Anda di halaman 1dari 8

TEORI KEBUDAYAAN DAN PERUBAHAN SOSIAL DI DESA HENDEA

Nama : Zainal
Npm: 20211005

Dosen Pengampuh:

Munawir Mansyur,S.Pd.,M.Pd

PROGARAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat,
Karunia, serta taufik dan hidayat-Nya saya dapat menjelaskan makalah saya yang berjudul
“Teori Kebudayaan dan Perubahan sosial di Desa Hendea” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan di dalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah
Wawasan serta pengetahuan kita, baik itu penulis maupun pembaca. Saya juga menyadari
bahwa sepenuhnya makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berhadap akan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
saya akan buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan. Dan saya akhiri dengan ucapan wallahul muwafifiq ila aqwamil tharieq
wassalamu’alaikum wr.wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. TEORI KEBUDAYAAN DESA HENDEA...........................................................
B. PERUBAHAN SOSIAL DESA HENDEA.............................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hendea secara administrasi kini tercatat di Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton


Selatan. Sebelumnya penduduk desa ini adalah komunitas masyarakat adat yang menghuni
dataran hijua sebelah timur Rongi. Barulah di tahun 1966 dalam sebuah ajakan, komunitas ini
berpindah secara sukarela ke daerah yang mudah di akses pemerintah. Dengan begitu Hendea
mendapat status dusun. Yakni dusun Hendea di Desa Sandang Pangan.
Meranut lebih jauh kebelakang, pada era pemerintahan Kesultanan Buton.
Masyarakat Desa Hendea adalah rumpun masyarakat laporo berstatus Maradika yang di
pimpin oleh empat orang tua. Yakni masing-masing Parabela, Waci, Moji, dan Pandesuka
yang di pilih dan di tetapkan lewat Majelis Permusyawaratan Sara. Kini, secara umum
masyarakat Desa Hendea adalah agraris tulen dengan adopsi teknologi pertanian sederhana.
Namun, tak sedikit yang mulai bekerja di bidang jasa, pedagang dan usaha kecil.
Dari sisi sosial budaya. Budaya masyarakat Hendea adalah enkulturasi dari budaya
Buton itu sendiri dengan karakter lokalitas adat dan budayanya yang khas. Ma’ata’a adalah
upacara besar setelah panen dengan tata tertib pelaksanaan yang sakral. Dalam aplikasinya
adalah mengajak segenanp rakyat untuk berterimah kasih kepada alam. Berbagi kepada
sesama. Dan berdoa untuk senantiasa mengharap ridho dari Allah SWT. Dan sebagai
komunal masyarakat adat. Hal itu terlihat dari norma dan hukum adat sebagai aturan
masyarakatnya. Contoh hukum pertahanan, kaidah ahli waris, kriminal dan asusila. Bahkan
penentuan jumlah mas kawin pun tertata di dalam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Teori kebudayaan Desa Hendea


2. Bagaimanakah Perubahan sosial Desa Hendea
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kebudayaan Desa Hendea


Masyarakat Desa Hendea mempunyai kerajinan tangan seperti membuat lesung dan
talang atau yang lebih di kenal dengan Kapopore. Di Desa Hendea masyarakat masih
meletarikan kebudayaan leluhur dan menjaga keutuhan masyarakat adat, hal ini di tandai
dengan adanya susunan lembaga adat yang terdiri atas parabela, waci, moji, dan pandesuka.
Sebagai desa yang mempertarhankan budaya lokal di Desa Hendea beberapah budaya yang
masih dilaksanakan sejak lelulur sampai saat ini yakni budaya sunatan massal, budaya
pingitan dan budaya Ma’ata’a. kata Ma’ata’a berasal dari bahasa Ciacia yang artinya cara
makan bersama dalam perkembangan di kalangan masyarakat Ma’ata’a di kenal dengan
nama pesta kampung.
Di sebut sebagai acara makan bersama, karna pada prateknya masyarakat
menyiapkan makanan dan kue-kue yang di hidangkan untuk sanak saudara atau kerabat
maupun tamu yang datang bertamu ke rumah. Selain di rumah puncak acara makan di
selenggarakan di Baruga, tradisi Ma’ata’a merupahkan ajang pertemuan bagi warga yang
keluarganya berada di daerah rantau. Ma’ata’a juga menampilkan beberapa tampilan seperti
Mangaru, silat, dan tari linda.
Berakhirnya pesta adat Ma’ata’a kita bisa belajar bagaimana pentingnya silaturahim
untuk mengikat erat tali kekeluargaan demi terciptanya persatuan dengan penuh semangat
dan doa-doa para tetua tanpa pantang menyerah dan harapan besar untuk dapat bertandang ke
kampung halaman dan seluruh masyarakat kembali seperti aktivitas biasanya, petani kembali
bergelut dengan tanamanya, perantau kembali angkat jangkar dan mengarungi samudra,
polisi dan tentara kembali bersiap angkat senjata dan juga para guru kembali teguh ke
sekolah. Budaya Ma’ata’a ini sudah menjadi warisan tertua dari para leluhur yang tetap di
jaga dan di lestarikan oleh generasi dan masyarakat Desa Hendea pada umumnya.
Bahasa yang di pakai oleh masyarakat Desa Hendea adalah untuk berkomunikasi
Adalah bahasa Ciacia Laporo. Bahasa Ciacia merupahkan salah satu bahasa yang di pakai
oleh sebagian besar masyarakat di bagian selatan Pulau Buton, Sulawesi Tenggarah. Bahasa
yang di gunakan oleh masyarakat Ciacia etnis Laporo, Burangasi, Wabula, dan Lapandewa
ini memiliki kekhasan yang unik denga keragaman bahasanya. Bahkan, memiliki sejumlah
kesamaan kualitas bunyi bahasa dan perlambangan bunyi dengan bahasa korea.

B. Perubahan Sosial Desa Hendea


Dulu pekerjaan masyarakat Desa Hendea mayoritasnya adalah Petani. Dan sekarang
Masyarakat Desa Hendea sudah sangat berkembang pesat dan sudah melahirkan pengusaha-
pengusaha yang ada pada bidangnya masing-masing dan sudah mempunyai pekerjaan yang
lebih baik dari sebelumnya. Salah satunya adalah produk olahan kopi yang di kenal dengan
Hendea Coffe, kopi ini merupahkan salah satu warisan leluhur yang di kembangkan sejak
dulu hingga saat ini. Mayoritas masyarakat Desa Hendea adalah petani kopi yang jumlahnya
kurang lebih 200 sampai 300 petani, di samping itu Desa Hendea terletak di atas ketinggian
200 mdpl dan sangat cocok untuk pengembangan kopi jenis Robusta (dataran rendah).
Kopi jenis Robusta ini oleh pemuda-pemudi Desa Hendea yang bergabung dalam
Salah satu unit Badan Usaha milik Desa (BUMDES) di kembangkan dengan membuat olahan
Produk Kopi Original 100%. Proses olahan kopi ini, dari biji menjadi bubuk yang di bungkus
dalam bentuk kemasan melalui proses sangrai memunculkan semangat dan motivasi bagi
kelompok tani dalam melakukan perawatan, pemupukan hingga pemetikan buah karena ini
sangat memudahkan petani untuk menjual kopi hasil panenya.
Hendea Coffe di produksi guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan
Menciptakan lapangan kerja melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Maka untuk
masyarakat berharap agar produksi kopi Hendea atau Hendea Coffe semakin di tingkatkan
dan di budidaya agar kopi tetap menjadi potensi unggulan desa dan sekaligus menjadi produk
unggulan Kabupaten Buton Selatan.
Selain sebagai petani kopi, masyarakat Hendea ada juga yang berprofesi sebagai
Petani jagung, petani bawang, sayur-sayuran dan masih banyak lagi petani lainnya, selain
petani ada juga berprofesi sebagai pedagang kecil-kecilan, pejabat, pengacara, dan abdi
negara. Dari sekian banyaknya profesi yang ada di Desa Hendea ini, hanya pedagang kecil
dan petani lah yang pendapatanya tidak menentu dan pendapatanya tergolong tidak cukup
dalam kebutuhan sehari-hari jadi mau tidak mau mereka harus mencari kerja sampingan agar
bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ma’ata’a bagi masyarakat Desa Hendea adalah tradisi yang di turunkan dari leluhur
Secara turun temurun dan tetap di lestarikan sampai sekarang ini yang proses pelaksaanya
sangat sakral bagi masyarakat Desa Hendea yang di dalamnya terdapat budaya lainnya seperti
silat, mangaru dan tari linda yang di laksanakan setiap tahunya. Bahasa yang di gunakan
masyarakat desa adalah bahasa Ciacia Laporo yang di wariskan oleh nenek moyang dari
jaman dahulu yang di percaya sudah ada sejak Kesultanan Buton
Masyarakat Desa Hendea dulunya adalah petani tapi sekarang ada sudah ada dari
Beberapa masyarakat yang bekerja sebagai pejabat, pengacara, pengusaha, pedagang kecil,
guru, dan berbagai macam pekerjaan lainnya. Hendea yang sekarang bukan lah Hendea yang
dulu lagi, dulu Desa Hendea sangatlah miskin bahkan untuk makan sehari-hari mereka tidak
mampu membeli bahan makanan untuk di konsumsi bersama. Hendea yang sekarang sudah
lebih baik dari pada yang dulu sekarang mereka sudah mampu membeli kebutuhan pokok dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya, dengan di bangunya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
mereka sekarang sudah membangun usaha baru yang di beri nama Hendea Coffe dengan
berbagai varian rasa, Hendea coffe di ciptakan agar bisa membantu meningkatkan
penghasilan masyarakkat dan kemudian akan terus di kembangkan agar tetap menjadi
unggulan bagi desa sekaligus unggulan Buton Selatan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah masih memiliki
Kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segalah
kerendahan hati penulis sangat berharap adanya kritikan dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://www. Kompasiana. Com/la03925/5e883c041df442b55f193/hendea-sejalan-dengan-


pemikir-ahli-unang-soenardjo

https://youtu.be/cdkMJjfewsc

https://www. Ugm. ac. Id/id/berita/8742-raih-doktor-usai-teliti-bahasa-ciacia

https://id. wikipedia. Org/wiki/Masyarakat__Hukum_Adat_Rongi

Anda mungkin juga menyukai