Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH DIGITAL MARKETING DAN INOVASI PRODUK

TERHADAP KINERJA ORGANISASI DENGAN DAYA SAING


SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PROPOSAL TESIS

Oleh
ANNISA NURAWALIA
NIM: H2501211040

PROGRAM PASCASARAJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah....................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian........................................................... 7
1.4. Kegunaan Penelitian...................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka............................................................... 9
2.1.1. Grand Theory................................................................ 9
2.1.1.1. Resource Base Theory................................................... 9
2.1.1.2. Market Base Theory...................................................... 10
2.1.2. Kinerja Organisasi......................................................... 12
2.1.2.1. Pengertian Kinerja Organisasi....................................... 12
2.1.2.2. Penilaian Kinerja........................................................... 13
2.1.3. Daya Saing.................................................................... 15
2.1.3.1. Pengertian Daya Saing.................................................. 15
2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing........... 17
2.1.3.3. Identifikasi Pesaing....................................................... 19
2.1.3.4 Strategi Peningkatan Daya Saing.................................. 20
2.1.3.5. Dimensi dan Indikator Daya Saing................................. 22
2.1.4. Digital Marketing.......................................................... 24
2.1.4.1. Pengertian Digital Marketing........................................ 24
2.1.4.2. Manfaat Digital Marketing............................................ 25
2.1.4.3. Saluran Media Digital Marketing................................. 27
2.1.4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Digital Marketing 29
2.1.4.5. Dimensi dan Indikator Digital Marketing..................... 33
2.1.5. Inovasi Produk............................................................... 34
2.1.5.1. Pengertian Inovasi Produk............................................ 34
2.1.5.2. Konsep Inovasi.............................................................. 35
2.1.5.3. Jenis-Jenis Inovasi......................................................... 37
2.1.5.4. Karakteristik Inovasi..................................................... 38
2.1.5.5. Dimensi dan Indikator Inovasi Produk.......................... 39
2.2. Penelitian Terdahulu..................................................... 41
2.3. Kerangka Pemikiran...................................................... 43
2.4. Hipotesis........................................................................ 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.............................................................. 45
3.2. Variabel Penelitian........................................................ 46
3.3. Operasional Variabel Penelitian.................................... 47
3.4. Sampel dan Sampel....................................................... 49
3.5. Teknik Pengambilan Sampel......................................... 50
3.6. Metode Analisis Data.................................................... 50
3.6.1. Statistik Deskriptif......................................................... 50
3.6.2. Pengujian Hipotesis....................................................... 51
3.6.3. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis.............. 56
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan yang semakin ketat di segala bidang usaha pada era digital

menuntut setiap perusahaan atau pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing

perusahaan agar kinerja organisasi atau perusahaan semakin meningkat. Era

digital ditandai dengan adanya perubahan dalam teknologi dan informasi yang

semakin berkembang dengan adanya pemanfaatan teknologi internet. Organisasi

atau perusahaan harus mampu secara berkelanjutan untuk membuat inovasi-

inovasi baru dengan memanfaat teknologi internet yang semakin canggih, agar

berbeda dengan perusahaan pesaingnya.

Industri perbankan di Indonesia banyak mengalami perubahan dengan

adanya era digital yang mengharuskan perbankan untuk melakukan transformasi

digital dalam kegiatan usahanya. Hal ini sesuai pernyataan media yang

menyatakan bahwa di era industri 4.0, sektor keuangan atau perbankan juga tak

bisa terhindar untuk melakukan transformasi digital. Cetak Biru Transformasi

Digital Perbankan berisikan lima elemen utama, yaitu data, teknologi, manajemen

risiko, kolaborasi, dan tatanan institusi yang perlu diperhatikan dalam proses

transformasi digital perbankan. Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan akan

memberikan acuan yang lebih konkret akan digitalisasi perbankan ke depan dalam

rangka akselerasi transformasi digital, sekaligus merupakan respons kebijakan


untuk memitigasi berbagai tantangan dan risiko dari transformasi digital

perbankan (Sulityorini, kontan, 2021).

Penelitian ini dilakukan pada Bank DKI Jakarta yang tidak terlepas dari

adanya persaingan di era digital. Bank DKI merupakan Bank Umum Buku III

yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

(99,98%) dan Perumda Pasar Jaya (0,02%). Sebagai upaya untuk lebih memenuhi

harapan Pemegang Saham dan segenap Pemangku Kepentingan, pada tahun 2016,

Bank DKI melakukan penyelarasan visi baru yakni Menjadi Bank Regional

Modern & Bernilai Tinggi Yang Menjaga Keseimbangan antara Keuntungan &

Pembangunan Jakarta sebagaimana tercantum dalam Corporate Plan 2016-2020.

Secara konsisten, Bank DKI terus melakukan penguatan landasan pada sejumlah

aspek sumber daya manusia, teknologi informasi, operasional. Tata kelola

perusahaan dan manajemen risiko Bank DKI akan terus melangkah maju sesuai

dengan visi, misi dan arah strategis serta menguatkan budaya kerja yang

Profesional, berIntegritas dan Customer Focus sebagai jawaban atas tuntutan

modernisasi, menjadikan Bank DKI siap menuju tahapan yang lebih baik.

Memenangkan persaingan menjadikan perusahaan dapat bertahan dan

terus berkembang sehingga kinerja perusahaan juga mengalami peningkatan.

Tingkat persaingan usaha dapat dihadapi dengan berbagai strategi dan kebijakan

perusahaan, salah satunya adalah meningkatkan daya saing perusahaan sehingga

kinerja perusahaan juga meningkat. Kinerja perusahaan mencerminkan

keberhasilan perusahaan dalam mengelola dan mengembangkan kegiatan usaha

perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan

untuk sebahagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada

suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau

akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Rivai, 2015: 604).

Kinerja bank DKI Jakarta dapat dilihat dari laba tahun berjalan yang

diperoleh dari tahun ke tahun yang terdapat pada laporan keuangan tahunan

perusahaan. Berikut disajikan data laba tahun berjalan Bank DKI Jakarta dari

tahun 2017-2021.

Sumber: Laporan Keuangan Bank DKI Jakarta, 2021

Gambar 1.1. Data Laba Tahun Berjalan Bank DKI Jakarta 2017-2021

Berdasarkan data pada gambar 1.1. terlihat bahwa kinerja Bank DKI

mengalami kenaikan dan penurunan yang diukur dengan laba tahun berjalan. Pada

tahun 2017 perolehan laba tahun berjalan mengalami peningkatan dari 712.177

juta menjadi 817.239 juta pada tahun 2019. Pada tahun 2020 laba tahun berjalan
mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 580.639 juta dan

mengalami kenaikan kembali pada tahun 2021 mencapai 727.355 juta. Hal ini

berarti kinerja Bank DKI Jakarta masih perlu pembenahan agar untuk tahun-tahun

berikutnya dapat lebih meningkat.

Kinerja perusahaan dapat dipengaruhi oleh daya saing perusahaan. Daya

saing merupakan fungsi operasi yang tidak saja berorientasi ke dalam (internal)

tetapi juga keluar (eksternal), yakni merespon pasar sasaran usahanya dengan

proaktif. Daya saing adalah konsep perbandingan kemampuan dan kinerja

perusahaan, sub-sektor atau negara untuk menjual dan memasok barang dan atau

jasa yang diberikan dalam pasar. Daya saing sebuah negara dapat dicapai dari

akumulasi daya saing strategis setiap perusahaan. Proses penciptaan nilai tambah

(value added creation) berada pada lingkup perusahaan (Kuncoro, 2011).

Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh

pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan

tidak unggul berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di

dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan

bagaimana efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan

organisasi lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau

sejenis. Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang

berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu

bersaing.

Adanya daya saing tinggi yang dimiliki oleh perusahaan maka dapat

dipastikan perusahaan memiliki produk atau jasa yang unggul atau berkualitas
dibanding dengan perusahaan lain, sehingga perusahaan dapat bersaing dengan

perusahan lain dan hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan semakin

meningkat.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Christian (2020),

Ponon & Munizu (2021), Soewarno et al. (2020) yang menyatakan bahwa daya

saing berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi.

Daya saing perusahaan dan kinerja organisasi dalam penelitian ini dapat

dipengaruhi oleh digital marketing dan inovasi produk. Digital marketing

merupakan kegiatan di bidang pemasaran yang memanfaatkan platform yang ada

di internet dalam menjangkau para target konsumen, selain itu digital marketing

diartikan sebagai pemasaran produk atau jasa melalui internet atau disebut dengan

pemasaran-i, web marketing, online marketing, e-marketing, atau e-commerce

(Hermawan , 2012).

Digital marketing atau biasa disebut dengan pemasaran digital merupakan

aktivitas promosi baik untuk produk atau merek (brand) yang menggunakan

media elektronik (digital). Digital marketing yang dilakukan dengan baik

perusahaan dapat menginformasikan produk yang ditawarkan kepada konsumen

dengan cepat dan tepat sasaran. Strategi perusahaan dengan memanfaatkan digital

marketing terutama melalui media sosial dapat memberikan bagaimana cara dan

langkah memperbanyak jaringan konsumen dalam memasarkan produknya

sehingga perusahaan dapat meningkatkan keunggulan daya saingnya dan

sekaligus meningkatkan kinerja organisasi.


Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardhana

(2015),Trejo (2018), Islami & Wahyuni (2020), Kuntonbutr et al. (2019) yang

menyatakan bahwa digital marketing berpengaruh signifikan terhadap daya saing

dan kinerja organisasi.

Inovasi produk merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi daya

saing dan kinerja organisasi. Inovasi produk adalah gabungan dari berbagai

macam proses yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain

(Kotler, 2016).

Inovasi produk yang dilakukan oleh perusahaan dapat menjadikan produk

yang ditawarkan memiliki perbedaan dengan produk-produk yang ditawarkan

oleh perusahaan pesaingnya. Bank DKI Jakarta berkomitmen untuk melanjutkan

transformasi perbankan digital dengan terus mengembangkan inovasi produk dan

layanan perbankan digital seperti JakOne Mobile dengan berbagai fitur yang

memudahkan transaksi perbankan seperti mobile banking, mobile wallet, scan to

pay dan pembukaan rekening secara online. Inovasi produk yang dilakukan

dengan baik dan berkesinambungan akan mempengaruhi daya saing perusahaan

dan kinerja organisasi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dogan (2016),

Triyana & Setiawardani (2019), Chen (2019), Onikoyi (2017) yang menyatakan

bahwa inovasi produk berpengaruh signifikan terhadap daya saing dan kinerja

organisasi.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh digital marketing terhadap daya saing pada Bank

DKI Jakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh inovasi produk terhadap daya saing pada Bank DKI

Jakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh digital marketing terhadap kinerja organisasi pada

Bank DKI Jakarta?

4. Apakah terdapat pengaruh inovasi produk terhadap kinerja organisasi pada

Bank DKI Jakarta?

5. Apakah terdapat pengaruh daya saing terhadap kinerja organisasi pada Bank

DKI Jakarta?

6. Apakah daya saing dapat memediasi hubungan antara digital marketing

dengan kinerja organisasi pada Bank DKI Jakarta?

7. Apakah daya saing dapat memediasi hubungan antara inovasi produk dengan

kinerja organisasi pada Bank DKI Jakarta?

1.3. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di

atas dapat dikemukakan beberapa tujuan penelitian, yaitu untuk:

1. Mengkaji dan menganalisis pengaruh digital marketing terhadap daya saing

pada Bank DKI Jakarta.


2. Mengkaji dan menganalisis pengaruh inovasi produk terhadap daya saing pada

Bank DKI Jakarta.

3. Mengkaji dan menganalisis pengaruh digital marketing terhadap kinerja

organisasi pada Bank DKI Jakarta.

4. Mengkaji dan menganalisis pengaruh inovasi produk terhadap kinerja

organisasi pada Bank DKI Jakarta.

5. Mengkaji dan menganalisis pengaruh daya saing terhadap kinerja organisasi

pada Bank DKI Jakarta.

6. Mengkaji dan menganalisis daya saing dapat memediasi hubungan antara

digital marketing dengan kinerja organisasi pada Bank DKI Jakarta.

7. Mengkaji dan menganalisis daya saing dapat memediasi hubungan antara

inovasi produk dengan kinerja organisasi pada Bank DKI Jakarta.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Grand Theory

2.1.1.1. Resource Base Theory

Resource Based Theory (RBT) adalah teori yang menggambarkan bahwa

perusahaan dapat meningkatkan keunggulan bersaing dengan mengembangkan

sumberdaya sehingga mampu mengarahkan perusahaan untuk bertahan secara

jangka panjang. Kunci dari pendekatan RBT adalah pada strategi memahami

hubungan antara sumber daya, kapabilitas, keunggulan bersaing, dan profitabilitas

khususnya dapat memahami mekanisme dengan mempertahankan keunggulan

bersaing dari waktu ke waktu. Model seperti ini membutuhkan pemanfaatan efek

karakteristik unik pada perusahaan. Perusahaan mengakumulasikan kombinasi

sumber daya yang unik dan kapabilitas, yang memungkinkan mereka memperoleh

keunggulan kompetitif berdasarkan kapabilitas khusus mereka.

Teori RBT menyatakan bahwa perusahaan adalah kumpulan sumber daya

dan kemampuan dan bahwa sumber keunggulan kompetitif adalah internal

perusahaan (Armit & Schoemaker, 1993). Dengan kata lain, perusahaan

mengumpulkan kombinasi unik dari sumber daya dan kemampuan, yang

memungkinkan mereka untuk memperoleh keunggulan kompetitif berdasarkan

kemampuan khas mereka. Menurut Barney (1991) konsep sumber daya mencakup

semua aset, kemampuan, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi,


pengetahuan, dan lain-lain, dikendalikan oleh perusahaan yang memungkinkan

perusahaan untuk memahami dan menerapkan strategi yang meningkatkan

efisiensi dan efektivitasnya. Keunggulan bersaing dapat dipahami dengan

menanamkan pemahaman bahwa perusahaan terdiri dari elemen yang heterogen

dan tak bergerak. Langkah untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif

bersaing, perusahaan harus memenuhi empat kriteria, yaitu valuable, rareness,

inimitability dan non-substitutability.

Nothnagel (2008) berasusmsi bahwa ada dua kriteria Resource Based

Theory, yaitu resource heterogeneity dan resource immobility. Resource

heterogeneity menjelaskan tentang persamaan kapabilitas yang juga dimiliki

pesaing, sehingga hal tersebut tidak dapat disebut sebagai keunggulan bersaing.

Resource immobility menjelaskan kapabilitas yang tidak dimiliki pesaing atau

pesaing dapat memilikinya tetapi membutuhkan biaya yang besar.

2.1.1.2. Market Base Theory

Teori berbasis pasar (market-based theory, MBT) organisasi, terutama

perusahaan, mengacu pada paradigma konseptual yang menempatkan pasar

sebagai pusat perhatian dalam penjelasannya tentang sifat, pertumbuhan, dan

strategi perusahaan. Strategi Market-Based View berpendapat bahwa faktor

industri dan orientasi pasar eksternal adalah penentu utama kinerja perusahaan

(Peteraf & Bergen, 2003). Sumber nilai bagi perusahaan tertanam dalam situasi

kompetitif yang mencirikan posisi strategis produk akhirnya. Posisi strategis

adalah serangkaian aktivitas unik perusahaan yang berbeda dari para pesaingnya.
Atau, posisi strategis suatu perusahaan ditentukan oleh bagaimana ia melakukan

aktivitas serupa dengan perusahaan lain, tetapi dengan cara yang sangat berbeda.

Dalam perspektif ini, profitabilitas atau kinerja perusahaan ditentukan semata-

mata oleh struktur dan dinamika persaingan industri di mana ia beroperasi

(Schendel, 2012). Dalam merumuskan strategi, perusahaan biasanya membuat

penilaian keseluruhan keunggulan kompetitif mereka sendiri melalui penilaian

lingkungan eksternal berdasarkan model lima kekuatan (Porter, 1995).

Lima kekuatan yang dipertimbangkan terdiri dari: hambatan masuk,

ancaman pengganti, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar pembeli

dan persaingan di antara para pesaing (Porter 1995). Dalam perspektif ini, sumber

kekuatan pasar perusahaan menjelaskan kinerja relatifnya. Tiga sumber kekuatan

pasar sering disorot: monopoli, hambatan masuk, dan kekuatan tawar-menawar.

Model lima kekuatan memungkinkan organisasi untuk menganalisis situasi

industri mereka saat ini dengan cara yang terstruktur. Namun, model tersebut

memiliki keterbatasan. Model Porter mengasumsikan pasar sempurna klasik serta

struktur pasar statis, yang tidak mungkin ditemukan di pasar dinamis saat ini.

Selain itu, beberapa industri kompleks dengan beberapa hubungan antar, yang

membuat sulit untuk memahami dan menganalisis menggunakan model lima

kekuatan (Wang 2004). Selain itu, Rumelt (1991) menyatakan bahwa faktor

penentu profitabilitas yang paling penting adalah spesifik perusahaan daripada

spesifik industri. Prahalad dan Hamel (1990) mengemukakan bahwa keunggulan

bersaing yang berbasis pada sumber daya dan kapabilitas lebih penting daripada
hanya semata-mata berdasarkan produk dan positioning pasar dalam hal

berkontribusi terhadap keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Teori berbasis pasar relevan dengan penelitian ini karena

menginformasikan kinerja variabel terikat. Teori ini menempatkan pasar sebagai

pusat panggung dalam penjelasannya tentang sifat, pertumbuhan, dan strategi

perusahaan. Teori tersebut menegaskan bahwa faktor industri dan orientasi pasar

eksternal adalah penentu utama kinerja perusahaan. Perusahaan harus kompetitif

dan mengadopsi tanggapan strategis terhadap perubahan kondisi pasar sehingga

dapat meningkatkan persentase pangsa pasar mereka yang berarti peningkatan

kinerja perusahaan.

2.1.2. Kinerja Organisasi

2.1.2.1. Pengertian Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi adalah kemampuan sebuah perusahaan mengelola

sumber daya yang ada sehingga dapat memberikan nilai kepada perusahaan

tersebut. Dengan mengetahui kinerja perusahaan dapat mengukur tingkat efisiensi

dan produktifitas perusahaan tersebut, disamping itu juga penilaian kinerja

perusahaan yang bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu

perusahaan.

Menurut Rivai (2018: 604), kinerja merupakan suatu istilah secara umum

yang digunakan untuk sebahagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu

organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti

biaya-biaya masa lalu atau yang dikegiatansikan, dengan dasar efisinsi,


pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya. Sedangkan

menurut Wibowo (2017: 4), kinerja adalah implementasi dari rencana yang telah

disusun tersebut. Implementasi kerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang

memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan. Selanjutnya

menurut Suwatno (2016: 196), kinerja merupakan hasil yang dicapai seseorang

menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu berkenaan dengan

pekerjaan serta perilaku dan tindakan. Fahmi (2016: 2), menyatakan bahwa

kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut

bersifat profit oriented maupunnonprofit oriented yang dihasilkan selama satu

periode waktu.

2.1.2.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Rivai (2018: 549), penilaian kerja mengacu

pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai

dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil,

termasuk tingkat ketidak hadiran. Sedangkan menurut Cascio dalam Suwatno

(2016: 197), penilaian kinerja adalah suatu gambaran yang sistematis tentang

kebaikan dan kelemahan dari pekrjaan individu atau kelompok. Meskipun ada

diantara masalah teknis (seperti pemilihan format) dan amsalah manusianya itu

sendiri (seperti resistansi penilai, dan adanya hambatan hubungan antar individu)

yang kesemuanya itu tidak akan dapat teratasi oleh penilaian kinerja. Menurut

Fahmi (2016: 65), penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada
pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama

ini telah melakukan pekerjaannya.

Menurut Mejia dalam Suwatno (2016: 197), penilaian kinerja merupakan

suatu proses yang terdiri dari:

1. Identifikasi

Yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap

kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada

hasil analisa jabatan.

2. Pengukuran

Merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak

manajemen menentukan kinerja karyawan yang bagaimana yang termasuk

baik dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan

perbandingan dengan nilai-nilai standar atau membandingkan kinerja antar

karaywan yang memiliki kesamaan tugas.

3. Manajemen

Proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak

manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi

karyawan di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan

pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja

karyawannya.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas dapat disintesiskan bahwa kinerja

organisasi adalah hasil yang diperoleh suatu organisasi sesuai rencana yang

disusun baik bersifat quasi profit oriented yang dihasilkan selama satu periode
waktu dengan referensi pada sejumlah standar biaya-biaya masa lalu, dengan

dasar efisinsi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen. Dimensi dan

indikator untuk variabel kinerja organisasi mengadaptasi hasil penelitian Hossain

et al (2019) sebagai berikut:

1. Dimensi kepuasan pelanggan dengan indikator: perhatian kepuasan dan

peningkatan kepuasan.

2. Dimensi loyalitas pelanggan dengan indikator: mempertahankan loyalitas dan

meningkatkan loyalitas.

3. Dimensi retensi pelanggan dengan indikator: membangun kepercayaan ddan

meningkatkan kepercayaan.

4. Dimensi pangsa pasar dengan indikator: menetapkan pangsa pasar dan

meningkatkan pangsa pasar.

5. Dimensi profitabilitas dengan indikator: mencapai target dan meningkatkan

profitabilitas.

2.1.3. Daya Saing

2.1.3.1. Pengertian Daya Saing

Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh

pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan

tidak unggul berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di

dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan

bagaimana efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan

organisasi lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau

sejenis. Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang

berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu bersaing.
Porter (1995:5) mengatakan : “ competition is at the core of the success or

failure of firms. Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan

perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu sisi

kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis dan

bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi

pasarnya, sehingga persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi.

Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-

perusahaan yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu

menghasilkan produk-produk yang berkualitas, sehingga persaingan merupakan

ancaman bagi perusahaannya.

Strategi daya saing menunjukkan cara perusahaan dapat memperoleh

keuntungan atas pesaing di pasar yang sama. Rivalitas membawa perbaikan dan

inovasi. Ide inti di balik teori keunggulan kompetitif adalah bahwa perusahaan

yang memanipulasi berbagai sumber daya yang memiliki kendali langsung atas

dan sumber daya tersebut memiliki kemampuan untuk menghasilkan keunggulan

kompetitif untuk mencapai kinerja yang unggul (Hossain et al. 2019).

Daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk

menciptakan nilai ekonomi yang relatif lebih banyak daripada kelompok pesaing

yang ditargetkan (Ong, Ismail & Yeap, 2018). Menurut Muhardi (2009:39) daya

saing operasi merupakan fungsi operasi yang tidak saja berorientasi ke dalam

(internal) tetapi juga keluar (eksternal), yakni merespon pasar sasaran usahanya

dengan proaktif.

Spanos, Zaralis dan Lioukas (2004) mengacu pada strategi kompetitif

sebagai arah dan ruang lingkup dalam jangka panjang yang digunakan organisasi

untuk mencapai keunggulan kompetitif atas pesaingnya. Menurut Walsh et al.


(2008), dengan memperoleh keunggulan kompetitif, organisasi mampu

meningkatkan produksi dan memasok barang yang dihasilkan secara efektif

dibandingkan dengan para pesaingnya.

Entitas bisnis dalam banyak kasus datang dengan strategi bisnis sebagai

cara untuk mempertahankan posisi kompetitif di pasar relatif terhadap perusahaan

lain yang menawarkan produk serupa di pasar. Strategi bisnis harus didasarkan

pada kemampuannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Manajer bisnis

mengembangkan strategi kompetitif yang fleksibel untuk menghadapi tantangan

lingkungan eksternal (Kago et al., 2018).

Bakunda (2001) mengidentifikasi sumber strategi bersaing sebagai

penggunaan inovasi berkelanjutan, teknologi unggul, dan skala operasi, produk

berkualitas unggul, dan nilai uang yang tinggi serta tingkat kinerja dan keandalan

yang tinggi. Menurut Salavou (2013), fitur utama dalam strategi bersaing sebagian

besar bisnis adalah fleksibilitas. Strategi kompetitif diadopsi oleh perusahaan

dalam menanggapi lingkungan bisnis yang selalu berubah.

2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya saing perusahaan

adalah:

1. Lokasi

Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli dan

menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang strategis

akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans (2003:439) : letak atau lokasi

akan menjadi sangat penting untuk memenuhi kemudahan pelanggan dalam

berkunjung, konsumen tentu akan mencari jarak tempuh terpendek. Walau


tidak menutup kemungkinan konsumen dari jarak jauh juga akan membeli, tapi

persentasenya kecil.

2. Harga

Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang

ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk

atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah supermarket, minimarket,

atau swalayan banyak dikunjungi konsumen atau tidak. Faktor harga juga

berpengaruh pada seorang pembeli untuk mengambil keputusan. Harga juga

berhubungan dengan diskon, pemberian kupon berhadiah, dan kebijakan

penjualan. Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan

sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang

diinginkannya seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi

pelangggan yang sensitif bias anya harga murah adalah sumber kepuasan yang

penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi

(Irawan, 2008:38).

3. Pelayanan

Program pelayanan atau service seringkali menjadi pokok pemikiran pertama

seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui produk berarti

konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang ada, produk

yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih mengacu kepada

kenyamanan peralatan (trolley atau keranjang belanja), tempat parkir yang

nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga keramahan dari karyawan.

4. Mutu atau kualitas

Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan oleh

kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan dengan kualitas


produk, Muhardi dalam bukunya Strategi Operasi Untuk Keunggulan

Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang menyatakan : “product

quality is the appropriateness of design specifications to function and use as

well as the degree to which the product conforms to the design specifications”.

Kualitas produk ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi

atau kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan

spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila

perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai dengan

kebutuhan pasarnya.

5. Promosi

Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi, semakin

banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi bisa dilakukan

melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik, maupun media lain.

Sunarto (2004:298) mengatakan bahwa promosi penjualan terdiri dari insentif

jangka pendek untuk mendorong pembelanjaan atau penjualan produk atau

jasa, yang mana promosi penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas dari

alat-alat promosi yang didesain untuk merangsang respons pasar yang lebih

cepat, atau yang lebih kuat.

2.1.3.3. Identifikasi Pesaing

Ada 4 (empat) tingkat persaingan, berdasarkan tingkat subtitusi produk

menurut Kotler (2016), yaitu:

1. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan atau jasa

serupa pada pelanggan yang sama dengan harga yang sama


2. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk

yang sama.

3. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang

memberikan jasa yang sama.

4. Persaingan Generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan rupiah

konsumen yang sama.

2.1.3.4 Strategi Peningkatan Daya Saing

Dalam usaha untuk memperoleh keunggulan bersaing menurut Kotler

(2016:295) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan pada:

1. Nilai pelanggan

Nilai bagi pelanggan merupakan perbedaan antara nilai total bagi pelanggan

dan biaya total pelanggan terhadap penawaran pemasaran (‘laba’ bagi

pelanggan)

2. Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah

produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk kurang dari yang

diharapkan, maka pembelinya tidak puas. Kepuasan pelanggan terhadap

pembelian tergantung pada kinerja nyata sebuah produk, relatif terhadap

harapan pembeli.

Menurut Kotler (2016:319) ada lima strategi pemasaran bersaing yang luas

yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu:


1. Strategi bersaing dasar

Michael porter (1980: 61-78) menyebutkan empat strategi kedudukan bersaing

dasar, mencakup:

a. Kepemimpinan biaya keseluruhan : perusahaan bekerja keras untuk

mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga perusahaan itu

dapat membuat harga lebih rendah daripada pesaing dan memenangkan

pangsa pasar.

b. Pembedaan (differensiasi) : perusahaan berusaha berkonsentrasi untuk

menciptakan lini produk dan program pemasaran yang sangat berbeda,

sehingga perusahaan ini dapat menjadi pemimpin kelas dalam industry

yang bersangkutan.

c. Fokus : perusahaan berusaha berfokus pada upayanya dalam melayani

beberapa segmen pasar secara lebih baik dan bukan memburu seluruh

pasar.

2. Strategi pemimpin pasar

Strategi pemimpin pasar adalah strategi dimana perusahaan dalam suatu

industri dengan pangsa pasar terbesar, perusahaan ini biasanya memimpin

perusahaan lain dalam perubahan harga, pengenalan produk baru, cakupan

penyaluran, dan pengeluaran promosi.

3. Strategi penantang pasar

Strategi penantang pasar adalah strategi dimana perusahaan peringkat kedua

dalam suatu industri yang sedang berjuang keras untuk meningkatkan pangsa

pasarnya

4. Strategi pengikut pasar


Strategi pengikut pasar adalah strategi dimana perusahaan peringkat kedua

dalam suatu industri yang ingin mempertahankan pangsa pasarnya tanpa

menggangu keseimbangan.

5. Strategi perelung pasar

Strategi perelung pasar adalah strategi perusahaan dalam suatu industri yang

melayani segmen kecil yang dilupakan atau diabaikan perusahaan lain.

Dalam lingkungan persaingan yang semakin kompetitif dan adanya situasi

pasar yang dinamis, maka setiap perusahaan tidak mungkin lagi untuk

menghindari persaingan, tetapi yang harus dilakukan adalah menghadapi tingkat

persaingan tersebut dengan cara yang sebaik-baiknya. Sebaik-baiknya disini

diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara optimal dan berkesinambungan

untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi di masa yang akan

datang (Muhardi 2009:53).

2.1.3.5. Dimensi dan Indikator Daya Saing

Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh

Muhardi (2009:40) dengan mengutip Ward et all (1998:1036-1037) adalah terdiri

dari biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian (delivery), dan

fleksibilitas (flexibility).

Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi (2009:41)

lengkap dengan indikatornya sebagai berikut :

1. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu

biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan

persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang

mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan


produksinya, produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi

perusahaan dan adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu

dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan

tersebut.

2. Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi

daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator

diantaranya tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan

produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk

terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain

produk atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki

desain sederhana namun mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu

penerimaan produk dimaksudkan dengan lamanya umur produk dapat diterima

oleh pasar, semakin lama umur produk di pasar menunjukkan kualitas produk

tersebut semakin baik. Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur

ekonomis penggunaan produk .

3. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai

indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu

produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut

berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh

ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.

4. Adapun fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi

berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan

menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas dapat disintesiskan bahwa daya

saing adalah upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh keuntungan


atas pesaingnya di pasar dengan menciptakan nilai ekonomi yang lebih baik dari

pesaingnya dalam jangka panjang. Variabel strategi daya saing diukur dengan

mengadaptasi hasil penelitian (Devie et al., 2018) sebagai berikut:

1. Dimensi biaya dengan indikator: biaya produksi, produktivitas, kapasitas dan

persediaan.

2. Dimensi kualitas dengan indikator: tampilan produk, keluhan dan kesesuaian

produk.

3. Dimensi waktu penyampaian dengan indikator: ketepatan, waktu tunggu,

penyampaian produk.

4. Dimensi fleksibilitas dengan indikator: jenis produk dan penyesuaian.

2.1.4. Digital Marketing

2.1.4.1. Pengertian Digital Marketing

Digital Marketing atau biasa disebut dengan pemasaran digital merupakan

aktivitas promosi baik untuk produk atau merek (Brand) yang menggunakan

media elektronik (digital). Saat ini perkembangan teknologi sangat memudahkan

pebisnis dalam melakukan pemasaran secara digital, iklan bisa dilakukan melalui

blog, website, e-mail dan berbagai macam sosial media. Iklan adalah bentuk

promosi dan promosi merupakan salah satu elemen yang paling penting dari

bauran pemasaran (Laksana & Dharmayanti, 2018).

Digital marketing merupakan kegiatan di bidang pemasaran yang

memanfaatkan platform yang ada di internet dalam menjangkau para target

konsumen, selain itu digital marketing diartikan sebagai pemasaran produk atau

jasa melalui internet atau disebut dengan pemasaran-i, web marketing, online
marketing, e-marketing, atau e-commerce (Hermawan, 2012). Kegiatan digital

marketing dimanfaatkan oleh pelaku bisnis sehingga penerapan media internet

dipasaran meningkat. Komponen pemasaran digital terdiri dari perangkat digital

yang membantu orang berkomunikasi secara online, dan pada berbagai platform

yang menghubungkan orang-orang dengan minat yang sama, dari mana saja dan

kapan saja, di seluruh dunia (Kuntonbutr et al., 2019).

Pemasaran digital menurut Chaffey (2016:14) adalah penerapan dari

internet serta teknologi-teknologi digital yang berkaitan terhadap metode

komunikasi tradisional untuk memperoleh tujuan pemasaran. Sedangkan menurut

Trejo (2017) digital marketing sebagai proses untuk merancang strategi dan taktik

dalam implementasi yang direncanakan, memilih seperangkat alat pemasaran

digital.

2.1.4.2. Manfaat Digital Marketing

Penggunaan digital marketing merupakan cara untuk mempermudah

dalam memahami persoalan tujuan komunikasi yang bisa dicapai perusahaan

melalui penggunaan internet sebagai berikut (Morissan, 2010) :

1. Penyebaran informasi, salah satu tujuan penting penggunaan situs web ialah

menyediakan informasi secara lengkap dan mendalam mengenai produk suatu

perusahaan. Perusahaan yang menggunakan digital marketing mempunyai

peluang banyak untuk mendapatkan konsumen. Bisa dikatakan bahwa dengan

penggunaan media internet dalam pemasaran merupakan hal yang paling tepat

untuk menyampaikan informasi secara lengkap kepada masyarakat luas.


2. Menciptakan kesadaran, digital marketing terkadang lebih bermanfaat dalam

menciptakan kesadaran terhadap perusahaan bahkan terhadap barang dan jasa

yang dihasilkan. Bagi perusahaan dengan biaya promosi terbatas, digital

marketing menawarkan kesempatan untuk menciptakan kesadaran yang lebih

efektif disbanding media tradisional.

3. Tujuan riset, perusahaan memanfaatkan digital marketing tidak hanya dalam

urusan pemasaran saja, namun digunakan untuk melakukan riset pasar dan

mengumpulkan informasi mengenai perusahaan pesaing serta target

konsumen.

4. Menciptakan persepsi, perusahan mengimplementasikan digital marketing

yang dirancang berguna untuk menciptakan persepsi atau image baik

perusahaan terhadap khalayak.

5. Percobaan produk, perusahaan menggunakan digitl marketing untuk

menawarkan produk yang dimiliki kepada pengunjug dalam upaya mendorong

konsumen supaya bersedia mencoba produk perusahaan.

6. Meningktkan pelayanan, peran digital marketing mampu memberikan

informasi serta menjawab berbagai keluh kesah dan pertanyaan pelanggannya.

Kemampuan digital marketing juga bisa memperbaiki pelayanan dan

membangun hubungan baik antara perusahaan dan konsumennya.

7. Meningkatkan distribusi, digital marketing mempunyai berbagai cara dalam

melakukan pemasaran, mempromosikan dan menampilkan produk. Salah

satunya melalui website yang dimaksudkan untuk melakukan kerjasama

dengan nama afiliasi. Afiliasi merupakan hubungan kerjasama diantara


sejumlah situs. Sehingga perusahaan mampu memperluas distribusi produk

melalui kerjasama website tersebut.

2.1.4.3. Saluran Media Digital Marketing

Digital marketing merupakan pemasaran dengan pemanfaatan teknologi

digital. Peran digital marketing menjadi hal penting sesuai perkembangan

teknologi digital dan mengembangkan rencana untuk menarik pelanggan serta

mengarahkannnya pada perpaduan antara komunikasi elektronik maupun

konvensional (Chaffey, 2016). Strategi pelaku bisnis dengan memanfaatkan

digital marketing terutama melalui media sosial dapat memberikan bagaimana

cara dan langkah memperbanyak jaringan konsumen dalam memasarkan

produknya sehingga pelaku bisnis dapat meningkatkan keunggulan pesaingnya.

Dalam pelaksanaan digital marketing pelaku bisnis harus mengkaji

berbagai teknik komunikasi digital yang merupakan bagian dari strategi

komunikasi bisnis online yang bertujuan untuk melaksanakan perencanaan

pemasaran secara digital oleh suatu perusahaan. Saluran media digital merupakan

salah satu teknik komunikasi digital yang dimanfaatkan perusahaan untuk

mempromosikan produk melalui media internet melalui situs web dengan tujuan

untuk menarik dan mempengaruhi pelanggan untuk melakukan transaksi

pembelian. Adapun saluran media digital diantaranya (Chaffey, 2016):

1. Search engine marketing (SEM), pemanfaatan iklan online yang ada

dihalaman hasil mesin pencari berguna untuk membantu pengunjung

menemukan website produk pasar yang ditawarkan. Teknik pemasaran


penelusuran terbagi 2 yaitu ialah tautan bersponsor yang menggunakan system

bayar per klik dan penempatan dalam daftar untuk menggunakan

pengoptimalan mesin pencari (SEO) search engine optimation ialah proses

pengaturan konten di website supaya dapat ditemukan oleh pengguna internet

yang dalam proses pencarian konten serta menyajikan konten agar dapat

dengan mudah ditemukan oleh mesin-mesin pencari lainnya.

2. Online PR, mengoptimalkan sebutan dan interaksi yang menguntungkan

produk dan situs web perusahaan dengan menggunakan media sosial atau blog

yang sedang dikunjungi oleh calon pelanggan.

3. Online partnerships, menciptakan serta mengelola pengaturan dalam jangka

waktu yang lama untuk mempromosikan layanan online suatu perusahaan

yang berada disitus web pihak ketiga atau melalui komunikasi email

4. Interactive advertising, penggunaan iklan berbasis online seperti spanduk dan

iklan multimedia untuk mencapai kesadaran merek dan mendorong

clickthrough ( melalui klik dari audiens) kesitus target.

5. Opt-In emil marketing,penggunaan daftar internal untuk aktivitas dan

mempertahankan pelanggan. Cara ini menambah daftar kontak dalam email

marketing melalui konsumen yang sudah melakukan registrasi yang telah

disetujui dan mengetahui bahwa konsumen akan mndapatkan email rutin yang

berisi iklan pemasar.

6. Sosial media marketing, ialah kategori penting dalam pemasaran digital yang

melibatkan dan mendorong komunikasi pelanggan disitus perusahaan yang

dimiliki atau munculnya media sosial lainnya seperti facebook, twitter,


instagram, youtube, situs penerbit, blog dan forum. Social media marketing

merupakan strategi dalam aktivitas pemaran yang memanfaatkan berbagai

situs mediasosial. Media sosial dapat diartikan sebagai metode dalam kegiatan

pemasaran yang selalu berhasil dalam mempromosikan barang atau jasa yang

dimiliki melalui internet marketing. Penting bagi pelaku bisnis untuk

menerapkan platform media sosial yang saat ini berpengaruh dalam

meningkatkan jumlah penjualan.

2.1.4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Digital Marketing

Menurut Strauss & Frost, 2009 yang dikutip oleh Hendrawan et al. (2019)

ada tujuh tahap yang perlu diperhatikan dalam perancangan e-marketing yaitu:

1. Situation Analysis (Analisis Situasi)

Tahap pertama merupakan awal dari konsep bisnis dengan melakukkan

analisis kekuatan, peluang, kelemahan serta ancaman bagi perusahaan. Dalam

bagian ini, analisis situasi yang digunakan adalah analisis SWOT. Menurut

Rangkuti (2014), analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini disarankan pada

logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strengths), dan Peluang

(Opportunities), namun secara strategi selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian

perencanaan strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor

strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam

kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut Analisis Situasi. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weakness) dengan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) yang dihadapi di dunia bisnis.

2. E-Marketing Strategic Planning (Strategi Perencanaan EMarketing)

Dalam tahap ini terdapat metodologi tujuh langkah sederhana yang membantu

dalam mengevaluasi dan menganalisis peluang pasar (Market Opportunity

Analysis/MOA), yaitu : Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang belum

terpenuhi mengidentifikasi pelanggan tertentu yang akan dituju oleh

perusahaan. Menilai keuntungan yang berkaitan dengan kompetisi menilai

sumber daya perusahaan untuk memberikan penawaran menilai kesiapan pasar

akan teknologi. Menentukan peluang secara konkret. Menilai peluang daya

tarik bagi pelanggan. Strategi perencanaan e-marketing meliputi segmentation,

targeting, differentiation, dan positioning.

3. Objectives (Tujuan)

Tujuan dalam e-marketing mencakup aspek tugas, kuantitas, dan waktu. Tugas

(apa yang akan dicapai). Kuantitas yang terukur (seberapa banyak). Time

Frame (kapan). Sebagian besar e-marketing bertujuan untuk mencapai

berbagai tujuan seperti berikut: Meningkatkan pangsa pasar. Meningkatkan

jumlah komentar pada sebuah blog atau website. Meningkatkan pendapatan

penjualan. Mengurangi biaya (misalnya biaya distribusi atau promosi).

Mencapai tujuan merek (seperti meningkatkan kesadaran merek).

Meningkatkan ukuran database. Mencapai tujuan Customer Relationship

Management (CRM) (seperti meningkatkkan kepuasan pelanggan, frekuensi


pembelian, atau tingkat referensi pelanggan). Memperbaiki manajemen rantai

suplai (seperti dengan meningkatkan koordinasi anggota, menambahkan mitra

atau mengoptimalkan tingkat persediaan).

4. E-marketing Strategy (Strategi e-marketing)

Strategi e-marketing mencakup strategi mengenai 4P dan hubungan

manajemen (relationship management) untuk mencapai tujuan rencana

mengenai product (produk), price (harga), place (saluran distribusi), dan

promotion (promosi)

5. Implementation Plan (Rencana Pelaksanaan)

Pada tahap ini perusahaan memutuskan bagaimana untuk mencapai tujuan

melalui strategi yang efektif dan kreatif. Pemasar memilih bauran pemasaran

(4P), strategi manajemen dan strategi lain untuk mencapai tujuan rencana dan

kemudian menyusun rencana pelaksanaan (implementation plan). Perusahaan

juga memeriksa untuk memastikan organisasi pemasaran yang tepat di tempat

pelaksanaan (staf, struktur departemen, penyedia layanan aplikasi, dan lain-

lain di luar perusahaan). Internet telah mengubah tempat pertukaran dari

marketplace (seperti, interaksi face-to-face) menjadi marketspace (seperti,

interaksi screen-to-face). Perbedaan utama adalah bahwa sifat hubungan

pertukaran sekarang ditengahi oleh interface teknologi. Dengan perpindahan

dari hubungan antar muka people-mediated menjadi technology-mediated,

terdapat sejumlah pertimbangan perancangan interface yang dihadapi.

Menurut Rayport & Jaworski (2003), ada berbagai elemen dalam mendesain

sebuah situs web, yaitu context (konteks dari situs mencerminkan nilai
keindahan dan kegunaan dari situs tersebut), content (konten merupakan

semua objek digital yang terdapat dalam sebuah web baik dalam bentuk audio,

video, image ataupun text), community (kommunitas merupakan ikatan

hubungan yang terjadi antara sesame pengunjung atau pelanggan dari sebuah

website karena adanya kesamaan minat atau hobi), customization (kustomisasi

merupakan kemampuan situs untuk memodifikasi dirinya sesuai dengan

keinginan penggunanya), communication (komunikasi antara perusahaan

dengan pelanggan, terdiri dari Broadcast Dimension, Interactive Dimension,

dan Hybrid Dimension), connection (kemampuan sebuah website untuk

berpindah dari sebuah webpage ke webpage lainnya ataupun website lainnya

dengan onclick baik pada text, images maupun toolbars yang lain), dan

commerce (merupakan fitur dari customer interface yang mendukung berbagai

aspek dari transaksi perdagangan dan memiliki dimensi seperti registration,

shopping cart, security, credit card approval, one click shopping, order

through affiliates, configuration technology, order tracking, delivery option).

6. Budget (Anggaran)

Kunci dari perencanaan strategis adalah untuk mengidentifikasi hasil yang

diharapkan dari suatu investasi. Selama pelaksanaan rencana, pemasar akan

terus memantau pendapatan aktual dan biaya untuk melihat hasil yang telah

dicapai. Internet merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk

memantau hasil karena catatan teknologi pengunjung setiap klik. Untuk

mendapatkan informasi anggaran yang dapat dipertanggungjawabkan, perlu

dibuat perhitungan tentang revenue forecast (perkiraan pendapatan), intangible


benefits (manfaat tidak berwujud), cost savings (penghematan biaya), dan e-

marketing costs (biaya e-marketing)

7. Evaluation Plan (Rencana Evaluasi)

Perencanaan e-marketing dilaksanakan, keberhasilannya tergantung pada

evaluasi yang terus menerus. Jenis evaluasi ini tergantung pada tujuan rencana.

Untuk menentukan hasil pemasarannya, perusahaan dapat menggunakan

balanced scorecard untuk mengukur kesuksesan dari program internet

marketing dan apakah program internet marketing tersebut cocok sesuai

dengan objektif dari perusahaan.

2.1.4.5. Dimensi dan Indikator Digital Marketing

Dimensi variabel digital marketing yang dapat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen, menurut Wolfinbarger & Gilly (2003) yaitu:

1. Fulfillment/reliability, merupakan kemudahan akses dalam ketepatan display

dan deskripsi produk yang diterima konsumen sesuai dengan apa yang dipesan

oleh konsumen.

2. Website design, merupakan penghubung dengan dunia digital secara

keseluruhan dimana kegiatan online akan terarah langsung ke calon konsumen.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa website design mencakup kepraktisan

konsumen dalam melakukan pencarian informasi, proses pesanan,

personalisasi yang tepat, dan pemilihan produk.

3. Customer service, yaitu pelayanan yang baik, responsif, komunikatif, cerdas

dalam merespon pertanyaan konsumen dan menanggapi kebutuhan konsumen.


4. Security/privacy, mencakup keamanan privasi terhadap informasi pribadi dan

sistem pembayaran secara online.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas dapat disintesiskan bahwa digital

marketing adalah kegiatan pemasaran melalui internet dengan memanfaatkan

platform yang ada di internet dalam mencapai sasaran konsumen potensial yang

dituju. Variabel digital marketing diukur dengan dimensi dan indikator sebagai

berikut:

1. Dimensi reliability dengan indikator: kemudahan akses, kesesuaian produk.

2. Dimensi website design dengan indikator: informatif, prroses pesanan dan

pilihan produk

3. Dimensi customer service dengan indikator: responsif, komunikatif dan

cerdas.

4. Dimensi security dengan indikator: keamanan pribadi dan keamanan transaksi.

2.1.5. Inovasi Produk

2.1.5.1. Pengertian Inovasi Produk

Menurut Crawford & De Benedetto (2000) dalam Rosanti (2020) inovasi

produk adalah inovasi yang digunakan dalam keseluruhan operasi perusahaan

dimana sebuah produk baru diciptakan dan dipasarkan, termasuk inovasi di segala

proses fungsionil/kegunaanya. Sedangkan menurut Hubeis (2012:75) inovasi

produk adalah pemahaman mengenai produk baru dan sering digabungkan dengan

suatu hal baru demi menjadikan suatu metode produksi yang belum dikenali dan

berbeda dari sebelumnya. Inovasi Produk telah menunjukkan bahwa kinerja suatu

perusahaan juga akan meningkat melalui peningkatan keputusan pembelian


apabila inovasi produk yang dilakukan oleh suatu perusahaan juga semakin

meningkat (Tamamudin, 2012:289).

Kotler (2016:454) menyatakan bahwa inovasi produk adalah gabungan

dari berbagai macam proses yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan

yang lain. Trustorini (2017) menyatakan bahwa inovasi diartikan sebagai

kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan

peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan.

Menurut Kotler dan Keller (2016:67) bahwa, inovasi produk menunjukan

pada pengembangan dan pengenalan produk baru atau di kembangkan yang

berhasil dipemasaran. Inovasi produk dapat berupa perubahan desain, komponen

dan arsitektur produk. Menurut Zimmerer (2012:57) inovasi produk merupakan

satu hal yang potensial untuk menciptakan pemikiran dan imajinasi orang yang

pada akhirnya menciptakan pelanggan. Salah satu cara yang dapat memenangkan

persaingan yaitu dengan melakukan inovasi produk Menurut Buchari (2012:18)

inovasi berarti mengamati konsumen untuk menemukan dan memuaskan

konsumennya dengan memberikan produk yang baru.

2.1.5.2. Konsep Inovasi

Menurut Kotler dan Keller (2016:32) mengajukan dua konsep inovasi

yaitu sebagai berikut:

a. Keinovatifan adalah pikiran tentang keterbukaan untuk gagasan baru sebagai

sebuah kultur perusahaan.


b. Kapasitas untuk berinovasi adalah kemampuan perusahaan untuk

menggunakan atau menerpkan gagasan, proses, atau produk baru secara

berhasil.

Menurut Kotler dan Keller (2016:32), inovasi memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Memiliki kekhasan/khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas

dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang

diharapkan.

2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki

karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar

Orisinalitas dan kebaruan.

3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti

bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesa-

gesa, namun inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas

dan direncanakan terlebih dahulu.

Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan

harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk

mencapai tujuan tersebut.

Menurut Alma (2016:10), proses inovasi merupakan faktor personal yang

mendorong inovasi itu sendiri adalah keinginan berprestasi, adanya sifat

penasaran, keinginan menanggung risiko, faktor pendidikan dan faktor

pengalaman. Sedangkan faktor-faktor environtment mendorong inovasi adalah

adanya peluang, pengalaman dan kreativitas. Tidak diragukan lagi pengalaman


adalah sebagai guru yang berharga yang memicu perintisan usaha, apalagi

ditunjang oleh adanya peluang dan kreativitas. Sedangkan menurut Soegoto

(2012:8) proses inovasi adalah kemampuan dalam menambahkan nilai

guna/manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk dengan

memerhatikan market oriented atau apa yang sedang laku dipasaran.

2.1.5.3. Jenis-Jenis Inovasi

Menuru Hubeis (2012: 75) inovasi produk merupakan pengetahuan produk

baru, yang seringkali dikombinasikan dengan hal baru untuk membentuk metode

produksi yang tidak diketahui. Sehingga inovasi produk terbagi menjadi dua jenis

yaitu:

1. Inovasi Produk Baru yaitu produk radikal

2. Inovasi Pengembangan Produk yaitu produk bertahap

Inovasi yang sukses adalah sederhana dan terfokus. Ia harus terarah secara

spesifik, jelas, dan memiliki desain yang dapat diterapkan. Dalam prosesnya, ia

menciptakan pelanggan dan pasar yang baru. Lupiyoadi (2014:155) meyatakan

bahwa terdapat jenis-jenis inovasi bedasarkan para ahli. Menurut Schumpter

inovasi yang dapat dilakukan wirausaha adalah :

1. Pengenalan suatu barang baru, atau perbaikan dari barang yang sudah ada

2. Pengenalan metode produksi baru

3. Pembukaan pasar baru, khususnya pasar ekspor pada daerah baru

4. Penciptaan atau pegadaan persediaan bahan mentah atau setengah jadi baru

5. Penciptaan suatu bentuk organisasi industri baru


2.1.5.4. Karakteristik Inovasi

Menurut Kotler dan Keller (2016:478) karakter inovatif produk itu sendiri

akan menentukan kecepatan difusi yang didukung oleh lima faktor, yaitu relative

advantage (keuntungan relatif), compatibility (kesesuaian), complexity (kesulitan),

divisibility (percobaan) dan communicability (ketampakan). Kelima karakteristik

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Relative Advantage

Keuntungan relatif adalah sejauh mana inovasi dianggap lebih baik daripada

mengganti produk. Hal ini tidak mengacu pada tujuan untuk mendapatkan

keuntungan pada produk baru tetapi dengan persepsi subyektif adopter

terhadap keuntungan. Sebuah inovasi yang menawarkan keuntungan yang

lebih besar diyakini memiliki penerimaan yang lebih besar, kecepatan difusi

yang lebih tinggi.

2. Compatibility

Kompatibilitas adalah sejauh mana inovasi dianggap kompatibel dengan

sistem nilai konsumen yang ada, pengalaman, dan kebutuhan. Konsumen lebih

cenderung untuk mengadopsi produk baru awal jika produk tersebut lebih

kompetibel dengan nilai-nilai dan kebutuhan yang ada, dan mereka tidak perlu

mengubah apapun untuk menggunakan produk. Untuk adopsi potensial,

kompatibilitas produk yang lebih tinggi juga berarti ketidakpastian kurang dan

kesenjangan yang lebih kecil antara atribut produk dan kebutuhan konsumen.

Sebuah inovasi kompatibilitas secara positif dengan penerimaan tersebut.


3. Complexity

Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi tampak sulit untuk

dimengerti dan digunakan serta merupakan persepsi subyektif. Beberapa

produk baru akan lebih mudah dipahami bagi kebanyakan orang di

masyarakat, tetapi yang lainnya tampak sangat kompleks dan membutuhkan

waktu lebih lama untuk dipahami. Sebuah inovasi yang kurang kompleks

dapat menyebar lebih cepat. Sebuah inovasi membutuhkan proses adopsi

untuk belajar keterampilan baru atau meningkatkan pemahaman mereka

karena tidak mungkin diterima dengan cepat. Sehingga, adopsi inovasi

mungkin tertunda.

4. Divisibility. Divisibilitas adalah tingkat inovasi dapat dicoba sedikit demi

sedikit.

5. Communicability. Komunikabilitas adalah tingkat kemampuan hasil

penggunaan inovasi dapat diobservasikan atau dijelaskan kepada orang lain.

2.1.5.5. Dimensi dan Indikator Inovasi Produk

Menurut Tjiptono (2016:236) menjelaskan adanya beberapa dimensi dari

inovasi produk, yaitu:

1. Perluasan lini (line extensions) yaitu produk yang dihasilkan perusahaan

tidaklah benar-benar baru tetapi relatif baru untuk sebuah pasar.

2. Produk baru (me too-product) yaitu produk baru bagi perusahaan tetapi tidak

baru bagi pasar.


3. Produk benar-benar baru (new- to-the-world-product) adalah produk yang

termasuk baru baik bagi perusahaan maupun pasar.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas dapat disintesiskan bahwa

inovasi produk adalah kemampuan menerapkan kreativitas produk dengan

menggabungkan berbagai macam proses yang saling mempengaruhi antara yang

satu dengan yang lain. Variabel inovasi produk diukur dengan dimensi dan

indikator sebagai berikut:

1. Dimensi perluasan lini dengan indiaktor: pengembangan produk dan lini

produk baru.

2. Dimensi produk baru dengan indikator: produk baru bagi perusahaan dan

perbaikan produk.

3. Dimensi produk benar-benar baru dengan indikator: produk benar-benar baru

bagi perusahaan dan pasar.


2.3. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama dan Metode


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peneliti Penelitian
1 Trejo, J. Designing a Digital Literature Hasil penelitian
Mejía. 2018. Marketing Model Review menunjukkan bahwa
Innovation to increase digital marketing
the Competitiveness. berpengaruh signifikan
First insights in terhadap daya saing
Mexico.
2 Wardhana, A. Strategi Digital Analisis Hasil penelitian
2015. Marketing Dan Regresi menunjukkan bahwa
Implikasinya Pada Berganda digital marketing
Keunggulan Bersaing berpengaruh signifikan
UKM Di Indonesia. terhadap daya saing
3 Triyana, U. & Pengaruh Strategi Analisis Hasil penelitian
Setiawardani, Inovasi Terhadap Regresi menunjukkan bahwa
M. 2019. Keunggulan Bersaing Berganda inovasi berpengaruh
Dalam Industri Kreatif positif dan signifikan
Sektor Usaha terhadap daya saing
Minuman Thai Tea Di
Kota Bandung.
4 Doğan, E. The Effect of Regresi Data Hasil penelitian
2016.. Innovation on Panel menunjukkan bahwa
Competitiveness inovasi berpengaruh
signifikan terhadap
daya saing
5 Islami, N. The Effect of Digital Structural Hasil penelitian
Nurul & Marketing on Equation menunjukkan bahwa
Wahyuni, T. Organizational Modelling digital marketing
Sri. 2020. Performance Through (SEM) PLS berpengaruh signifikan
Intellectual Capital terhadap kinerja
and Perceived Quality organisasi
in Micro, Small and
Medium Enterprises
6 Kuntonbutra, The Effects of Digital Structural Hasil penelitian
S., Combs, H. Marketing and Market Equation menunjukkan bahwa
& Konosu, T. Orientation on Modelling digital marketing
2019. Innovation and Firms’ (SEM) AMOS berpengaruh signifikan
Performance. terhadap kinerja
organisasi
7 Chen, S. 2017. The Relationship Literature Hasil penelitian
between Innovation Review menunjukkan bahwa
and Firm inovasi berpengaruh
Performance: signifikan terhadap
ALiterature Review. kinerja organisasi
Nama dan Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peneliti Penelitian
8 Onikoyi, I. Impact of Product Analisis Hasil penelitian
Adegboyega. Innovation on Regresi menunjukkan bahwa
2017. Organisational inovasi produk
Performance (A berpengaruh
Survey of Nestle signifikan terhadap
Nigeria Plc) kinerja organisasi
9 Christiana, O. Competitive Analisis Hasil penelitian
Sunday. 2020. Advantage and Regresi menunjukkan bahwa
Organisational Berganda daya saing
Performance in berpengaruh
Selected Firms. signifikan terhadap
kinerja organisasi
10 Pono, M. & The Role of Company Structural Hasil penelitian
Munizua, M. Competitiveness as Equation menunjukkan bahwa
2021. Mediation Variable Modelling daya saing
the Impact of Supply (SEM) berpengaruh
Chain Practices On AMOS signifikan terhadap
Operational kinerja organisasi
Performance.
11 Soewarno, N., Competitive Pressure Structural Hasil penelitian
Tjahjadi, B. & and Business Equation menunjukkan bahwa
Permatanadia, Performance in East Modelling daya saing
D. 2020. Java Batik Industry. (SEM) PLS berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja organisasi
12 Ramadani, V., Product Innovation Analisis Hasil penelitian
Hisrich, R. D., and Firm Performance Regresi menunjukkan bahwa
Abazi-Alili, H., In Transition Berganda inovasi produk
Dana, L.-P., Economies: A Multi- berpengaruh
Panthi, L., & Stage Estimation signifikan terhadap
Abazi-Bexheti, Approach. kinerja organisasi
L. (2018). 
13 Wadho, W., & Innovation and Firm Analisis Hasil penelitian
Chaudhry, A. Performance In Regresi menunjukkan bahwa
(2018).  Developing Berganda inovasi produk
Countries: The Case berpengaruh
of Pakistani Textile signifikan terhadap
and Apparel kinerja organisasi
Manufacturers.
14 Arranz, N., An Integrated Model Panel ordinal Hasil penelitian
Arroyabe, M. F., of Organisational logit menunjukkan bahwa
Li, J., & de Innovation and Firm regression inovasi produk
Arroyabe, J. C. Performance: berpengaruh
F. (2019). . Generation, Linear signifikan terhadap
Persistence and regression kinerja organisasi
Complementarity model
Nama dan Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peneliti Penelitian
15 Na, K. & Kang, Relations Between Analisis Hasil penelitian
Y. (2019). Innovation and Firm Regresi menunjukkan bahwa
Performance of inovasi berpengaruh
Manufacturing Firms signifikan terhadap
in Southeast Asian kinerja organisasi
Emerging Markets:
Empirical Evidence
from Indonesia,
Malaysia, and
Vietnam
16 Yunis, M., The Role of ICT and Structural Hasil penelitian
Tarhini, A., & Innovation In Equation menunjukkan bahwa
Kassar, A. Enhancing Modelling inovasi berpengaruh
(2018). Organizational (SEM) PLS signifikan terhadap
Performance: The kinerja organisasi
Catalysing Effect of
Corporate
Entrepreneurship.
17 El-Kassar, Abd. Green Innovation and Structural Hasil penelitian
& Singh, S. Organizational Equation menunjukkan bahwa
Kumar. (2019). Performance: The Modelling green inovasi
Influence of Big Data (SEM) PLS berpengaruh
and The Moderating signifikan terhadap
Role of Management kinerja organisasi
Commitment and HR
Practices.
18 Chatzoglou, P., The Role of Structural Hasil penelitian
& Chatzoudes, Innovation In Equation menunjukkan bahwa
D. (2018). Building Competitive Modelling inovasi berpengaruh
Advantages: An (SEM) signifikan terhadap
Empirical AMOS daya saing
Investigation.
19 Udriyaha, Tham, The Effects of Market Path Analysis Daya saing
J. & Azam, S.M. Orientation and perusahaan
Ferdous. (2019). Innovation On berpengaruh
Competitive signifikan terhadap
Advantage and kinerja organisasi
Business Performance
of Textile SMEs.
20 Ar, I. Murat. The Impact of Green Structural Hasil penelitian
(2012). Product Innovation Equation menunjukkan bahwa
On Firm Performance Modelling green inovasi
and Competitive (SEM) berpengaruh
Capability: The signifikan terhadap
Moderating Role of kinerja organisasi dan
Managerial daya saing
Environmental
Concern.
Nama dan Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peneliti Penelitian
21 Anning-Dorson, Innovation and Regresi Hasil penelitian
T. (2018). Competitive Linear menunjukkan bahwa
Advantage Creation. Berganda inovasi berpengaruh
signifikan terhadap
daya saing
22 Machado, M. Product Innovation As Regresi Hasil penelitian
André & A Competitive Linear menunjukkan bahwa
Azambuja, A. Advantage For Berganda inovasi produk
Volkman. Emerging berpengaruh
(2018). Multinationals: The signifikan terhadap
Case of The Judge daya saing perusahaan
Revolver In The USA.
23 Efrat, K., Leveraging of Regresi Hasil penelitian
Hughes, P., Dynamic Export Linear menunjukkan bahwa
Nemkova, E., Capabilities For Berganda daya saing
Souchon, A. L., Competitive berpengaruh
& Sy-Changco, Advantage and signifikan terhadap
J. (2018).  Performance kinerja organisasi
Consequences:
Evidence from China
24 De Pelsmacker, Digital Marketing Path Analysis Hasil penelitian
P., van Tilburg, Strategies, Online menunjukkan bahwa
S., & Holthof, C. Reviews and Hotel digital marketing
(2018).  Performance. berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja organisasi
25 Mathews, S. W., Risk Perceptions In Structural Hasil penelitian
Maruyama, M., Japanese Smes: The Equation menunjukkan bahwa
Sakurai, Y., Role of Internet Modelling digital marketing
Perks, K. J., & Marketing (SEM) berpengaruh
Sok, P. (2018).  Capabilities In Firm AMOS signifikan terhadap
Performance. kinerja organisasi
26 Puspaningrum, The Effect of Market Regresi Hasil penelitian
A. (2017). Orientation and Linear menunjukkan bahwa
Innovation On Berganda inovasi berpengaruh
Competitive signifikan terhadap
Advantages. daya saing perusahaan
27 Moses, A., Kalu Product Innovation, Regresi Hasil penelitian
O, E. & Price Level and Linear menunjukkan bahwa
Osunsan, O. Competitive Berganda inovasi produk
(2018). Advantage: A berpengaruh
Perception signifikan terhadap
Assessment of Beer daya saing perusahaan
Products.
Nama dan Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peneliti Penelitian
28 AN Rahmadi, B. Effect of Market Regresi Hasil penelitian
Dewandaru. Orientation and Linear menunjukkan bahwa
(2021). Innovation toward Berganda inovasi berpengaruh
Competitive signifikan terhadap
Advantage in daya saing perusahaan
Business Street Food
at Jl. Pahlawan
Kusuma Bangsa
Kediri City.
29 Zainurossalamia The Effect of Structural Hasil penelitian
, S., Setyadi, Dj., Innovation on Firm Equation menunjukkan bahwa
Hudayah, S. & Performance and Modelling inovasi berpengaruh
Rusmilawati. Competitive (SEM) PLS signifikan terhadap
(2016). Advantage. kinerja organisasi
30 Tirtayasa, S., The Effect of Market Structural Hasil penelitian
Syahria, H., Orientation and Equation menunjukkan bahwa
Nasib & Product Innovation on Modelling inovasi produk
Nofriza, B. Performance- (SEM) PLS berpengaruh
(2022). Mediated Competitive signifikan terhadap
Advantage kinerja melalui daya
Marketing(Case Study saing perusahaan
of MSME Boutiq
Women in Medan
Market Center).
31 Wirda, F., Herri, Competitive Structural Hasil penelitian
Elfindri, Rivai, Advantage: Mediation Equation menunjukkan bahwa
H. Amali & Effect Between Modelling daya saing
Herizon. (2019). Entrepreneurial (SEM) berpengaruh
Competency and AMOS signifikan terhadap
Business Performance kinerja organisasi
Creative Industries In
West Sumatera-
Indonesia.
32 Potjanajaruwit, Competitive Structural Hasil penelitian
P. (2018). Advantage Effects on Equation menunjukkan bahwa
Firm Performance: A Modelling daya saing
Case Study of (SEM) berpengaruh
Startups in Thailand. signifikan terhadap
kinerja organisasi
33 Ratnawati. Partnership Strategy Structural Hasil penelitian
(2019). and Competitive Equation menunjukkan bahwa
Advantage To Modelling daya saing
Improve The (SEM) berpengaruh
Performance of signifikan terhadap
MSMEs In The kinerja organisasi
Creative Industry.
Nama dan Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Peneliti Penelitian
34 Indarwanto, M., The Effects of Structural Hasil penelitian
Puro, S., Competitive Equation menunjukkan bahwa
Manurung, E.H. Strategies On The Modelling daya saing
(2019). Performance of (SEM) PLS berpengaruh
Construction signifikan terhadap
Organizations In kinerja organisasi
Indonesia.
35 Lee, R., Lee, J.-  Synergy Effects of Structural Hasil penelitian
H., & Garrett, T. Innovation On Firm Equation menunjukkan bahwa
C. (2017). Performance Modelling inovasi berpengaruh
(SEM) signifikan terhadap
kinerja organisasi
36  Al‐Kalouti, J., Investigating Regresi Hasil penelitian
Kumar, V., Innovation Capability Linear menunjukkan bahwa
Kumar, N., and Organizational Berganda inovasi berpengaruh
Garza‐Reyes, J. Performance In signifikan terhadap
A., Upadhyay, Service Firms. kinerja organisasi
A., &
Zwiegelaar, J. B.
(2020). 
37 Obeidat, A. E-Marketing and Its Regresi Hasil penelitian
Mishael. (2021). Impact On The Linear menunjukkan bahwa
Competitive Berganda digital marketing
Advantage. berpengaruh
signifikan terhadap
daya saing perusahaan
2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas dan penelitian-penelitian sebelumnya dapat


diajukan kerangka pemikiran seperti berikut:

Digital
Marketing (X1)
H6

H1 H3

H5 Kinerja
Daya Saing
(Z) Organisasi (Y)

H2 H4
H7
Inovasi Produk
(X2)

––––––––––––– Pengaruh Langsung


– – – – – – – – – Pengaruh Tidak Langsung Melalui Daya Saing

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu pembuktian lebih

lanjut untuk kebenarannya, dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

H1 Terdapat pengaruh digital marketing terhadap daya saing pada Bank DKI

Jakarta.

H2 Terdapat pengaruh inovasi produk terhadap daya saing pada Bank DKI

Jakarta.
H3 Terdapat pengaruh digital marketing terhadap kinerja organisasi pada Bank

DKI Jakarta.

H4 Terdapat pengaruh inovasi produk terhadap kinerja organisasi pada Bank

DKI Jakarta.

H5 Terdapat pengaruh daya saing terhadap kinerja organisasi pada Bank DKI

Jakarta.

H6 Terdapat pengaruh digital marketing terhadap kinerja organisasi pada Bank

DKI Jakarta yang dimediasi oleh daya saing.

H7 Terdapat pengaruh inovasi produk terhadap kinerja organisasi pada Bank

DKI Jakarta yang dimediasi oleh daya saing.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan

pendekatan asosiatif, karena penelitian yang dilakukan ini berusaha untuk

mempresisikan pengukuran sesuatu (Cooper dan Schindler, 2015: 146). Terkait

dua alternatif desain penelitian, yakni survei atau eksperimen, maka desain

penelitian survei adalah desain yang dipilih dalam penelitian ini. Penelitian survei

adalah desain penelitian berupa deskripsi kuantitatif mengenai tren, sikap, dan

pendapat suatu populasi, atau uji untuk asosiasi antar-variabel suatu populasi,

dengan mengkaji sampel populasi tersebut.

Metode kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Pada dasarnya, pendekatan

kuantitatif dilakukan pada penelitian dalam rangka pengujian hipotesis dan

mengambil kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas nihil. Dengan metode

kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi

hubungan antar variabel yang diteliti.

Sedangkan pendekatan asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih,

(Sugiyono, 2017:11). Asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menganalisis pengaruh

digital marketing dan inovasi produk terhadap daya saing serta dampaknya pada
kinerja organisasi. Untuk mengkaji seluruh masalah penelitian, data yang

diperlukan diperoleh melalui survei lapangan dengan menggunakan kuesioner.

Kemudian dilakukan analisis dan uraian terhadap seluruh permasalahan penelitian

melalui analisis data, perhitungan statistik dan interpretasi data.

2.2. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas

(independen), dan variabel terikat (dependen) yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Variabel Digital Marketing (X1)

Digital marketing adalah kegiatan pemasaran melalui internet dengan

memanfaatkan platform yang ada di internet dalam mencapai sasaran

konsumen potensial yang dituju.

2. Inovasi Produk (X2)

Inovasi produk adalah kemampuan menerapkan kreativitas produk dengan

menggabungkan berbagai macam proses yang saling mempengaruhi antara

yang satu dengan yang lain.

3. Variabel Daya Saing (Z)

Daya saing adalah upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh

keuntungan atas pesaingnya di pasar dengan menciptakan nilai ekonomi yang

lebih baik dari pesaingnya dalam jangka panjang.

5. Variabel Kinerja Organisasi (Y)

Kinerja organisasi adalah hasil yang diperoleh suatu organisasi sesuai rencana

yang disusun baik bersifat quasi profit oriented yang dihasilkan selama satu
periode waktu dengan referensi pada sejumlah standar biaya-biaya masa lalu,

dengan dasar efisinsi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen.

3.3. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu

penelitian lain yang ingin membantu penelitian yang sama (Sugiyono, 2017).

Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu

penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Operasional

menunjukkan indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel-

variabel secara terperinci.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data

yang diperoleh langsung melalui survey dengan cara : penyebaran kuesioner

kepada responden dan pengumpulan hasil kuesioner. Dalam pengukuran

dipergunakan skala Likert yang merupakan suatu format yang dapat digunakan

untuk mengetahui atau menentukan nilai keempat variabel tersebut. Aplikasi yang

dipergunakan dari instrumen tersebut adalah: 1) Sangat Setuju, 2) Setuju, 3)

Kurang Setuju, 4) Tidak Setuju dan 5) Sangat Tidak Setuju. Kemudian

menentukan nilai kepentingan relatif kelima jawaban tersebut yang dapat

mempengaruhi persepsi responden yaitu: Sangat Setuju (5), Setuju (4), Kurang

Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1).

Untuk lebih jelasnya operasional variabel dan pengukurannya disajikan

pada tabel berikut.


Tabel 3.1. Operasional Variabel dan Pengukuran
Variabel Dimensi Indikator Skala
Digital Reliability  Kemudahan akses
Marketing  Kesesuaian produk
(X1) Website design  Informatif
(Wolfinbarger &  Proses pesanan
Gilly, 2003)  Pilihan produk
Ordinal
Customer service  Responsif
 Komunikatif
 Cerdas
Security  Keamanan pribadi
 Keamanan transaksi
Inovasi Produk Perluasan lini  Pengembangan produk
(X2)  Lini produk baru
Produk baru  Produk baru bagi perusahan
Ordinal
 Perbaikan produk
Produk benar-benar  Bagi perusahaan
baru  Bagi pasar
Daya Saing Biaya  Biaya produksi
(Z)  Produktivitas
(Devie et al., Ordinal
 Kapasitas
2018)  Persediaan.
Kualitas  Tampilan produk
 Keluhan
 Kesesuaian produk.
Waktu penyampaian  Ketepatan
 Waktu tunggu
 Penyampaian produk
Fleksibilitas  Jenis produk
 Penyesuaian
Kinerja Kepuasan pelanggan  Memperhatikan kepuasan
Organisasi  Meningkatkan kepuasan
(Y) Loyalitas pelanggan  Mempertahankan loyalitas
(Hossain et al.,  Meningkatkan loyalitas
2019) Ordinal
Retensi pelanggan  Membangun kepercayaan
 Meningkatkan kepercayaan
Pangsa pasar  Menetapkan pangsa pasar
 Meningkatkan pangsa pasar.
Profitabilitas  Mencapai target
 Meningkatkan profitabilitas
3.4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan total elemen mengenai apa yang peneliti mau

untuk membuat kesimpulan. Elemen populasi adalah partisipan atau objek

individual dengan apa/siapa pengukuran dilakukan (Cooper dan Schindler, 2014:

146). Populasi dalam penelitian ini adalah semua nasabah Bank DKI Jakarta

sebanyak sebesar 368 orang selama periode penelitian.

Sampel adalah hasil seleksi dari elemen populasi yang dengan elemen-

elemen terpilih tersebut peneliti dapat membuat kesimpulan pada elemen populasi

secara total (Cooper dan Schindler, 2014: 146). Terkait dengan sampel, dilakukan

dua hal, yakni perhitungan jumlah sampel, dan teknik pengambilan sampel.

Menurut Sugiyono (2017:74) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan sampel penelitian adalah

karyawan setingkat manajer Bank DKI Jakarta yang dipilih sebagai sampel

berdasarkan rumus Slovin sebesar 192 responden. Dari populasi sebanyak 368

orang, sampel yang diambil berdasarkan pada rumus Slovin (Riduwan, 2010)

sebagai berikut:

Keterangan:
Sn = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Batas kesalahan (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel penelitian sebagai

berikut:
3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner yaitu suatu

teknik pengumpulan data dengan mengajukan daftar pernyataan kepada pihak-

pihak yang berhubungan langsung dengan masalah yang akan diteliti dan diisi

oleh responden sendiri serta bertujuan untuk memperoleh data berupa jawaban-

jawaban dari responden dimana pernyataan yang diberikan sesuai dengan pokok

bahasan dalam penelitian yaitu tentang digital marketing, inovasi produk terhadap

daya saing serta dampaknya pada kinerja organisasi. Kuesioner disebarkan kepada

karyawan setingkat manajer yang bekerja di Bank DKI Jakarta.

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Statistik Deskriptif

Analisis stastistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran

mengenai gambaran umum dari data yang diperoleh. Gambaran tersebut meliputi

nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang berkaitan

dengan data sebagai jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam instrumen

penelitian.
3.6.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural

Equation Model (SEM) dengan menggunakan SmartPLS (Partial Least Square)

3.0. PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau

varian (variance). Menurut Ghozali (2014) PLS merupakan pendekatan alternatif

yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis covariance menjadi berbasis varian.

SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS

lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull

(Wold, 1985 dalam Ghozali, 2015) karena dapat diterapkan pada semua skala

data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar.

Selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS dapat sekaligus

menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif. Hal

ini tidak dapat dilakukan oleh SEM yang berbasis kovarian karena akan menjadi

unidentified model.

Model indikator refleksif dikembangkan berdasarkan pada classical test

theory yang mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan

fungsi dari true score ditambah error. Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:

a. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari konstruk ke indikator.

b. Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency

reliability)

c. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah

makna dan arti konstruk

d. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator


Konstruk dengan indikator formatif mempunyai karakteristik berupa

komposit, seperti yang digunakan dalam literatur ekonomi yaitu index of

sustainable economics welfare, the human development index, dan the quality of

life index. Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada “operational

definition”, dan berdasarkan definisi operasional, maka dapat dinyatakan tepat

menggunakan model formatif atau reflesif. Jika η menggambarkan suatu variabel

laten dan x adalah indikator, maka: η= x. Oleh karena itu, pada model formatif

variabel komposit seolah-olah dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi

arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten.

Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

a. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke konstruk

b. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji konsistensi

internal atau Alpha Cronbach)

c. Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari konstruk

d. Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk (zeta)

Dalam analisis dengan menggunakan PLS ada dua hal yang perlu untuk

dilakukan yaitu:

a. Menilai outer model atau measurement model

1). outer model dengan indikator refleksif

Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent

Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability. Convergent

validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai

berdasarkan korelasi antara item score/componen score yang dihitung


dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi

lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin (1998)

yang dikutip oleh Ghozali (2014) untuk penelitian tahap awal dari

pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap

cukup memadai. Discriminant Validity dari model pengukuran dengan

refleksif indikator dinilai berdasarkan Cross Loading pengukuran dengan

konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar

daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan

konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada

ukuran pada blok lainnya.

Metode lain untuk menilai Discriminant Validity adalah

membandingkan nilai Root Of Average Variance Extracted (AVE) setiap

konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam

model. Jika nilai AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi

antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan

memiliki nilai Discriminant Validity yang baik (Fornell dan Larcker, 1981

dalam Ghozali 2015). Berikut ini rumus untuk menghitung AVE:

AVE 
 2
1

   
2
1
2
error

Dimana i adalah component loading ke indikator ke var (i) = 1-i2.

Jika semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan

Average Communalities dalam blok. Fornell dan Larcker (1981) dalam

Ghozali (2015) menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk


mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih

konservatif dibanding dengan composite reliability. Direkomendasikan

nilai AVE harus lebih besar dari nilai 0,50. Composite reliability blok

indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua

macam ukuran yaitu internal consistency yang dikembangkan oleh Wert et

al. (1979) dalam Ghozali (2015) dan Cronbach Alpha. Dengan

menggunakan output yang dihasilkan PLS maka Composite reliability

dapat dihitung dengan rumus:

   i
2

c 
    Var (i)
i
2

Dimana i adalah component loading ke indikator dan var (εi) = 1-

1-i2 Dibanding dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan

tau equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi

bobot sama. Sehingga Cronbach Alpha cenderung lower bound estimate

reliability, sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi

estimasi parameter adalah akurat. ρc sebagai ukuran internal consistence

hanya dapat digunakan untuk kostruk reflektif indikator. Variabel

memiliki reliabilitas komposit yang baik jika memiliki Composite

Reliability ≥ 0,7, walaupun bukan merupakan standar absolut.

2). Outer model dengan indikator formatif

Outer model dengan indikator formatif dievaluasi berdasarkan

pada substantive content-nya yaitu dengan membandingkan signifikansi

statistik dari nilai estimasi weight. Menurut Ghozali (2014) konstruk


dengan indicator formatif tidak dapat dianalisis dengan melihat

convergent validtity dan composite reliability. Oleh karena konstruk

formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi dari indicator ke

konstruk maka cara menilainya adalah dengan melihat nilai koefisien

regresi dan signifikansi dari koefisien regresi tersebut.

Ghozali (2015) juga menyatakan bahwa indikator formatif tidak

ada uji reliabilitas dan uji validitasnya, tapi dapat dilakukan dengan

melihat nilai t statistik apakah signifikan atau tidak dengan perhitungan

bootsraping. Chin (1998) dalam Ghozali (2015) menyarankan

menggunakn weight setiap indicator sebagai kriteria menilai seberapa

besar kontribusi indicator tersebut terhadap konstruk. Jika nilai weight

untuk indicator formatif adalah signifikan maka mengindikasikan bahwa

indicator memberikan kontribusi dalam pembentukan konstruk.

b. Menilai Inner Model atau Structural Model

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat

hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model

penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk

konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive relevance

dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam

menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap

variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk

menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten


dependen apakah menpunyai pengaruh yang substantive. Pengaruh besarnya

f 2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

R 2 included  R 2 excluded
f2
1  R 2 included

Dimana R2 included dan R2 exclueded adalah R-square dari variabel

laten dependen ketika prediktor variabel laten digunakan atau dikeluarkan di

dalam persamaan struktural.

Disamping melihat nilai R-square, model PLS juga dievaluasi dengan

melihat Q-Square predictive relevance untuk model konstruk. Q-Square

predictive relevance mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh

model dan juga estimasi parameternya. nilai Q-Square predictive relevance

lebih besar dari 0 menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive

relevance, sedangkan nilai Q-Square predictive relevance kurang dari 0

menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance. Rumus Q-

Square :

Q2 = 1 – (1 – R1 2)( 1 – R2 2).... (1 – Rp 2)

Dimana R12, R22 ... Rp 2


adalah R square variabel endogen dalam model

interpretasi sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur.

3.6.3. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang harus dibuktikan

kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara dua

variable atau lebih. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka harus diketahui

Hipotesis Nol (Ho) dan Hipostesis Alternatif (Ha).


Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada penelitian ini adalah

dengan menilai nilai t-statistik dan R-square. Nilai t-statistik (t-hitung)

diperbandingkan dengan nilai t-tabel. Nilai t-tabel yang ditentukan dalam

penelitian ini adalah sebesar 1,96 dengan tingkat signifikasi 0,05 (one-tailed).

Selanjutnya nilai t-tabel tersebut dijadikan sebagai nilai cutoff untuk penerimaan

atau penolakan hipotesis yang diajukan.

Anda mungkin juga menyukai