Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori

1. Kemampuan Motorik

Kemampuan gerak merupakan suatu aktivitas yang sangat penting

bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang

menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 93) mengatakan bahwa

kemampuan motorik kasar adalah kapasitas seseorang yang berkaitan

dengan pelaksanaan dan peragaan suatu ketrampilan yang relatif melekat

pada saat masa kanak-kanak. Dikatakan bahwa “kemampuan gerak adalah

suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan ketrampilan gerak yang

luas serta diperjelas bahwa kemampuan motorik suatu kemampuan umum

yang berkaitan dengan penampilan berbagai ketrampilan atau tugas gerak

(Sukadiyanto, 1997: 70).

Gerak sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku

manusia. Sedangkan psikomotor khusus digunakan untuk domain

mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi

gerak (motor) ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotor. Menurut

Hurlock (1978: 150) motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang

berkoordinasi untuk melakukan gerak. Menurut Sukintaka (1992: 15-16)

gerak motorik merupakan hasil gerak individu dalam melakukan gerak,

baik gerak yang bukan olahraga maupun gerak dalam olahraga atau

kematangan penampilan ketrampilan motorik. Motorik merupakan suatu

6
kebutuhan yang harus dipelajari pada usia sekolah dasar. Mengingat hal

tersebut langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi

perilaku sehari-hari, dan menunjang perkembangan gerak dan postur tubuh

di masa remaja dan dewasa.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan motorik adalah suatu kemampuan yang dapat diperoleh dari

ketrampilan gerak umum yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan

suatu ketrampilan yang dipelajari sehingga nantinya akan memberikan

dampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Seseorang

yang memiliki tingkat kemampuan motorik yang tinggi dapat diartikan

bahwa orang tersebut memiliki potensi atau kemampuan untuk melakukan

ketrampilan gerak yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang

memiliki kemampuan motorik yang rendah.

2. Unsur-Unsur Kemampuan Motorik

Kemampuan motorik seseorang berbeda-beda tergantung pada

banyaknya pengalaman melakukan gerak yang dikuasainya. Kemampuan

motorik yang terdapat dalam fisik yang dirangkum menjadi lima

komponen yaitu: kekuatan, kemampuan, keseimbangan, kelincahan, dan

koordinasi. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kemampuan

motorik menurut Sarjono (1995: 3) ada lima unsur-unsur conditioning,

yaitu:

a. Kekuatan (Strength) adalah kemampuan otot untuk dapat


mempergunakan kekuatan untuk melawan tahanan.

7
b. Daya Tahan (Endurance) adalah kemampuan dari individu untuk
melawan kelelahan yang timbul dalam melakukan kegiatan jasmani
dalam waktu yang lama.
c. Kemampuan (Speed) adalah kemampuan seseorang dalam melakukan
kegiatan sejenis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya mendapatkan
hasil sebaik-baiknya, kemampuan merupakan sejumlah gerakan dalam
satuan unit waktu.
d. Kelincahan (Agility) adalah kemampuan seseorang dalam merubah
posisi atau arah.
e. Kelentukan (Fleksibility) adalah kemampuan seseorang melakukan
gerakan-gerakan dengan amplitudo yang luas.

Menurut Bompa yang dikutip oleh Joko Pekik (2002: 66-78) ada

lima biomotorik dasar yakni:

a. Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk


mengatasi tahanan.
b. Daya tahan adalah kemampuan melakukan kerja dalam waktu lama.
c. Kemampuan adalah perbandingan jarak dan waktu atau kemampuan
untuk bergerak dalam waktu singkat.
d. Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan
melalui jangkauan yang luas.
e. Koordinasi adalah keampuan melakukan gerakan pada berbagai
tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien.

Berdasarkan komponen-komponen kemampuan motorik diatas,

tidak berarti bahwa semua orang harus dapat mengembangkan secara

keseluruhan komponen kemampuan motorik. Tiap orang mempunyai

kelebihan dan kekurangan dalam mendapatkan komponen-komponen

kemampuan motorik. Bagaimanapun juga, faktor yang berasal dai dalam

dan luar selalu mempunyai pengaruh terhadap kemampuan motorik

seseorang.

3. Fungsi Kemampuan Motorik

Fungsi motorik menurut Cureton dalam Muntohir dan Gusril

(2004: 51), fungsi utama kemampuan motorik adalah untuk

8
mengembangkan kesanggupan dan kemampuan setiap individu yang

berguna untuk mempertinggi daya kerja. Dengan memiliki kemampuan

motorik yang baik tentu individu mempunyai landasan untuk menguasai

tugas keterampilan motorik yang khusus.

Menurut Rusli Lutan (1988: 96) bahwa mengembangkan

ketrampilan dasar gerak pada siswa sekolah dasar ditentukan pada

pengembangan dan pengayaan ketrampilan gerak. Semakin banyak

perbendaharaan gerak dasar, semakin terampil dalam kehidupan sehari-

hari, termasuk melakukan ketrampilan lainnya.

Dengan mempunyai kemampuan gerak yang baik, seseorang

mempunyai landasan untuk menguasai tugas ketrampilan gerak yang

khusus. Unsur-unsur kemampuan gerak motorik akan semakin terlatih

apabila siswa semakin banyak mengalami berbagai pengalaman aktivitas

gerak yang bermacam-macam. Ingatan akan selalu menyimpan

pengalaman yang akan dipergunakan untuk kesempatan yang lain, jika

melakukan gerakan yang sama. Dengan banyaknya pengalaman gerak

yang dilakukan siswa Sekolah Dasar akan menambah kematangan dalam

melakukan aktivitas gerak motorik.

4. Hakikat Lari

Dalam Diktat UNY lari adalah aktivitas gerak siklis (berulang-

ulang) kaki kanan dan kaki kiri yang secara bergantian melangkah ke

depan, disertai dengan adanya ayunan lengan kanan dan lengan kiri, yang

melenggang secara bergantian. Berdasarkan jenisnya nomor lari yang

9
diperlombakan dikelompokkan menjadi empat yaitu: lari jarak pendek, lari

jarak sedang, lari jarak jauh dan lari marathon.

Dalam perlombaan lari jarak pendek ada tiga nomor yang sering

diperlombakan yaitu: (1) jarak 100 meter, (2) jarak 200 meter dan (3)

jarak 400 meter. Ketiga jarak atau nomor tersebut menjadi nomor utama,

dengan penelitian ini lari cepat yang dikaji dan diteliti adalah lari cepat 30

meter. Lari 30 meter merupakan salah satu nomor lari jarak pendek atau

lari cepat. Lari cepat (sprint) adalah lari yang dilakukan dengan

kemampuan maksimal mulai dari garis start sampai garish finish. Menurut

Nanang Sudrajat (2004: 33) yang dimaksud lari cepat adalah gerak yang

dilaksanakan pada lintasan lurus. Tujuan lari adalah untuk memperoleh

kemampuan lari dengan waktu sesingkat mungkin.

Sebagaimana dijelaskan di atas lari adalah gerakan berpindah

tempat dengan menuju kedepan dilakukan lenih cepat dari berjalan.

Berjalan kakinya selalu berhubungan dengan tanah, sedangkan berlari ada

saatnya kedua kaki lepas dari tanah sehingga ada saat badan melayang di

udara. Lari merupakan salah satu cabang olahraga yang memegang

peranan penting dalam poengembangan kondisi fisik, sering pula menjadi

dasar pokok untuk mengembangkan atau meningkatkan prestasi yang

optimal bagi cabang olahraga lain, seperti pada cabang oalhraga basket,

sepak bola, dan lain sebagainya.

10
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka lari 30 meter dapat

didefinisikan yaitu suatu gerakan lari secepat- cepatnya mulai dari garis

start sampai dengan finish yang ditempuh dalam waktu sesingkat-

singkatnya menempuh jarak 30 meter. Kelangsungan gerak pada lari jarak

pendek secara teknis adalah sama. Apabila ada perbedaan hanyalah

terletak pada penghematan penggunaan tenaga.

5. Faktor-Faktor yang Menentukan Kemampuan Lari

Menurut Priyanto & Maryanto (2010: 12) hal- hal yang harus

diperhatikan dalam berlari adalah:

a. Teknik berlari
1) Langkah kaki harus panjang
2) Ayunan tangan harus sesuai dengan gerakan tangan
3) Arahkan pandangan ke depan
4) Tumpuan pada ujung kaki
b. Teknik memasuki garis finish
1) Arahkan pandangan ke depan
2) Condongkan kepala dan badan ke depan
3) Percepat dan perlebar langkah
Faktor tersebut diatas merupakan faktor yang penting untuk

mendapatkan kemampuan lari yang baik. Seperti dikemukakan Arma

Abdoellah (1981) dalam Vesty Amalia (2011:12) bahwa bagi pelari cepat

atau jarak pendek, perlu memperhatikan beberapa hal dalam pencapaian

finish yaitu:

a. Frekuensi dipercepat, langkah diperlebar dan jangan mengurangi


kecepata lari sebelum melewati garis finish
b. Pusatkan perhatian untuk mencapai finish
c. Jangan sekali- kali mengadakan gerakan melompat pada garis finish
d. Kalau ada pita finish jangan berusaha meraih dengan tangan
e. Jangan berhenti setelah melewati garis finish

11
6. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui penyediaan

pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasmani, bermain dan

berolahraga yang direncanakan secara sistematis guna merangsang

pertumbuhan dan perkembangan fisik, ketrampilan motorik, ketrampilan

berpikir, emosional, sosial, moral, pola hidup dan pengenalan terhadap

lingkungan. Anak usia sekolah sangat membutuhkan pengalaman bergerak

yang bermacam-macam, karena gerak merupakan kebutuhan dasar pada

setiap makhluk hidup. Bermain merupakan hal yang sangat dibutuhkan

dalam rangka pertumbuhan. Model olahraga permainan merupakan salah

satu model yang paling disukai oleh anak usia Sekolah Dasar.

Karakteristik jasmani siswa sekolah dasar menurut Sukintaka

(1992:42) adalah sebagai berikut:

Anak kelas III dan IV kira-kira berumur di antara 9-10 tahun, mempunyai

karakteristik:

a. Perbaikan koordinasi dalam keterampilan gerak.


b. Daya tahan berkembang.
c. Pertumbuhan tetap.
d. Koordinasi mata dan tangan baik.
e. Sikap tubuh yang tidak baik mungkin diperlihatkan.
f. Perbedaan jenis kelamin tidak menimbulkan konsekuensi yang besar.
g. Secara fisiologik putri pada umumnya mencapai kematangan lebih
dahulu dari pada anak laki-laki.
h. Gigi tetap, mulai tumbuh.
i. Perbedaan secara perorangan dapat dibedakan dengan nyata.
j. Kecelakaan cenderung memacu mobilitas.

Menurut H. Syamsu Yusuf (2004: 24-25), masa usia sekolah dasar

sering disebut masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada

12
masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah di

didik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini dibagi menjadi

dua fase, yaitu:

a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira usia 6 atau 7 tahun


sampai usia 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini
antara lain:
1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi (apabila jasmaniahnya sehat banyak prestasi yang
diperoleh).
2) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut namanya
sendiri).
4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggap
tidak penting.
6) Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai
(angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas
diberi nilai baik atau tidak.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira usia 9 atau 10 sampai
12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada usia ini adalah:
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret,
hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2) Amat realistik, ingin mengtahui, ingin belajar.
3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor
ditafsirkan sebagai nilai menonjolnya faktor-faktor (bakat khusus).
4) Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi
keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
6) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya
biasannya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu
anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional
(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

Selanjutnya menurut Syamsu Yusuf (2004: 178-184) karakteristik

pada anak usia sekolah dasar terbagi menjadi tujuh fase, yaitu:

13
perkembangan intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan sosial,

perkembangan emosi, perkembangan moral, perkembangan penghayatan

keagamaan, dan perkembangan motorik. Dari ke tujuh fase tersebut dapat

disimpulkan bahwa masa anak usia sekolah dasar ini adalah masa-masa

yang sangat penting karena pada masa ini daya pikir anak sudah

berkembang ke arah pemikiran kongkrit dan rasional (dapat diterima akal),

sehingga segala bentuk perkembangan, baik perkembangan dalam bentuk

fisik, mental, dan sosial terjadi pada masa usia sekolah dasar ini dan akan

menjadi masa persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan dimasa

dewasa nanti.

Pada masa sekolah dasar anak diharapkan memperoleh

pengetahuan dasar yang sangat penting (esensial) bagi persiapan dan

penyesuaian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa. Masa ini juga disebut

masa suka berkelompok kerena bagi anak usia ini peran kelompok sebaya

sangat berarti baginya, dan sangat mendambakan penerimaan oleh

kelompoknya, baik dalam penampilan maupun dalam ungkapan diri

(bahasa) dan cenderung meniru kelompok sebaya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan dalam mendukung kajian

teoritik. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian

yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2008) dengan judul Kemampuan lari

Siswa Kelas III dan IV SD Negeri Sambiroto Nanggulan Kulon Progo.

Sampel yang diambil 27 siswa masing-masing 15 siswa kelas III dan 12

14
siswa kelas IV. Teknik pemgumpulan data menggunakan tes lari 30 m.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan lari 30 m siswa kelas

III adalah sebagai berikut: siswa memiliki kemampuan lari baik sekali

empat orang (26,7%), siswa mimiliki kemampuan baik, kemampuan

sedang dan kemampuan kurang sekali masing-masing tiga orang (20%),

siswa memiliki kemampuan kurang berjumlah dua orang (13,3%). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kemampuan lari 30 m siswa kelas IV

adalah sebagai berikut: siswa memiliki kemampuan baik sekali berjumlah

lima orang (33,3%), siswa memiliki kemampuan baik empat orang

(26,7%), siswa memiliki kemampuan sedang dan kemampuan kurang tiga

orang (20%) sedangkan siswa yang memiliki kemampuan kurang sekalli

tidak ada.

2. Temu Hartanta (2008) yang berjudul: Kemampuan Motorik Siswa

Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Negeri Panggang 2 Kabupaten

Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemampuan motorik yang masih duduk di kelas 4, 5, dan 6 di Sekolah

Dasar Negeri Panggang 2 Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan metode survai dan menggunakan

teknik tes dan pengukuran yang meliputi: lari jarak pendek 40m, lari zig-

zag, lompat jauh tanpa awalan, berdiri satu kaki, lempar tangkap bola

tenis. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4,5, dan 6 di SD

Negeri Panggang 2 Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah 47 siswa. Uji

validitas instrument menggunakan Product Moment, uji reabilitas dengan

15
Alpha Cronbach, dan uji normalitas dengan One Sample Kolmogrov

Smirrov Test. Tekhik analisis data dalam penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif dengan prosentase, menggunakan program SPSS. Hasil

penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kemampuan motorik siswa

kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Panggang 2 Kabupaten Gunungkidul

dikategorikan sedang. Hasil penelitian secara rinci sebagai berikut: empat

(8,5%) siswa dalam kategori baik sekali, 12 (25,5%) siswa dalam kategori

baik, 16(34%) siswa dalam kategori sedang, 12 (25,5%) siswa dalam

kategori kurang, dan tiga (6,5%) siswa dalam kategori kurang sekali.

3. Asep Muhammad Saefu (2011) yang berjudul Tingkat Kemampuan Lari

Jarak Pendek 60 Meter Siswa Kelas X Dan XI SMK Sosial Islam 1

Prambanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemampuan lari siswa kelas X dan XI SMK Sosial Islam 1 Prambanan.

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan survai,

menggunakan tehknik tes lari 60 meter. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 34 siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah

analisis diskriptif dengan prosentase. Hasil penelitian secara rinci sebagai

berikut: tidak ada siswa (0, 00%) kemampuan lari baik sekali, tidak ada

siswa (0,00%) kemampuan lari baik, tujuh siswa (20,59%) kemampuan

lari sedang, 12 siswa (35,29%) kemampuan lari siswa kurang, 15 siswa

(44, 12%) kemampuan lari kurang sekali.

16
C. Kerangka Berpikir

Lari merupakan salah satu kegiatan yang memberikan kesenangan

pada seseorang, terutama yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat.

Pengertian lari itu sendiri adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga

pada waktu lari ada kecenderungan badan melayang. Terdapat banyak jenis

dalam lari dan telah menyebar luas diberbagai kalangan masyarakat. Pada

setiap lari merupakan sebuah aktifitas yang harus dilakukan pada saat

melakukan olahraga.

Kemampuan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan laju

gerak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan jarak tertentu.

Kemampuan ini adalah faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya

seseorang pada saat berlari.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan rumusan masalah yang

merupakan target kuantitatif dari penelitian ini. Dari hasil analisis ini, akan

ditemukan seberapa besar kemampuan lari siswa putri kelas III dan IV SD

Sono Kretek.

17

Anda mungkin juga menyukai