SKRIPSI
Oleh :
ANNA MARIA
NIM. 141000568
Oleh :
ANNA MARIA
NIM. 141000568
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru Tahun 2018”
ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Anna Maria
ii
iv
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru Tahun
2018” ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Kesehatan Kerja.
tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Kepala Departemen Keselamatan dan
dengan baik.
vi
dengan baik.
5. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
7. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D., selaku Dosen Penasehat Akademik yang
8. Kemas Abdul Gaffur, selaku Manajer PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
perusahaan terkait.
PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang telah
lokasi penelitian.
10. Fri Helmi, selaku staf Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang telah
vii
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang telah
12. Chandra Wicaksono, selaku Assistant Analyst Kinerja di PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang telah memberikan
PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang telah
14. Sony Saputra, selaku pegawai departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
15. Terkhusus untuk kedua orang tua saya, mama yang terkasih Yanti dan papa
yang terkasih Phan Tje Min dan adik saya yang tersayang Phan Cia Sen yang
16. Segenap keluarga tercinta, terkhusus Aling, Lily, Phan Ce Cen dan Iwan Phan
yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi dalam proses
17. Tiur Maria Simarmata sebagai sahabat yang selalu memberikan dukungan,
18. Sherlina Estefania sebagai sahabat yang selalu memberikan dukungan dan
viii
20. Teman-teman stambuk 2014 dan para senior dari departemen K3 yang telah
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan skripsi ini agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Penulis
pengetahuan, bagi kita semua dan dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Anna Maria
ix
Halaman
xi
xii
Tabel 2.3 Daftar Jenis Tempat Kerja Berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya
Kebakaran ............................................................................................. 20
Tabel 4.1 Kesesuaian Sistem Proteksi Kebakaran Pasif di PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI
03-1736-2000 ........................................................................................ 68
Tabel 4.2 Spesifikasi Detektor Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru ................................................... 70
Tabel 4.3 Kesesuaian Detektor Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI 03-3985-2000 ........ 71
Tabel 4.4 Spesifikasi Sistem Alarm Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah
Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru ........................................... 73
Tabel 4.5 Kesesuaian Alarm Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI 03-3985-2000 .............. 73
Tabel 4.6 Spesifikasi Pompa Pemadam Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah
Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru ............................................ 75
Tabel 4.7 Kesesuaian Pompa Pemadam Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah
Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI 03-6570-2001
dan PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 .................................................... 75
xiii
Tabel 4.9 Kesesuaian Hidran Pemadam Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah
Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI 03-1745-2000
dan PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 ................................................... 78
Tabel 4.10 Spesifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru .......................... 80
Tabel 4.11 Kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan PerMen
PU No. 26/PRT/M/2008 ..................................................................... 82
Tabel 4.12 Tingkat Kesesuaian Sistem Proteksi Kebakaran di PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru .......................... 85
Tabel 5.3 Data Kebakaran Bangunan dan Perkiraan Kerugian di Pekanbaru Tahun
2015 – 2017......................................................................................... 100
xiv
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Unit Pelaksana PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru .............................................. 67
xv
Lampiran 8. Kartu Inspeksi Hidran dan Pompa Pemadam Kebakaran .............. 127
Lampiran 9. Laporan Kondisi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) .................. 128
xvi
Penulis bernama Anna Maria, lahir pada tanggal 2 Mei 1996 di Pekanbaru,
TK Santa Maria, Pekanbaru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2002, penulis
2002 dan selesai pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Kristen Kalam Kudus, Pekanbaru pada tahun 2008
dan selesai pada tahun 2011, dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Witama Nasional Plus, Pekanbaru pada tahun
2011 dan selesai pada tahun 2014. Penulis melanjutkan Pendidikan S-1 di
Kesehatan Masyarakat pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2018.
xvii
PENDAHULUAN
Kebakaran terjadi tidak mengenal tempat dan waktu, dapat terjadi di mana
saja dan kapan saja. Di mana pun terjadi, kebakaran selalu menyisakan kerusakan
dan kerugian (Napitupulu dan Tampubolon, 2015). Berdasarkan data dari Badan
Kota Pekanbaru, tercatat bahwa selama tahun 2017 terjadi 117 kebakaran
11.661.050.000 dan total luas bangunan yang terbakar sekitar ± 33.738 m2.
ledakan kompor atau hubungan arus pendek listrik. Kebakaran pada permukiman
dilakukan upaya pemadaman kebakaran. Terlepas dari jumlah rumah yang dilanda
kebakaran, pemilik hunian atau rumah yang terbakar akan mengalami duka dan
derita yang disebabkan oleh musnahnya harta benda dan bahkan korban jiwa
akibat kebakaran di tempat kerja pun bisa lebih luas, mencakup kerugian materiil,
jatuhnya korban jiwa, terlebih lagi apabila tempat kerja tersebut berada di
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Indonesia mencapai 258,7 juta jiwa pada pertengahan tahun (Juni) 2016 dan di
bangunan dan hunian yang padat. Kawasan padat bangunan dan penduduk
Tampubolon, 2015).
penghuni dan bangunan dari waktu ke waktu. Fenomena ini pun berlaku di
penduduk di kawasan perkotaan mencapai 42% dari total penduduk Indonesia dan
kawasan perkotaan menjadi sangat padat. Hampir tidak ada jarak antara satu
hunian dengan hunian yang lain. Tidak hanya semakin padat huni, kawasan
perkotaan juga ditandai dengan intensitas aktivitas penduduk yang hampir tanpa
henti sepanjang hari. Keadaan ini menempatkan kawasan perkotaan berada dalam
risiko bencana kebakaran yang tidak hanya memiliki probabilitas yang terus
meningkat, tetapi juga dapat meningkatkan angka kerusakan dan kerugian apabila
bahaya dan risiko kebakaran sering diabaikan oleh kebanyakan penduduk yang
bermukim pada kawasan padat penduduk dan padat bangunan (Napitupulu dan
Tampubolon, 2015).
Kerja, salah satu persyaratan keselamatan kerja adalah mencegah, mengurangi dan
kawasan padat huni, lokasi perkantoran dan niaga selayaknya ditempatkan sebagai
perilaku yang waspada dan sigap terhadap risiko kebakaran merupakan langkah
aman bagi manusia dan harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran sehingga
hidupnya.
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru pada 27 Agustus 2017 dan 8
memiliki kabel listrik sambungan berpenampang kawat kecil lalu dihubungkan lagi
dengan stop kontak lainnya yang dapat menyebabkan hubungan arus pendek dan
percikan bunga api; penggunaan generator set berbahan bakar solar sebagai tenaga
belakang yang memiliki tumpukan peti kayu dan haspel kayu untuk gulungan kabel
listrik; penggunaan daya listrik yang besar; serta material bangunan dengan
campuran bahan tidak mudah terbakar dengan bahan mudah terbakar. PT. PLN
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru terletak di kawasan
Kepulauan Riau Area Pekanbaru pada saat survei pendahuluan masih belum
bagian gedung, seperti gudang indoor dan gudang belakang, penutup bukaan bagian
kesesuaian sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, sarana penyelamatan jiwa,
dari 50 (100%) elemen yang diteliti, sebanyak 41 (82%) elemen sudah sesuai
dengan standar dan 9 (12%) elemen tidak sesuai dengan standar, serta hasil analisis
kebakaran masuk dalam kategori risiko tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ummah (2016) di PT. PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan
gedung utama, tidak terdapat sistem proteksi pasif, tidak terdapat springkler dan
gedung utama, APAR pada 2 gedung masuk ke dalam kategori cukup dan pada 2
Kejadian kebakaran yang pernah terjadi di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru adalah pada tanggal 3 November 2013, api
berasal dari pembakaran sampah oleh warga yang berada tidak jauh dari gudang
milik PLN dan api merambat ke gudang karena tertiup angin dan melalap sebagian
material milik PLN. Untungnya, api berhasil dipadamkan oleh tim dari Dinas
berdasarkan informasi dari pegawai, kebakaran juga pernah terjadi di rumah dinas
yang berada di lingkungan PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau
Area Pekanbaru yang diakibatkan oleh puntung rokok yang dibuang oleh pegawai
secara tidak sengaja mengenai kasur dan membakar perabotan yang ada di dalam
rumah dinas itu. Tetapi, PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Pekanbaru tidak memiliki laporan resmi mengenai kedua kasus kebakaran ini.
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru jika ditinjau dari tingkat kesesuaian sistem
ditinjau dari sistem proteksi kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
3. Mengetahui tingkat risiko kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
pasif dan aktif di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Pekanbaru.
memperbaiki sistem proteksi kebakaran pasif dan aktif yang belum sesuai
TINJAUAN PUSTAKA
atau terjadi pada situasi, waktu dan lokasi yang tidak dikehendaki (unintended).
Karena berlangsung pada situasi, waktu dan lokasi yang tidak dikehendaki, api
menjadi liar dan tidak terkendali (uncontrollable), serta sulit diatasi. Api liar yang
sangat besar dan tidak terkendali pada akhirnya membawa akibat yang
baik kecil maupun besar pada situasi, waktu dan lokasi yang tidak dikehendaki
1. Kebakaran adalah suatu reaksi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari
suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan
dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
oksigen dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau
kesetimbangan tertentu, teori ini dikenal sebagai teori segitiga api (triangle of
2) Arus listrik. Panas akibat arus listrik dapat terjadi akibat adanya
sumber panas.
5) Reaksi nuklir, yang menghasilkan panas dapat berupa fusi atau fisi.
c. Bahan bakar (Fuel), yaitu setiap benda, bahan atau material, baik
benda padat atau cair ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya
kebakaran.
Kebakaran dapat terjadi jika ketiga elemen api tersebut saling bereaksi antara
elemen yang satu dengan elemen lainnya. Tanpa adanya salah satu dari
pengembangan lebih lanjut dari teori segitiga api. Teori ini juga dikenal
dengan sebutan teori mata rantai. Menurut teori piramida empat bidang,
selain dari 3 elemen (oksigen, panas dan bahan bakar) dalam teori segitiga
keempat, yaitu rantai reaksi kimia antara bahan bakar dengan bahan
pembakaran. Karena tanpa adanya rantai reaksi kimia, api tidak akan dapat
kebakaran menyusun suatu daur hidup (siklus) dalam 6 tahap, dimana tahap
pertama hingga ketiga merupakan komponen yang ada pada teori segitiga api
Tahap pertama adalah masuknya panas (input heat). Tahap ini ditandai
dengan banyaknya pasokan panas yang masuk pada bahan bakar. Pasokan
panas ini selanjutnya menghasilkan uap dari bahan bakar dan sekaligus
pasokan panas yang masuk sesuai dengan temperatur bahan bakar untuk
bakar yang harus berada pada susunan yang sesuai untuk terbakar. Tahap ini
oksigen dan molekul bahan bakar dalam proporsi yang memadai untuk
bahan bakar terhadap oksigen berada pada konsentrasi yang tepat sebelum
Pancaran panas ini pun pada gilirannya menjadi pasokan panas (input heat).
Api dapat terjadi jika ada sumber panas yang potensial unuk menyalakan
bahan bakar yang telah bercampur dengan oksigen. Terdapat berbagai sumber
panas yang dapat memicu terjadinya api, antara lain (Ramli, 2010) :
Berdasarkan teori api, penyalaan adalah proses reaksi kimia antara bahan
bakar dengan oksigen dan adanya sumber panas. Penyalaan dapat terjadi jika ada
3 elemen yang disebut segitiga api (triangle of fire), yaitu oksigen dari udara,
sumber panas (heat) dan bahan bakar (fuel). Proses penyalaan suatu bahan bakar
ditentukan oleh berbagai faktor, yang penting diketahui antara lain sebagai berikut
(Ramli, 2010) :
Temperatur terendah dimana suatu bahan mengeluarkan uap yang cukup untuk
menyala sesaat jika terdapat sumber panas. Semakin rendah titik nyala, maka
Sering juga disebut batas ledak (Explosive Range) adalah konsentrasi atau
campuran uap bahan bakar dengan oksigen dari udara yang dapat menyala
Batas konsentrasi terendah dan tertinggi disebut atas nyala atau batas ledak
yang terdiri atas batas nyala atau ledak bawah (Lower Explosive Limit – LEL)
dan batas nyala atau ledak atas (Upper Explosive Limit – UEL). Batas Nyala
atau Ledak (Explosive Limit), yaitu batas antara LEL dan UEL dimana bahan
bakar dan oksigen berada pada batasan konsentrasi yang cukup untuk
menyala.
konsentrasi terendah uap bahan bakar dengan oksigen yang dapat menyala.
2) Batas Ledak Atas (Upper Explosive Limit – UEL), yaitu batas konsentrasi
Suatu bahan hanya akan dapat menyala atau terbakar jika konsentrasi uap
bahan bakar dengan udara ada dalam batas LEL dan UEL.
Pada temperatur tertentu, bahan bakar atau bahan kimia bisa terbakar dengan
Menurut Ramli (2010), kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil,
1. Konveksi
Penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi, beton,
kayu atau dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan, misalnya kamar
hotel atau kantor, maka panas dapat merambat melalui dinding sehingga
dengan mudah.
2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara atau bahan cair
3. Radiasi
Penjalaran panas lainnya adalah melalui proses radiasi, yaitu pancaran cahaya
proses radiasi ini terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dari sumber
Kebakaran tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui tahapan atau tingkat
pengembangan api. Setiap kebakaran selalu dimulai dengan adanya percikan api
atau penyalaan. Api dapat membesar dengan cepat atau secara perlahan-lahan
tergantung situasi dan kondisi yang mendukung, seperti jenis bahan yang terbakar,
suplai oksigen yang cukup dan panas yang tinggi. Fase ini disebut pertumbuhan
Api dengan waktu yang singkat dapat berkobar besar, tetapi dapat juga
berkembang perlahan 1 sampai 10 menit. Pada saat ini, api menuju tahap
mendukung, maka api akan berkembang menuju puncaknya. Semua bahan bakar
yang ada akan dilahap dan kobaran api akan membumbung tinggi (Ramli, 2010).
Penjalaran api karena konveksi ibarat efek domino yang membakar semua
bahan yang ada dengan cepat. Terjadi sambaran-sambaran atau penyalaan (flash
over) dan temperatur mencapai puncaknya, sekitar 700 – 1.000°C (Ramli, 2010).
Setelah mencapai puncaknya dan bahan bakar mulai menipis, api akan
menurun intensitasnya yang disebut fase pelapukan api (decay). Api mulai
membentuk bara-bara jika api terjadi di dalam ruangan. Produksi asap semakin
ruangan, maka ruangan akan mulai dipenuhi oleh gas-gas hasil kebakaran yang
siap meledak atau tersambar ulang yang disebut back draft. Terjadi letupan-
letupan kecil di beberapa tempat. Udara panas di dalam juga mendorong aliran
oksigen masuk ke daerah kebakaran karena tekanan udara di dalam lebih rendah
disbanding tekanan udara di luar. Namun, secara perlahan dan pasti, api akan
berhenti total setelah semua bahan yang terbakar musnah. Tahapan kebakaran ini
perlu mendapat perhatian dalam merancang sistem proteksi kebakaran dan dalam
1. Faktor Manusia
2. Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis, khususnya kondisi tidak
media pemadaman yang efektif dan aman (Napitupulu dan Tampubolon, 2015).
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 tentang Syarat-
Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Regulasi ini
lain, yaitu kelas E dan kelas K. Kebakaran kelas E adalah kebakaran yang apinya
berasal dari bahan-bahan radioaktif. Kebakaran jenis ini sangat berbahaya dan
sejauh ini belum dapat diketahui secara spesifik media pemadamannya. Sementara
itu, kebakaran kelas K merupakan kebakaran yang terjadi pada bahan masakan,
seperti lemak dan minyak masakan. Media pemadaman kebakaran kelas K berupa
benda, maupun lingkungan. Bahaya utama dari kebakaran menurut Ramli (2010)
1. Terbakar api secara langsung, misalnya karena terjebak dalam api yang sedang
a. Derajat 1
Luka bakar ringan, efek merah dan kering pada kulit, seperti terkena
matahari.
b. Derajat 2
c. Derajat 3
Kerusakan pada kulit dipengaruhi oleh temperatur api atau kebakaran yang
dimulai dari suhu 45°C atau dampak ringan sampai terparah di atas 72°C.
Efek terbakar pada manusia ditentukan oleh derajat panas yang diterima sesuai
Kematian akibat asap dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu pertama karena
kekurangan oksigen dan kedua karena terhirup gas beracun. Asap kebakaran
mengandung berbagai jenis zat berbahaya dan beracun tergantung jenis bahan
yang terbakar, beberapa diantaranya, yaitu hidrogen sianida atau asam sianida
yang sedang terbakar. Bahaya lainnya dapat bersumber dari ledakan bahan
atau material yang terdapat dalam ruangan yang terbakar. Salah satu bahaya
lainnya yang sering terjadi adalah ledakan gas yang terkena paparan panas.
berakibat fatal. Hal ini banyak terjadi dalam kebakaran gedung bertingkat,
api, misalnya dengan menghilangkan bahan bakar, membuang panas atau oksigen.
1. Pendinginan (Cooling)
dengan cara mendinginkan atau menurunkan temperatur uap atau gas yang
maka suatu bahan tidak akan mudah terbakar. Cara ini banyak dilakukan oleh
atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan mati.
sekitar api mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh air yang kemudian
misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen 4 – 5
hidrokarbon biasanya tidak akan terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%.
Api secara alamiah akan padam dengan sendirinya, jika bahan yang dapat
terbakar (fuel) sudah habis. Atas dasar ini, api dipadamkan dengan
disebut starvation.
pembakaran terhenti atau berkurang sehingga api akan padam. Api juga dapat
bahwa reaksi rantai bisa menghasilkan nyala api. Pada beberapa zat kimia
Jika reaksi atom-atom ini tidak terjadi, nyala api akan padam (Ramli, 2010).
disebut media pemadam api. Semua bahan atau material yang digunakan untuk
memadamkan api dapat disebut media pemadam. Namun, media ini ada yang
sesuai atau tepat digunakan untuk memadamkan api dan ada pula yang tidak boleh
tidak sesuai dipadamkan dengan air, karena akan menimbulkan bahaya tersengat
listrik. Oleh karena itu, diperlukan klasifikasi jenis kebakaran yang sesuai dengan
a. Air
sebagai berikut :
1) Pendinginan (Cooling)
Air berfungsi mendinginkan api dengan menyerap panas dari api. Jika
sekitarnya.
Ketika air terkena panas kebakaran, maka air akan berubah menjadi
b. Busa (Foam)
petrokimia adalah jenis busa (foam). Busa secara fisik mirip dengan buih
dan B, terutama bila permukaan yang terbakar luas sehingga sulit bagi
tersebut.
maka busa akan menyelimuti benda yang terbakar. Contohnya, jika yang
udara (efek smothering) sehingga api akan padam. Karena berasal dari
akibat bahan bakar cair atau tumpahan bahan kimia (chemical spill).
c. Asam Soda
Salah satu jenis busa ganda adalah asam soda, dihasilkan dari
proses reaksi kimia antara 2 bahan pembentuk busa. Busa jenis ini banyak
digunakan untuk kebakaran kelas A atau B. busa ini dibentuk dari larutan
berikut:
tetapi hanya berupa tumpahan atau ceceran minyak dalam jumlah kecil.
menjalarnya kebakaran.
bahan yang terbakar sehingga dapat memisahkan udara dari bahan bakar.
lingkungan industri kecil yang menggunakan bahan bakar cair dan kimia,
fire).
popular dan digunakan secara luas adalah tepung kimia kering (dry
terdiri dari berbagai unsur atau senyawa kimia berbentuk padat atau
butiran halus, seperti tepung. Bubuk ini banyak digunakan baik untuk alat
instalasi tetap.
1) Sodium bikarbonat
2) Potasium bikarbonat
3) Potasium klorida
4) Urea-potasium bikarbonat
5) Monoamonium fosfat
efektivitasnya.
1) Metalik stearates
2) Trikalsium fosfat
3) Silikon
tepung kimia kering agar lebih mudah mengalir, tahan terhadap cuaca dan
2) Pendinginan (Cooling)
Ketika terjadi panas akibat kebakaran, maka senyawa yang terurai dari
listrik. Jenis CO2 yang digunakan biasanya dalam bentuk cair di dalam
cairan CO2 akan berubah menjadi gas yang berperan memadamkan api.
b. Halon
atau lebih unsur dari golongan halogen. Bahan ini mirip dengan CO2,
karena disimpan dalam bentuk cair dan berubah menjadi uap atau gas jika
dan Lingkungan, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
atau bagian bangunan gedung sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan
a. Kelas 1a
termasuk rumah deret, rumah taman, unit town house, villa; atau
b. Kelas 1b
Rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel atau sejenisnya dengan luas total
lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara
tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan gedung hunian
2. Kelas 2
Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
3. Kelas 3
Bangunan gedung hunian di luar bangunan gedung kelas 1 atau kelas 2, yang
umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah
b. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
4. Kelas 4
5. Kelas 5
6. Kelas 6
b. Ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel
7. Kelas 7
cuci gudang.
8. Kelas 8
9. Kelas 9
a. Kelas 9a
b. Kelas 9b
10. Kelas 10
a. Kelas 10a
atau sejenisnya.
b. Kelas 10b
Bangunan gedung atau bagian dari bangunan gedung yang tidak termasuk
Bangunan gedung dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari
melebihi 10% dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan gedung, dan
b. Kelas-kelas : 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b, adalah klasifikai yang terpisah;
c. Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler (ketel
lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik
yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk
tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan
kebakaran.
Gedung, bahan bangunan adalah semua macam bahan yang dipakai pada atau
untuk konstruksi bangunan gedung, baik sebagai bahan lapis penutup bagian
Bahan bangunan dapat terdiri dari satu jenis bahan, atau merupakan
gabungan dari beberapa jenis bahan pembentuknya. Bahan-bahan yang lepas dan
mudah dipindahkan, seperti karpet, tirai, perabot rumah tangga dan sebagainya
dan membatasi timbulnya asap agar kondisi ruang di dalam bangunan tetap aman
sebagai berikut :
Beton, bata, batako, asbes, aluminium, kaca, besi, baja, adukan semen, adukan
gipsum, asbes semen, ubin keramik, ubin semen, ubin marmer, lembaran seng,
panel kalsium silikat, rock wool, glass wool, atap keramik, wired glass, dan
Papan wool kayu semen, papan semen pulp, serat kaca semen, plaster board,
Kayu lapis yang dilindungi, papan yang mengandung lebih dari 5290
fiberglass, dan papan partikel yang dilindungi, dan papan wool kayu.
Bambu, rumbia, anyaman bambu, atap aspal berlapis mineral, kayu kamper,
meranti, kayu lapis 14 mm, kayu lapis 17 mm, soft board dan hard board.
1. Tipe A
Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan
2. Tipe B
dalam bangunan dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari
luar bangunan.
3. Tipe C
kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang
tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung.
membatasi penyebaran api dan perpindahan asap dari satu sisi penghalang api ke
sisi lainnya.
dan Lingkungan, sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran
yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual
ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa
tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan
Detektor asap adalah sistem deteksi kebakaran yang mendeteksi adanya asap.
yaitu jenis ionisasi dan photoelectric. Detektor asap sangat tepat digunakan di
asap.
dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatik yang secara otomatis akan
pemuaian. Detektor panas ini sangat sesuai ditempatkan di area dengan risiko
kebakaran kelas B atau cairan dan gas yang mudah terbakar, seperti instalasi
Api mengeluarkan radiasi sinar infra merah dan ultra violet. Keberadaan sinar
ini dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detektor. Berdasarkan
fungsinya, detektor nyala dibagi menjadi 3 jenis, yaitu detektor infra merah
Ada sistem alarm yang bekerja manual yang bisa ditekan melalui tombol
yang berada dalam lemari atau kotak alarm (break glass). Jika kaca pecah, maka
tombol akan aktif dan segera mengeluarkan sinyal alarm dan mengaktifkan sistem
kebakaran lainnya. Ada juga sistem alarm yang diaktifkan oleh sistem detektor.
Ketika detektor mendeteksi adanya api, maka detektor akan segera mengaktifkan
1. Bel merupakan alarm yang akan berdering jika terjdi kebakaran. Bel dapat
Suara bel agak terbatas sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas
seperti kantor.
2. Sirene, memiliki fungsi yang sama dengan bel, namun jenis suara yang
dikeluarkan berupa sirene. Ada yang digerakkan secara manual dan ada yang
bekerja secara otomatis. Sirene mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga
3. Horn, mengeluarkan suara yang cukup keras, namun lebih rendah dibanding
sirene.
Pengeras suara (public address), dalam suatu bangunan yang luas dimana
penghuni tidak dapat mengetahui keadaan daruruat secara cepat, perlu dipasang
sebagai pengganti sistem bel dan horn. Sistem ini memungkinkan digunakannya
komunikasi searah kepada penghuni agar mereka mengetahui cara dan sarana
untuk evakuasi.
agar dapat mengalir ke tempat kebakaran dengan debit dan tekanan yang sesuai
kebakaran dibagi menjadi 2, yaitu pompa listrik dan pompa diesel. Pompa
dijalankan dan dihentikan dengan kontrol. Pompa bekerja apabila jaringan pipa
yang diinginkan. Pompa mempunyai alat pengatur, supaya pompa tidak menyala
Selain tersedianya pompa utama, perlu adanya pompa diesel guna menjaga
kegagalan pada pompa utama. Potensi kegagalan pompa utama biasanya terjadi
karena aliran listrik padam dan genset tidak tersedia (Napitupulu dan
Tampubolon, 2015).
Pompa pemacu yang dikenal dengan jockey pump yang dipasang paralel
dengan pompa pemadam utama. Pompa tersebut berfungsi untuk menjaga tekanan
dalam sistem air pemadam sekaligus mencegah agar pompa utama tidak bekerja
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, hidran adalah alat yang
dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
tempat atau lokasinya, hidran pemadam kebakaran dapat dibagi menjadi 3 macam,
1. Hidran gedung adalah hidran yang dipasang di dalam bangunan dan sistem
sebagai berikut :
b. Hidran Kelas II, yaitu hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter
c. Hidran Kelas III, yaitu hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter
Instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik
bangunan.
3. Hidran kota adalah hidran yang dipasang di tepi atau sepanjang jalan daerah
perkotaan. Hidran ini merupakan bagian dari prasarana kota yang disediakan
Persediaan air untuk jenis ini dipasok oleh perusahaan air minum setempat.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa
1. Anatomi APAR
Suatu APAR terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu sebagai berikut
(Ramli, 2010) :
a. Bagian badan, yang terbuat dari berbagai jenis bahan sesuai dengan
b. Pin pengaman, yang berfungsi untuk menahan katup agar tidak terbuka
tanpa sengaja.
pemadaman api.
e. Label, yang biasanya memuat keterangan mengenai isi APAR, rating dan
kelas kebakaran.
2. Jenis APAR
a. Air
b. Busa
c. Tepung Kering
d. CO2
e. Halon
menekan media pemadam agar keluar dari tabung. APAR jenis ini
dirancang untuk jenis media pemadam tepung kering atau jenis air. Gas
yang biasa digunakan adalah jenis nitrogen yang bersifat iner dan tidak
terdapat tabung baja kecil yang disebut cartridge, berisi CO2 bertekanan
tinggi. Pada waktu dioperasikan, gas dari tabung ini akan terbuka
keluar dari tabung. Jenis ini digunakan pada APAR yang berisi tepung
logam).
(Ramli, 2011). Analisis risiko dapat dilakukan untuk berbagai tingkat rincian
tergantung pada risiko, tujuan analisis, informasi, data dan sumber daya yang
melakukan analisa risiko, yaitu kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif (Ramli,
indikasi umum dari tingkat risiko dan untuk mengungkapkan isu-isu risiko utama
(AS/NZS 4360:2004).
terjadi Skala ini dapat diadopsi atau disesuaikan dengan keadaan, dan deskripsi
yang berbeda dapat digunakan untuk risiko yang berbeda (AS/NZS 4360:2004).
suatu kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko paling rendah
risiko diberi rentang antara suatu risiko yang hamper tidak mungkin terjadi sampai
dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat. Rentang untuk keparahan (severity
atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian
fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan (Ramli,
2011).
Persentase
Level Descriptor Uraian
Kesesuaian
A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat. 0 – 39%
B Likely Kemungkinan terjadi sering. 40 – 64%
C Possible Dapat terjadi sekali-sekali. 65 – 84%
D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang. 85 – 94%
E Rare Hampir tidak mungkin terjadi. 95 – 100%
Consequences
Likelihood 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
A Almost Certain M H H E E
B Likely M M H H E
C Possible L M H H H
D Unlikely L L M M H
E Rare L L M M H
terhadap hasil analisis risiko dan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau standar yang berlaku untuk menentukan apakah risiko tersebut
dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas risiko. Ada berbagai
risiko tersebut dapat dikerjakan atau dilaksanakan dalam konteks biaya, manfaat,
bahaya dan mengambil keputusan untuk menentukan sistem pengaman yang akan
digunakan. Area merah (risiko tidak dapat diterima) pada matriks risiko artinya
ada risiko yang tidak dapat ditolerir sehingga harus dilakukan langkah
pencegahan. Area kuning (area ALARP) artinya risiko dapat ditolerir dengan
risiko sampai batas yang dapat diterima sehingga sisa risiko dapat diterima hanya
jika pengurangan risiko lebih lanjut tidak memungkinkan. Area hijau artinya
risiko sangat kecil dan secara umum dapat diterima dengan kondisi normal tanpa
1. Eliminasi
2. Substitusi
4. Pengendalian Administratif
berbahaya.
risiko atau bahaya hilang 100% sehingga masih ada sisa risiko (residual risk)
mengacu pada kesesuaian sistem proteksi kebakaran pasif yang berupa bahan dan
kebakaran aktif, yaitu detektor dan alarm kebakaran dengan SNI 03-3985-2000,
tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
METODOLOGI PENELITIAN
kesesuaian sistem proteksi kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang dibandingkan dengan standar yang berlaku
dan Lingkungan dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kemudian dari tingkat
kesesuaian sistem proteksi kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
Lokasi penelitian ini adalah di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang terletak di jalan Dr. Setia Budhi No. 57,
Pekanbaru, Riau.
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Objek penelitian ini adalah Sistem Proteksi Kebakaran Pasif dan Sistem
Proteksi Kebakaran Aktif di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan
(P2K3) di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Informan 1.
2. Fri Helmi, selaku staf Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT.
PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru yang
Data tentang sistem proteksi kebakaran pasif dan aktif di PT. PLN
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru diperoleh dari hasil
Data tentang sistem proteksi kebakaran pasif, sistem kebakaran aktif dan
gambaran umum PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Kota Pekanbaru. Data sekunder juga diperoleh dari standar dan peraturan
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
2. Pedoman wawancara.
memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang objek yang diteliti,
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan
Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti pada penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013). Uji keabsahan data dalam
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
a. Perpanjangan Pengamatan
kembali dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
yang diperoleh sudah benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah
informan 2.
kredibel.
b. Peningkatan Ketekunan
data yang akurat dan sistematis tentang objek penelitian. Upaya untuk
objek penelitian sehingga wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam
c. Triangulasi
1) Triangulasi Sumber
2) Triangulasi Teknik
tentang sistem proteksi kebakaran pasif dan aktif dan telaah dokumen
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
untuk mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan. Jika sudah tidak ada data yang berbeda atau
e. Bahan Referensi
dokumentasi.
informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber
data atau informan. Jika kesesuaian data yang diperoleh telah disepakati
oleh para sumber data atau informan, maka data tersebut valid sehingga
dapat dipercaya/kredibel.
informan 2.
2. Uji Transferability
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan apakah hasil penelitian ini
dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, penelitian
ini diuraikan secara rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya agar peneliti
3. Uji Dependability
kesimpulan.
4. Uji Confirmability
HASIL PENELITIAN
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
terletak di jalan Dr. Setia Budhi No. 57, Pekanbaru, Riau dan memiliki 5
bangunan gedung, yaitu gedung utama, gedung jaringan, gedung Pekerjaan dalam
Keadaan Bertegangan (PDKB), gudang indoor dan gudang belakang. PT. PLN
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru memiliki wilayah
Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak, dan Kota Pekanbaru. PT.
PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru memiliki
tenaga kerja yang berjumlah 214 orang dan menaungi 10 sub unit
pelaksana, yaitu :
1. Rayon Bangkinang
3. Rayon Panam
7. Rayon Perawang
8. Rayon Rumbai
9. Rayon Siak
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
memiliki 766.711 pelanggan dengan daya tersambung 1.354 MVA dan panjang
jaringan tegangan menengah 5.011 kms, serta jumlah transformator 5.455 buah.
Berikut ini adalah profil umum dari PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
1. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan
2. Misi
kehidupan masyarakat.
3. Moto
umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan
Perseroan Terbatas.
Tahun 2017.
Tim Pelaksana :
a. Tim Pemadam Kebakaran yang terdiri dari ketua, wakil dan 5 anggota.
c. Tim Penyelamat Dokumen yang terdiri dari ketua, wakil dan 5 anggota.
anggota.
Supervisor
Pelaksana Pengadaan
Analyst/Assistant Analyst
Pelaksana Pengadaan
Officer/Assistant/Junior Officer
Administrasi Pengadaan
Asisten Asisten Manajer Jaringan Asisten Manajer Asisten Manajer Asisten Manajer
Manajer Transaksi Energi Pelayanan & Administrasi Perencanaan
Pembangkit
Supervisor Operasi
Supervisor Supervisor Supervisor
Transaksi Energi Pelayanan Pelanggan Pengendalian
Supervisor Listrik
Pemeliharaan Konstruksi
Supervisor Supervisor
Pengendalian Susut Administrasi Umum Supervisor
Supervisor PDKB
Perencanaan
Supervisor HAR Supervisor SPV K3 Sistem
Meter Transaksi dan Lingkungan
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Unit Pelaksana PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
67
bangunan, yaitu gedung utama, gedung jaringan dan gedung PDKB termasuk
kelas 5, yaitu bangunan gedung kantor, sedangkan gudang indoor dan gudang
Kebakaran Pasif di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Tabel 4.1 Kesesuaian Sistem Proteksi Kebakaran Pasif di PT. PLN (Persero)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI
03-1736-2000
Kondisi Aktual
No. SNI 03-1736-2000 Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
Bahan Bangunan Gedung
1. Bahan bangunan dan Bahan bangunan dan
komponen struktur komponen struktur
bangunan pada setiap bangunan kelas 5 dan 7
kelas bangunan (kelas 2, mampu menahan
3, 5, 6, 7, 8 atau 9) harus penjalaran kebakaran, dan
mampu menahan membatasi timbulnya
penjalaran kebakaran, asap.
dan membatasi timbulnya
asap.
Konstruksi Bangunan Gedung
2. Kelas bangunan 5,6,7,8 Kelas bangunan 5 dan 7
dengan jumlah lantai dengan jumlah lantai
dipenuhi, yaitu bukaan harus dilindungi dengan penutup tahan api, karena penutup
bukaan bagian belakang gedung utama tidak dilindungi bahan tahan api.
Informan 1 : “Ada (sistem proteksi kebakaran pasif). Dari yang saya lihat, sudah
sesuai dengan SNI 03-1736-2000.”
gedung PDKB PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
buah dan memiliki jarak 5 meter antar detektor kebakaran. Detektor kebakaran
tidak terdapat di gudang indoor dan gudang belakang. Staf K3L melakukan
inspeksi setiap bulan, pengujian setiap 6 bulan sekali dan pemeliharaan dilakukan
Kondisi Aktual
No. SNI 03-3985-2000 Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
1. Detektor kebakaran Detektor kebakaran
dipasang di setiap dipasang di gedung utama,
bagian/ruangan pada gedung jaringan dan
gedung. gedung PDKB, tetapi
tidak terpasang di gudang
indoor dan gudang
belakang.
2. Setiap detektor Setiap detektor kebakaran
kebakaran yang yang terpasang dapat
terpasang harus dapat dijangkau untuk
dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk
pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik.
pengujian secara
periodik.
3. Detektor harus diproteksi Detektor terproteksi
terhadap kemungkinan
rusak karena gangguan
terhadap kemungkinan
rusak karena gangguan
mekanis. mekanis.
4. Dilakukan inspeksi, Dilakukan inspeksi,
pengujian
pemeliharaan
dan
terhadap
pengujian
pemeliharaan
dan
terhadap
detektor. detektor.
5. Rekaman hasil dari Rekaman hasil dari semua
semua inspeksi, inspeksi, pengujian, dan
pengujian, dan pemeliharaan, disimpan
pemeliharaan, harus untuk jangka waktu 5
disimpan untuk jangka tahun untuk pengecekan
waktu 5 tahun untuk oleh instansi yang
pengecekan oleh instansi berwenang.
yang berwenang.
Sesuai : 4 elemen (80%)
Tidak Sesuai : 1 elemen (20%)
Alarm kebakaran yang dipasang di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
Kepulauan Riau Area Pekanbaru adalah alarm yang otomatis terhubung dengan
detektor kebakaran dan dapat juga ditekan tombolnya secara manual, serta
dilengkapi dengan fire alarm control panel dan manual call point yang dipasang
di lobby gedung utama. Alarm kebakaran berupa bell dan fire indicating lamp
dipasang di gedung utama, yaitu di lobby, di ruang kerja tengah dan di samping
pintu belakang gedung utama, 1 buah dipasang di gedung jaringan dan 1 buah
dipasang gedung PDKB, serta horn yang berjumlah 2 buah yang dipasang di
bagian luar gedung utama dan di bagian luar gedung jaringan. Alarm kebakaran
Tabel 4.5 Kesesuaian Alarm Kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan SNI 03-3985-2000
Kondisi Aktual
No. SNI 03-3985-2000 Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
1. Alarm kebakaran Alarm kebakaran dipasang
dipasang pada gedung. pada gedung.
2. Semua bagian ruangan Semua bagian ruangan
dalam bangunan harus
dapat dijangkau oleh
dalam bangunan dapat
dijangkau oleh sistem
sistem alarm kebakaran. alarm kebakaran.
kesesuaian 100%.
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
bangunan gedung dan dipagari serta beratapkan lempengan besi dengan bahan
bakar berupa bensin. Pemeriksaan berkala terhadap baterai dan pengisi dilakukan
sekali dan mesin dipanaskan setiap seminggu sekali agar kondisi mesin selalu siap
untuk dioperasikan.
Persyaratan yang tidak dipenuhi, yaitu lantai harus dibuat miring agar cukup
untuk mengeringkan air yang bocor menjauhi peralatan kritis seperti pompa,
penggerak pompa, kontrol, dan daya harus dipasok ke motor listrik pompa
kebakaran dari sumber yang terpercaya atau dua atau lebih sumber yang tak saling
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
setiap 6 bulan sekali, dan pemeliharaan dilakukan jika terdapat kerusakan pada
2000).
2. Lemari hidran hanya Lemari hidran hanya
digunakan untuk digunakan untuk
menempatkan peralatan menempatkan peralatan
kebakaran (SNI 03-1745- kebakaran.
2000).
3. Lemari hidran di cat Lemari hidran di cat
dengan warna
menyolok mata (SNI 03-
yang dengan warna yang
menyolok mata.
1745-2000).
4. Bila hidran kota tidak Hidran halaman
tersedia, maka harus tersedia.
disediakan hidran halaman
(PerMen PU No.
26/PRT/M/2008).
5. Hidran halaman harus Hidran halaman
diinspeksi setiap tahun dan diinspeksi setiap 6 bulan
setelah setiap operasi sekali.
(PerMen PU No.
26/PRT/M/2008).
6. Riwayat catatan inspeksi, Riwayat catatan
pengujian dan inspeksi, pengujian dan
pemeliharaan harus pemeliharaan disimpan.
disimpan (PerMen PU No.
26/PRT/M/2008).
Sesuai : 6 elemen (100%)
Tidak Sesuai : 0 elemen (0%)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru berjumlah 24 buah yang terdiri dari merek
Eversafe 4 buah, Anke 3 buah, Altek 3 buah, dan Servvo 14 buah. Berdasarkan
jenis media pemadamnya, sebanyak 22 buah APAR berisi dry powder dan 2 buah
APAR berisi CO2 (merk Anke). Seluruh APAR menggunakan sistem penggerak
bertekanan (pressurized) dan jenis APAR yang tersedia dapat digunakan untuk
Tabel 4.10 Spesifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. PLN
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
Tabel 4.11 Kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. PLN
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
dengan PerMen PU No. 26/PRT/M/2008
Kondisi Aktual
PerMen PU No.
No. Keterangan
26/PRT/M/2008 Sesuai Tidak
Sesuai
1. Tersedianya APAR. Tersedianya APAR.
2. Klasifikasi APAR harus Klasifikasi APAR yang
terdiri dari huruf yang tersedia adalah kelas
menunjukkan kelas api di ABC.
mana alat pemadam api
terbukti efektif, didahului
dengan angka (hanya
kelas A dan kelas B) yang
menunjukkan efektifitas
pemadaman relatif. APAR
yang diklasifikasi untuk
penggunaan bahaya
kebakaran kelas C, kelas
D, atau kelas K tidak
disyaratkan mempunyai
angka yang mendahului
huruf klasifikasi.
3. APAR harus diletakkan di APAR diletakkan di
tempat yang menyolok tempat yang menyolok
mata yang mana alat mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau tersebut mudah dijangkau
dan siap dipakai saat dan siap dipakai saat
terjadi kebakaran. terjadi kebakaran.
4. APAR harus tampak jelas APAR tampak jelas dan
dan tidak terhalangi. tidak terhalangi.
5. APAR selain jenis APAR Terdapat APAR yang
beroda harus dipasang tidak dipasang pada
kokoh pada penggantung, penggantung.
atau pengikat buatan
manufaktur APAR, atau
pengikat yang terdaftar
yang disetujui untuk
tujuan tersebut, atau
ditempatkan dalam lemari
atau dinding yang
konstruksinya masuk ke
dalam.
tahun.
Persyaratan yang tidak dipenuhi, yaitu APAR selain jenis APAR beroda harus
dipasang kokoh pada penggantung, atau pengikat buatan manufaktur APAR, atau
pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut, atau ditempatkan
dalam lemari atau dinding yang konstruksinya masuk ke dalam, tetapi terdapat
APAR yang tidak dipasang pada penggantung. APAR harus memiliki label yang
agennya, alamat surat dan nomor telepon, dikarenakan terdapat APAR yang tidak
CO2 di ruang server, selain itu menggunakan dry chemical atau dry powder.
Untuk penempatan APAR kita menggunakan jarak 15 meter ditempatkan APAR,
kemudian untuk menentukan jenisnya kita menggunakan jenis risiko
kebakarannya, jadi misalkan yang di ruang server itu karena elektrik dan sangat
sensitif jadi menggunakan CO2. Sudah sesuai (kelengkapan, penempatan,
pengujian, inspeksi dan pemeliharaan dengan persyaratan).”
Informan 2 : “Ada, terdapat (APAR). Jenisnya … itu … jenis … ABC, powder dan
CO2, sistem penggeraknya tekan. Jumlahnya … totalnya 24 … powdernya 22
CO2nya … 2, powder kita letakkan di posisi pintu masuk dan ruangan-ruangan
tertentu, sedangkan CO2 itu diletakkan khusus di ruang server. Berdasarkan jenis
dan kebutuhannya (untuk penempatan). Iya (kelengkapan, penempatan,
pengujian, inspeksi dan pemeliharaan sudah sesuai dengan persyaratan).
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan
Indonesia (SNI) :
TOTAL 34 85 6 15 40 100
dari 5 elemen yang diteliti, terdapat 4 elemen (80%) yang sesuai dengan
persyaratan dan 1 elemen (20%) yang tidak sesuai dengan persyaratan. Variabel
detektor kebakaran dari 5 elemen yang diteliti, terdapat 4 elemen (80%) yang
sesuai dengan persyaratan dan 1 elemen (20%) yang tidak sesuai dengan
elemen (100%) yang sesuai dengan persyaratan dan 0 elemen (0%) yang tidak
yang diteliti, terdapat 6 elemen (75%) yang sesuai dengan persyaratan dan 2
elemen (25%) yang tidak sesuai dengan persyaratan. Variabel hidran pemadam
kebakaran dari 6 elemen yang diteliti, terdapat 6 elemen (100%) yang sesuai
dengan persyaratan dan 0 elemen (0%) yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Variabel Alat Pemadam Api Ringan dari 13 elemen yang diteliti, terdapat 11
elemen (84,6%) yang sesuai dengan persyaratan dan 2 elemen (15,4%) yang tidak
(Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dengan 40 elemen
Indonesia (SNI) adalah sebanyak 34 elemen (85%) sesuai dengan persyaratan dan
PEMBAHASAN
PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
memiliki 5 gedung yang terdiri dari gedung utama, gedung jaringan, gedung
PDKB, gudang indoor dan gudang belakang. Risiko kebakaran yang terdapat di
banyak bahan padat bukan logam yang dapat terbakar, seperti kayu lapis 17 mm
sebagai bahan pelapis interior bangunan, meja berbahan kayu dan kertas yang
dapat menjadi sumber api untuk kebakaran kelas A dan peralatan listrik yang dapat
menjadi sumber api untuk kebakaran kelas C. Gedung jaringan dan gedung PDKB
memiliki meja berbahan kayu, lemari berbahan kayu dan kertas yang dapat menjadi
sumber api untuk kebakaran kelas A, peralatan listrik dan bahan bakar solar yang
terletak antar gedung yang dapat menjadi sumber api untuk kebakaran kelas B, serta
generator set yang dapat menjadi sumber api untuk kebakaran kelas C. Gudang
indoor memiliki banyak peti kayu, kardus bermuatan, penyangga atap berbahan
kayu, meja berbahan kayu, kertas, dan plastik yang dapat menjadi sumber api untuk
kebakaran kelas A dan peralatan listrik yang dapat menjadi sumber api untuk
kebakaran kelas C. Gudang belakang memiliki banyak peti kayu, haspel kayu dan
plastik yang dapat menjadi sumber api untuk kebakaran kelas A dan peralatan listrik
87
bangunan; beton, bata dan batako sebagai bahan dinding bangunan; asbes sebagai
pemisah beberapa ruangan dalam bangunan; aluminium, kaca dan besi sebagai
bahan bingkai, jendela, dan pintu; ubin granit sebagai bahan lantai bangunan,
lembaran seng sebagai bahan atap bangunan; dan kayu lapis 17 mm sebagai bahan
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru termasuk kelas 5 (gedung
utama, gedung jaringan dan gedung PDKB) dan kelas 7 (gudang indoor dan
gudang belakang) dengan jumlah lantai adalah 1 lantai, maka sesuai SNI 03-1736-
2000 harus memenuhi tipe konstruksi tahan api sekurang-kurangnya tipe C, yaitu
konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat
terbakar dan tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap
kebakaran. Tetapi, seluruh bangunan gedung PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru memenuhi konstruksi tahan api tipe B, yaitu
dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari luar bangunan.
satu dengan lainnya dipisahkan dengan dinding berbahan beton dan asbes sebagai
pemisah antar ruangan di gedung utama. Jalan masuk bagi kendaraan darurat
tersedia dan lintasan dari jalan umum mempunyai lebar bebas 6 meter.
penjalaran api dan membatasi timbulnya asap antar ruangan dan gedung sehingga
kebakaran. Bukaan dilindungi dengan penutup tahan api, yaitu berupa aluminium
dan kaca untuk bukaan di gedung utama, gedung jaringan, gedung PDKB, bagian
administrasi gudang indoor; besi untuk bukaan di gudang indoor dan gudang
belakang.
2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk Pencegahan
dipenuhi dan 1 persyaratan tidak dipenuhi. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara tidak sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil observasi, yaitu
pada saat wawancara dinyatakan bahwa sistem proteksi kebakaran pasif sudah
sesuai dengan SNI 03-1736-2000, tetapi pada saat observasi ditemukan bukaan
pada bagian belakang gedung utama yang tidak dilindungi dengan penutup tahan
api, tetapi berbahan kayu. Penutup tahan api sangat diperlukan karena dalam
keadaan darurat ketika kebakaran terjadi, semua bukaan terdekat akan dimanfaatkan
oleh pekerja untuk keluar dari gedung. Jika penutup pada bukaan terbuat dari bahan
kayu, kemungkinan bukaan ikut terbakar sangat besar dan akan menghambat proses
evakuasi.
terdapat sistem proteksi kebakaran pasif pada ke-4 bangunan gedung PT. PLN
(Persero) Area Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,
yaitu gedung utama, gedung teknik, gedung klinik, dan gedung serbaguna. Hal ini
dikarenakan seluruh bangunan gedung PT. PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
Detektor kebakaran juga diinspeksi setiap bulan, diuji setiap 6 bulan sekali dan
pemeliharaan dilakukan jika terdapat kerusakan pada detektor kebakaran oleh staf
K3L. Rekaman hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan, disimpan
untuk jangka waktu 5 tahun untuk pengecekan oleh instansi yang berwenang.
di setiap bagian/ruangan pada gedung, tetapi di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau
gudang indoor dan gudang belakang, dikarenakan dana untuk pengadaan detektor
kebakaran di tahun 2017 tidak memadai untuk mencakup seluruh bagian gedung
material yang dapat menjadi sumber api di gudang indoor maupun gudang
belakang.
PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
utama. Hal ini dikarenakan ke-3 bangunan gedung lainnya, yaitu gedung teknik,
gedung klinik dan gedung serbaguna akan direnovasi sehingga belum dipasang
detektor kebakaran.
indoor dan gudang belakang dikarenakan adanya horn yang dipasang di bagian
luar gedung utama dan di bagian luar gedung jaringan. Semua bagian ruangan
dalam bangunan PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Pekanbaru dapat dijangkau oleh sistem alarm kebakaran. Alarm kebakaran yang
dipasang di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Pekanbaru mempunyai bunyi dan irama yang khas sehingga mudah dikenali
sebagai alarm kebakaran dan diinspeksi setiap 6 bulan sekali bersamaan dengan
PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
utama. Hal ini dikarenakan ke-3 bangunan gedung lainnya, yaitu gedung teknik,
gedung klinik dan gedung serbaguna akan direnovasi sehingga belum dipasang
alarm kebakaran.
penggerak yang dapat diterima untuk pompa pada suatu instalasi tunggal, yaitu
motor listrik, motor diesel, turbin uap, atau kombinasinya, pompa pemadam
kebakaran yang dimiliki PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau
tikus, serangga, badai, beku, pencurian, dan kondisi ekstrim lainnya, karena
pompa pemadam kebakaran dipagari dan diberi atap. Menurut PerMen PU No.
halaman bangunan gedung di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan
Riau Area Pekanbaru ditempatkan 4 meter jauhnya dari gedung terdekat. Pompa
berkala terhadap baterai dan pengisi setiap seminggu sekali, pompa pemadam
kebakaran diinspeksi setiap 6 bulan sekali dan mesin dipanaskan setiap seminggu
kebakaran tidak miring, sedangkan menurut SNI 03-6570-2001 lantai harus dibuat
miring agar cukup untuk mengeringkan air yang bocor menjauhi peralatan kritis
kebakaran berjenis portable yang dimiliki PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
Kepulauan Riau Area Pekanbaru tidak menggunakan motor listrik dan hanya
dipasok ke motor listrik pompa kebakaran dari sumber yang terpercaya atau dua
yang membuat air menggenangi lantai dan menyediakan pompa utama ataupun
kebakaran yang dipasang tetap agar daya dapat dipasok dari sekurang-kurangnya
2 sumber daya yang tak saling bergantung, seperti motor listrik dan motor diesel
terdapat pompa pemadam kebakaran di PT. PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dikarenakan perizinan dan
dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung dan Peraturan Menteri Pekerjaan
dipenuhi.
halaman bangunan gedung PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau
yaitu sambungan slang dan kotak hidran tidak terhalang, lemari hidran hanya
digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran dan di cat dengan warna yang
menyolok mata.
setiap tahun dan setelah setiap operasi. Staf K3L di PT. PLN (Persero) Wilayah
Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru melakukan inspeksi setiap bulan,
gedung PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru
yang letaknya agak jauh dari pompa pemadam kebakaran atau terhalang dengan
Hasil penelitian terdahulu oleh Ummah (2016) di PT. PLN (Persero) Area
Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tidak meneliti
APAR terdiri dari huruf yang menunjukkan kelas api di mana alat pemadam api
terbukti efektif, didahului dengan angka (hanya kelas A dan kelas B) yang
menyolok mata sehingga mudah untuk dijangkau dan siap dipakai saat terjadi
kebakaran. APAR tampak jelas dan tidak terhalangi. Perletakan APAR ada jarak
antara APAR dengan lantai > 10 cm. Instruksi pengoperasian terdapat pada bagian
depan APAR dan terlihat jelas. Label sistem identifikasi bahan berbahaya, label
pemeliharaan 6 tahun dan label uji hidrostatik tidak ditempatkan pada bagian
depan dari APAR atau ditempelkan pada bagian depan APAR. APAR diinspeksi
pada setiap interval waktu 30 hari dan petugas yang melakukan inspeksi
menyimpan arsip dari semua APAR yang diperiksa, termasuk tindakan korektif
yang dilakukan. APAR dilakukan pemeliharaan pada jangka waktu 30 hari dan
setiap APAR mempunyai kartu yang digantung pada APAR yang menunjukkan
Persyaratan yang tidak dipenuhi adalah terdapat 3 buah APAR yang tidak
dipasang pada penggantung, yaitu di gudang indoor 2 buah dan gudang belakang
APAR beroda harus dipasang kokoh pada penggantung, atau pengikat buatan
manufaktur APAR, atau pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan
tersebut, atau ditempatkan dalam lemari atau dinding yang konstruksinya masuk
ke dalam. 14 buah APAR merk Servvo tidak memiliki informasi berupa nomor
telepon, tetapi memiliki informasi berupa nama manufaktur atau nama agennya
dan alamat surat yang dilekatkan pada APAR, 3 buah APAR merk Anke tidak
memiliki informasi berupa alamat surat dan nomor telepon yang dilekatkan pada
yang memiliki informasi berupa nama manufaktur atau nama agennya, alamat
dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jika hasil observasi
dan hasil wawancara dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
setiap satu atau kelompok APAR ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai
sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian
120 cm dari permukaan lantai, kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical)
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar APAR dengan
permukaan lantai tidak kurang 15 cm. Setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali
dalam setahun, yaitu pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan dan pemeriksaan
dalam jangka 12 (dua belas) bulan, pemeriksaan terhadap APAR dilakukan pada
dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box)
yang tidak dikunci, dikarenakan terdapat 3 buah APAR yang tidak dipasang pada
PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta, APAR di gedung utama dan gedung teknik masuk ke dalam kategori
cukup, sedangkan di gedung klinik dan gedung serbaguna masuk ke dalam kategori
melainkan bekerja sama dengan vendor sehingga masih terdapat kekurangan pada
kelengkapan APAR.
risiko diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko
Persentase
Level Descriptor Uraian
Kesesuaian
A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat. 0 – 39%
B Likely Kemungkinan terjadi sering. 40 – 64%
C Possible Dapat terjadi sekali-sekali. 65 – 84%
D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang. 85 – 94%
E Rare Hampir tidak mungkin terjadi. 95 – 100%
terhadap sistem proteksi kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
proteksi kebakaran, yaitu 85% sehingga masuk ke dalam kategori Unlikely untuk
antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan
yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal (meninggal dunia) atau
cedera dan merenggut 7 korban jiwa dengan perkiraan jumlah kerugian materi
kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Berikut ini adalah matriks risiko berdasarkan hasil analisis dengan kategori
Unlikely untuk skala kemungkinan (likelihood) dan kategori Moderate untuk skala
keparahan/konsekuensi (severity/consequences) :
Consequences
Likelihood 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
A Almost Certain M H H E E
B Likely M M H H E
C Possible L M H H H
D Unlikely L L M M H
E Rare L L M M H
Keterangan :
E : Extreme Risk (Risiko Sangat Tinggi)
H : High Risk (Risiko Tinggi)
M : Moderate Risk (Risiko Sedang)
L : Low Risk (Risiko Rendah)
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru masuk ke dalam kategori
dari matriks risiko berada pada area kuning, artinya risiko dapat ditolerir dengan
syarat semua pengamanan telah dijalankan dengan baik dan sisa risiko dapat
diterima hanya jika pengurangan risiko lebih lanjut tidak memungkinkan sehingga
harus dilakukan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai batas yang
dapat diterima.
bukaan pada bagian belakang gedung utama yang berbahan kayu dengan bahan
tahan api agar terhindar dari kemungkinan bukaan terbakar terlebih dahulu
kebakaran. Jika penutup pada bukaan terbuat dari bahan kayu, kemungkinan
bukaan ikut terbakar sangat besar dan akan menghambat proses evakuasi.
2. Detektor Kebakaran
pompa pemadam kebakaran berjenis portable yang sudah ada dengan pompa
menyediakan pompa utama selain dari pompa mesin diesel berjenis portable
yang sudah ada agar daya dapat dipasok dari sekurang-kurangnya 2 sumber
daya yang tak saling bergantung, seperti motor listrik dan motor diesel
pasokan daya ketika terjadi kebakaran dan lantai di bawah pompa pemadam
waktu untuk mencari APAR dan menempelkan label pada APAR yang berisi
informasi berupa nama manufaktur atau nama agennya, alamat surat dan
6.1 Kesimpulan
kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
proteksi kebakaran di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau
105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106
6.2 Saran
proteksi kebakaran pasif dan sistem proteksi kebakaran aktif yang sudah
2. Mengganti bukaan pada bagian belakang gedung utama yang berbahan kayu
portable yang sudah ada dengan pompa pemadam kebakaran yang dipasang
tetap.
107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
108
Iswara, I., 2011. Analisis Risiko Kebakaran di Rumah Sakit Metropolitan Medical
Centre Tahun 2011. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Ramli, S., 2011. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3.
Cetakan Ke-2. PT. Dian Rakyat. Jakarta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Ke-
19. CV. Alfabeta. Bandung.
Kondisi Aktual
No. SNI 03-1736-2000 Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
Bahan Bangunan Gedung
1. Bahan bangunan dan
komponen struktur
bangunan pada setiap
kelas bangunan (kelas 2,
3, 5, 6, 7, 8 atau 9) harus
mampu menahan
penjalaran kebakaran,
dan membatasi timbulnya
asap.
Konstruksi Bangunan Gedung
2. Kelas bangunan 5,6,7,8
dengan jumlah lantai
bangunan adalah 1 lantai
harus memenuhi tipe
konstruksi tahan api
sekurang-kurangnya tipe
C.
Kompartemenisasi dan Pemisahan
3. Bangunan yang memiliki
bagian-bagian yang
berbeda klasifikasinya
dan terletak berjajar satu
dengan lainnya pada
lantai yang sama harus
dipisahkan dengan
dinding tahan api.
4. Mampu menyediakan
jalan masuk bagi
kendaraan darurat dan
lintasan dari jalan umum
yang mempunyai lebar
bebas minimum 6 meter.
Perlindungan pada Bukaan
5. Bukaan harus dilindungi
dengan penutup tahan
api.
110
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
111
Kondisi Aktual
No. SNI 03-3985-2000 Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
1. Detektor kebakaran
dipasang di setiap
bagian/ruangan pada
gedung.
2. Setiap detektor
kebakaran yang
terpasang harus dapat
dijangkau untuk
pemeliharaan dan untuk
pengujian secara
periodik.
3. Detektor harus diproteksi
terhadap kemungkinan
rusak karena gangguan
mekanis.
4. Dilakukan inspeksi,
pengujian dan
pemeliharaan terhadap
detektor.
5. Rekaman hasil dari
semua inspeksi,
pengujian, dan
pemeliharaan, harus
disimpan untuk jangka
waktu 5 tahun untuk
pengecekan oleh instansi
yang berwenang
Kondisi Aktual
No. SNI 03-3985-2000 Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
1. Alarm kebakaran
dipasang pada gedung.
2. Semua bagian ruangan
dalam bangunan harus
dapat dijangkau oleh
sistem alarm kebakaran.
3. Mempunyai bunyi dan
irama yang khas hingga
mudah dikenal sebagai
alarm kebakaran.
Kondisi Aktual
PerMen PU No.
No. Keterangan
26/PRT/M/2008 Sesuai Tidak
Sesuai
1. Tersedianya APAR.
2. Klasifikasi APAR harus
terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api di
mana alat pemadam api
terbukti efektif, didahului
dengan angka (hanya
kelas A dan kelas B) yang
menunjukkan efektifitas
pemadaman relatif. APAR
yang diklasifikasi untuk
penggunaan bahaya
kebakaran kelas C, kelas
D, atau kelas K tidak
disyaratkan mempunyai
angka yang mendahului
huruf klasifikasi.
3. APAR harus diletakkan di
tempat yang menyolok
mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau
dan siap dipakai saat
terjadi kebakaran.
4. APAR harus tampak jelas
dan tidak terhalangi.
5. APAR selain jenis APAR
beroda harus dipasang
kokoh pada penggantung,
atau pengikat buatan
manufaktur APAR, atau
pengikat yang terdaftar
yang disetujui untuk
tujuan tersebut, atau
ditempatkan dalam lemari
atau dinding yang
konstruksinya masuk ke
dalam.
6. Perletakan APAR harus
PEDOMAN WAWANCARA
Hari/Tanggal :
Identitas Informan
Nama Informan :
Jabatan :
Pertanyaan
1. Apakah terdapat sistem proteksi pasif yang mencakup bahan dan konstruksi
bukaan di seluruh gedung PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan
2. Jika ada, apakah sudah sesuai dengan SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara
Detektor Kebakaran
gedung PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Pekanbaru? Jika tidak, bagian/ruangan apa saja yang tidak dipasang sistem
118
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
119
Gedung?
Alarm Kebakaran
1. Apakah sistem alarm kebakaran dipasang pada seluruh gedung PT. PLN
2. Apakah sistem alarm kebakaran yang dipasang sudah sesuai dengan SNI 03-
Bangunan Gedung?
Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi Kebakaran dan PerMen
Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk
1. Apakah terdapat APAR di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan
2. Apa saja jenis APAR berdasarkan media pemadam, sistem penggerak dan
kelas kebakaran yang terdapat di PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan
3. Berapa jumlah APAR untuk setiap jenisnya di PT. PLN (Persero) Wilayah
Riau dan Kepulauan Riau Area Pekanbaru dan dimana sajakah penempatan
APAR ini?
121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
122
123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
124
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian
125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7. Pernyataan Pelaksanaan Member Check
126
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. Kartu Inspeksi Hidran dan Pompa Pemadam Kebakaran
127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9. Laporan Kondisi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
128
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
129
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
130
Gambar 23. Kartu Gantung Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)