Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL ARGUMENTATIF

Tugas Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia

Kelas 2B Ilmu Pemerintahan

Nama Anggota Kelompok 7 :

- Ricki Aldi Alfiansyah (6670210042)

- Muhamad Ahyudin Sopiyan (6670210106)

- Tubagus Ilham Budiman (6670210029)

- Dimas Anang Saputra (6670210018)

Peranan Civil Society Pada Pemerintahan Presiden Jokowi Periode Kedua

Civil Society

Civil society atau masyarakat sipil menurut Almond, yaitu bagian dari
infrastruktur di dalam sistem politik yang mempunyai fungsi membuat pengaruh
terhadap kebijakan kepada suprastruktur sistem politik dengan melewati input
artikulasi kepentingan, dan juga mempunyai fungsi sosialisasi, rekrutmen maupun
komunikasi politik. Sejarah dari terbenknya civil society ini akibat adanya revolusi
industri dan kapitalis yang akhirnya berkembang sampai ke Negara Republik
Indonesia. Tentunya tugas utama dari civil society ialah mengawasi pemerintahan
dalam menjalankan tata kelola pemerintahannya. Dengan adanya msyarakat sipil atau
warga negara yang partisipasi dimana aktif dan kritis dalam mengawasi pemerintahan
merupakan salah satu bagian dari demokrasi yang baik didalam suatu negara.

Dalam perspektif Locke, Hobbes, dan Rousseau masyarakat sipil sebagai


negara itu sendiri dan memiliki kekuatan yang absolut atas warganya. Kemudian
Tocquwvil melanjutkan bahwa civil society ialah suatu wilayah kekuasaan sosial
yang terorganisasi dengan mempunyai karakteristik, yaitu; kesukarelaan, swasembada,
swadaya, dan mandiri dalam berhadapan dengan negara. Dimana civil society harus
benar-benar bebas dari pengaruh pemerintah, karena tugas utama dari civil society
ialah mengawasi dan menjadi pengontrol atau oposisi.

Pada Masa kepemimpinan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia pada


periode kedua yaitu Tahun 2019-2024 diwarnai dengan berbagai macam isu yang
menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Siti Zuhro sebagai Peneliti
Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan bahwa civil society
movement harus lebih kuat lagi dalam menghadapi pemerintahan Jokowi yang
kurangnya oposisi. Masyarakat tidak harus bergantung terhadap DPR saat ini, karena
menurutnya DPR sibuk dalam urusannya sendiri. Jadi untuk sekarang ini yang dapat
diharapkan dan dipercaya ialah hanya gerakan masyarakat sipil. Bahkan Partai
Gerinda yang mengusung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019 lalupun turut
bergabung menjadi koalisi pemerintahan. Dengan hal ini koalisi semakin menggemuk,
ditambah DPR yang tidak berjalan dengan semestinya yang semakin membuat
kurangnya pengawasan terhadap pemerintah. Jika pihak oposisi semakin berkurang
maka semakin bertambahnya waktu demokrasi di Indonesia akan semakin memudar
dan hal tersebut menjadi ancaman demokrasi.

Dimasa Pemerintahan Jokowi Sekarang periode kedua Tahun 2019-2024 ada


sebuah organisasi bernama Civil Society Watch yang diusung oleh Ade Armando,
yaitu salah satu dosen Universitas Indonesia. Civil Society Watch dapat diartikan
yaitu sebagai pengawas dari Civil Society, yang mana organisasi ini mempunya peran
khusus untuk mengawasi mengawasi masyarakat sipil (Civil Society), hal tersebut
dikatakan oleh Ade. Ade juga mengatakan bahwa jika negara dan juga pemerintah
perlu dikontrol, maka kelompok-kelompok masyarakatpun perlu dikontrol.
Ungkapannya tersebut mendapat berbagai reaksi dari masyarakat, dan banyak dari
masyarakat yang mengkritik hal tersebut. Tentu bukankah tersebut adalah hal yang
aneh, dimana masyarakat sipil yang berperan sebagai pengawas pemerintah, tetapi di
awasi juga oleh masyarakat sipil juga?. Apalagi seperti yang kita ketahui bahwa Ade
Armando ini selalu pro terhadap pemerintahan Jokowi, hal tersebut menjadi
pertanyaan. Dan hal ini mengingatkan terhadap rezim Soeharto yang otoriter dengan
memobalisasi para aparat maupun masyarakat guna selalu mendukung Soeharto dan
jika kita amati kembali, rezim Jokowi ini seperti mengulangi praktik pada masa orde
baru. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai kritik di era kepemimpinannya,
terutama pada periode keduanya sebagai Presiden.

Civil Society Watch ini mengawasi Civil Society, Civil Society Watch ini
membantu pemerintah dalam hal mengawasi Civil Society, yang kita tahu
bahwasanya peran dari Civil Society (Masyarakat Sipil) adalah mengawasi
pemerintah, bila mana pemerintah otoriter masyarakat sipil ini dapat melakukan
kritikan kepada pemerintah untuk mencegah pemerintah yang otoriter. Civil Society
ini sangat penting perannya di negara demokrasi seperti negara Indonesia. Karena
Civil Society dapat menjadi jembatan bagi masyarakat untuk mengawasi pemerintah.

Dengan adanya Civil Society Watch ini malahan membuat pemerintah otoriter
karena Civil Society Watch ini mengawasi masyarakat sipil yang tugasnya
mengawasi pemerintah, sama saja adanya Civil Society Watch ini sebagai mata-mata
yang membantu Pemerintah. Civil Society Watch ini sangat merugikanan Masyarakat
Sipil.

Dengan demikian, Perkembangan Civil Society pada masa pemerintahan


Jokowi Periode Kedua ini bisa dibilang menurun, karena adanya Civil Society Watch
yang mengawasi masyarakat sipil, dengan diawasinya masyarakat sipil membuat
masyarakat sipil terpojok, tidak bisa dengan leluasa mengawasi pemerintahan.

Civil society pada periode pertama jokowi menjabat sebagai presiden tidak
dapat dipungkiri banyaknya, karena jokowi seperti people power yang mampu
menuntun semua keinginan civil society. Akan tetapi saat ini pada periode kedua
pemerintahan jokowi di klaim mengalami penurunan meski sebenarnya banyak juga
pencapaian yang telah di capai seperti suskses menggelar ASEAN GAMES, terdaftar
dalam G20 dan masih banyak lainnya. Akan tetapi prestasi yang luar biasa itu
belumlah cukup jika masyarakat masih mengalami kesulitan dan suaranya tidak di
dengar.

Dimana pada periode kedua ini sering sekali terjadi tuntutan-tuntutan


mahasiswa maupun buruh yang ingin di dengar dan diberikan solusi terbaik. Seperti
penolakan UU Cipta Kerja atau yang sering kita dengar dengan istilah Omnibuslaw
yang dimana dirasa ada beberapa butir dari undang-undang yang bukan
mensejahterakan kaum kecil akan tetapi semakin menindas kaum kecil. Dan ketika
darurat kekerasan seksual muncul aksi agar menciptakan undang-undang untuk
melindungi korban, karena selama ini hukum yang terlihat pasti pihak perempuanlah
yang selalu disalahkan. Yang mana tuntutan tersebut kini sudah di wujudkan dalam
UU PKS yang belum lama di sahkan.

Keinginan civil society harapan-harapan masyarakat saat ini menurut pendapat


saya harus selalu di sampaikan melalui aksi demonstransi. Jika tidak ada aksi
cenderung di tanggapi dengan lambat. Demokrasi yang digadang-gadang dari rakyat
untuk rakyat dan oleh rakyat saat ini seperti stigma omong kosong yang nyatanya
masyarakat masih di tekan oleh pemerintah.

Menyampaikan pendapat di muka umum memang di lindungi undang-undang


akan tetapi menyampaikan pendapat di media sosial terasa sulit bahkan seperti pisau
bermata dua. Dimana masih perlunya di kaji ulang mengenai UU ITE agar
masyarakat bebas menyampaikan pendapatnya baik di muka umum maupun media
sosial.

Jika dahulu para aktivis yang menyampaikan pendapatnya dan berjuang untuk
kebenaran pasti akan menghilang akan tetapi saat ini menyampaikan pendapat dan
berjuang melalui media sosial akan berujung pada jeruji besi. Kebebasan berpendapat
dalam media sosial masih belum bisa kita lakukan dengan maksimal karena masih
tumpang tindihnya dalam peraturan UU ITE. Yang mana jika dahulu Pancasila yang
dijadikan tameng maka saat ini UU ITE yang dijadikan tameng agar masyarakat tidak
selalu mengkritisi pemerintah.

Padahal civil society merupakan bagian dari pendukung negara, yang mana
mereka memiliki peranan penting. Jika tidak ada civil society lantas siapa yang akan
mengawasi kinerja pemerintah untuk menghindari hal-hal yang menyimpang. Peran
civil society yang penting itu kini manfaatnya dirasa kurang maksimal. Dikarenakan
banyak civil society yang bukan pro terhadap tuntutan masyakarat akan tetapi mereka
seperti informan bagi pemerintah.

Seharusnya civil society merupakan organisasi yang independent dan tidak


boleh dipengaruhi pihak manapun dan hanya untuk masyarakat. Realitanya civil
society yang seharusnya membantu masyarakat malah menjadi boomerang bagi
masyarakat itu sendiri dan civil society saat ini mengalami penurunan semangat tetapi
tak jarang yang masih bersemangat seperti para mahasiswa dan buruh yang masih
aktif menyuarakan pendapatnya, aspirasinya, keinginannya agar di dengar oleh
pemerintah melalui aksi.

Adanya UU ITE ini membuat Civil Society tidak bisa bebas dalam mengkritik
pemerintah. Jika ada masyarakat yang memberikan kritikan yang menjelekkan
pemerintah di berikan hukuman.

Perkembangan Civil Society di masa pemerintahan Jokowi Periode Kedua ini


menurun karena adanya UU ITE membuat Civil Society menurun tugasnya dalam
mengkritik pemerintah. Bisa dibilang bahwasanya UU ITE ini menguntungkan
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai