Anda di halaman 1dari 20

p-ISSN 2541-4984 | e-ISSN 2541-5417

REFLEKSI HUKUM Volume 5 Nomor 1, Oktober 2020, Halaman 125-144


DOI: https://doi.org/10.24246/jrh.2020.v5.i1.p125-144
Jurnal Ilmu Hukum
Open access at: http://ejournal.uksw.edu/refleksihukum
Penerbit: Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana

ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL (HORIZONTALE SCHEIDING


BEGINSEL) DAN ASAS PERLEKATAN (VERTICALE ACCESSIE)
DALAM HUKUM AGRARIA NASIONAL

Sri Harini Dwiyatmi


Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Korespondensi: rini.suyanto@gmail.com

Naskah diterima: 23 Maret 2020|Direvisi: 26 Maret 2020|Disetujui: 30 Oktober 2020irevisi

Abstrak
Hukum Agraria Nasional atau Hukum Tanah Nasional yang dituangkan dalam UU No. 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dibangun dari hukum adat
sebagai asli hukum bangsa Indonesia menjadikan konsepsi-konsepsi, asas, kaidah dalam
hukum adat yang tidak bertentangan dengan jiwa bangsa Indonesia berlaku untuk
membangun hukum agraria nasional sejak tahun 1960. Termasuk di dalamnya asas
pemisahan horizontal dianut oleh UUPA. Ternyata penganutan asas pemisahan horizontal
ini tidaklah mutlak, sebab berlaku juga asas perlekatan atau verticale accessie. Sejak awal
hukum agraria nasional mengatur asas horizontale scheiding beginsel juga verticale accessie.
Tulisan ini hendak menunjukkan perwujudan asas pemisahan horizontal dan verticale
accessie terletak di mana dalam hukum agraria nasional ini.
Keywords: Asas Pemisahan Horizontal; Asas Accessie; Hukum Agraria Nasional.

Abstract
The National Land Law, regulated in Law No. 5 of 1960 concerning Basic Regulations on
Agrarian Principles, was formed from the Indonesian customary law as the original character
of the Indonesian people. From 1960, the principles in the national customary law, which are
suitable with the Indonesian features, have contributed to the National Land Law
development. One of its Principles is the Principle of Horizontal Separation. This Principle is
not absolute as the Principle of vertical accesssie may be applied as well. This research
observed the application of the Principle of Horizontal Separation and the Principle of vertical
accessie in the National Land Law.
Keywords: The Principle of Horizontal Separation; The Principle of Vertical Accessie;
Agrarian Law.
126 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

PENDAHULUAN tingnya melihat sistem hukum agraria


dalam konteks lebih kini dalam pe-
Pernyataan bahwa hukum nganutan kedua asas yang disebut
agararia nasional Indonesia dibangun dalam judul tulisan ini.
dari hukum adat Indonesia, bermakna Sebagaimana disebutkan oleh
bahwa konsepsi-konsepsi dalam hu- Pasal 5 UUPA:
kum adatlah yang digunakan untuk “Hukum agraria yang berlaku atas
membangun hukum agraria nasional. bumi, air dan ruang angkasa ialah
Ada banyak konsepsi dalam hukum hukum adat, sepanjang tidak ber-
tentangan dengan kepentingan nasi-
adat antara lain: konsepsi hubungan onal dan Negara, yang berdasarkan
abadi tanah dengan masyarakatnya, atas persatuan bangsa, dengan
konsepsi kepala adat sebagai pengatur sosialisme Indonesia serta dengan
wilayah adat, konsepsi wilayah adat peraturan-peraturan yang tercan-
tum dalam undang-undang ini dan
hanya untuk anggota persekutuan dengan peraturan perundang-un-
adat, konsepsi prinsip terang dan dangan lainnya, segala sesuatau
tunai dalam jual beli tanah, dan dengan mengindahkan unsur-unsur
konsepsi pemilikan tanah berbeda yang bersandar pada hukum
agama”1
dengan pemilikan bangunan, tanaman
Inilah sebagai dasar hukum
dan sejenisnya yang ada di atas tanah.
bahwa hukum agraria dibangun ber-
Hal demikian disebut asas pemisahan
dasarkan dari hukum adat. Salah satu
horizontal. Konsepsi yang terakhir
asas dalam hukum adat yang di anut
inilah yang akan menjadi focus
dalam hukum agraria adalah asas
penulisan ini.
pemisahan horizontal, telah tidak di-
Tulisan yang semula bersumber
anut dalam praktek pemberian kredit
dari penelitian ini hendak mem-
dengan jaminan di perbankan. Karena
persoalkan bahwa hukum agraria
itu fokus penulisan berupa pembuk-
nasional yang tertuang dalam Undang-
tian bahwa tidak hanya asas pemi-
Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
sahan horizontal saja yang dianut oleh
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
hukum agraria.
beserta peraturan pelaksananya
Tulisan ini didasarkan pada jenis
(selanjutnya disebut dengan UUPA)
penelitian hukum normatik. Di mana
hanya menganut asas pemisahan
penelitian demikian hendak mene-
horizontal saja. Hal ini diper-
mukan asas, kaidah dalam hukum
masalahkan oleh karena lebih dalam
positif, dengan pendekatan perun-
pengajaran mata kuliah hukum
dang-undangan dan pendekatan kon-
agraria selalu dikatakan bahwa hu-
septual dengan lingkup amatan me-
kum agraria menganut asas pemi-
liputi UUPA dan peraturan pelak-
sahan horizontal karena hukum
sananya yang terkait dengan asas
agraria dibangun dari hukum adat,
pemisahan horizontal dan asas
maka konsepsi-konsepsi / prinsip-
aceccssie/perlekatan yaitu Undang-
prinsip / asas-asas dalam hukum adat
Undang Nomor 20 Tahun 2011
secara mutatis mutandis dianut juga
tentang Satuan Rumah Susun,
oleh hukum agraria, meski sering kali
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tidak nampak tersurat dalam pasal-
tentang Hak Tanggungan, Undang-
pasal UUPA. Selain itu juga pen-
Undang Nomor 28 Tahun 2002

1 Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.


ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 127

tentang Bangunan Gedung, Peraturan masyarakat hukum memperoleh dan


Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun untuk menguasai tanah tersebut,
1977, Peraturan Pemerintah Nomor 24 memanfaatkan tanah itu, memungut
Tahun 1997 tentang Pendaftaran hasil dari tumbuh-tumbuhan yang
Tanah, dan Peraturan Pemerintah hidup di atas tanah itu, juga memburu
Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak terhadap binatang-binatang yang hi-
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dup disitu. Hak masyarakat hukum
dan Hak Pakai Atas Tanah. atas tanah ini disebut hak pertuanan
atau ulayat.
PEMBAHASAN Hukum Tanah Nasional yang
tertuang dalam UUPA, didasarkan
Hakekat Asas Pemisahan Horizontal
pada hukum adat. Hal ini dapat
dan Asas Perlekatan
diketahui dari rumusan Pasal 3 dan
Uraian pada subbab ini lebih Pasal 5 UUPA, yaitu,
pada hakekat normatif dari kedua asas Dengan mengingat ketentuan-
di atas. Hubungan antara manusia ketentuan dalam pasal 1 dan 2
pelaksanaan hak-ulayat dan hak-
dengan tanah sangat erat sehingga hak yang serupa itu dari ma-
dirasakan mempunyai pertalian yang syarakat-masyarakat hukum adat,
berakar dalam alam pikiran. Hal ini sepanjang menurut kenyataannya
masih ada, harus sedemikian rupa
dapat dimengerti dan dipahami, ka-
sehingga sesuai dengan kepentingan
rena tanah merupakan tempat tinggal, nasional dan Negara, yang ber-
tempat pemberi makan, tempat manu- dasarkan atas persatuan bangsa
sia dilahirkan, dan tempat manusia serta tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang dan pera-
dimakamkan. Jadi, tanah sangat di-
turan-peraturan lain yang lebih
butuhkan oleh setiap manusia baik tinggi; Hukum agraria yang berlaku
dalam skala lingkup kecil yang hanya atas bumi, air dan ruang-ruang
sebatas untuk kebutuhan tempat angkasa ialah hukum adat, se-
panjang tidak bertentangan dengan
tinggal, maupun dalam skala besar kepentingan nasional dan Negara,
yaitu untuk kebutuhan sosial maupun yang berdasarkan atas persatuan
usaha. Perkembangan dan pertam- bangsa, dengan sosialisme Indo-
bahan manusia tersebut membawa nesia serta dengan peraturan-
peraturan yang tercantum dalam
konsekuensi logis tuntutan kebu- undang-undang ini dan dengan
tuhan tanah sebagai suatu hal pokok peraturan perundangan lainnya
yang harus dimiliki. Hal ini mem- segala sesuatu dengan mengin-
berikan pengertian bahwa pentingnya dahkan unsur-unsur yang bersan-
dar pada hukum agama.2
tanah bagi kehidupan manusia untuk
Pengaturan pada pasal tersebut ber-
selalu berusaha agar dapat memiliki
konsekuensi, konsepsi-konsepsi da-
dan menguasai tanah. Masyarakat
lam hukum adat digunakan oleh
hukum sebagai kesatuan dengan
hukum tanah/agraria nasional. De-
tanah yang didudukinya, terdapat
ngan demikian hukum agraria
hubungan yang erat sekali. Hubungan
nasional mengandung asas, konsepsi-
yang bersumber pada pandangan yang
konsepsi hukum adat.3 Salah satu
bersifat religio-magis, menyebabkan
asas yang dianut oleh hukum agraria

2 Pasal 3 dan 5 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria,
Isi dan Pelaksanaanya (Ed. Revisi, Djambatan 1999) 225-234.
128 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

nasional adalah asas pemisahan berbeda, tanah akan tunduk pada


horizontal. Asas pemisahan horizontal hukum tanah, sedangkan bangu-
adalah asas yang berprinsip bahwa nannya akan tunduk pada hukum
setiap perbuatan hukum mengenai perhutangan yang mengatur kekua-
hak-hak atas tanah, tidak dengan saan hak atas benda bukan tanah.
sendirinya meliputi perbuatan hukum Jadi dalam hukum pertanahan,
atas benda-benda yang ada di atas menganut asas pemisahan horisontal
tanah tersebut. secara mutatis mutandis dimana asas
Makna asas pemisahan hori- ini menegaskan bahwa tanah dan
zontal ini bisa disimak juga dari bangunan bukanlah merupakan suatu
pendapat beberapa ahli seperti Imam kesatuan. Mengesampingkan asas
Sudiyat4 menyatakan hal yang mirip perlekatan/ accessie yang dianut oleh
bahwa asas pemisahan horizontal KUHPerdata Pasal 500 dan Pasal 571.
adalah pemilikan atas tanah dan Dalam rangka membangun
benda atau segala sesuatu yang berdiri hukum tanah nasional, hukum adat
di atas tanah itu terpisah. Asas merupakan sumber utama untuk
pemisahan horizontal memisahkan memperoleh bahan-bahannya, berupa
tanah dengan benda lain yang melekat konsepsi, asas-asas dan lembaga
pada tanah itu. Dalam kaitannya hukumnya, untuk dirumuskan menja-
dengan ini, pendapat Ter Haar yang di norma-norma hukum yang tertulis,
dikutip Imam Sudiyat5 menyatakan yang disusun menurut sistem hukum
bahwa tanah terpisah dari segala adat. Hukum tanah baru yang diben-
sesuatu yang melekat padanya atau tuk dengan menggunakan bahan-
pemilikan atas tanah terlepas dari bahan dari hukum adat, berupa
benda yang ada di atasnya sehingga norma-norma hukum yang dituang-
pemilik tanah dan bangunan yang kan dalam peraturan-peraturan
berada dia tasnya dapat berbeda6. perundang-undangan sebagai hukum
Secara singkat, Djuhaendah Hasan7 yang tertulis, merupakan hukum
menyatakan bahwa asas pemisahan tanah nasional positif yang tertulis.
horizontal memisahkan tanah dari UUPA merupakan hasilnya yang
segala benda yang melekat pada tanah pertama. Fungsi hukum adat sebagai
tersebut. Betty Rubianti mengutip sumber utama dalam pembangunan
pendapat Boedi Harsono8 menyatakan hukum tanah nasional inilah yang
bahwa dengan adanya asas pemisahan dimaksudkan dalam konsiderans
horizontal ini, subjek pemegang hak UUPA, bahwa hukum tanah nasional
atas tanahnya bisa berbeda dengan berdasarkan atas hukum adat.
subjek atas kepemilikan bangungan Dianutnya asas pemisahan horizontal
gedung, sehingga tanah dan bangunan pada hukum adat oleh sistem hukum
akan tunduk pada hukum yang tanah nasional menurut UUPA,

4 Imam Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas (Liberty 1981) 54.


5 Ibid.
6 Boedi Harsono, Op.Cit.
7 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda Lain yang Melekat
Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal (PT. Citra Aditya Bakti 1996)
65.
8 Betty Rubianti, Yani Pujiwati, Mulyani Djakaria, ‘Asas Pemisahan Horizontal dalam Kepemilikan
Hak Atas Tanah dan Bangunan Satuan Rumah Susun Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR)’ (2015) 17 (2) Jurnal Sosiohumaniora 94, 96.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 129

menjadikan hukum tanah nasional tang pertambangan, pengambilan ba-


mengacu juga pada asas-asas hukum ra, dan barang-barang semacam itu.
adat tersebut. Pasal 601: menyebutkan segala
Mengenai asas accessie atau asas sesuatu yang dibangun di atas
natrekking yang diterjemahkan dalam pekarangan adalah milik si pemilik
tanah, asalkan bangunan itu
bahasa Indonesia sebagai asas per-
melekat pada tanah.11
lekatan. Asas perlekatan diberikan pe-
Ketiga pasal tersebut secara
ngertian sebagai bangunan-bangunan
prinsip menyatakan bahwa hak milik
dan benda-benda atau tanaman yang
atas sebidang tanah termasuk pula
terdapat di atas tanah merupakan sa-
kepemilikan atas segala sesuatu yang
tu kesatuan dengan tanah, serta me-
ada di atas tanah maupun di dalam
rupakan bagian dari tanah yang ber-
tanah tersebut. Dengan kata lain,
sangkutan. Dengan demikian, penger-
kepemilikan atas tanah meliputi pula
tian hak atas tanah meliputi juga
kepemilikan atas bangunan dan segala
kepemilikan bangunan dan tanaman
sesuatu yang ada di atasnya, karena
yang ada diatas tanah yang menjadi
bangunan merupakan bagian dari
hak seseorang, kecuali kalau ada
tanah tersebut. Dengan demikian
kesepakatan sebaliknya dengan pihak
dalam asas accessie dapat dimiliki
lain.
segala sesuatu yang ada diatas tanah.
Asas ini diatur dalam Buku II
Hal ini sekali lagi ditegaskan oleh
KUHPerdata
Klyen12 berikut ini:
Pasal 500: Segala sesuatu yang
termasuk dalam suatu barang kare- “dalam perumusan benda tidak
na hukum perlekatan, begitu pula bergerak dimana disebutkan bahwa
segalahasilnya, baik hasil alam, perlekatan dari suatu benda
maupun hasil usaha kerajinan, bergerak yang tertancap dan terpaku
selama melekat pada dahan atau pada benda tidak bergerak”
akarnya, atau terpaut pada tanah, maka secara yuridis harus dianggap
adalah bagian dan barang itu.9
sebagai benda tidak bergerak pula.
Pasal 571: Hak milik atas sebidang
Perlekatan itu harus sedemikian rupa
tanah meliputi hak milik atas segala
sesuatu yang ada di atasnya sehingga apabila keduanya dipisahkan
dandidalam tanah itu. Di atas satu sama lain, maka ini akan
sebidang tanah, pemilik boleh menimbulkan kerusakan kepada sa-
mengusahakan segala tanaman
lah satu atau kedua benda itu. Juga
danmendirikan bangunan yang
dikehendakinya.10 dengan penafsiran hukum otentik
Hal ini tidak mengurangi pengecualian yang dapat dilakukan dengan cara
dalam Bab IV dan VI buku ini. Di melihat penjelasan dari pembuatan
bawah tanah itu boleh membangun UU itu sendiri. Simpulan yang dapat
dan menggali dan mengambil semua diambil adalah sertifikat hak atas
hasil yang diperoleh dari galian itu; hal tanah yang menjadi alat bukti
ini tidak mengurangi perubahan- kepemilikan hak atas tanah sekaligus
perubahan dalam perundang-unda- menjadi alat bukti atas segala sesuatu
ngan dan peraturan pemerintah ten- yang berdiri di atas tanah itu,
merupakan perwujudan dari asas

9 Pasal 500 KUHPerdata.


10 Pasal 571 KUHPerdata.
11 Pasal 601 KUHPerdata.
12 Supriadi, Hukum Agraria (Sinar Grafika 2008) 4.
130 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

perlekatan vertikal/accessie. Sebagian ada di atas tanah bukan merupakan


sertifikat hak atas tanah merupakan bagian dari tanah. Hak atas tanah
implementasi dari asas perlekatan tidak dengan sendirinya meliputi
vertikal dan sebagian sertifikat sebagai pemilikan bangunan dan tanaman di
perwujudan dari asas pemisahan atasnya. Perbuatan hukum mengenai
horizontal. Akibatnya dalam proses tanah tidak dengan sendirinya meli-
pembuktian hukum atas bukti puti perbuatan hukum terhadap
kepemilikan hak atas tanah menjadi bangunan dan atau tanaman. Asas
beranekaragam. Seseorang yang me- pemisahan horizontal dalam struktur
miliki sertifikat hak atas tanah secara hak atas tanah yang dianut oleh UUPA
serta merta menganggap dirinya sebagaimana diatur Pasal 16 UUPA
adalah pemilik atas segala benda tidak terwujud dalam13:
bergerak yang berdiri di atasnya. 1. Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha adalah hak un-
Asas Pemisahan Horizontal dan Asas tuk mengusahakan tanah yang
Perlekatan dalam Hukum Agraria
dikuasai langsung oleh negara,
Nasional
dalam jangka waktu tertentu
a. Asas Pemisahan Horizontal sebagaimana tersebut dalam
Bagaimana sebenarnya pemuat- Pasal 29 UUPA, guna perusahaan
an asas pemisahan horizontal atau pertanian, perikanan atau peter-
horizontale scheiding beginsel dalam nakan atau bisa juga dimaknai
hukum agraria yang dituangkan sebagai hak yang memberi
dalam UUPA? Memang tidak akan wewenang kepada pemiliknya
pernah ditemukan dalam suatu untuk usaha-usaha pertanian,
rumusan pasal meskipun hanya perikanan dan peternakan di
tersirat. Pernyataan pada Pasal 3 dan atas tanah hak guna usaha. Hak
Pasal 5 UUPA di mana hukum adat Guna Usaha ini merupakan
digunakan untuk membangun hukum tanah negara yang diberikan
agraria lebih bermakna sebagai jiwa kepada perseorangan ataupun
dari hukum adat yang digunakan badan hukum Indonesia. Pemilik
untuk membangun hukum agraria hak guna usaha mengusahakan
nasional. Jiwa dalam hukum adat itu sesuatu di atas tanah negara
berupa konsepsi-konsepsi dalam hu- yang dimilikinya dengan hak
kum adat yang dituangkan dalam guna usaha tadi. Struktur ini
hukum agraria nasional. asas pemi- dimengerti bahwa tanah di mana
sahan horizontal ini akan ditelusur di hak guna usaha melekat adalah
mana saja terdapat perwujudan asas tanah negara bukan milik
pemisahan horizontal dalam UUPA. pemilik hak guna usaha. Pemilik
Asas pemisahan horizontal meru- hak guna usaha hanya memiliki
pakan salah satu konsepsi dalam wewenang mengusahakan sesua-
hukum adat. Memahami makna asas tu di atas tanah hak guna usaha
pemisahan horizontal dalam hukum itu sesuai dengan sifat dari hak
adat adalah bahwa bangunan dan tersebut. Dengan demikian “pe-
atau bangunan dan tanaman yang

13 Bandingkan dengan Nasrullah, ‘Analisis Hukum Secara Analogi Penerapan Asas Pemisahan
Horizontal pada Praktek Jual Beli Tanah Tidak Beserta Dengan Pohon Kelapa di Atasnya di
Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato’ (2018) 2 (2) Jurnal Hukum Volkgeist 135, 139.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 131

milik” tanah dengan pemilik ini, pemilikan tanahnya juga


sesuatu yang diusahakan di atas berbeda, antara subyek hukum
tanah berbeda pemilik. pemilik tanah dengan subyek
2. Hak Guna Bangunan hukum yang menggunakan hak
Hak Guna Bangunan adalah hak pakai tadi.
untuk mendirikan dan mempu- 4. Hak Guna Bangunan yang lahir
nyai bangunan-bangunan atas dari hak Pengelolaan dan hak
tanah yang bukan miliknya sen- Milik
diri, dengan jangka waktu paling Pemberian Hak Guna Bangunan
lama 30 tahun. Dengan demikian yang lahir dari hak pengelolaan
bisa juga dikatakan sebagai hak menurut Peraturan Menteri
yang memberi wewenang kepada Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
pemiliknya untuk mendirikan 1977 tentang Tata Cara Per-
bangunan di atas tanah milik mohonan Dan Penyelesaian
negara. Pemilik hak guna ba- Pemberian Hak atas bagian–
ngunan memiliki wewenang men- bagian Tanah Hak Pengelolaan
dirikan bangunan di atas tanah Serta Pendaftarannya (Selan-
negara dengan hak guna ba- jutnya disebut Permendagri No. 1
ngunan. Tanah di mana bangu- Tahun 1977). Pemegang Hak
nan didirikan adalah tanah Guna Bangunan ini haruslah
negara, sementara bangunan di pihak ketiga yang memenuhi
atas tanah adalah milik pemilik persyaratan, memiliki kaitan
hak guna bangunan. dengan fungsi dan tugas dari
3. Hak Pakai pemilik hak pengelolaan atau
Hak pakai yang diatur pada Pasal sesuai rencana peruntukan dan
41 sampai Pasal 43, adalah hak penggunaan yang telah diper-
untuk menggunakan dan/atau siapkan oleh pemegang hak
memungut hasil dari tanah yang pengelolaan yang bersangku-
dikuasai langsung oleh negara tan.14 Misalnya Perum Pelabuhan
atau tanah milik orang lain. Hak Tanjung Perak Semarang memili-
pakai memberi wewenang dan ki hak pengelolaan dari negara.
kewajiban yang ditentukan da- Dalam pemilikan hak penge-
lam keputusan pemberian hak lolaan ini terkait dengan tugas
pakai oleh pejabat yang berwe- dan fungsi Perum Pelabuhan
nang memberikannya atau da- Tanjung Perak Semarang, yang
lam perjanjian dengan pemilik memerlukan dukungan pihak
tanahnya, yang bukan perjanjian lain, seperti membutuhkan fasi-
sewa menyewa atau perjanjian litas reparasi kapal (dok), lokasi
pengolahan tanah, atau segala untuk dok ini diberikan dengan
sesuatu asal tidak bertentangan hak guna bangunan atau hak
dengan jiwa dan ketentuan- pakai yang harus diajukan oleh
ketentuan UU ini. Sama halnya pemilik dok. Perum Pelabuhan
dengan Hak Guna Usaha dan tersebut juga memerlukan fungsi
Hak Guna Bangunan, Hak pakai atau fasilitas bongkar muat yang

14 Pasal 1 dan 7 Permendagri No. 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan Dan Penyelesaian
Pemberian Hak atas bagian–bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya.
132 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

dilakukan oleh pihak ketiga, bayar sejumlah uang sebagai


lokasinya bisa diberikan dengan uang sewa yang besarnya dite-
hak guna bangunan atau Hak tapkan atas dasar kesepakatan
Pakai. Struktur demikian me- bersama dan untuk jangka wak-
nunjukkan adanya asas pemi- tu tertentu, dimana dalam jangka
sahan horizontal. Bahwa hukum waktu tersebut si pemilik tanah
atas tanah tidak sekaligus hu- memberikan hak kepada si pe-
kum atas benda-benda di atas nyewa untuk mendirikan ba-
tanah. ngunan.
Tak beda dengan hak guna ba- Hak atas Satuan Rumah Susun,
ngunan atau hak pakai yang bisa Rumah susun adalah bangunan
lahir dari hak milik. Bila hak gedung bertingkat yang dibangun
guna bangunan atau hak pakai dalam suatu lingkungan yang
lahir dari hak milik berdasarkan terbagi dalam bagian-bagian
kesepakatan, maka pemilik hak yang distrukturkan secara fung-
guna bangunan atau hak pakai sional, baik dalam arah hori-
memiliki hak untuk mendirikan zontal maupun vertikal dan
bangunan atau menggunakan merupakan satuan-satuan yang
hak pakai di atas hak milik orang masing-masing dapat dimiliki
lain tadi, selama waktu yang dan digunakan secara terpisah,
diperjanjikan, dengan sejumlah terutama untuk tempat hunian
pembayaran kepada pemilik hak yang dilengkapi dengan bagian
milik juga biaya untuk mem- bersama, benda bersama, dan
peroleh hak guna bangunan dari tanah bersama. Ini mengadung
negara, begitu juga tidak berbeda makna bahwa rumah susun bisa
dengan hak guna bangunan di didirikan di atas tanah milik
atas tanah hak pengelolaan. orang lain dengan jenis hak atas
5. Pasal 44 Ayat (1) UUPA tanah tersebut. Bisa dibangun
Pasal ini menyatakan bahwa diatas tanah pihak lain dengan
‘Seorang atau suatu badan hak guna bangunan ataupun
hukum mempunyai hak sewa hak pakai bahkan hak penge-
atas tanah, apabila ia berhak lolaan.
menggunakan tanah milik
orang lain untuk keperluan
6. Pasal 4 Ayat (5) Undang-Undang
bangunan, dengan membayar No. 4 Tahun 1997 tentang Hak
kepada pemiliknya sejumlah Tanggungan menyatakan,
uang sebagai uang sewa’.15
“apabila bangunan, tanaman,
Dari bunyi Pasal 44 ayat (1) dan hasil karya sebagaimana
UUPA di atas menampakan asas dimaksud pada Ayat 4 tidak
pemisahan horizontal terdapat dimiliki oleh pemegang hak
atas tanah, pembebanan hak
dalam hak sewa untuk bangunan tanggungan atas benda-benda
dimana seseorang atau badan tersebut hanya dapat dilaku-
hukum menyewa tanah yang kan dengan penandatanganan
milik orang lain dalam keadaan serta pada akta. Pemberian
hak tanggungan yang bersang-
tanah tersebut kosong atau tidak kutan oleh pemiliknya atau
ada bangunannya dengan mem-

15 Pasal 44 Ayat 1 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 133

yang diberi kuasa untuk itu gang Hak Milik dengan akta
olehnya dengan akta otentik.” yang dibuat oeh Pejabat
Kalimat yang menyatakan Pembuat Akta Tanah.
bahwa “apabila bangunan,
tanaman, dan hasil karya
Terjadinya hak guna bangunan
sebagaimana dimaksud pada baik atas hak pengelolaan mau-
Ayat 4 tidak dimiliki oleh pun atas hak milik tersebut
pemegang hak atas tanah, === memberikan kewajiban kepada
sebagai representasi dari asas
pemisahan horizontal”. yang memohon atas hak guna
bangunan tersebut berkewajiban
Pembebanan hak tanggungan
untuk melakukan pendaftaran
atas benda-benda tersebut hanya
tanah atas hak yang dimohon
dapat dilakukan dengan penan-
sesuai dengan ketentuan yang
datanganan serta pada akta
berlaku untuk itu.
pemberian hak tanggungan yang
8. Hak atas tanah yang bersifat
bersangkutan oleh pemiliknya
sementara, meliputi Hak Me-
atau yang diberi kuasa untuk itu
numpang. Hak Menumpang yang
olehnya dengan akta otentik.
dimaksud di sini bukan menum-
7. Peraturan Pemerintah No. 40
pang pada rumah atau bangun-
Tahun 1996 tentang Hak Guna
an, tetapi Hak Menumpang di
Usaha, Hak Guna Bangunan dan
atas tanah milik orang lain, yang
Hak Pakai atas Tanah Dalam
menurut Boedi Harsono16 me-
pengaturan berdasarkan PP 40
numpang untuk mendirikan dan
Tahun 1996, perihal terjadinya
menempati rumah di atas tanah
hak guna bangunan yang diatur
pekarangan milik orang lain; Hak
pada Pasal 22 sampai Pasal 24
Sewa Tanah Pertanian. UUPA
ini, ada dua hal yang hendak
tidak memberikan definisi ten-
dituliskan di sini yang belum
tang apa yang dimaksud dengan
termasuk pada uraian di atas
Hak Sewa Tanah Pertanian. Yang
tentang hak guna bangunan
dimaksud dengan Hak Sewa
yaitu:
Tanah Pertanian adalah suatu
a) Perihal hak guna bangunan
perbuatan hukum dalam bentuk
dapat diberikan di atas
penyerahan penguasaan tanah
tanah Hak Pengelolaan.
pertanian oleh pemilik tanah
Pemberian hak guna ba-
kepada pihak lain (penyewa)
ngunan yang diajukan ke-
dalam jangka waktu tertentu dan
pada negara di atas tanah
sejumlah uang sebagai sewa yang
hak pengelolaan oleh mere-
diperjnjian oleh para pihak
ka yang membutuhkan
berdasarkan kesepakatan kedua
didasarkan atas usul pe-
belah pihak.
megang hak pengelolaan.
b. Asas Perlekatan
b) Perihal hak guna bangunan
Asas perlekatan atau natrekking
dapat diberikan di atas
atau Verticale Accessie memiliki mak-
tanah hak milik kepada
na bahwa bangunan dan tanaman/
yang membutuhkan dengan
benda-benda yang ada di atas tanah
cara pemberian oleh peme-
merupakan satu kesatuan, bangunan

16 Boedi Harsono, Op.Cit.


134 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

dan tanaman merupakan bagian dari Boek/ Kitab Undang-Undang Hukum


tanah yang bersangkutan. Pengua- Perdata (KUHPer.) sebagai berikut:
saan atas tanah dengan sendirinya segala sesuatu yang termasuk dalam
juga akan meliputi pula penguasaan suatu barang karena hukum perle-
atas bangunan dan tanaman yang ada katan, begitu pula segala hasilnya,
baik hasil alam, maupun hasil usa-
di atas tanah dan perbuatan hukum ha kerajinan, selama melekat pada
mengenai tanah dengan sendirinya dahan atau akarnya, atau terpaut
juga akan meliputi bangunan dan pada tanah, adalah bagian dari ba-
tanaman yang ada diatasnya. rang itu.17Hak milik atas sebidang
tanah meliputi hak milik atas segala
Tidak dianutnya asas perlekatan sesuatu yang ada di atasnya dan di
oleh hukum agraria nasional dipahami dalam tanah itu. Di atas sebidang
sebagai suatu interpretasi karena di- tanah, pemilik boleh mengusahakan
jelaskan oleh banyak sumber asas segala tanaman dan mendirikan ba-
ngunan yang dikehendakinya, hal
yang sebaliknyalah yang dianut yaitu ini tidak mengurangi pengecualian-
asas pemisahan horizontal. Namun pengecualian tersebut dalam Bab IV
prinsip ataupun konsepsi pemilikan dan VI buku ini. Di bawah tanah itu
ia boleh membangun dan menggali
suatu hak atas tanah meliputi tidak
sesuka hatinya dan mengambil se-
saja atas permukaan bumi yang lazim mua hasil yang diperoleh dari galian
disebut tanah tetapi juga ruang di atas itu; hal ini tidak mengurangi peru-
permukaan bumi (berarti segala se- bahan-perubahan dalam perundang
-undangan dan peraturan pemerin-
suatu yang ada di dalam ruang di atas
tah tentang pertambangan, pengam-
tanah tersebut adalah milik dari bilan bara, dan barang-barang se-
pemilik tanah) serta pemilikan ruang macam itu.18 Segala sesuatu yang
di bawah tanah sesuai dengan sifat dibangun di atas pekarangan adalah
milik si pemilik tanah, asalkan ba-
dari suatu hak, sebagai fakta. Hal ini ngunan itu melekat pada tanah; hal
sejalan dengan pengertian dari hak itu tidak mengurangi kemungkinan
atas tanah adalah hak yang memberi perubahan termaktub dalam Pasal
wewenang untuk menggunakan tanah 603 dan Pasal 604.19
sesuai dengan sifat dan kemam- Bila dipersingkat akan dapat dimaknai
puannya. Makna sesuai dengan sifat bahwa hak milik atas sebidang tanah
dan kemampuannya adalah sifat dan mengandung pula kepemilikan atas
kemampuan tanah, menunjuk pada segala sesuatu yang ada di atas tanah
penggunaannya. Sebagaimana hak maupun di dalam tanah tersebut.
guna usaha, untuk usaha-usaha Dengan kata lain, kepemilikan atas
pertanian, perikanan dan peternakan, tanah meliputi pula kepemilikan atas
hak guna bangunan digunakan untuk bangunan yang ada diatasnya, karena
mendirikan bangunan di atas sebi- bangunan merupakan bagian dari
dang tanah, hak pakai digunakan baik tanah tersebut dan bangunan yang
untuk mendirikan bangunan ataupun didirikan di atas tanah kepunyaan
untuk usaha-usaha pertanian. pihak lain akan menjadi milik pemilik
Asas perlekatan ini secara tegas tanah.
dinyatakan dalam Burgerljike Wet Perwujudan asas perlekatan ini
dalam hukum agraria nasional tam-
pak dalam hal-hal berikut ini:

17 Pasal 500 KUHPerdata.


18 Pasal 571 KUHPerdata.
19 Pasal 603 dan 604 KUHPerdata.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 135

a) Sebagaimana pendapat Boedi i) bagian-bagian yang dapat


Harsono20 bahwa pemilikan atas dimiliki dan digunakan se-
sebidang tanah dalam bahasa cara terpisah (bagian hu-
hukumnya pemilikan hak atas nian)
tanah memberi wewenang kepa- ii) bagian-bagian yang dapat
da pemiliknya untuk meng- dimiliki bersama, benda
gunakan tanah sesuai dengan bersama dan tanah ber-
kemampuan atau sifat tanah sama, yang berbeda dengan
tersebut. Kewenangan ini meli- hal diatas poin i).
puti kewenangan atas permu- Dari uraian di atas nampak
kaan tanah, kewenangan atas bahwa ada pemilikan bersama
ruang di atas permukaan tanah atas benda bersama dan tanah
dan kewenangan atas ruang di bersama. Kepemilikan bersama
bawah permukaan bumi atau atas benda bersama ini makin
disebut juga tanah (tubuh bumi). ditegaskan oleh isi Pasal 1 angka
Ini bermakna bahwa hal-hal / 11 UU Rumah Susun, yang me-
benda-benda di atas tanah, nyatakan bahwa sertifikat hak
kepemilikannya sama dengan milik adalah tanda bukti ke-
kepemilikan tanahnya, perbu- pemilikan atas satuan rumah
atan atas tanah termasuk juga susun, berupa sertifikat hak
perbuatan atas hal-hal/benda- milik atas satuan rumah su-
benda di atas tanah. sun22. Pasal ini memberi penger-
b) Dalam Undang-Undang No. 20 tian bahwa ada penyatuan kepe-
Tahun 2011 tentang Satuan milikan satuan rumah susun
Rumah Susun disebutkan bahwa (bangunannya) dengan tanah
rumah susun adalah bangunan yang dimiliki secara bersama. Ini
gedung bertingkat yang dibangun menunjukkan bahwa sebagai
dalam suatu lingkungan yang dianutnya asas perlekatan.
terbagi dalam bagian-bagian c) Pasal 4 Ayat 4 Undang-Undang
yang distrukturkan secara fung- Hak Tanggungan
sional, baik dalam arah hori- Pasal 4 ayat (4) menyatakan
zontal maupun vertikal dan bahwa hak tanggungan dapat
merupakan satuan-satuan yang juga dibebankan pada hak atas
masing-masing dapat dimiliki tanah berikut bangunan, tana-
dan digunakan secara terpisah, man, dan hasil karya yang telah
terutama untuk tempat hunian ada atau akan ada yang meru-
yang dilengkapi dengan bagian pakan satu kesatuan dengan ta-
bersama, benda bersama, dan nah tersebut, dan yang meru-
tanah bersama. Dari rumusan ini pakan milik pemegang hak atas
dimengerti bahwa yang bisa tanah yang pembebanannya de-
dimiliki dalam satuan rumah ngan tegas dinyatakan di dalam
susun adalah21: akta pemberian hak tanggungan
yang bersangkutan.

20 Boedi Harsono, Op.Cit. 20.


21 Pasal 1 Angka 11 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Satuan Rumah Susun.
22 Ganindra DDM, Kurniawan F, Loc.Cit.
136 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

Isi Pasal 4 ayat (4) tersebut Hak Tanggungan secara jelas


memberi pemahaman bahwa terlihat semangat asas perlekat-
pembebanan hak tanggungan an, sebagai nampak pada Pasal 4
bisa dilakukan atas tanah di ayat (4) dan ayat (5) UU Hak
mana di atas tanah ada benda Tanggungan.
milik pemegang hak atas tanah e) Jual beli yang dilakukan oleh dan
atau merupakan satu kesatuan dihadapan PPAT.
dengan tanah. Ini cerminan asas Umumnya dan berdasarkan pe-
perlekatan. Di mulai frasa dapat ngamatan terbatas, jual beli
juga .....dan frasa.... yang tanah yang aktanya dibuat oleh
merupakan satu kesatuan de- PPAT lebih sering mengacu pada
ngan tanah dan yang merupakan asas perlekatan daripada meng-
milik, bunyi lengkapnya: gunakan asas pemisahan hori-
“Hak Tanggungan dapat juga zontal. Konsepsi “tunai, terang
dibebankan pada hak atas dan riil” yang terkandung dalam
tanah berikut bangunan, tana- UUPA tidak bisa mengikuti per-
man, dan hasil karya yang
telah ada atau akan ada yang
kembangan perilaku ekonomi da-
merupakan satu kesatuan lam mengembangkan usaha23.
dengan tanah tersebut, dan Hal ini bisa disimpulkan dan
yang merupakan milik peme- dimengerti bahwa jual beli tanah
gang hak atas tanah yang
pembebanannya dengan tegas di PPAT hampir tidak pernah
dinyatakan di dalam akta pem- mengacu/menggunakan asas pe-
berian hak tanggungan yang misahan horizontal, namun
bersangkutan.” menggunakan asas perlekatan.
Frasa ini menampakkan asas Bisa jadi sudah semakin jarang
perlekatan. bahkan sudah tidak pernah lagi
d) Pada Pasal 4 ayat (5) terdapat asas pemisahan horizontal digu-
kata-kata nakan, karena memang akan
“jika benda-benda yang ada di menimbulkan kesulitan sebagai-
atas tanah milik orang lain mana pendapat Soepomo di atas.
(asas pemisahan horizontal), f) Dalam sistem persertifikatan hak
hendak dibebani dengan hak
tanggungan harus dengan tan- atas tanah menurut Peraturan
da tangan pemiliknya sebagai Pemerintah No. 24 Tahun 1997
tanda persetujuan sebagai ob- tentang Pendaftaran Tanah. Di
yek hak tanggungan (asas na- mana sertifikat merupakan bukti
trekking/verticale accessie).”
atas hak atas tanah. Ini mem-
Ayat ini menyiratkan dianutnya
buktikan bahwa tanah dan
asas perlekatan.
segala sesuatu yang ada di atas
Dengan demikian Undang- tanah adalah milik seseorang
Undang Hak Tanggungan tidak yang namanya tercantum dalam
saja menganut asas pemisahan sertifikat itu. Tidak dikenal sis-
horizonal tetapi juga asas tem sertifikat dikeluarkan untuk
natrekking/ verticale accessie. segala sesuatu yang ada di atas
Dalam bahasa Undang-Undang

23 Giovanni Rondonuwu, ‘Kepastian Hukum Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli
Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah’ (2017) 5 (4) Lex Privatum 114,
118.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 137

tanah. Maka sistem demikian mendapat persetujuan pemilik tan-


menunjukkan bahwa sistem per- ah.24 Menganut asas apakah undang-
lekatan dianut oleh sistem undang di atas? Pernyataan mulai
pendaftaran tanah yang diatur kata
oleh peraturan pelaksana dari “Dalam hal terdapat pengalihan hak
Undang-Undang Pokok Agraria. kepemilikan bangunan gedung, da-
lam hal pemilik bangunan gedung
g) Asas Pemisahan Horizontal dan
bukan pemilik tanah, pengalihan
Asas Perlekatan dalam Satu hak kepemilikan bangunan gedung
Peraturan. harus mendapat persetujuan pemi-
Uraian di atas menemukan lik tanah”.
masing-masing asas dalam satu Jadi dengan demikian pemilik
pasal saja atau dalam satu bangunan yang berdiri di atas tanah
peraturan. Ditemukan kedua yang bukan miliknya, tidak bisa de-
asas itu ada dalam satu per- ngan leluasa, dengan sendirinya men-
aturan bahkan dalam satu pasal. jual bangunan yang ada di atas tanah
Hemat penulis ini merupakan yang bukan miliknya itu. Harus de-
satu perkembangan yang me- ngan persetujuan pemilik tanah. Hal
nunjukan semakin relevan asas ini mirip dengan pemilikan hak guna
perlekatan dalam hukum tanah bangunan.
nasional. Undang-Undang Rumah Susun
25 mengatakan dapat dibangun di atas
Hal tersebut nampak pada
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tanah milik orang lain (asas pemi-
tentang Bangunan Gedung diatur sahan horizontal), namun sertifikat
bahwa pemilik bangungan gedung hak milik atas satuan rumah susun
adalah orang, badan hukum, kelom- menyatukan kepemilikan satuan ru-
pok orang, atau perkumpulan yang mah susun dengan tanah bersama
menurut hukum sah sebagai bangu- menunjukkan adanya asas perlekatan
nan gedung. Pada prinsipnya, status di samping26 asas pemisahan hori-
kepemilikan bangunan gedung harus zontal..27 Dalam kepemilikan rumah
dibuktikan dengan surat bukti kepe- susun melalui pemanfaatan barang
milikan bangunan gedung yang dike- milik negara/ daerah berupa tanah
luarkan oleh pemerintah daerah, ke- dan pendayagunaan tanah wakaf de-
cuali bangunan gedung fungsi khusus ngan cara sewa dengan bukti kepemi-
oleh pemerintah pusat berdasarkan likan berupa sertifikat kepemilikan ba-
hasil kegiatan pendataan bangunan ngunan gedung satuan rumah susun
gedung. Kepemilian bangunan gedung menunjukan penerapan asas pemi-
dapat dialihkan kepada pihak lain. sahan horisontal secara konsisten.
Dalam hal terdapat pengalihan hak Hak atas tanah memang dapat
kepemilikan bangunan gedung, dalam dimiliki atau dikuasai secara bersama-
hal pemilik bangunan gedung bukan sama oleh seluruh pemilik satuan
pemilik tanah, pengalihan hak kepe- rumah susun dapat berupa hak milik,
milikan bangunan gedung harus hak guna bangunan dan atau hak

24 Marihot Pahala Siahaan, Hukum Bangunan Gedung di Indonesia (Rajawali Press 1998) 62.
25 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Satuan Rumah Susun.
26 Kata ‘di samping’ adalah kata-kata penulis, Betty Rubiati menyebutnya, masih terpengaruh;
Betty Rubiati, Yani Pujiwati dan Mulyani, Op.Cit., 94-99.
27 Ibid., 99.
138 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

pakai atas tanah negara. Pemilikan ada di atas tanah. Di mana hal ini
atas tanah bersama hemat penulis semakin nyata dianut oleh peraturan
bukan karena dipengaruhi oleh asas pelaksana dari UUPA yang lahir lebih
perlekatan, tetapi memang asas per- kemudian. Dengan demikian ada ke-
lekatan ini memang sudah ada sejak jujuran akademik dan ada perkem-
awal lahirnya UUPA karena memang bangan pemikiran berdasarkan kon-
dianut oleh KUHPerdata dan lebih teks yang lebih kini. Hal ini sebagai
lanjut dianut oleh Undang-Undang wujud berpikir kritis sebagai ciri dunia
Rumah Susun. akademik.
Banyak yang belum menyadari Urgensi kedua, untuk mema-
dari dalam hukum agraria, asas pe- hami bahwa suatu sistem hukum
misahan horizontal saja yang selalu dibangun berdasarkan konteks sosial
dilihat agar seturut dengan sikap / masyarakat. Ketika konteks sosial /
politik UUPA yang tercermin dalam masyarakat ini berubah maka sistem
Pasal 3 dan Pasal 5 pada hal suatu hukum itu akan menyesuaikan pada
sistem hukum dibangun tidak selalu konteks masyarakat di mana hukum
didasarkan pada satu sistem hukum itu dibangun. Ini nampak pada pe-
asli sebagai volkgeis suatu masyarakat raturan pelaksana dari UUPA yang
yang sedang membangun sistem menganut asas perlekatan meski ada
hukum itu, selalu akan dibangun juga. juga yang menganut kedua asas ter-
sebut di atas (pemisahan horizontal
Urgensi Pengakuan Asas Horizontal juga asas perlekatan). Bahwa suatu
dan Asas Perlekatan
sistem hukum tidaklah di bangun
Urgensi Pengakuan Asas Hori- dalam ruang kosong yang harus
zontal dan Asas Perlekatan, dapat dipertahankan secara mutlak ber-
dikemukanan Pertama, semestinya ke- dasarkan konteks sosial / masyarakat
tika melakukan pembahasan pada sub suatu masa tertentu terlebih masa
bab hubungan fungsional antara hu- yang telah lampau, untuk meng-
kum adat dan hukum agraria nasional hadirkan keadilan maka hukum
yang akan dimulai dari menunjukkan dibuat tentu berdasarkan rasa kea-
peran hukum adat dalam pemba- dilan masyarakatnya yang bisa ber-
ngunan hukum agraria nasional yang beda dari waktu ke waktu.
akan dimulai dari konsepti dalam Urgensi ketiga, perlu makin me-
hukum adat mana yang digunakan negaskan penganutan asas perlekat-
dalam hukum agraria sebagai kon- an. Mengapa karena telah timbul per-
sekuensi rumusan pasal 3 dan 5 UUPA soalan-persoalan yang sudah lama
selain dijelaskan konsepti tentang disinyalir oleh Soepomo yang pernah
kepemilikan tanah dan kepemilikan mengingatkan28 bahwa jika Indonesia
benda-benda diatas tanah (asas pemi- terus menggunakan asas pemisahan
sahan horizontal) juga dijelaskan bah- horizontal dalam sistem hukumnya
wa ada konsepti lain dari sistem maka akan mengalami kesulitan, akan
hukum lain turut digunakan dalam terdapat hambatan dalam pembangu-
hukum agraria nasional yaitu konsepi nan perekonomian. Hal ini terbukti
bahwa kepemilikan tanah adalah se- dilingkungan perbankan sebelum la-
kaligus kepemilikan segala benda yang hirnya Undang-Undang Hak Tanggu-

28 Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia (Ed. 2, Ghalia Indonesia 2006) 156.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 139

ngan sudah menerapkan asas yang tanah yang bisa jadi merupakan
sebaliknya dari asas pemisahan hori- bangunan permanen, megah bernilai
zontal yaitu asas perlekatan. Dalam mahal. Jika hak guna bangunan
pemberian kredit perbankan kepada berakhir dengan atau tidak per-
mereka yang membutuhkan, bank panjangan dan pembaharuan hak,
selalu mensyaratkan adanya jaminan akhir masa jangka waku untuk hak
benda tetap, yang umumnya berupa guna bangunan itu pasti akan tiba.
tanah atau tanah dan segala sesuatu Bagaimana nasib bangunan yang
yang ada di atas tanah sebagai dibangun di atas tanah bukan milik
jaminan. Jika segala sesuatu yang ada pemilik bangunan yang megah dan
di atas tanah bukan milik dari pemilik mahal lagi? Apakah pemilik tanah
tanah maka harus juga menjadi obyek mau membelinya, apakah akan diru-
jaminan dengan persetujuan pemilik buhkan? Secara teori bangunan yang
benda-benda di atas tanah tersebut berdiri di atas tanah milik negara itu
yang bukan milik pemilik tanah harus menjadi tanggungjawab pemilik hak
disertakan sebagai jaminan dengan guna bangunan bukan menjadi tang-
turut serta bertanda tangan dalam gungjawab negara sebagai pemberi
akta hak tanggungan. Hal demikian hak guna bangunan. Yang kedua hak
bisa dimengerti agar pelepas uang guna bangunan juga bisa diberikan
dalam hal ini bank terjamin pelunasan atau lahir dari hak milik perseorangan
piutangnya dengan benda jaminan dengan hak yang sama seperti
yang pasti bisa dieksekusi manakala penerima hak guna bangunan asal
debiturnya wanprestasi tidak mem- dari tanah negara tadi. Jika jangka
bayar kewajiban hutangnya. Bila waktu yang disepakati berakhir
benda jaminan dimiliki secara berbeda bagaimana bangunan yang dibangun
jika tidak ditempuh sebagai yang di atas tanah hak milik, persoalannya
diuraikan di muka maka akan sulit sama dengan uraian di atas, bahwa
melakukan eksekusi atas benda hak guna bangunan itu menjadi
jaminan yang berupa tanah saja atau tanggungjawab yang mendirikan
berupa benda-benda yang di atas bukan tanggungjawab pemilik tanah.
tanah saja. Tentang hal ini agaknya Hak guna bangunan, hak pakai
negara sadar sehingga dilahirkanlah juga bisa lahir dari hak pengelolaan.
Undang-Undang hak tanggungan yang Permasalahannya sama saja jika
mengakomodasi kebiasaan dilingku- jangka waktu hak guna bangunan
ngan perbankan tadi. atau hak pakai berakhir bagaimana
Terdapat dua macam sistem status bangunan sebab juga bukan
dalam hak guna bangunan diberikan tanggungjawab pemilik hak penge-
di atas tanah bukan miliknya. Yang lolaan. Bahkan saat ini ada banyak
pertama dari tanah negara bisa di- dibangun apartemen atau rumah
berikan hak guna bangunan, sehingga susun juga pusat perbelanjaan diba-
bisa mendirikan bangunan di atas ngun di atas hak pengelolaan. Jika
tanah negara. Masalahnya adalah apa- jangka waktu berakhir dan pemilik
bila hak guna bangunannya berakhir hak pengelolaan tidak membutuhkan
maka tanah harus dikembalikan ke bangunan itu dan bangunan itu
negara. Bagaimana bangunan di atas merupakan apartemen atau pusat
140 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

perbelanjaan (ITC Mangga Dua)29 yang disusun di tahun 1960 tidaklah lepas
“pemilik tanahnya” tidak memerlukan dari situasi dan kondisi diseputar
bangunan itu. Dengan kejadian ITC tahun pembentukan UUPA. Semangat
Mangga Dua dan apartemen yang kemerdekaan dan kehendak untuk
didirikan di atas hak pengelolaan, membuat dan menggunakan hukum
Elita Rahmi30 berpendapat Hak sendiri asli Indonesia begitu berkobar.
pengelolaan harus dikembalikan pada Sehingga pilihan jatuh pada prinsip-
fungsinya mengingat menimbulkan prinsip hukum dan konsepsi-konsepsi
pemasalahan. hukum adat yang digunakan untuk
Menyimak uraian di atas dapat membangun hukum agraria nasional.
dikemukakan pertanyaan, apakah Artinya hukum agraria nasional
UUPA sebagai sumber hukum agraria sungguh sebagai cerminan situasi
nasional sejak awal lahirnya hanya masyarakat Indonesia di masa lahir-
memuat asas pemisahan horizontal? nya, hukum agraria nasional dibentuk
Sejak semula hukum agraria nasional berdasarkan Volksgeist32 masyarakat
Indonesia tidak tunggal memuat asas Indonesia. Tidaklah keliru, namun
ini. mereka yang berkecimpung dalam hukum adat sebagai pembentuk hu-
hukum agararia selalu berpandangan kum agraria nasional tidaklah satu-
bahwa sejak semula hukum agraria satunya sistem hukum yang digu-
nasional hanya mengenal asas pemi- nakan, dan sistem lain yang diguna-
sahan horizontal saja. Hal tersebut kan adalah asas perlekatan dari
hemat penulis terpatahkan oleh pene- sistem hukum perdata barat yang
lusuran dalam tulisan ini bahkan asas dikodifikasikan dalam Kitab Undang-
perlekatan ini makin eksis dalam pera- Undang Hukum Perdata (Selanjutnya
turan pelaksana UUPA yang lahir lebih disebut dengan KUHPerdata).
kini. Urgensi keempat adalah ada
Berlakunya hukum agraria nasi- permasalahan yang sistemik atas
onal yang tertuang dalam UUPA dianutnya sistem bahwa pemilikan
mendasarkan diri atas hukum adat, 31 tanah tidak dengan sendirinya sebagai
berkonsekuensi konsepsi-konsepsi, pemilikan benda-benda yang ada di
asas-asas dalam hukum adat digu- atas tanah. Hal ini terbukti telah
nakan atau menjadi prinsip dalam menciptakan permasalahan antara
UUPA. Menyitir pendapat bahwa lain hak guna bangunan dan apar-
hukum merupakan cerminan perilaku temen di atas hak pengelolaan. Di
masyarakat, bahwa volkgeis masya- mana manakala pemegang hak
rakat hendaknya diperhatikan oleh pengelolaan tidak mengijinkan diper-
para pembentuk undang-undang agar panjangnya hak guna bangunan di
hukum yang dibuat oleh negara di atas tanah hak pengelolaan, kemudian
patuhi masyarakat, maka ketika UUPA bangunan mall dan apartemen di atas

29 Hendra Setiawan Boen, ‘Beberapa Pemikiran tentang Asas Pemisahan Horizontal dalam
Pertanahan’ (Hukum Online, 13 Mei 2017)
<https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16703/beberapa-pemikiran-tentang-asas-
pemisahan-horizontal-dalam-pertanahan/> diakses 30 Januari 2020.
30 Elita Rahmi, ‘Eksistensi Hak Pengelolaan atas Tanah dan Realitas Pembangunan di Indonesia’
(2010) 10 (3) Jurnal Dinamika Hukum 339, 350.
31 Sukardi, ‘Politik Hukum Terhadap Penggunaan Hak Atas Tanah dan Bangunan Bagi Orang Asing
di Indonesia’ (1997) XII Yuridika 40 dalam Ganindra DDM dan Kurniawan F, Op.Cit., 229.
32 Sabian Utsman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum (Pustaka Pelajar 2007)151.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 141

hak pengelolaan. Persoalan ini muncul merupakan peraturan (kaidah) hukum


akibat penganutan asas pemisahan kebiasaan yang keberlakuannya ha-
horizontal. Kalangan perbankan sebe- nya dikalangan yang meyakininya.
lum lahirnya Undang-Undang Hak Dalam hal ini perbankan.
Tanggungan tidak diikuti cukup lama Adanya aspek sistemik yang pe-
hingga akhirnya lahir Undang-Undang nulis maksudkan tersebut di samping
No. 4 Tahun 1996 tentang Hak menimbulkan persoalan sebagai yang
Tanggungan yang menganut asas diuraikan di atas juga praktek yang
perlekatan yang diterapka kalangan tidak konsisten. Sebagai dikemukakan
perbankan. di atas bahwa pemilikan rumah susun
Akhirnya negara menyadari di awal dikatakan terhadap bagian
bahwa komponen perekonomian uta- yang terpisah bisa dimiliki secara indi-
ma negara yaitu perbankan tidak vidual, tetapi ketika dalam pengaturan
menganut sistem yang diletakkan sertifikat rumah susun dalam Un-
negara dan menciptakan sistemnya dang-Undang Rumah Susun, rumah
sendiri yang lebih sesuai dan adil bagi susun itu dimiliki juga beserta tanah
lingkungan itu. Dengan demikian ke- bersama. Penerapan asas pemisahan
khawatiran Soepomo terjawab dengan horizontal tidak secara konsisten
dianutnya asas perlekatan dalam Hak diterapkan, karena dalam peraturan
Tanggungan. Atas sikap kalangan per- mengenai Rumah Susun tersebut
bankan ini mengingatkan pada pen- menganut asas perlekatan vertikal
dapat Paul Laband33. Menurutnya ada yang ternyata dalam sertifikat satuan
dua macam undang-undang, yaitu rumah susun tersebut dicantumkan
undang-undang dalam arti material juga atas hak atas tanahnya, ini
dan arti formal. Undang-undang da- bermasalah dalam pemilikan rumah
lam arti material adalah die rechtsver- susun bagi warga negara asing yang
bindliche anordnung eines, yaitu pene- hanya boleh memiliki rumah susun di
tapan kaidah hukum dengan tegas atas tanah Hak Pakai.
sehingga kaidah hukum itu menurut Sesungguhnya penganutan dua
sifatnya mengikat. Agar suatu kaidah asas dalam hukum agraria nasional
(hukum) menjadi undang-undang da- jika dicermati telah sejak awak hukum
lam arti material, diperlukan dua agraria dibangun, sebagai yang dike-
anasir, anasir yang disebut Anord- mukan oleh Boedi Harsono34 dalam
nung, yaitu penetapan peraturan memberikan pengertian tentang hak
kaidah (hukum) dengan tegas (resmi). atas tanah. Setiap pemilik hak atas
Hal ini bisa difahami sebagai suatu tanah selain tanah yang bisa dimiliki
proses penetapan oleh lembaga yang bisa dimiliki juga ruang di atas tanah
diberi wewenangan, karena itu harus dan ruang di bawah tanah. Artinya
ada kaidah yang ditetapkan oleh pemilik hak atas tanah bisa me-
lembaga yang diberi wewenang negara manfaatkan ruang di atas tanah de-
untuk menjadi undang-undang. Ana- ngan membangun atau menanam
sir kedua disebut Rechtssatz, yaitu sesuatu. Mulai tahun 2011 saat lahir-
peraturan (kaidah) hukum. Rechtssatz nya Undang-Undang Rumah Susun
yang tiada anordnung-nya masih asas pemisahan horizontal dianut

33 Dwiyatmi SH, Op. Cit., 11.


34 Boedi Harsono, Op.Cit.
142 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

bersamaan dengan asas perlekatan diri/tumhuh diatasnya, asal bangu-


sebagai dijelaskan dalam uraian di nan dan tanaman itu milik dari yang
atas. Tentu kita tidak akan menge- mempunyai tanah dan hal tersebut
cilkan pengaturan tersebut dengan secara tegas dinyatakan didalam
mengatakan bahwa pembentuk un- aktenya ".
dang-undang khilaf dalam mengatur Seminar BPHN tersebut mengan-
hal ini. Kemudian makin jelas ketika dung pesan kemungkinan dianutnya
undang-undang hak tanggungan lahir dua asas tersebut dalam hukum
di tahun 1997 yang lebih jelas agararia nasional. Hal ini juga
memberi kedudukan asas perlekatan dikemukakan oleh Mariam Darus36,
dalam hukum agraria nasional. Hal- bahwa pemerintah menganut accessie
hal demikian dapat difahami sebagai vertikal untuk hak atas tanah yang
suatu perkembangan dalam kondisi sudah memiliki sertifikat, sedangkan
masyarakat yang berbeda dengan asas pemisahan horizontal dianut
masa disusunnya hukum agraria untuk hak atas tanah yang belum ada
nasional di tahun 1960. Meski di sertifikat. Dengan demikian peme-
tahun 1996 dengan lahirnya PP No. 40 rintah sendiri tidak bisa menutup
Tahun 1996 tentang hak guna usaha, mata untuk tetap menganut asas
hak guna bangunan dan hak pakai accessie sepanjang tanah itu tidak
atas tanah tetap menganut asas memenuhi pcrsyaratan formalitas
pemisahan horizontal. Kemungkinan dengan diterbitkannya sertifikat.
penganutan asas perlekatan ini
Seminar BPHN pada tahun 1977,35 PENUTUP
yang dalam salah satu simpulan
menyatakan: "Biarpun hukum tanah Penganutan asas pemisahan ho-
kita menganut asas pemisahan hori- rizontal dalam hukum agraria nasi-
zontal, akan tetapi karena penerapan onal sudah sejak awal sebagai kon-
tersebut harus sesuai dengan dan sekuensi dibangunnya hukum agraria
dapat menampung kenyataan dan nasional berdasarkan hukum adat.
kebutuhan dalam masyarakat, maka Asas pemisahan horizontal ini telah
secara yuridis tidak ada keberatan terwujud dalam kaidah-kaidah yang
bahwa hak tanggungan baik yang dituangkan dalam UUPA dan pera-
menggunakan peraturan hipotik mau- turan pelaksananya hingga tahun
pun crediet verband, dibebankan atas 2011, ketika dibentuk undang-undang
tanah hak milik, hak guna bangunan, rumah susun. Untuk kepentingan
hak guna usaha berikut bangunan, akademik atau pengajaran tentunya
alat-alat yang melekat secara nyata akan elok jika kedua asas ini di sam-
karena sifat, tujuan dan peng- paikan dan bahas dalam pengajaran
gunaannya merupakan kesatuan de- untuk memberikan pemikiran-pemi-
ngan bangunan tersebut, dan tana- kiran baru dan memberikan bukti
man yang telah dan akan ber- pada mahasiswa bahwa hukum sesuai
dengan cirinya selalu berkembang

35 F. Husni Hasbullah, ‘Azas Pemisahan Horizontal (Horizontalle scheiding) dalam Hukum Tanah
di Indonesia dan Permasalahannya’ (1992) 22 (1) Jurnal Hukum dan Pembangunan 77 – 80.
36 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional (Alumni Bandung 1983)
39.
ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL 143

mengikuti volksgeist masyarakatnya. dan Pelaksanaanya (Ed. revisi,


Namun juga asas yang sebaliknya Djambatan 1999).
yaitu asas perlekatan juga menjiwai Hasan D, Lembaga Jaminan
hukum agararia nasional yang dapat Kebendaan Bagi Tanah Dan
dimengerti pada pengertian hak atas Benda Lain yang Melekat Pada
Tanah Dalam Konsepsi
tanah yang definisinya oleh Boedi
Penerapan Asas Pemisahan
Harsono.37 Penganutan asas perle- Horisontal(PT. Citra Aditya Bakti
katan ini terus ada dan makin jelas 1996).
nampak pada undang-undang rumah Badrulzaman MD, Mencari Sistem
susun dan undang-undang hak tang- Hukum Benda Nasional (Alumni
gungan serta dalam praktek peralihan 1983)
hak atas tanah yang dilakukan oleh Perangin-Angin E, Hukum Agraria di
PPAT dan dalam sistem penserti- Indonesia: Suatu Telaah Dari
fikatan hak atas tanah dalam pera- Sudut Pandang Praktisi (Rajawali
turan tentang pendaftaran tanah. 1986).
Bahkan dalam satu undang-undang Siahaan MP, Hukum Bangunan
dianut dua asas itu sekaligus sebagai Gedung di Indonesia (Rajawali
nampak pada undang-undang rumah Press 1998).
susun. Penganutan asas perlekatan Sudiyat I, Hukum Adat Sketsa Asas
akan terus makin nyata digunakan ke (Liberty 1981).
depan. Oleh karena memang sangat Supriadi, Hukum Agraria (Sinar
bermanfaat bagi perkembangan pere- Grafika 2008).
konomian serta makin dimengerti Utsman S, Dasar-Dasar Sosiologi
bahwa sistem hukum selalu akan Hukum (Pustaka Pelajar 2007).
mengakar pada masyarakat. Dengan Artikel Jurnal
demikian kedua asas ini bersama-
sama diakui dan digunakan diaras Hasbullah FH, Azas Pemisahan
pengaturan juga diaras prakteknya Horizontal (Horizontalle scheiding)
dalam Hukum Tanah di Indonesia
meski masih menyisakan permasa-
dan Permasalahannya, (1992) 22
lahan sebagaimana yang dikemuka- (1) Hukum dan Pembangunan.
kan oleh Mariam Darus bahwa di-
Ganindra DDM, dan Kurniawan F,
mungkinkankah sertifikat atas benda- ‘Kriteria Asas Pemisahan
benda yang ada di atas tanah, meski Hoizontal Terhadap Penguasaan
hingga kini sistem pendaftaran tanah Tanah dan Bangunan’ (2017) 32
belum memungkinkan itu. (2) Yuridika.
Nasrullah, ‘Analisis Hukum Secara
DAFTAR BACAAN Analogi Penerapan Asas
Pemisahan Horizontal pada
Buku Praktek Jual Beli Tanah Tidak
Beserta Dengan Pohon Kelapa di
Dwiyatmi SH, Pengantar Hukum Atasnya di Kecamatan
Indonesia (Ed. kedua, Ghalia Patilanggio Kabupaten Pohuwato’
Indonesia 2006). (2018) 2 (2) Jurnal Hukum
Harsono B, Hukum Agraria Indonesia, Volkgeist.
Sejarah Pembentukan Undang- Rahmi E, ‘Eksistensi Hak Pengelolaan
Undang Pokok Agraria, Isi atas Tanah dan Realitas

37 Boedi Harsono, Op.Cit.


144 REFLEKSI HUKUM [Vol. 5, No. 1, 2020]

Pembangunan di Indonesia’
(2010) 10 (3) Dinamika Hukum.
Rondonuwu G, ‘Kepastian Hukum
Peralihan Hak Atas Tanah
Melalui Jual Beli Berdasarkan PP
No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah’ (2017) 5 (4)
Lex Privatum.
Rubianti B, Pujiwati Y, Djakaria M,
‘Asas Pemisahan Horizontal
dalam Kepemilikan Hak Atas
Tanah dan Bangunan Satuan
Rumah Susun Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)’
(2015) 17 (2) Jurnal
Sosiohumaniora.
Sukardi, ‘Politik Hukum Terhadap
Penggunaan Hak Atas Tanah dan
Bangunan Bagi Orang Asing di
Indonesia’ (1997) XII Yuridika.

Peraturan Perundangan-undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok -
Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2011 tentang Satuan Rumah
Susun.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1977 tentang
Tata Cara Permohonan dan
Penyelesaian Pemberian Hak
atas Bagian – Bagian Tanah Hak
Pengelolaan Serta
Pendaftarannya.

Anda mungkin juga menyukai