Disusun Oleh
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat memahami dan menjelaskan prinsip kerja
metode seismik refraksi, dapat melakukan pengambilan data metode seismik refraksi dengan
baik, dan dapat mengolah dan menginterpretasikan data seismik.
BAB II
METODOLOGI
2. Geophone
Alat ini digunakan sebagai sensor gelombang seismik pada permukaan bumi.
Data pada kotak berwarna kuning merupakan data dari shot pertama dan merah
merupakan data dari shot kedua. Sedangkan kotak berwarna abu-abu merupakan data
yang tumpang tindih dari shot pertama dan shot kedua, namun yang digunakan ialah
data dari shot kedua. Selanjutnya, data dari sheet kedua ini di Export dalam format
TX1.txt dan muncul seperti gambar berikut :
Kemudian M-File dirun maka akan muncul kurva seperti dibawah ini:
Kemudian memilih data yang akan diekstrapolasi dan muncul sebagai berikut:
Kemudian muncul data output (XP1.txt), isi data XP1 ini kemudian dimasukkan
kedalam tabel excel sebagai berikut :
Kemudian M-File Hagiwara-Masuda ini di run, dan muncul kurva sebagai berikut:
Kemudian memilih range data dimana gelombang refraksi muncul, kemudian muncul
hasil pengolahan data sebagai berikut:
Langkah-langkah diatas diulangi pada setiap line dan menghasilkan data hasil pengolahan
sebagai berikut:
Mulai
Koreksi Statik
Dekonvolusi
sebelum
filtering
Filtering
Dekonvolusi
setelah filtering
2.2.1.3 filtering
BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1 Interpretasi Seismik Refraksi
Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan
Matlab R2010a didapatkan data per lintasan seismik sebagai berikut:
(a)
(c)
(d)
(e)
Gambar 3.2 Penampang lapisan hasil pengolahan data; (a) line 1; (b) line 2; (c) line 3; (d)
line 4; (e) line 5
Line 2
Line 1
Line 4
Dari data hasil pengolahan kecepatan rata-rata lapisan merah ialah 582,2 m/s dan
kecepatan rata-rata lapisan biru ialah 327,5 m/s. Dan berdasarkan kedua tabel diatas, lapisan
biru merupakan weathered surface material dan lapisan biru ialah gravel, rubble, or sand
(dry).
Sehingga dapat digambarkan kondisi bawah permukaan dengan mengabaikan relief
bidang batas perlapisan ialah seperti pada Gambar 3.5.
2. Koreksi Statik
Koreksi statik dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi terhadap
sinyal-sinyal seismik yang berasal dari lapisan pemantul. Tahap koreksi statik juga
melakukan Koreksi terhadap pengaruh topografi permukaan tanah (lapisan lapuk)
terhadap lapisan kompak.
Topografi permukaan tanah yang umumnya tidak rata akan mengakibatkan
bergesernya waktu datang sinyal-sinyal refleksi dari waktu yang diharapkan.
Topografi permukaan tanah ini mempengaruhi ketinggian titik tembak (shot point)
maupun geophone (receiver) bila dihitung terhadap bidang referensi atau datum yang
datar.
(a)
(b)
(a)
(b)
Gambar 3.10 Perbandingan (a) data tahap sebelumnya (hasil koreksi statik) dan (b)
setelah dekonvolusi.
Dari penjelasan dekonvolusi diatas, dijelaskan bahwa dekonvolusi merupakan
proses pengolahan data seismik yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal
(baca: vertikal) dengan cara mengkompres wavelet seismik. Dilihat dari perbandingan
data (Gambar 3.10) wiggle seismik dari data respon seismik sebenarnya dikompres
dan hanya menyisakan wiggle yang mewakilkan bidang perlapisan batuan, yang
sesuai dengan Gambar 3.8.
4. Filtering
Filtering merupakan proses untuk memisahkan frekuensi data seismik primer dengan
frekuensi yang mengganggu data seismik primer. Frekuensi-frekuensi pengganggu
tersebut akan dibuang dan dihapuskan untuk melindungi sinyal primer. Frekuensi ini
disebut noise, yang biasanya dilakukan sebelum dan sesudah stack. Filtering yang
sering digunakan dalam pengolahan data seismik adalah band pass, low pass (high
cut) dan high pass (low cut). Didalam pengolahan data seismik band pass filter lebih
umum digunakan karena biasanya gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi
rendah (seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient noise).
Data seismik
bagian atas,
seperti data first
break, dll
(a)
(b)
Gambar 3.13 Perbandingan data sebelum tahap filtering(a) dan data setelah
filtering(b)
Gambar 3.15 Contoh perbandingan CDP gather sebelum spectral balancing (kiri)
dan setelah spectral balancing (kanan).
Pada gambar di atas terlihat bahwa setelah Spectral Balancing kandungan bandwith
antara near dan far traces menjadi lebih seimbang. Demikian juga dengan
amplitudonya.
Berikut ditampilkan flowchart dari tahap Time Variant Spectral Balancing :
Amplitudo trace
tinggi,
kemenerusan trace
jelas
(a)
(b)
Gambar 3.17 Perbandingan data hasil tahap dekonvolusi setelah filtering (a) dan
data hasil tahap time variant spectral balancing (b)
Dari gambar perbandingan diatas, hal yang terlihat sangat jelas ialah ketika
dekonvolusi setelah filtering data diperkuat sehingga amplitudo trace terlihat sangat
tinggi, namun ketika tahap ini (time variant spectral balancing) amplitudo trace
diperkecil namun tidak menghilangkan kejelasan kemenerusan trace seismiknya.
(a)
(b)
Dari seluruh tahap yang telah dilakukan maka didapatkan hasil pengolahan data pada
praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
4.1.2 Seismik refraksi
Metode seismik refraksi ialah salah satu metode geofisika aktif yang sangat baik
digunakan untuk menampilkan resolusi bawah permukaan yang dangkal, dalam akuisisinya
lintasan seismik harus dapat menjangkau seluruh area yang diinginkan. Penggunaan metode
Data line 2