BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
untuk ketakutan tersebut. 2) Rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat
(Chaplin, 2011).
atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir tentang
sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Calhoun dan Acocella (dalam Safaria &
realistis maupun tidak realistis) yang disertai dengan keadaan peningkatan reaksi
kejiwaan.
(Santrock, 2002).
12
yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus & Greene, 2003).
gemetar atau tidak berani terhadap hal-hal yang tidak konkrit, semu ataupun tidak
jelas. Selalu penuh dengan ketegangan emosional, serta dipenuhi oleh bayangan-
kecemasan adalah kondisi yang tidak menyenangkan pada individu yang ditandai
dengan rasa khawatir dan perasaan subjektif lainnya disertai reaksi kejiwaan pada
berikut:
lain.
timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak
dan gerakan biologis. Hal ini dapat dilihat dalam analisis gangguan fungsional
(1996), Maher menyebut tiga komponen dari reaksi kecemasan yang kuat, yaitu
(Sobur, 2003):
secara sadar.
tuntutan lingkungan.
ini mempunyai asal atau sumber dalam lingkungan yang secara emosional dirasa
3. Ciri-ciri Kecemasan
masalah, khawatir terhadap hal-hal sepele, pikiran terasa bercampur aduk atau
a) Pendekatan Biologis
b) Pendekatan Belajar
karena adanya pola pikir yang salah, terdistorsi atau tidak produktif
yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan diterima oleh orang lain dalam
(Marvienda, 2007):
c) Dukungan sosial
d) Konflik
e) Lingkungan
B. Kelekatan (Attachment)
1. Definisi Kelekatan
Kelekatan diartikan oleh Ainsworth (dalam Cahyani, Alsa & Helmi, 1999)
sebagai suatu ikatan yang bersifat afeksional pada seseorang yang ditujukan pada
orang-orang tertentu atau disebut figur lekat dan berlangsung terus- menerus.
“attachment” mengacu pada ikatan antara dua orang individu atau lebih; sifatnya
seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu. Feldman
18
Santrock (2002), kelekatan mengacu kepada suatu relasi antara dua orang
yang memiliki perasaan yang kuat satu dengan yang lain dan melakukan banyak
kelekatan adalah ikatan afeksi dengan figur lekat yang dapat berupa orangtua,
antara bayi dan pengasuh utama (Bretherthon dalam Helmi, 2004). Prinsip dasar
dari teori kelekatan adalah hubungan kelekatan tetap penting sepanjang masa
hidup (Bartholomew & Horowitz, 1991). Para ahli teori kelekatan seperti psikiater
menyatakan bahwa kelekatan yang aman di masa bayi penting bagi perkembangan
kompetensi sosial.
pengasuh. Kelekatan tidak aman dianggap berkaitan dengan masalah dalam relasi
Banyak studi yang mengukur kelekatan yang aman dan tidak aman di
masa remaja dengan menggunakan Adult Attachment Inteview (AAI) oleh George,
Main, dan Kaplan. Pengukuran ini menilai memori individu mengenai relasi
atau sebagai salah satu dari tiga kategori tidak aman sebagai berikut (Santrock,
2007):
mengalami disorientasi.
kelekatan dari Bowbly ini dilakukan oleh Hazan dan Shaver pada tahun 1987.
Gaya Kelekatan menurut Hazan dan Shaver (dalam Collins & Read, 1990)
kategori, yaitu:
terhadapnya.
positif dari orang lain. Individu seperti ini berjuang untuk diterima
orang lain. Pandangan yang negatif terhadap diri sendiri dan orang
3. Dimensi Kelekatan
Kelekatan yang dikembangkan oleh Collins dan Read (1990) terdapat tiga
dimensi, yaitu:
dewasa sangat dipengaruhi oleh peristiwa afektif yang terjadi selama masa kanak-
kanak. Teori kelekatan menekankan model kognitif yang saat ini sudah mengarah
pada teori-teori hubungan yang lebih umum, seperti sosial, emosional, dan
perkembangan kepribadian.
22
masa awal atau anak-anak dengan menjalin hubungan cinta pada orang dewasa.
Dimensi ini dapat dilihat sebagai prinsip panduan yang menentukan bagaimana
dewasa, seperti apakah pasangan akan responsif dan tersedia saat dibutuhkan,
apakah seseorang nyaman berada dengan kontak dekat dan keintiman, dan
keyakinan tentang apakah pasangan akan terus mencintai. Keyakinan dan harapan
mengenai rasa aman ini memiliki implikasi penting bagi perilaku dalam berbagai
4. Aspek-aspek Kelekatan
a) Sensitivitas figur
kebutuhan-kebutuhan individu.
b) Responsivitas figur
kebutuhan individu.
kepekaan figur lekat terhadap kebutuhan individu dan responsivitas kedua belah
23
pihak baik figur lekat maupun individu dalam menanggapi stimulus-stimulus yang
C. Remaja
1. Definisi Remaja
suatu tahap perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang
ditandai oleh perubahan fisik, perkembangan kognitif, dan sosial. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas 3, yaitu 12-15 tahun =
masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun =
masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif
kebanyakan budaya lain sekarang ini, masa remaja dimulai kira-kira usia 10
sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun (Santrock, 2003).
a) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
dewasa lainnya
Secara lebih rinci, Kelly dan Hansen (dalam Desmita, 2010) menyebutkan
langsung.
baru mereka.
25
penolakan oleh teman sebaya dihubungkan dengan kesehatan mental dan problem
kejahatan (Desmita, 2010). Menurut Rice dan Dolgin (dalam Santoso & Febriani,
2012) pada masa ini terjadi perubahan besar pada kelompok primer remaja dengan
mikrosistem remaja. Pada level mikrosistem ini hubungan dan interaksi individu
26
teman sebaya tetapi cenderung sangat agresif terhadap saingannya (Santoso &
Febriani, 2012).
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan
sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila
diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila
(peers) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan
Salah satu fungsi terpenting dari kelompok kawan sebaya adalah sebagai
mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau
adalah “kondisi situasi”, dan jenis situasi tertentu di mana anak berpartisipasi,
Menurut Bukowski dkk (dalam Santrock, 2007) bahwa relasi yang baik di
masa remaja. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah
27
jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan, mulai
dari masalah kenakalan dan masalah minuman keras hingga depresi. Berdasarkan
sebuah studi yang dilakukan oleh Ryan dan Patrick pada tahun 1996 mengenai
remaja, terungkap bahwa relasi yang positif dengan kawan sebaya berkaitan
dilakukan Fisher (dalam Santrock, 2007), remaja yang lebih tua yang
Kelekatan yang aman dengan orangtua dapat menjadi modal bagi remaja
dan meningkatkan kepercayaan mereka ketika menjalin relasi karib dengan orang
relasi karib. Menurut Saarni, individu yang sering murung dan memiliki emosi
individu yang memiliki emosi positif akan lebih popular. Remaja yang memiliki
D. Media Sosial
Dari definisi masing-masing kata yaitu media dan sosial, maka dapat
sosial yang dimaksud merupakan sarana yang digunakan oleh para penggunanya
pertemanan dengan orang lain. Media sosial yang menjadi fokus dalam penelitian
ini adalah Facebook dan Twitter. Media sosial seperti Facebook dan Twitter
banyak digunakan oleh para remaja. Kelekatan merupakan bentuk ikatan afeksi
pertemanannya dengan kawan sebaya. Dalam hal ini remaja yang menjalin
Beberapa situs jaringan sosial yang banyak digunakan yaitu Facebook dan
mereka miliki bersama, dan belajar hobi satu sama lain, kepentingan, selera
musik, dan status hubungan melalui profil (Ellison, Steinfield & Lampe, 2007).
E. Kerangka Berpikir
Kelekatan merupakan ikatan emosional antara dua orang atau lebih. Teori
awal kelekatan yaitu hubungan emosional antara seorang ibu dan anak. Pada saat
ini, teori kelekatan bukan hanya kedekatan secara fisik saja, namun untuk menjaga
rasa aman (Collins & Read, 1990). Dalam perkembangannya teori awal kelekatan
dapat menjadi tolak ukur hubungan seseorang dengan orang lain di masa-masa
seorang anak khususnya masa remaja yang sangat penting untuk diperhatikan.
dengan teman-teman sebayanya. Hal ini menjadikan remaja tidak dapat lepas dari
remaja. Kelekatan yang aman dengan orangtua dapat menjadi modal bagi remaja
teman-temannya. Sebagai remaja, mereka akan senang apabila dapat diterima oleh
30
sosial yang sedang booming di kalangan remaja (Triwidodo dan Dewi, 2012).
bersama teman-teman.
atau tidak diketahui objeknya. Priest (dalam Safaria dan Saputra, 2009)
berpendapat bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang
Kecemasan pada remaja yang menggunakan media sosial berupa merasa khawatir
ketinggalan informasi jika tidak menggunakan media sosial setiap hari, merasa
tidak dapat diterima oleh teman-teman jika tidak aktif dalam media sosial. Hal ini
31
F. Hipotesis