Disusun Oleh:
FENNI INDRAYATI
NIM. 2011166201
Peneliti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat–Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Pengaruh
Pemberian Cairan Clorhexidine 2% terhadap penurunan Laju Endap Darah dan C-
Reaktif Protein pada pasien luka infeksi di Instalasi Surgikal“. Proposal penelitian
ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelas Sarjana Keperawatan di Program
Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
Peneliti banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dalam penyusunan proposal ini. Pada kesempatan ini Peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada terhormat:
1. Prof. Dr. Ir. Usman M.Tang,MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
2. Ns. Wasisto Utomo, M.Kep, Sp. KMB selaku Pembimbing I dan Wan Nishfa
Dewi, SKp, MNg, PhD selaku Pembimbing II yang telah memberikan
masukan, bimbingan serta dukungan bagi peneliti.
3. Ns. Bayhakki, M.Kep., Sp.KMB., PhD selaku Penguji I dan Ns. Ganis
Indriati, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Penguji II yang telah memberikan
masukan, bimbingan serta dukungan bagi peneliti.
4. Ibunda (Alm), Ayahanda, Suami dan Anak-anakku serta keluarga besar yang
setia memberikan dukungan, semangat, dan kasih sayang serta do’a yang
tulus bagi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini.
5. Teman–teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan pada penulis
hingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Penulis sadar bahwa proposal ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan peneliti demi kebaikan proposal
ini. Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi dunia
keperawatan.
Pekanbaru, Mei 2022
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR SKEMA
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Permohonan Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Lembar Data Demografi Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi Responden
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur Penelitian
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, yang
menyebabkan secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau
hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya adalah
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel
(Robinson et al, 2014).
Infeksi merupakan masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri
di jaringan tubuh yang menyebabkan peradangan. Potter dan Perry (2010)
mengatakan bahwa infeksi luka adalah masuknya bakteri pada luka dapat
terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan
(Dorland, 2012).
Infeksi luka tergantung pada kontaminasi luka secara khusus berkaitan
dengan patogenisitas, bakteri, dan keseimbangan respon imun pada tubuh.
Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi luka umumnya berasal dari
pasien (infeksi endogen) yang ada di kulit. Infeksi eksogen terjadi ketika
adanya jalur masuk untuk mikroorganisme mengkontaminasi luka (Dayton,
2014).
Luka infeksi terjadi karena adanya invasi bakteri pada luka, dapat
terjadi pada saat trauma, sebelum pembedahan atau setelah pembedahan.
Gejala infeksi sering muncul dalam 2-7 hari pasca pembedahan (Potter &
Perry, 2012). Gejala yang terjadi pada saat luka mengalami infeksi yakni
inflamasi yang merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan
oleh cedera dan kerusakan jaringan yang berfungsi untuk menghancurkan
dan mengurangi baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera.
Inflamasi memiliki gejala seperti kalor, rubor, tumor, dan hilangnya atau
berkurangnya fungsi yang dapat menganggu kenyamanan pasien (Dorland,
2012).
1
2
Luka yang tidak terawat dengan benar dapat terinfeksi dan bernanah.
Luka bernanah umumnya terjadi pada luka yang mengalami peradangan
akibat infeksi bakteri Staphylococcus Aureus atau Streptococcus Pyogenes.
Luka bernanah ditandai dengan keluarnya cairan berwarna kuning, putih
kekuningan ataupun kuning kecokelatan. Cara mencegah infeksi luka yaitu
dengan meminimalkan jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi
luka dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pertahanan pasien terhadap
infeksi misalnya dengan meminimalkan kerusakan jaringan dan mencegah
akses masuk mikroorganisme ke dalam sayatan pasca operasi dengan
menggunakan perban luka (Fatmadona & Oktarina, 2016).
Survei WHO pada tahun 2013 menemukan angka kejadian infeksi luka
di dunia berkisar antara 5% sampai 34%. Penelitian di Vietnam pada tahun
2014 menunjukkan angka kejadian infeksi luka sebesar 10,9% dari 697
pasien. Di Indonesia berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Dr. Mohammad
Hoesin (RSMH) Palembang angka kejadian infeksi luka sebesar 56,67% dari
30 pasien (Yuwono, 2013).
Dorland (2016) membagi luka menjadi 2 jenis yaitu luka tertutup dan
luka terbuka. Luka tertutup merupakan luka dimana kulit tetap utuh dan tidak
ada kontak antara jaringan yang dibawah dengan lingkungan luar,
kerusakannya diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Luka tertutup umumnya
dikenal sebagai luka memar yang dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
kontusio (kerusakan jaringan dibawah kulit yang mana diluar hanya tampak
sebagai benjolan) dan hematoma (kerusakan jaringan dibawah kulitdisertai
pendarahan sehingga dari luar tampak kebiruan).
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan dibawahnya
mengalami kerusakan. Penyebab luka adalah benda tajam, tembakan,
benturan benda keras dan lain-lain. Macam-macam luka terbuka antara lain
yaitu luka lecet (ekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka iris/sayat
(vulnus scisum), luka bacok (vulnus caesum), luka robek (vulnus
traumaticum), luka tembak (vulnus sclopetinum), luka hancur (vulnus
lacerum), dan luka bakar. Luka iris/sayat (vulnus scisum) biasanya
3
ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam seperti pisau, silet, parang
dan sejenisnya. Luka yang timbul biasanya berbentuk memanjang, tepi luka
berbentuk lurus, tetapi jaringan kulit disekitar luka tidak mengalami
kerusakan. Luka terbuka jika tidak diobati berpotensi akan mengakibatkan
infeksi (Dorland, 2016).
Tubuh manusia memiliki suatu sistem khusus untuk berespon terhadap
bermacam-macam bahan infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri atas leukosit
darah dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit.Salah satu satunya adalah
neutrofil (Guyton, 2017). Neutrofil merupakan sel darah putih yang memiliki
masa hidup yang pendek dan merupakan suatu jenis fagosit yang menelan dan
mencerna bakteri. Neutrofil mencegah infeksi dengan cara meninggalkan
pembuluh darah dan bergerak ke tempat infeksi, menyusul gradien
kemotaktik yang dihasilkan oleh sinyal mikroba atau endogen. Di lokasi
inflamasi, neutrofil "diaktifkan" untuk melakukan beberapa tugas, termasuk
sekresi sitokin, degranulasi, dan fagositosis. Proses ini sangat penting karena
neutrofil adalah salah satu dari garis pertama pertahanan tubuh terhadap
infeksi (Guyton, 2017).
Selain respon alami tubuh terhadap infeksi, dibutuhkan pengobatan
untuk mencegah terjadinya infeksi yang berkepanjangan pada luka karena
jika tidak segera diobati maka infeksi akan merambat kejaringan atau organ
lain yang akan menyebabkan terjadinya infeksi kronik atau bahkan
kematian. Prinsip dasar penyembuhan dan perawatan luka infeksi yang
optimal adalah meminimalkan kerusakan jaringan dan memberikan perfusi
jaringan yang memadai, oksigenasi dan nutrisi yang tepat untuk jaringan
(Rukmi, 2018).
Perawatan luka infeksi melibatkan sejumlah langkah, seperti
pertolongan pertama pada pasien, antibiotik topikal, penggunaan agen anti
inflamasi, agen anti mikroba serta menggunakan gel topikal/sabun topikal
yang memiliki kemampuan untuk proses penyembuhan luka. Selain itu,
tujuan dari manajemen luka yaitu mengurangi terjadinya luka infeksi dan
untuk mempercepat proses penyembuhan (Sari, 2015).
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Bagi ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang pasien yang memiliki luka infeksi, dapat di rawat menggunakan
cairan clorhexidine 2% untuk mengurangi infeksi pada luka nya.
2. Bagi lokasi penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur dan
bahan evaluasi dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
terutama kepada pasien yang memiliki luka infeksi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau
acuan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Peneliti mencari literatur melalui website serta jurnal terkait dengan
clorhexidine, LED, CRP.Peneliti menemukan 155 judul. Peneliti menemukan
beberapa judul yang terkait dengan penelitian ini, yang menggambarkan
persamaan dan perbedaan sehingga dapat menjelaskan keaslian dari
penelitian ini, adalah sebagai berikut :
Tabel.1
Keaslian Penelitian dan Perbandingan Dengan Sebelumnya
No Judul penelitian Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh pemberian clorhexidine Tempat penelitian Di gunakan untuk
terhadap kejadian komplikasi di RS obat kumur
pada proses penyembuhan luka
pasca pencabutan gigi.
2. Perbandingan efektifitas Sama Beda dalam
clorhexidine gluconate 0,12% menggunakan penggunaan nya
dengan povidone iodine 1% clorhexidine
sebagai oral hygiene dalam
menurunkan koloni bakteri
rongga mulut pada pasien stroke
di ruang NHCU RSUP DR.M
Hoesin.
3. Perbandingan chlorhexidine 0,5% Sama di gunakan Beda objek yang
dan povidone iodine 10% dalam untuk membunuh akan di teliti
mencegah kolonisasi bakteri pada kuman dan
kateter epidural bakteri
8
A. Tinjauan Teori
1. Clorhexidine
a. Definisi
Clorhexidine ditemukan pada tahun 1940 oleh Imperial
Chemical Industries di Inggris dan dipasarkan pada tahun
1954sebagai antiseptik untuk penyembuhan luka, diperkenalkan
untuk kebutuhan manusia tahun 1957 di Britain sebagai antiseptik
untuk kulit yang kemudian digunakan secara luas dibidang obat dan
bedah. Penghambatan plak pertama kali diteliti oleh Schroeder
pada tahun 1969. Tiga tahun setelahnya, yaitu tahun 1972, Loe dan
Schiott melakukan studi definitif bahwa karies dapat dicegah
dengan adanya pencegahan terbentuknya plak dental. Clorhexidine
juga terbukti secara efektif sebagai bahan kontrol plak kemis
sehingga mendapat izin dari Food and Drug Administration di
Amerika Serikat untuk dipasarkan dan digunakan hampir diseluruh
dunia.
Dalam bidang kedokteran gigi clorhexidine digunakan
sebagai desinfeksi sebelum operasi. Clorhexidine tersedia dalam 3
bentuk yaitu: diglukonat, asetat dan garam hidroklorit.
Clorhexidine (CHX) memiliki rumus molekul C22H30Cl2N10 yang
mempunyai sifat mudah larut dalam air.
Senyawa ini adalah senyawa yang paling sering digunakan
sebagai bahan antiseptik yang efektif digunakan dengan cara
dikumur. Kelebihannya larutan ini dapat menghambat
pembentukan plak dental dan terbukti dapat mempertahankan
indeks gingiva pada penelitian sebelumnya. Jika senyawa ini masuk
ke dalam sel, sitoplasma mikroorganisme akan mengendap
sehingga menghalangi fungsi vital dari mikroorganisme.
9
10
1) Cara Westergreen
a) Pria: Usia di bawah 50 tahun yaitu kurang dari 15 mm/1
jam. Usia diatas 50 tahun - kurangdari20mm/1jam
b) Wanita: Usia di bawah 50 tahun - kurang dari 20 mm/1
jam. Usia diatas 50 tahun – kurang dari 30 mm/1jam
c) Anak: Bayi baru lahir – 0 sampai 2mm/1jam,1 tahun 13
mm/1jam
2) Cara Wintrobe:
a) Pria: Lebih kecil dari 10 mm/1jam
b) Wanita: Lebih kecil dari 20 mm/1jam
3. C-Reaktif Protein
a. Definisi
C-Reactive Protein (CRP) adalah protein abnormalyang
muncul dalam darah pada fase akut dan berbagai gangguan
inflamasi tetapi tidak terdeteksi dalam darah orang sehat. Progresif
meningkat berkorelasi dengan peningkatan cedera inflamasi.
Sintesis CRP terjadi di hati dan dirangsang oleh adanya
sitokin, terutama interleukin (IL)-1 beta, IL-6, dan Tumor Necrosis
Factor (TNF). Setelah terjadi peradangan, pembentukan CRP akan
meningkat dalam 4 sampai 6 jam, jumlahnya bahkan berlipat dua
dalam 8 jam setelah peradangan. Konsentrasi puncak akan tercapai
dalam 36 jam sampai 50 jam setelah inflamasi. Kadar CRP akan
terus meningkat seiring dengan proses inflamasi yang akan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Setelah penyembuhan akan
terjadi penurunan kadar CRP secara cepat oleh karena CRP
memiliki masa paruh 4 sampai 7 jam.
b. Metode Pengukuran
Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan
metode aglutinasi atau metode lain yang lebih maju misalnya
sandwich imunometri. Tes aglutinasi dilakukan dengan
menambahkan partikel latex yang dilapisi antibodi anti CRP pada
16
B. KERANGKA TEORI
Skema 1.
Pengaruh pemberian cairan clorhexidine 2% terhadap penurunan laju endap
darah dan C-Reaktif Protein pada pasien dengan luka infeksi
Bertindak sebagai
antiseptik
Metode
pengukuran nya
Luka infeksi
C. Kerangka Konsep
Skema 2.
Pengaruh Pemberian Cairan Clorhexidine 2% Terhadap Penurunan LED
Dan CRP Pada Pasien Luka Infeksi
Pemeriksaan
Pemberian cairan Pemeriksaan
LED dan CRP
clorhexidine LED dan CRP
sebelum
pemberian sesudah
cairan pemberian
clorhexidine cairan
pada pasien clorhexidine
infeksi
22
D. Hipotesa Penelitian
Merupakan dugaan sementara mengenai terjadinya hubungan antar
variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis Nol (H0)
Ho: Tidak ada pengaruh cairan clorhexidine 2% terhadap penurunan
LED dan CRP pada luka infeksi.
4) Hipotesis Alternatif (Ha)
Ha: Ada pengaruh cairan clorhexidine 2% terhadap penurunan LED
dan CRP pada luka infeksi.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sampel
Suprapto (2017) sampel merupakan bagian dari unit yang dimiliki
oleh populasi tersebut, apabila populasi besar maka penelitian tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul - betul respentative (mewakili). Sampel
penelitian ialah perwakilan dari populasi untuk diteliti (Sugiyono, 2019).
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah Non-Probability Sampling dengan pemilihan Sampling yang
digunakan adalah teknik Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dari populasi yang sesuai dengan kriteria peneliti berdasarkan tujuan
ataupun masalah penelitian (Notoatmojo, 2018). Perhitungan besar sampel
minimum yang digunakan dalam penelitian eksperimental yaitu sebanyak
15 subjek untuk kelompok eksperimen, namun untuk meningkatkan tingkat
akurasi data jumlah sampel ditambah menjadi 30 responden (Mamik, 2015).
Dalam penelitian ini, sampel yang di gunakan 30 responden.
Sampel pada penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi yaitu
karaktetistik yang harus dimiliki setiap anggota populasi sehingga dapat
dijadikan sampel penelitian, sedangkan kriteria eksklusi yaitu kriteria yang
dimiliki subjek penelitian yang tidak dapat dijadikan sebagai sampel
penelitian (Donsu, 2017). Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebagai
berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Surgical.
2) Pasien yang memiliki luka infeksi (semua jenis luka tanpa melihat
bentuk, kedalaman, dan jenis luka).
3) Pasien yang infeksi luka serta nilai LED dan CRP nya meningkat
dari normal nya (LED normal 15 – 20 mm/jam, CRP normal <5
mg/L).
4) Bersedia menjadi responden
5) Pasien yang kooperatif
26
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang infeksi luka tetapi nilai LED dan CRP nya tidak
meningkat.
2) Anak-anak yang berusia < 12 tahun.
3) Wanita hamil dan menyusui
4) Tidak bersedia menjadi responden.
5) Pasien yang tidak kooperatif.
D. Etika Penelitian
Etika penelitian dapat diartikan sebagai acuan terkait etika yang digunakan
pada seluruh kegiatan penelitian dengan keterlibatan peneliti, subjek penelitian,
serta masyarakat yang akan mempengaruhi hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018).
Etika penelitian yang digunakan antara lain:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Hak-hak subjek penelitian meliputi memperoleh penjelasan secara
terbuka, bebas untuk memilih dan memberikan keputusan tanpa adanya
paksaan dalam berkontribusi sebagai subjek penelitian (autonomy) harus
diperhatikan oleh peneliti.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy
and confidentiality)
Hak individu seperti privasi dan kebebasan merupakan hak yang
dimiliki setiap manusia.Informasi mengenai identitas responden pada
kuisioner atau alat ukur lainnya tidak boleh ditampilkan agar kerahasiaan
identitas terjaga.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan memiliki keterbukaan dan keadilan.Prinsip keadilan
dalam penelitian mempunyai makna seberapa banyak penelitian tersebut
memberikan manfaat dan bebannsecara meratanatau berdasarkan
kemampuan, kontribusi, kebutuhan dan pilihannmasyarakat.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
27
dengan cara mengajukan daftar pernyataan atau pertanyaan secara tertulis kepada
subjek untuk mendapatkan suatu jawaban atau respon dari responden. Lembar
observasi adalah pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
prilaku objek sasaran (Fatoni, 2011). Alat pengumpul data penelitian ini terdiri
dari:
1. Kuesioner demografi
Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden, meliputi pertanyaan umur, pekerjaan, jenis kelamin, diagnosa
medis danapakah ada penyakit penyerta lainnya
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat pengumpulan data yang berisi data
demografi responden, nilai laboratorium LED dan CRP pre test, nilai
laboratorium LED dan CRP post test. Intervensi yang diberikan pada
responden adalah dengan membersihkan luka infeksi pada pasien dengan
menggunakan sabun clorhexidine, sebelum pretest nilai LED dan CRP
diperiksa terlebih dahulu setelah itu luka infeksi dibersihkan dengan
menggunakan cairan clorhexidine dan keesokan harinya di lakukan
pemeriksaan LED dan CRP pada pasien tersebut.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Penyusunan langkah-langkah kegiatan atau prosedur penelitian bertujuan
untuk mempermudah proses penelitian dan pencapaian tujuan penelitian.
Langkah-langkah atau prosedur penelitian ini meliputi:
1. Tahap persiapan
Peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada kepada Fakultas
Keperawatan Universitas Riau untuk mengadakan penelitian di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau. Setelah mendapat surat izin, peneliti
memohon izin kepada di rektur RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau untuk
melakukan penelitian. Setelah itu peneliti memilih dan menemui calon
responden. Peneliti menjelaskan kepada responden tujan dari penelitian ini,
29
H. Analisis Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan- pertanyaan penelitian
yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2010).
1. Analisa Univariat
Analisis univariat merupakan analisa data yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang distribusi karakteristik demografi
responden seperti umur, pekerjaan, jenis kelamin, diagnosa medis yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran variabel penelitian. Hasil analisis
data yang ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan persentase melalui
program komputerisasi.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
yang signifikan antar dua variabel yaitu variabel independent dan variabel
dependent, atau bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan signifikan antar dua kelompok atau lebih variabel (Setiadi,
2013). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Wilcoxon untuk melihat pengaruh pemberian cairan clorhexidine 2%
terhadap penurunan laju endap darah dan c-reaktif protein (crp) pada
pasien dengan luka infeksi kelompok eksperimen sebelum dan sesudah
perlakuan. Sedangkan untuk melihat perbedaan laju endap darah dan c-
reaktif protein (crp) kelompok eksperimen setelah diberikan cairan
clorhexidine 2% dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan
intervensi dilakukan Uji Mann Whitney.
Derajat kemaknaan (α) yang digunakan pada uji ini adalah 0,05.
Hasil uji statistik didapatkan p value < α (0,05), maka dapat dikatakan
pemberian cairan clorhexidine 2% memberikan pengaruh terhadap
penurunan laju endap darah dan c-reaktif protein (crp) pada pasien
dengan luka infeksi. Hasil uji statistik didapatkan p value > α (0,05),
maka dapat dikatakan pemberian cairan clorhexidine 2% tidak ada
32
pengaruh terhadap penurunan laju endap darah dan c-reaktif protein (crp)
pada pasien dengan luka infeksi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Edisi 2).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi ke 12 vol 2, Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2019). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi penelitian keperawatan.Yogyakarta: Gava
Media
Suprapto, H. (2017). Metodologi Penelitian Untuk Karya Ilmiah. Yogyakarta :
Gosyen Publishing, 2017
Tietjen, Bossemeyer & Noel. (2011). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber. Jakarta: Salemba Raya
Wang, Z., et al (2017). Preoperative Bating With Chlorhexidine Reduces The
Incidence Of Surgical Site Infection After Total Knee Arthoplasty:Meta-
Analisis. Medicine (Baltimore): 96(47): 8321
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2015). KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah.Yogyakarta: Nuha Medi
World Health Organization. (2014). WHO Traditional Medicien Strategy
20142023.
http://www.who.int/medicines/ares/traditionaldefinitions/en/index.html
Yuwono. (2013). Staphylococcus Aureus Dan Methicilin-Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA). Palembang: Departemen Mikrobiologi FK
Universitas Sriwijaya
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Nama : Fenni Indrayati
NIM : 2011166201
Alamat : Jl. Sapta Taruna Pekanbaru
Mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian cairan
Clorhexidine 2% penurunan Laju Endap Darah dan C-Reaktif Protein pada
pasien dengan luka infeksi di instalasi surgikal”. Didalam proses penelitian ini
responden akan dilakukan pengambilan sampel darah intravena (IV) sebanyak 2
kali yaitu pada hari ke-1 sebelum dilakukan perawatan luka dan pada hari ke-7
setelah dilakukan perawatan luka. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang
merugikan bagi bapak/ibu/saudara/i sebagai responden.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu/saudara/i ingin
mengundurkan diri, maka diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak ada
paksaan sedikitpun terhadap bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Apabila bapak/ibu/saudara/i menyetujui menjadi responden
penelitian ini, mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan.
Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu sebagai responden saya ucapkan terima
kasih.
.
Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Pekanbaru, 2022
Responden
( )
Lampiran 3
Kode Responden
A. Data Demografi Responden
Petunjuk pengisian:
Isilah untuk pertanyaan yang disediakan. Berilah tanda check-list (√) pada
kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawabanyang anda berikan.
Nama ( Inisial ) : ………………
Usia : ……………… tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Swasta Pensiun
Diagnosis Medis :
Karakteristik luka : Terbuka Tertutup
Penyakit yang lain : Ada sebutkan
Tidak ada
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
Standar
Perawatan Luka Dengan Menggunakan Sabun Clorhexidine
Operaisional
2%
Prosedur
Pengertian Mengganti balutan luka yang kotor dengan balutan bersih
Dengan menggunakan cairan clorhexidine 2%
Tujuan 1. Mencegah komplikasi dan mempercepat proses
penyembuhan
2. Melindungi luka darikontaminasi
3. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme padaluka
Prosedur Alat:
1. Packing set perawatanluka
Pinset anatomis 2buah
Pinset cirurgis 2buah
Gunting up heating 1buah
kom kecil 2buah
Kasasteril
2. Nacl 0,9%
3. Cairan clorhexidine
4. Plester/ hifavik dan gunting
5. Handscoen 2pasang
6. Bengkok 1buah
7. Perlak
8. Tempat sampah medis dan non medis
Standar
Perawatan Luka Dengan Menggunakan Sabun Clorhexidine
Operaisional
2%
Prosedur
Langkah-Langkah 1. Petugas memberi salam dan panggil nama pasien
2. Petugas menjelaskan tujuan dan tindakan pada
pasien/keluarga
3. Petugas memberi kesempatan pada pasien untuk
bertanya sebelum kegiatan dilakukan
4. Petugas mempertahankan privasi pasien selama
tindakan dilakukan
5. Petugas mengatur posisi pasien
6. Petugas memberi pengalas dibawah luka
7. Petugas mendekatkan bengkok
8. Petugas mencuci tangan dan pakai sarung tangan
9. Petugas mepaskan plester dan balutan dengan secara
perlahan dengan pinset, setelah selesai pinset
diletakkan di baskom yang telah terisi bayclin
10. Petugas membersihkan bekas plester
11. Petugas melepaskan sarung tangan
12. Petugas mencuci tangan
13. Petugas membuka set perawatan luka
14. Petugas memakai sarung tangansteril
15. Petugas mengkaji kondisi luka
16. Petugas membersihkan luka dengan menggunakan
cairan clorhexidine dengan satu arah atau dari dalam
luka ke luar luka sampai luka sudah terlihat bersih
17. Mengirigasi luka dengan menggunakan Nacl 0,9%
18. Petugas menutup luka
19. Petugas membuka sarung tangan
20. Petugas melakukan fiksasi dengan plester atau
pembalutan sesuai kondisi dan lokasi luka
Standar
Perawatan Luka Dengan Menggunakan Sabun Clorhexidine
Operaisional
2%
Prosedur
21. Petugas menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai
dan mencatat diles pasien
22. Petugas mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang nyaman
23. Petugas mengkaji reaksi post tindakan
24. Petugas memberikan penjelasan tentang hal yang
harus dilaksanai seperti luka berdarah, basah, kotor
dan balutan lepas.
25. Petugas merapikan alat danlingkungan
(Lemone & Bauldoff, 2015 )