Jurnals
Jurnals
Abstrak
Hukum Agraria Nasional atau Hukum Tanah Nasional yang dituangkan dalam UU No. 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dibangun dari hukum adat
sebagai asli hukum bangsa Indonesia menjadikan konsepsi-konsepsi, asas, kaidah dalam
hukum adat yang tidak bertentangan dengan jiwa bangsa Indonesia berlaku untuk
membangun hukum agraria nasional sejak tahun 1960. Termasuk di dalamnya asas
pemisahan horizontal dianut oleh UUPA. Ternyata penganutan asas pemisahan horizontal
ini tidaklah mutlak, sebab berlaku juga asas perlekatan atau verticale accessie. Sejak awal
hukum agraria nasional mengatur asas horizontale scheiding beginsel juga verticale accessie.
Tulisan ini hendak menunjukkan perwujudan asas pemisahan horizontal dan verticale
accessie terletak di mana dalam hukum agraria nasional ini.
Keywords: Asas Pemisahan Horizontal; Asas Accessie; Hukum Agraria Nasional.
Abstract
The National Land Law, regulated in Law No. 5 of 1960 concerning Basic Regulations on
Agrarian Principles, was formed from the Indonesian customary law as the original character
of the Indonesian people. From 1960, the principles in the national customary law, which are
suitable with the Indonesian features, have contributed to the National Land Law
development. One of its Principles is the Principle of Horizontal Separation. This Principle is
not absolute as the Principle of vertical accesssie may be applied as well. This research
observed the application of the Principle of Horizontal Separation and the Principle of vertical
accessie in the National Land Law.
Keywords: The Principle of Horizontal Separation; The Principle of Vertical Accessie;
Agrarian Law.
126 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]
2 Pasal 3 dan 5 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria,
Isi dan Pelaksanaanya (Ed. Revisi, Djambatan 1999) 225-234.
128 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]
13 Bandingkan dengan Nasrullah, ‘Analisis Hukum Secara Analogi Penerapan Asas Pemisahan
Horizontal pada Praktek Jual Beli Tanah Tidak Beserta Dengan Pohon Kelapa di Atasnya di
Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato’ (2018) 2 (2) Jurnal Hukum Volkgeist 135, 139.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 131
14 Pasal 1 dan 7 Permendagri No. 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan Dan Penyelesaian
Pemberian Hak atas bagian–bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya.
132 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]
15 Pasal 44 Ayat 1 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 133
yang diberi kuasa untuk itu gang Hak Milik dengan akta
olehnya dengan akta otentik.” yang dibuat oeh Pejabat
Kalimat yang menyatakan Pembuat Akta Tanah.
bahwa “apabila bangunan,
tanaman, dan hasil karya
Terjadinya hak guna bangunan
sebagaimana dimaksud pada baik atas hak pengelolaan mau-
Ayat 4 tidak dimiliki oleh pun atas hak milik tersebut
pemegang hak atas tanah, === memberikan kewajiban kepada
sebagai representasi dari asas
pemisahan horizontal”. yang memohon atas hak guna
bangunan tersebut berkewajiban
Pembebanan hak tanggungan
untuk melakukan pendaftaran
atas benda-benda tersebut hanya
tanah atas hak yang dimohon
dapat dilakukan dengan penan-
sesuai dengan ketentuan yang
datanganan serta pada akta
berlaku untuk itu.
pemberian hak tanggungan yang
8. Hak atas tanah yang bersifat
bersangkutan oleh pemiliknya
sementara, meliputi Hak Me-
atau yang diberi kuasa untuk itu
numpang. Hak Menumpang yang
olehnya dengan akta otentik.
dimaksud di sini bukan menum-
7. Peraturan Pemerintah No. 40
pang pada rumah atau bangun-
Tahun 1996 tentang Hak Guna
an, tetapi Hak Menumpang di
Usaha, Hak Guna Bangunan dan
atas tanah milik orang lain, yang
Hak Pakai atas Tanah Dalam
menurut Boedi Harsono16 me-
pengaturan berdasarkan PP 40
numpang untuk mendirikan dan
Tahun 1996, perihal terjadinya
menempati rumah di atas tanah
hak guna bangunan yang diatur
pekarangan milik orang lain; Hak
pada Pasal 22 sampai Pasal 24
Sewa Tanah Pertanian. UUPA
ini, ada dua hal yang hendak
tidak memberikan definisi ten-
dituliskan di sini yang belum
tang apa yang dimaksud dengan
termasuk pada uraian di atas
Hak Sewa Tanah Pertanian. Yang
tentang hak guna bangunan
dimaksud dengan Hak Sewa
yaitu:
Tanah Pertanian adalah suatu
a) Perihal hak guna bangunan
perbuatan hukum dalam bentuk
dapat diberikan di atas
penyerahan penguasaan tanah
tanah Hak Pengelolaan.
pertanian oleh pemilik tanah
Pemberian hak guna ba-
kepada pihak lain (penyewa)
ngunan yang diajukan ke-
dalam jangka waktu tertentu dan
pada negara di atas tanah
sejumlah uang sebagai sewa yang
hak pengelolaan oleh mere-
diperjnjian oleh para pihak
ka yang membutuhkan
berdasarkan kesepakatan kedua
didasarkan atas usul pe-
belah pihak.
megang hak pengelolaan.
b. Asas Perlekatan
b) Perihal hak guna bangunan
Asas perlekatan atau natrekking
dapat diberikan di atas
atau Verticale Accessie memiliki mak-
tanah hak milik kepada
na bahwa bangunan dan tanaman/
yang membutuhkan dengan
benda-benda yang ada di atas tanah
cara pemberian oleh peme-
merupakan satu kesatuan, bangunan
23 Giovanni Rondonuwu, ‘Kepastian Hukum Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli
Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah’ (2017) 5 (4) Lex Privatum 114,
118.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 137
24 Marihot Pahala Siahaan, Hukum Bangunan Gedung di Indonesia (Rajawali Press 1998) 62.
25 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Satuan Rumah Susun.
26 Kata ‘di samping’ adalah kata-kata penulis, Betty Rubiati menyebutnya, masih terpengaruh;
Betty Rubiati, Yani Pujiwati dan Mulyani, Op.Cit., 94-99.
27 Ibid., 99.
138 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]
pakai atas tanah negara. Pemilikan ada di atas tanah. Di mana hal ini
atas tanah bersama hemat penulis semakin nyata dianut oleh peraturan
bukan karena dipengaruhi oleh asas pelaksana dari UUPA yang lahir lebih
perlekatan, tetapi memang asas per- kemudian. Dengan demikian ada ke-
lekatan ini memang sudah ada sejak jujuran akademik dan ada perkem-
awal lahirnya UUPA karena memang bangan pemikiran berdasarkan kon-
dianut oleh KUHPerdata dan lebih teks yang lebih kini. Hal ini sebagai
lanjut dianut oleh Undang-Undang wujud berpikir kritis sebagai ciri dunia
Rumah Susun. akademik.
Banyak yang belum menyadari Urgensi kedua, untuk mema-
dari dalam hukum agraria, asas pe- hami bahwa suatu sistem hukum
misahan horizontal saja yang selalu dibangun berdasarkan konteks sosial
dilihat agar seturut dengan sikap / masyarakat. Ketika konteks sosial /
politik UUPA yang tercermin dalam masyarakat ini berubah maka sistem
Pasal 3 dan Pasal 5 pada hal suatu hukum itu akan menyesuaikan pada
sistem hukum dibangun tidak selalu konteks masyarakat di mana hukum
didasarkan pada satu sistem hukum itu dibangun. Ini nampak pada pe-
asli sebagai volkgeis suatu masyarakat raturan pelaksana dari UUPA yang
yang sedang membangun sistem menganut asas perlekatan meski ada
hukum itu, selalu akan dibangun juga. juga yang menganut kedua asas ter-
sebut di atas (pemisahan horizontal
Urgensi Pengakuan Asas Horizontal juga asas perlekatan). Bahwa suatu
dan Asas Perlekatan
sistem hukum tidaklah di bangun
Urgensi Pengakuan Asas Hori- dalam ruang kosong yang harus
zontal dan Asas Perlekatan, dapat dipertahankan secara mutlak ber-
dikemukanan Pertama, semestinya ke- dasarkan konteks sosial / masyarakat
tika melakukan pembahasan pada sub suatu masa tertentu terlebih masa
bab hubungan fungsional antara hu- yang telah lampau, untuk meng-
kum adat dan hukum agraria nasional hadirkan keadilan maka hukum
yang akan dimulai dari menunjukkan dibuat tentu berdasarkan rasa kea-
peran hukum adat dalam pemba- dilan masyarakatnya yang bisa ber-
ngunan hukum agraria nasional yang beda dari waktu ke waktu.
akan dimulai dari konsepti dalam Urgensi ketiga, perlu makin me-
hukum adat mana yang digunakan negaskan penganutan asas perlekat-
dalam hukum agraria sebagai kon- an. Mengapa karena telah timbul per-
sekuensi rumusan pasal 3 dan 5 UUPA soalan-persoalan yang sudah lama
selain dijelaskan konsepti tentang disinyalir oleh Soepomo yang pernah
kepemilikan tanah dan kepemilikan mengingatkan28 bahwa jika Indonesia
benda-benda diatas tanah (asas pemi- terus menggunakan asas pemisahan
sahan horizontal) juga dijelaskan bah- horizontal dalam sistem hukumnya
wa ada konsepti lain dari sistem maka akan mengalami kesulitan, akan
hukum lain turut digunakan dalam terdapat hambatan dalam pembangu-
hukum agraria nasional yaitu konsepi nan perekonomian. Hal ini terbukti
bahwa kepemilikan tanah adalah se- dilingkungan perbankan sebelum la-
kaligus kepemilikan segala benda yang hirnya Undang-Undang Hak Tanggu-
28 Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia (Ed. 2, Ghalia Indonesia 2006) 156.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 139
ngan sudah menerapkan asas yang tanah yang bisa jadi merupakan
sebaliknya dari asas pemisahan hori- bangunan permanen, megah bernilai
zontal yaitu asas perlekatan. Dalam mahal. Jika hak guna bangunan
pemberian kredit perbankan kepada berakhir dengan atau tidak per-
mereka yang membutuhkan, bank panjangan dan pembaharuan hak,
selalu mensyaratkan adanya jaminan akhir masa jangka waku untuk hak
benda tetap, yang umumnya berupa guna bangunan itu pasti akan tiba.
tanah atau tanah dan segala sesuatu Bagaimana nasib bangunan yang
yang ada di atas tanah sebagai dibangun di atas tanah bukan milik
jaminan. Jika segala sesuatu yang ada pemilik bangunan yang megah dan
di atas tanah bukan milik dari pemilik mahal lagi? Apakah pemilik tanah
tanah maka harus juga menjadi obyek mau membelinya, apakah akan diru-
jaminan dengan persetujuan pemilik buhkan? Secara teori bangunan yang
benda-benda di atas tanah tersebut berdiri di atas tanah milik negara itu
yang bukan milik pemilik tanah harus menjadi tanggungjawab pemilik hak
disertakan sebagai jaminan dengan guna bangunan bukan menjadi tang-
turut serta bertanda tangan dalam gungjawab negara sebagai pemberi
akta hak tanggungan. Hal demikian hak guna bangunan. Yang kedua hak
bisa dimengerti agar pelepas uang guna bangunan juga bisa diberikan
dalam hal ini bank terjamin pelunasan atau lahir dari hak milik perseorangan
piutangnya dengan benda jaminan dengan hak yang sama seperti
yang pasti bisa dieksekusi manakala penerima hak guna bangunan asal
debiturnya wanprestasi tidak mem- dari tanah negara tadi. Jika jangka
bayar kewajiban hutangnya. Bila waktu yang disepakati berakhir
benda jaminan dimiliki secara berbeda bagaimana bangunan yang dibangun
jika tidak ditempuh sebagai yang di atas tanah hak milik, persoalannya
diuraikan di muka maka akan sulit sama dengan uraian di atas, bahwa
melakukan eksekusi atas benda hak guna bangunan itu menjadi
jaminan yang berupa tanah saja atau tanggungjawab yang mendirikan
berupa benda-benda yang di atas bukan tanggungjawab pemilik tanah.
tanah saja. Tentang hal ini agaknya Hak guna bangunan, hak pakai
negara sadar sehingga dilahirkanlah juga bisa lahir dari hak pengelolaan.
Undang-Undang hak tanggungan yang Permasalahannya sama saja jika
mengakomodasi kebiasaan dilingku- jangka waktu hak guna bangunan
ngan perbankan tadi. atau hak pakai berakhir bagaimana
Terdapat dua macam sistem status bangunan sebab juga bukan
dalam hak guna bangunan diberikan tanggungjawab pemilik hak penge-
di atas tanah bukan miliknya. Yang lolaan. Bahkan saat ini ada banyak
pertama dari tanah negara bisa di- dibangun apartemen atau rumah
berikan hak guna bangunan, sehingga susun juga pusat perbelanjaan diba-
bisa mendirikan bangunan di atas ngun di atas hak pengelolaan. Jika
tanah negara. Masalahnya adalah apa- jangka waktu berakhir dan pemilik
bila hak guna bangunannya berakhir hak pengelolaan tidak membutuhkan
maka tanah harus dikembalikan ke bangunan itu dan bangunan itu
negara. Bagaimana bangunan di atas merupakan apartemen atau pusat
140 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]
perbelanjaan (ITC Mangga Dua)29 yang disusun di tahun 1960 tidaklah lepas
“pemilik tanahnya” tidak memerlukan dari situasi dan kondisi diseputar
bangunan itu. Dengan kejadian ITC tahun pembentukan UUPA. Semangat
Mangga Dua dan apartemen yang kemerdekaan dan kehendak untuk
didirikan di atas hak pengelolaan, membuat dan menggunakan hukum
Elita Rahmi30 berpendapat Hak sendiri asli Indonesia begitu berkobar.
pengelolaan harus dikembalikan pada Sehingga pilihan jatuh pada prinsip-
fungsinya mengingat menimbulkan prinsip hukum dan konsepsi-konsepsi
pemasalahan. hukum adat yang digunakan untuk
Menyimak uraian di atas dapat membangun hukum agraria nasional.
dikemukakan pertanyaan, apakah Artinya hukum agraria nasional
UUPA sebagai sumber hukum agraria sungguh sebagai cerminan situasi
nasional sejak awal lahirnya hanya masyarakat Indonesia di masa lahir-
memuat asas pemisahan horizontal? nya, hukum agraria nasional dibentuk
Sejak semula hukum agraria nasional berdasarkan Volksgeist32 masyarakat
Indonesia tidak tunggal memuat asas Indonesia. Tidaklah keliru, namun
ini. mereka yang berkecimpung dalam hukum adat sebagai pembentuk hu-
hukum agararia selalu berpandangan kum agraria nasional tidaklah satu-
bahwa sejak semula hukum agraria satunya sistem hukum yang digu-
nasional hanya mengenal asas pemi- nakan, dan sistem lain yang diguna-
sahan horizontal saja. Hal tersebut kan adalah asas perlekatan dari
hemat penulis terpatahkan oleh pene- sistem hukum perdata barat yang
lusuran dalam tulisan ini bahkan asas dikodifikasikan dalam Kitab Undang-
perlekatan ini makin eksis dalam pera- Undang Hukum Perdata (Selanjutnya
turan pelaksana UUPA yang lahir lebih disebut dengan KUHPerdata).
kini. Urgensi keempat adalah ada
Berlakunya hukum agraria nasi- permasalahan yang sistemik atas
onal yang tertuang dalam UUPA dianutnya sistem bahwa pemilikan
mendasarkan diri atas hukum adat, 31 tanah tidak dengan sendirinya sebagai
berkonsekuensi konsepsi-konsepsi, pemilikan benda-benda yang ada di
asas-asas dalam hukum adat digu- atas tanah. Hal ini terbukti telah
nakan atau menjadi prinsip dalam menciptakan permasalahan antara
UUPA. Menyitir pendapat bahwa lain hak guna bangunan dan apar-
hukum merupakan cerminan perilaku temen di atas hak pengelolaan. Di
masyarakat, bahwa volkgeis masya- mana manakala pemegang hak
rakat hendaknya diperhatikan oleh pengelolaan tidak mengijinkan diper-
para pembentuk undang-undang agar panjangnya hak guna bangunan di
hukum yang dibuat oleh negara di atas tanah hak pengelolaan, kemudian
patuhi masyarakat, maka ketika UUPA bangunan mall dan apartemen di atas
29 Hendra Setiawan Boen, ‘Beberapa Pemikiran tentang Asas Pemisahan Horizontal dalam
Pertanahan’ (Hukum Online, 13 Mei 2017)
<https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16703/beberapa-pemikiran-tentang-asas-
pemisahan-horizontal-dalam-pertanahan/> diakses 30 Januari 2020.
30 Elita Rahmi, ‘Eksistensi Hak Pengelolaan atas Tanah dan Realitas Pembangunan di Indonesia’
(2010) 10 (3) Jurnal Dinamika Hukum 339, 350.
31 Sukardi, ‘Politik Hukum Terhadap Penggunaan Hak Atas Tanah dan Bangunan Bagi Orang Asing
di Indonesia’ (1997) XII Yuridika 40 dalam Ganindra DDM dan Kurniawan F, Op.Cit., 229.
32 Sabian Utsman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum (Pustaka Pelajar 2007)151.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 141
35 F. Husni Hasbullah, ‘Azas Pemisahan Horizontal (Horizontalle scheiding) dalam Hukum Tanah
di Indonesia dan Permasalahannya’ (1992) 22 (1) Jurnal Hukum dan Pembangunan 77 – 80.
36 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional (Alumni Bandung 1983)
39.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 143
Pembangunan di Indonesia’
(2010) 10 (3) Dinamika Hukum.
Rondonuwu G, ‘Kepastian Hukum
Peralihan Hak Atas Tanah
Melalui Jual Beli Berdasarkan PP
No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah’ (2017) 5 (4)
Lex Privatum.
Rubianti B, Pujiwati Y, Djakaria M,
‘Asas Pemisahan Horizontal
dalam Kepemilikan Hak Atas
Tanah dan Bangunan Satuan
Rumah Susun Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)’
(2015) 17 (2) Jurnal
Sosiohumaniora.
Sukardi, ‘Politik Hukum Terhadap
Penggunaan Hak Atas Tanah dan
Bangunan Bagi Orang Asing di
Indonesia’ (1997) XII Yuridika.
Peraturan Perundangan-undangan