria 33 tahun kemudian ditetapkan sebagai
konsili yang tidak sah pada Konsili Nicea II oleh Gereja Ortodoks
Timur dan Gereja Katolik karena dalam konsili tersebut tidak ada
sama sekali perwakilan dari lima pentarki. Pelaksanaan dari
pelarangan penghormatan terhadap ikon ini dijalankan dengan
sangat keras misalnya seperti mempersekusi para umat beriman
dan para rahib yang masih memuliakan ikon-ikon figur kudus dan
ikonoklasme ini juga bermotif politis agar masyarakat tidak hanya
menghormati para figur kudus Kekristenan tetapi juga
menghormati para penguasa kekaisaran ,Ikonoklasme ini terus
berlanjut hingga masa kekuasaan Kaisar Leo IV Khazar. Namun,
ikonoklasme ini terhenti setelah kematian Kaisar Leo IV Khazar.
Serta disertai dengan hadirnya paham Adopsionisme yang
menganggap bahwa Yesus Kristus adalah manusia biasa yang
diadopsi menjadi Anak Allah, Ajaran ini muncul dari kelompok
Kristen Ebionit.
BIBLIOGRAFI