NIM : 1194030124
RESUME
Masjid Iqomah UIN Bandung didirikan tahun 1968 ini merupakan masjid digunakan oleh
mahasiswa UIN Bandung untuk melakukan berbagai kegiatan keagamaan. Visi masjid Iqomah
adalah menjadi masjid Kampus yang menunjang terhadap pembinaan Ummat yang Berakhlaqul
Karimah sepanjang masa. Sedangkan misinya yakni mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam,
di dalam dan luar kampus
B. Bigorafi Ketua DKM masjid Ikomah Drs. H. A. Bachrun Rifa’i, MAg “ABAH” itulah
panggilah akrab yang dilontarkan berbagai dosen, bahkan hampir semua dosen memangilnya.
Panggilan ini merupakan singkatan dari salah satu dosen yang tercatat di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang lahir di Karawang pada tanggal 30 Oktober tahun 1957 ini, yaitu “A” dan “Bah”,
huruf “A” merupakan singkatan dari nama depannya yaitu Ade, dan “Bah” adalah singkatan dari
nama tengahnya yaitu Bahrun Dulu nama beliau pernah disingkat “ABRI” yaitu singkatan dari
“Ade Bachrun Rifa’f. Beliau menikah pada tanggal 13 Juni 1982 dan memiliki keturunan tiga
orang laki-laki. Seorang dosen yang berdomisili di komplek Bumi Panyileukan ini telah
menyelesaikan pendidikan SD- nya di Cikampek dan lulus pada tahun 1970 kemudian melanjutkan
pendidikan formalnya melalui PGA/S selama 6 tahun yaitu sekolah sederajat SLTP dan SLTA dan
selesai pada tahun 1976. Ketua DKM Masjid Iqomah saat ini melanjutkan pendidikannya di IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung sampai menyelesaikan program doktoral pada tahun 2003 dan
sampai saat imi masih mengenyam pendidikan S3 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tidak
diragukan lag kenapa mantan Pembantu Dekan II pada tahun 1999 sampai 2007 ini dipercaya
menjadi DKM Masid lqoman UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sesuai dengan kisah hidup dan
pengalaman organisasinya beliau berawal dari Sekretaris Umum HMI komisariat Ushuludin pada
tahun 1979 sampai dengan 1980 kemudian Ketua Bidang Interen Forkompada tahun 1981 sampai
1982. Pada tahun 1989 sampai 1991 beliau pernah menjabat sebagai Kasubag Administrasi
Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati bandung. Kemudian dilanjutkan sampai tahun 1996
sebagai Kabag Administrasi Perpustakaan dan dilanjutkan kembali sebagai Kepala PT
Perpusakaan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dari tahun 1996 sampai dengan 1999.
“Berjasalah tapi Jangan Minta Jasa” itulah moto hidup beliau sehingga beliau dalam riwayat
hidupnya lebih lama dipercaya dan menjabat sebagai DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Pada
tahun 2003 beliau dipercaya sebagai Ketua DKM masjid Al-Muhajirin di daerah rumahnya sampai
dengan sekarang Pada tahun 2008 beliau dipercaya menjadi Keretaris Pusat FIKI (Informasi
Kajian Islam). ada tahun 2008 sampai dengan 2012 beliau membantu bapak Dr H. Undang sebagai
Sekretaris DKM UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan perjalannya di masjid yang sama beliau
lanjutkan dan mempertahankan kepercayaannya menjadi Ketua DKM dari tahun 2012 sampai
dengan 2019. Dalam pertengahan tahun jabatan Ketua DKM masjid lqomah UIN Sunan Gunung
Djati Bandung beliau menjabat sebagai Ketua DKM masjid As-Syiraj Cipadung dari tahun 2014
sampai dengan 2017. Selain perjalanan hidup dijalan Kemakmuran Masjid, kengan kualitas dirinya
beliau dipercaya masyarakat sebagai Ketua MUI Kecamatan Panyileukan dari tahun 2007 sampai
dengan 2020. Dari 2010 sampai dengan sekarang beliau masih menjabat sebagai Ketua Dewan
Suro MWNU (Nahdhatul Ulama). Inilah sepeninggal kisah perjalanan singkat beliau sehingga saat
ini dipercaya sebagai Ketua DKM Masjid Iqomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
C. Prestasi masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung Masjid Ikomah UIN Sunan
Gunung Djati Bandung menjadi salah satu juara dalam perlombaan website masjid yang
diselenggarakan oleh Pusat Dakwah Islamiyah (Pusdai) Jawa Barat yang diumumkan pada Jum’at,
(12/02/2021).Lomba Website Masjid ini merupakan kegiatan penutupan dari rangkaian peringatan
Milad Pusdai ke-23. Pengumuman lomba website masjid disampaikan oleh H. Ijang Faisal, M.Si,
Ketua panitia lomba website masjid, di ruang utama Masjid Pusdai setelah pelaksanaan shalat
Jum’at. Kegiatan penutupan peringatan Milad Pusdai Jabar ini dihadiri oleh Ketua Pusdai Jawa
Barat, KH. M. Choirul Anam, MZD beserta seluruh pengurus serta perwakilan dari Gubernur Jawa
Barat dan para Ketua DKM pemenang lomba website masjid. Penetapan pemenang lomba website
masjid tingkat Jawa Barat ini didasarkan surat keputusan Ketua Pusdai Jawa Barat Nomor 01.15/6-
23/pusdai/s.keputusan/II/2021 dengan Juara 1 Masjid Al-Ukhuwah Kota Bandung, Juara 2 Masjid
Agung Cipaganti Kota Bandung, Juara 3 Masjid Agung Ciamis, Juara Harapan 1 masjid
Baiturrahman PT DI Kota Bandung, Juara Harapan 2 Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati
Bandung dan Juara Harapan 3 Masjid Baitul Mu’min Jatiendah Cilengkrang Kabupaten Bandung.
Dalam laporannya, Ketua Panitia Lomba menyampaikan bahwa lomba website masjid ini diikuti
oleh 27 masjid di tingkat pemerintah Provinsi dibawah BPIC (Badan Pengelola Islamic Center),
masjid tingkat lingkungan, masjid wisata dan masjid kampus. Menurutnya lomba masjid ini bukan
untuk mencari juara 1, 2 atau 3 tapi untuk membangun kesadaran umat Islam terutama pengurus
DKM agar bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama di masa wabah Covid-19 saat
ini. “Pandemi ini merubah kebiasaan orang, yang tadinya tidak melek IT jadi melek IT. DKM
sebagai Khadimul masjid, pelayan masjid, bisa melakukan inovasi dan improvisasi dalam
berdakwah sesuai dengan perkembangan zaman saat ini termasuk melalui penyiapan website
masjid bagi jamaahnya,” ungkapnya. Lomba webiste masjid ini menurut Ketua Pusdai Jawa Barat,
KH. M. Choirul Anam, MZD menjadi rangkaian dari peringatan milad Pusdai Jawa Barat ke-23
yang jatuh pada tanggal 2 Desember 2020. Namun, karena kondisi pandemi covid-19, milad tahun
ini dilaksanakan secara sederhana salah satunya dengan lomba website masjid ini. Rencananya
untuk mendukung agar pengurus DKM seluruh Jawa Barat melek IT, Pusdai Jawa Barat berencana
akan melaksanakan pelatihan pembuatan website masjid kerjasama dengan Kemenag, MUI, dan
Dewan Masjid Indonesia tahun 2021. Ketua DKM Ikomah, Drs. H. A. Bahrun Rifa’i, M.Ag
menyambut gembira raihan prestasi masjid Ikomah ini. Sebelumnya DKM Ikomah menerima
visitasi panitia lomba website masjid Pusdai ini pada tanggal 19 Januari 2021. Menurutnya meski
website masjid Ikomah dengan gerakan dakwah digitalnya baru berjalan sejak Oktober 2020
ternyata sudah berhasil meraih prestasi.Kesuksesan gerakan dakwah digital melalui website masjid
Ikomah ini tidak lepas dari dukungan pimpinan kampus, jamaah masjid serta kerjasama dengan
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung yang membantu memproduksi beragam karya dakwah digital. Letak
Masjid Ikomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung cukup strategis karena berada ditengah-tengah
kampus, selain difungsikan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi tempat favorit
mahasiswa untuk berdiskusi karena tempatnya yang begitu nyaman.
D. Kekurangan masjid ikomah Fasilitas di Masjid Iqomah UIN SGD Bandung yang belum
memadai, menunai berbagai keluhan dari beberapa mahasiswa atau jemaah masjid sendiri.
Keluhannya yaitu antara lain: toilet rusak yang belum diperbaiki, karpet dibagian atas untuk
perempuan yang tampak kotor dan sudah lama diganti sampai kurangnya tempat pengisian air
minum. Namun, belum adanya perbaikan membuat para jamaah merasa kurang nyaman ketika
beribadah di Masjid Iqomah. Hal tersebut dikeluhkan oleh salah satu mahasiswa, Popi Herawati
yang mengaku kurang nyaman diakibatkan fasilitas yang belum memadai. Seringnya air di
tempat wudhu yang tidak mengalir lantas membuatnya bingung harus wudhu bagaimana ketika
akan sholat, belum lagi mukena yang bau sampai toilet yang kurang dijaga kebersihannya. “kalau
masjid di kampus lain tuh kebersihannya bener bener dijaga, kamar mandinya. Kalau sekarang kan
pintu kamar mandinya aja bolong,” keluh mahasiswa Ekonomi Syariah tersebut. Hal senada
dikeluhkan salah satu mahasiswa Studi Agama-Agama, Nabila Khalida, dirinya menyebutkan
bahwa fasilitas yang ada di Masjid Iqomah ini kurang tertata dengan baik, jika dibandingkan
dengan masjid di kampus kampus lain yang notabenenya bukan kampus berbasis islami. Selain itu,
tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat UIN SGD Bandung yang semakin banyak sedangkan
luas masjid yang tidak terlalu besar sehingga membuat masjid tidak bisa menampung banyak
jamaah.
E. fasilitas masjid iqomah Fasilitas yang disediakan oleh masjid iqomah UIN SGD sangat
memadai, baik dan bagus dalam segi bangunannya dan sangat layak untuk ditempati beribadah
kepada Allah SWT. Tempatnya pun bagus baik itu di dalam ataupun diluar dan marbotnya juga
ramah tamah. F. Keunggulan masjid iqomah Letak masjid Iqomah UIN SGD Bandung ini sangat
strategis karena berada ditengah tengah kampus. Juga selain difungsikan sebagai tempat ibadah,
masjid ini juga menjadi tempat favorit mahasiswa untuk berdiskusi karena tempatnya yang
nyaman.
1 Kapan berdirinya masjid? Kurang lebih 1800 tapi dulu bentuknya masih merupakan
balai nikah. Belum Dalam bentuk masjid seperti ini jadi baru dimulai dibentuk ada masjid ada
kubah itu dibangun tahun 2000 jadi mulai ada muncul ada bentuk masjid baru sekitar 1920 jadi
mulai dibentuk seperti wajah masjid karena pada awal-awal berdirinya masjid ini menjadikan tri
keseimbangan jadi pilar kekuasaan kekuasaan itu selalu ada pendopo ada alun alun open space ke
masyarakat jadi harus ada tempat ibadahnya yaitu masjid. Karena waktu itu masih proses
pengembangannya masih sederhana tapi harus ada tempat ibadah makanya balai nikah disini
kemudian di rubah menjadi masjid. Yang awalnya balai nikah karena ada tri keseimbangan jadi
balai nikah ini di jadikan masjid untuk memenuhi pilar keseimbangan bagi masyarakat akhirnya
dengan perkembangan nya kita bisa saksikan masjid raya Bandung saat ini
2.Tokoh ketua dkm masjid raya Bandung Siapa Tokoh utama yang mengusulkan balai nikah
untuk di jadikan masjid? Jadi di belakang masjid ada makam-makam itu adalah makam-
makam pangeran yang berkontribusi untuk mendirikan masjid ini dia termasuk penguasa di
Bandung ini. Khususnya Raden Wiranata yang berkontribusi mewakafkan tanahnya untuk di
jadikan tempat masjid ini.
3.Bagaimana cara mengelola dan memelihara fasilitas yang sudah ada di masjid ini? Dalam
manajemen masjid kita punya 3 bidang manajemen yaitu Imaroh, idharoh dan liayah yang
pertama kita punya bidang Imaroh bertanggung jawab semua terkait dengan kemakmuran masjid
tentang praktek keagamaan, ibadah, sholat 5 waktu, hari besar Islam dan lain sebagainya.yang
kedua Idharoh yaitu bidang administrasi,sumbangan dan lainnya. Yang berikutnya yang di
tanyakan bagaimana cara merawat masjid yang harus di cat harus nyaman ini ada di bidang li'ayah
yaitu bertanggung jawab. Jadi disini ada tempat sekretariat di sampingnya ada VVIP komite, ruang
imam ada perpus, dan semuanya yang kalian lihat ada fasilitas yang sudah tersedia itu semuanya
di desain termasuk fungsi-fungsi manajemen masjid. Ada ruang utama masjid yang di desain untuk
pengembangan kelompok 52 masjid taklim yang di fasilitasi, yaitu biasanya di laksanakan hari
Selasa jika situasinya sudah normal itu ada namanya alfarosh biasanya jamaahnya hampir
sampai 8000-9000 jama'ah. Kalau sholat Ied sholat idul Fitri/sholat idul Adha itu sampai 12000
13000 sampai alun alun. Dan untuk yang berjualan di realokasikan di bawah masjid yaitu dekat
tempat parkir jadi tidak menggangu untuk beribadah, jadi masjid tidak tampak kotor, sebelumnya
memang di satu sisi membangun perekonomian di sini tetapi disisi lain nampak kumuh sehingga
di realokasikan kesana biar semua orang yang ingin jajan bisa langsung ke bawah. Agar disini
tetap rapih,jadi kalo ada disini banyak liputan media dari Jakarta, karena disini pusat Cirebon jadi
semua media tuh pasti meliput disini.
4. Apa yang menjadi kekuatan dalam berbagai kegiatan yang di lakukan di masjid ini untuk
menjadi motivasi? Jadi sesuai dengan visi misi bapak gubernur masyarakat Jabar itu sejahtera
lah bukan cuma lahirnya tetapi batinnya juga, makanya masjid raya Bandung menjadi gerbang
penguat Islam. Ingin pulang dari masjid itu nyaman ingin datang ke masjid itu nyaman. Sebagai
mercusuar di Jawa barat itu sebagai motivasi kita untuk menggerakkan masjid ini bukan yang lain
lagi, kalo motivasinya semuanya mempunyai panggilan, mesjid ini juga dari zaman nabi pusat
peradaban disini jadi orang di latih disini. Semua tentang bidang keagamaan ada disini.
5. Bagaimana apa ada kekurangan dalam mengelola masjid ini? Tentu ada,
kekurangannya banyak jadi kita punya suport sumber daya itu 16 karyawan lapangan,
pengurus kurang lebih 15-24 pengurus. Kelemahannya nya salah satunya Keterbatasan anggaran
6. Tanggapan dari bapak ada trans masjid ketika adzan di kumandangkan orang-orang masih
ada yg di emperan? Banyak orang-orang dari luar daerah seperti tunawisma bahkan miskin
agama juga, kita tidak bisa mengusir secara manusiawi juga karena ini ruang terbuka siapapun
kalo mau tobat kalo mau sholat kan kita open. Tapi ada fakta bahwa orang-orang yang seperti
gelandang, tunawisma, nah itu kita tidak bisa langsung mengusir jadi kita mengajak, disi lain kita
membuat nyaman untuk orang disini tetapi disisi lain juga kita tidak berwenang untuk mengusir
jadi ada keterbatasan.
8. Terkait pengelolaan masjid yang baik itu apa ajasih faktor yang bisa di katakan pengelola
masjid itu di katakan baik? Yang pertama jamaah itu memperoleh manfaat, yaitu melaksanakan
ibadah 5 waktu,siraman rohani dan memberikan layanan setiap waktu, jadi pengelolaan yang di
katakan baik itu masyarakat dapat mendapatkan manfaat nya itu.
9. Apakah selalu di adakan evaluasi rutin untuk meningkatkan mutu masjid? Ya, disini ada
rapat kerja, rapat berkala biasanya di lakukan di hari Kamis. Kepengurusan juga Alhamdulillah
lancar .
10. Apakah masjid raya Bandung ini mempunyai program kerja yang mampu meningkatkan
pengetahuan keagamaan? Program kerja kita itu selain memfasilitasi 52 semua majlis ta'lim
dari semua pesantren. Kita juga ada di Minggu ke 1,2,3,4 di khususkan untuk pengurus mesjid.
Jadi Minggu 1 ada kajian kitab tafsir dan Minggu Minggu berikutnya. Dluu juga ada seminar-
seminar tentang keagamaan untuk pengurus
11. Terkait peluang atau pokok panitia yang di miliki oleh kepengurusan itu seperti apa?
Peluang masjid raya Bandung sebagai pusat kebudayaan Islam ia selalu akan memiliki
peluang besar dalam kutek untuk mengisi dan membangun pusat apa keunggulan sistem ekonomi
Islam. Jadi karena ini adalah mercusuar pusat peradaban Islam di Jawa barat sehingga
memungkinkan masjid raya Bandung memiliki peluang besar menjadi centrum dalam kontek
pengembangan Islam. Atau sebagai gerbang utama Islam, sehingga masjid masjid di Jawa barat
itu semuanya minta referensi disini.
12. Disini ada zakat atau donatur, orang-orang yang bersedekah menyumbang untuk masjid
ini, bagaimana pengelolaan Yang ada di masjid ini? Kalau dari jamaah itu masuk ke masjid tapi
kalau ups unit pengelola zakat itu kan kita lisensinya dari BAZNAS provinsi Jawa barat, jadi
semuanya harus terlapor
A. Profil Masjid Agung Al-Ukhuwah Masjid Al-Ukhuwah pun ternayata menyimpan banyak
sejarah. Lokasi berdirinya Masjid Al-Ukhuwah ternyata dahulunya berdiri Loge Sint Jan. Loge
Sint Jan disebut sebagai ‘Gedung Setan’ atau ‘Rumah Setan’ oleh masyarakat karena konon
berbagai upacara ritual asing dan pernah dilakukan di dalamnya. Tetapi diluar itu, para penganut
freemason juga membuka sebuah perpustakaan bernama “De Openbare bibliotheek van
Bandoeng”. Dari perpustakaan ini pak soekarno memperoleh buku-buku yang dijadikan referensi
dalam pembuatan pledio Indonesia Menggugat. Meskipun banyak melakukan hal terpuji, Loge
Sint Jan dibongkar pada tahun 1960. Tidak ada keterangan resmi mengaoa gedung itu dibongkar.
Namun, menurut tulisan di situs resmi milik kecamatan Sumur Bandung, dikabarkan gedung
tersebut dibongkar lantaran adanya pelanrangan Loge Agung Indonesia dan organisasi lain atas
alasan mengikuti ajaran Freemason. Setelah dibongkar, dibangunlah sebuah gedung baru diatas
tenah tempat Loge Sint Jan berdiri. Nama gedung tersebut Graha Pancasila. Gedung Graha
Pancasila tidak berumur panajng. Setelah dibongkar akhirnya masjid Al-Ukhuwah didirikan dan
mulai digunakan pada tahun 1998 hingga sekarang. Dan sekarang Masjid Al-Ukhuwah disebut
juga Masjid Agung Al-Ukhuwah karena Masjid tersebut pada tingkat Kota atau Kabupaten
“Agung”, jika pada tingkat provinsi itu disebut Masjid “Raya”. Dan Masjid Agung Al-Ukhuwah
kini di waktu Shalat Dzuhur dan Ashar di hari kerja dipastikan selalu penuh oleh ASN. Mereka
menggiatkan shalat tepat waktu (Bandung Bersatu) seperti yang dicanangkan oleh Wali Kota
Bandung. Oded M. Danial. Masjid “Al-Ukhuwah” (membangun persaudaraan islami) mulai
dipergunakan tahun 1998, tepatnya pada tanggal 19 Agustus. Semenjak itu, bermacam kegiatan
keagamaan digelar disitu dan dimakmurkan oleh jama’ah, yang semakin hari semakin melimpah.
Masji ini berdiri diatas tanah 4.000 m2, luas bangunan Masjid seluas 1.373 m2 dari luas bangunan
keseluruhan 4.529 m2. Masjid ini dapat menampung jama’ah sebanyak 3.500 orang. Nama semula
masjid ini adalah “ Masjid Raya Balaikota Al-Ukhuwah”, selanjutnya dengan surat kepala kantor
Departemen Agama Kota Bandung No: KD.10.19/Ba.05/2329/2007 Tanggal 27 Juli 2007 di
tetapkan sebagai Masjid Agung Kota Bandung dengan sebutan “Masjid Agung Al Ukhuwah Kota
Bandung”. Al-Ukhuwah dibangun oleh pemerintah Kota Bandung, dengan dana dari APBD
Provinsi JAwa Barat dan APBD Kota Bandung. Disamping ini untuk melengkapi saran ibadah
bagi warga Kota, juga guna memenuhi kebutuhan internal, khusunya bagi para karywan yang
seblumnya melaksankana kegiatan ibadahnya diruangan-ruangan bangunan kantor yang terletak
dibangunan induk Jl. Wastukancana no. 27 Jl. Aceh no.36 Bandung. Sebelum dibangunnya
Masjid Al-Ukhuwah, shalat Dzuhur atau Ashar dilaksanakan di mushala-mushaka ruangan.
Sedangkan shalat jum’at dilaksanakan berpindah-pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
Sesungguhnya kegiatan-kegiataan keagamaan yang dilakukan oleh para karyawan telah dimulai
sejak tahun 1971. Shalat Jum’at yang pertama misalnya mengambil tempat diruang tunggu Kas
daerah, tempat public membayar pajak dan retribusi. Setelah dibangun Ruang Serbaguna, dilantai
3 shalar Jum’at dilaksanakan disitu, walaupun terkadang masih harus berpindah-pindah, tatkala
Ruang Serbaguna diperbaiki. Dengan berdirinya Masjid Al-Ukhuwah di JL. Wastukencana no. 27,
bukan hanya para karyawan pemerintah kota yang dengan nyaman dapat memanfaatkan tempat
ibadah ini, namun masyarakat luas warga Kota Bandung menyambut kehadiran masjid ini dangean
antusias. Terbukti dengan terus melimpahnya jama’ah, baik pada ibadah shalat Jum’at, shalat
Maktubah (Sholat Wajib 5 Waktu) maupun pada pengajian/ceramah yang digelar secara rutin dan
incidental. Program-program yang disiapkan semakin padat dan semakin beragam.
B. Visi dan Misi Masjid Agung Al-Ukhuwah Visi Terwujudnya Masjid Agung Al-Ukhuwag
sebagai masjid teladan dan mitra utama pemerintahan kota Bandung menuju Bandung juara yang
religius. Misi 1. Mewujudkan peran dan fungsi Masjid Agung Al-ukhuwah sebagai teladan
dalam aspek: a. Manajerial dan pengelolaan administrasi (Idaroh) b. Pengembangan ibadah
dan da’wah (Imaroh) c. Pemeliharaan lingkungan masjid (Ri’ayah) 2. Mewujudkan
peran dan fungsi Masjid Agung Al-Ukhuwah sebagai tempat pemberdayaan ummat dan ibadah
social. 3. Mewujudkan peran dan fungsi Masjid Al-Ukhuwah Sebagai tempat pengkajian
Islam dan Konsultasi Hukum.
A. BIDANG IDAROH
B. BIDANG IMAROH
2.1. Menyelenggarakan pendidikan TKA dan TPA, pesantren kilat dan pe;atihan-pelatihian
2.2. Peningkatan da’wah baik secara oral, media cetak maupun media lainnya
2.3. Menyelenggarakan peringatan Hari Besar Islam (PHBI) 2.3.1. Hari raya Idain (iedul
fitri, iedul Ahha)
2.4. Menyelenggarakan kegiatan peringatan Milad Masjid Agung Al-Ukhuwah Kota Bandung
4.4. Menyelenggarakan Kunjungan ke rumah Yatim, panti jompo, daerah bencana alam dan
kunjungan ke rumah anggota dan keluarga Majelis Ta’lim.
C. BIDANG RI’AYAH
3.1. Menjaga dan memelihara kebersihan baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan
3.2. Menjaga dan memelihara keindahan baik di dalan bangunan maupun diluar bangunan
4.2. Melakukan koordinasi dengan apparat keamanan dan ketertiban masyarakat maupun
kepolisian dan instansi lainnya.
D. Fasilitas Masjid Agung Al-Ukhuwah Fasilitas yang tersedia di Masjid Agung al-Ukhuwah
sudah cukup lengkap ,yaitu:
• Tempat ibadah yang nyaman, namun mereka tidak menyediakan sajadah • Kamar mandi
yang luas dan bersih serta wangi • Gedung Serbaguna (Bisa digunakan untuk acara resepsi dan
lainnya). • Basement • Toko dan Kantin • Pelayanan Kesehatan (Akupuntur dan
Bekam), dan obat herbal • Perpustakaan
E. Menjaga fasilitas yang ada di Masjid Agung Al-Ukhuwah Dengan cara merawat, serta
menjaga bangunan, lingkungan, inventaris pada masjid Agung Al-Ukhuwah Kota bandung.
Seperti dinding masjid tidak dicoret-coret, kebersihan kamar mandinya di jaga dan tempat
shalatnya pun bersih dan rapih.
H. Keuangan pada Masjid Agung Al-Ukhuwah Pemasukan uang dari sodaqoh para jama’ah,
perbulan hingga mendapatkan 6 jt sampai 10 jt lalu uang tersebut untuk perawatan fasilitas yang
ada di masjid tersebut. Dan pada pengurus Masjid mendapatkan honor hanya saja tidak besar
nominalnya, selain pemasukannya dari sodaqoh para jama’ah Masjid Al-Ukhuwah juga
mendapatkan dana dari BAZNAS sebagai donaturnya. Pada saat pembangunan adanya donator
namun bukan donator tetap.
OBSERVASI MANAJEMEN MASJID LAUTZE 2 BANDUNG
BANDUNG Nama Masjid : Lautze 2 Bandung Alam : Jl. Tamblong No.27, Braga, Kec. Sumur
Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40111 Mulai beroperasi : 12 Januari 1997 Kordinat geografi :
6°55′05.1″S 107°36′44.3″E Gaya Arsitektur : Tionghua Pendiri : H. Ali Karim UkuraN : 7x6 meter
Kapasitas : 200 jamaah saat hari biasa, 400- 500 jamaah saat shalat jumat dengan menutup jalan
depan Masjid atas perizinan warga setempat Adminstrasi : Yayasan Haji Karim Oei Visi Misi :
Menjembatani wadah tempat sentral untukbelajar agama Islam bagi para muslim dan non muslim
terkhususnya warga keturunan Tionghoa.
Masjid Lautze 2 ini berada di area pertokoan, sehingga sekilas tidak tampak seperti masjid pada
umumnya. Didirikan oleh seorang muslim keturunan Tionghoa, H. Ali Karim (putra Abdul Karim
Oei Tjeng Hien) pada bulan Januari tahun 1997. Masjid ini adalah masjid tertua yang dibangun
muslim Tionghoa yang bermukim di Kota Bandung. Penamaan untuk Masjid Lautze ini diambil
dari nama jalan di Jakarta tempat kantor pusat YHKO, yakni Jalan Lautze 87-89 Pasar Baru,
Jakarta Pusat. Awal berdirinya masjid ini adalah di Jakarta, sehingga Masjid Lautze yang berada
di Bandung diberikan nama Masjid Lautze nomor 2 untuk membedakannya dengan yang ada di
Jakarta. Masjid Lautze juga menjadi pusat informasi Islam bagi warga Tionghoa, baik yang sudah
menjadi Muslim ataupun yang sedang mempelajari Islam.
1.ASPEK IDARAH
Dalam pengertian manajemen masjid, oleh Kemenag aspek idarah diartikan dengan manajemen.
Sedangkan secara pengertian, idarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan, pengawasan, dan pelaporan. Pada aspek idarah
ini membahas mengenai masjid Lautze 2 Bandung dari segi manajemen kepengurusan dan
pengelolaan masjid.
KEPENGURUSAN MASJID LAUTZE 2 BANDUNG
c.Ketua Yayasan : Hendro d.Bendahara : Nur Niarsih e.Sekretaris : Koko Rahmat f.DKM : Koko
Rahmat
3. ASPEK RIAYAH Dalam pengertian umum manajemen Masjid, ri’ayah diartikan dengan
pemeliharaan dan pengadaan fasilitas. Pengertian secara istilah adalah kegiatan pemeliharaan
bangunan, peralatan, lingkungan, kebersihan, keindahan, keamanan, masjid termasuk penentuan
arah kiblat. Meski tergolong kecil, namun, masjid lautze 2 bandung ini dilengkapi fasilitas yang
cukup memadai dari mulai prasarana air, tempat shalat dan lainnya, lalu dilakukan juga
pembebasan Gedung no 25, menjadi Gedung wakaf, membebaskan juga Gedung 29 untuk
dijadikan fasilitas ruang pembinaan mualaf care.
OBSERVASI MASJID AL-HUDA CIPADUNG
Masjid Al-Huda ini dibangun sekitar tahun 80an. Pada awalnya masjid Al-Huda bukan di daerah
permai Cipadung melainkan di daerah Cisalatri. Dikarenakan ada orang yang mewakafkan
tanahnya untuk dibuat masjid maka dari itu masjid Al-Huda dipindahkan didaerah permai
Cipadung. Tanah yang diwakafkan tersebut adalah tanah milik Alm H. odang. Berkat para donator
yang memberikan sumbangan pada tahun 2013 masjid Al-Huda direnovasi dan kini memiliki
fasilitas tambahan. Yaitu madrasah yang ada di lantai 1. Sumbangan terbesar diberikan oleh
Pemkot (Pemerintahan Kota) pada masa jabatan Dr. H. Dada Rosada. Sumbangan yang diberikan
dari Pemkot untuk masjid Al-Huda ini sekitar 500jt. Kurang lebih sekitar 1 miliyar dihabiskan
untuk merenovasi masjid Al-Huda ini. Pembangunan masjid ini juga dibantu oleh kepala desa
setempat yaitu Aki Anang.
Masjid Al-Huda juga sudah memiliki beberapa ketua DKM. Ketua DKM yang pertama adalah KH.
Syaeful Zaman, kedua KH. Zaenal Mutakin, lalu Prof. Apif (menjabat sekitar 15 tahun), dan
sekarang oleh bapak Nur Kholis Sutadi Harahap beliau dilantik pada bulan Oktober 2018.
Sebelumnya beliau menjabat sebagai sekretaris.
4. Threats ( Ancaman ) Tantangan dalam masjid ini yaitu mindsite sesama pengurus yang
berbeda-beda, sehingga dalam menentukan keputusan harus dalam waktu yang lumayan lama
karena harus musyawarah menyatukan persepsi dari setiap pengurus tersebut. Tantangan yang
lainnya yaitu Banyaknya orang tua, kurangnya orang muda, jadi segala urusan harus sama yang
muda karena yang tua sudah tidak sanggup dan menyerahkan semua urusan Masjid kepada yang
lebih muda. Sehingga karena kurangnya anak muda Masjid ini sulit untuk mengadakan atau
membuat organisasi Remaja mesjid.
Masjid Mujahidin mulai dibangun pada tanggal 30 Januari 1954 atas inisiatif 25 orang warga dan
tokoh masyarakat kewedanaan karees yang dipimpin oleh R. Sulaeman sebagai kepala kantor
Urusan Agama Kecamatan Karees. Rencana pembangunan mendapat sambutan dari ketua Fraksi
Islam DPRD Kota Praja Bandung. R. Oemar Soeraatmadja yang di kemudian hari dipercaya
menjadi ketua panitia pembangunan.
Kemudian diserahkan kepada Muhammadiyah pada tanggal 25 Juli 1955 kepanitiaan diserah
terimakan sepenuhnya kepada pimpinan cabang Muhammadiyah Bandung. Serah terima
dilakukan oleh R. Oemar Soeraatmadja kepada H.Adang Afandi. Pembangunan tuntas pada tahun
1992 atas kerja keras, ketulusan dan keikhlasan walikota Bandung R. Moh. Enoch Danubrata,
seluruh jajaran pimpinan wilayah Muhammadiyah jawa barat yang saat itu dipimpin oleh K.H.
Sulaeman Faruq, dan para tokoh masyarakat seperti H. Koswara dan H. Zaenal Ariffien, pada
tahun 1992 pembangunan Masjid Raya Mujahidin dianggap tuntas dan dapat berdiri dengan
anggun dan berwibawa.
Masjid Mujahidin termasuk dalam kategori masjid umum. Masjid Mujahidin beralamat di
Jl.Sancang No 6 Kel. Burangrang Jawa Barat. Masjid Mujahidin memiliki luas tanah 2.765 m2,
luas bangunan 4.050 m2 dengan status tanah Girik. Masjid mujahidin memiliki jumlah jama’ah
lebih dari 300 orang, jumlah imam 1 orang yang bernama H.Dahlan, jumlah muadzin 4 orang,
jumlah remaja 75 orang dan jumlah khotib 3 orang.
Program-program Masjid Raya Mujahidin
Dalam mewujudkan visinya ini, Masjid Raya Mujahidin senantiasa mengadakan program-
program yang bersifat Pendidikan Diantara program yang diunggulkan di Masjid Raya Mujahidin
ini adalah adanya sarana pendidikan dasar (Play Group dan TK) yang berbasis pada nilai-nilai
islami. Disamping PG dan TK, ada pula sarana Madrasah Diniyah, takmiliyah, awaliyah yang akan
memberikan pembekalan kepada anak-anak secara dini mengenai agama yang diimbangi dengan
pengetahuan umum lainnya. Terkait dengan jadwal pembelajaran TK dimulai dari pagi sampai
dzuhur dan madrasah dimulai dari jam setengah tiga sampai setengah lima.
Selain memfokuskan pada bidang pendidikan, Masjid Raya Mujahidin juga fokus pada bidang
sosial-ekonomi. Contohnya mengadakan program santunan, program santunan itu ditujukkan
untuk kaum dhuafa di sekitar Masjid. Termasuk juga yang biasa dilakukan yaitu terkait penyaluran
yang sifatnya rutin seperti kegiatan-kegiatan yang ada di bulan Ramadhan seperti pembagian zakat
fitrah, santunan beras dilakukan dalam santunan Masjid.
Masjid Mujahidin diarsiteki oleh Pak Nu’man, Masjid Mujahidin Bisa dikatakan masjid modern
pada saat tahun 90 an. Jika Masjid Klasik harus ada kuba, tiang yang banyak. Sedangkan Masjid
modern pondasi tiangnya sedikit, mau tidak mau, suka tidak suka mencerminkn karakatetistik
arsikter Pak Nu’man sendiri. Dari masalah tiang sudah dihitung, misal 1 tiang kira-kira kuat untuk
berapa lantai, berapa tahun jadi beliau sudah tahu kekuatan masjid ini sudah di prediksi terlebih
dahulu.
Salah satu permasalahan dari Masjid Mujahidin yaitu masalah keamanan. Banyak orang-orang
yang memanfaatkan jamaah lebih besar, maka terjadi pencurian. Di masjid Mujahidin
Alhamdulillah sudah dilengkapi oleh teknologi yang mumpuni salah satunya masjid ini sudah
hampir 10 tahun dilengkapi dengan CCTV dan sudah otomatis tersambung dengan kapolres
Lengkong.
1. Masjid Utama
2. Lobi
6. Ruang sekolah
1. Fundraishing LAZISMU
a. Idaroh yaitu pengelolaan sumberdaya insani yang didalamnya juga mencakup pola
pengorganisasian, kehumasan, pembukuan serta pengelolaan asset keuangan masjid. Di Masjid
Raya Mujahidin Kota Bandung ini sendiri dalam hal idarohnya memiliki perencanaan yang
disusun dalam awal pergantian struktur kepengurusan BTM (Badan Takmir Masjid) setelah
adanya pergantian kepengurusan baru, pergantian tersebut dilakukan per 5 tahun. Mengenai
manajemen SDM, di masjid Mujahidin dalam memilih karyawan tidak menggunakan rekruitmen
dengan test secara langsung. Akan tetapi pada divisi-divisi tertentu. Selanjutnya mengenai
pengorganisasian di dalam Masjid Raya Mujahidin, kepengurusan kelembagaan masjid dinamakan
BTM Mujahidin, dikarenakan dalam ORMAS Muhammadiyah kepengurusan. Dan mengenai
keuangan Masjid Raya Mujahidin, dana yang diperoleh masjid itu bersumber dari kotak amal,
kencleng yang dikelilingkan saat sholat jum’at, donatur, aula (disewakan), dan uang parkir.
c. Riayah dalam pengertian umum adalah pengelolaan kondisi fisik masjid. Di Masjid
Mujahidin ini pengelolaan kondisi fisik masjid sangat diperhatikan dan dirawat dengan sebaik
mungkin. Seperti dengan mengadakan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang jamaah untuk
beribadah dan juga fasilitas yang menunjang untuk karyawan yang bekerja di masjid Mujahidin
tersebut.
Menurut keterangan bapak Sandi Sunjaya, Sistem pemeliharaan Masjid hampir sama dengan yang
lain yaitu menghayer 4 karyawan untuk menjaga kebersihan Masjid. 4 orang ini bertugas sesuai
dengan lokasinya, ada yang bertanggung jawab di ruang utama masjid, teras, halaman, ruang
belakang yaitu terkait dengan pemeliharaannya. Di tiga bulan sekali kita ada program khusus
“Balakecrakan”, yaitu program kerja bakti seluruh penghuni yang ada di wilayah komplek Masjid
Raya Mujahidin.
Pengelolaan Manajemen masjid sudah cukup baik, dari struktur kepengurusan ada dibawah salah
satu amal usaha pimpinan wilayah Muhammadiyah dari mulai NOP, Program sampai anggaran
rancangan telah mengacu ke pimpinan wilayah. Disini Muhammadiyah mengalami kemajuan dari
rancangan-rancangan dari sisi keuangan, untuk pemeliharaan Masjid itu sendiri di prioritaskan.
Jika ada bangunan-bangunan yang sudah terlihat rusak segera di perbaiki.
b. Weakness : Bukan ada di lingkungan komplek, sehingga bisa dipastikan jama’ah masjid
mujahidin adalah jama’ah yang tidak tetap. Karena banyak masjid-masjid kecil di sekitar masjid
mujahidin.
c. Oportunity : Meskipun tidak ada jamaah yang tetap tapi masjid mujahidin menjadi icon
sebagai Masjid Raya Kota Bandung sehingga banyak kegiatan yang dilakukan disini seperti
banyak pejabat yang datang.
Masjid Salman ITB pertama-rama didirikan saat masa penjajahan belanda. Pada saat itu masjid
salman ITB belum didirikan karena, waktu itu masih ada masalah politik di Indonesia dimana
tentang adanya nasionalis, agamis dan komunis sehingga tidak memungkinkan untuk mendirikan
masjid.
Pada tanggal 27 mei 1960, mahasiswa ITB mengadakan ibadah shalat juma’at di Gedung aula
barat swbwlah kampus ITB Ganesha dimana shalat ini merupakan shalat pertama yang
dilaksanakan di masjid ITB. Iniasisasi pembangunan masjid ITB mengalami beberapa masalah.
Pada saat itu islam baru bangkit darikepopuleran PKI. Bahkan, pada saat itu saat mahasiswa izin
melaksanakan shalat jum’at dipandang aneh karena waktu itu shalat masih dipandang aneh dan
budaya barat masih kental di lingkungan kampus.
Pada tahun 1964, rector terbaru ITB, Prof. Ukar Bratakusuma menyetujui dibangun nya masjid di
sebuah ladang jagung tepi jalan Ganesha. Pada akhir 1964, sbuah musala sementara selesai
dibangun. Akibat kekurangan dana, bagian masjid yang pertama kali dibangun adalah Menara.
Menara tersbut diresmikan pada 25 juni 1965. Pada 5 mei 1972, bangunan masjid diresmikan
bersamaan dengan dilaksanakan nya shalat jum’at.
Visi:
Misi:
1. Mewujudkan masjid sebagai rumah ruhani, sanggar ruhani, dan laboratorium peradaban
Masjid Salman ITB pertama-rama didirikan saat masa penjajahan belanda. Pada saat itu masjid
salman ITB belum didirikan karena, waktu itu masih ada masalah politik di Indonesia dimana
tentang adanya nasionalis, agamis dan komunis sehingga tidak memungkinkan untuk mendirikan
masjid.
Pada tanggal 27 mei 1960, mahasiswa ITB mengadakan ibadah shalat juma’at di Gedung aula
barat swbwlah kampus ITB Ganesha dimana shalat ini merupakan shalat pertama yang
dilaksanakan di masjid ITB. Iniasisasi pembangunan masjid ITB mengalami beberapa masalah.
Pada saat itu islam baru bangkit darikepopuleran PKI. Bahkan, pada saat itu saat mahasiswa izin
melaksanakan shalat jum’at dipandang aneh karena waktu itu shalat masih dipandang aneh dan
budaya barat masih kental di lingkungan kampus.
Pada tahun 1964, rector terbaru ITB, Prof. Ukar Bratakusuma menyetujui dibangun nya masjid di
sebuah ladang jagung tepi jalan Ganesha. Pada akhir 1964, sbuah musala sementara selesai
dibangun. Akibat kekurangan dana, bagian masjid yang pertama kali dibangun adalah Menara.
Menara tersbut diresmikan pada 25 juni 1965. Pada 5 mei 1972, bangunan masjid diresmikan
bersamaan dengan dilaksanakan nya shalat jum’at.
Secara kelembagaan, masjid Salman ini dipisah dari ITB lalu struktur organisasi ini Yayasan dan
bukan DKM. Dan Yayasan inilah yang mengatur dan mengurus idaarah imaroh dan riayah.
Dimana didalamnya juga disebut dengan yayasan. Ada juga kegiatan dakwah dan kajian-kajian.
Kegiatan itu dilakukan di manaje oleh bidang dakwah. Misalkan kajian iftar Senin Kamis
dilaksanakan pada saat mau iftar. Diluar bidang dakwah ada yang lebih spesifik. Seperti ada kelas
pra nikah dimana materi nya tentang segala hal tentang nikah. Dimana mempersiapkan pengantin
dalam nikah. Dan hal ini diadakan secara kelas kelas dan harus mendaftar
Pemeliharaan masjid dilaksanakan oleh karyawan di masjid ini. Kita mengadopsi fasilitas hotel
dan juga dalam pembersihan dan pemeliharaan ini dilakukan secara SOP. Dalam pemilihan produk
kebersihan pun telah kami tentukan .
Tantangan nya pencitraan akan islamphobia dan latar politik. Serta para karyawan tidak boleh
membawa bendera partai ke masjid. Dimana yang datang ke Salman harus mengikuti aturan di
masjid
Di masjid Salman tidak mengikuti ormas tertentu. Dimana jika ada kajian maka ditetapkan oleh
masjid Salman ITB. Dan harus mengikuti SOP di masjid Salman ITB
Apa tantangan bagi masjid ITB?
Tantangan nya bagaimana membuat metode dakwah bagi para pemuda dan belum bisa meng guide
para pemuda untuk mengikuti kajian dakwah ini.
Awal pembangunan memakai karpet tetapi susah saat perawatannya maka kita memutuskan untuk
memakai sejadah sesuai masing-masing saja.
mengapa di masjid salman ITB design nya itu berbeda dengan masjid yang lain?
Awal pembangunan Insinyur Ahmad Lukman yang menciptakan Fenomena masjid ketika
membangun masjid Salman ITB yang menjadikan fenomenal yaitu tidak mendirikan tiang agar saf
ini rapi dan tidak terjeda dan juga di sini tidak ada kubah karena memang yang memasuki majid
ini bukan hanya kalangn muslim saja tetapi juga non muslim memasuki masjid ini .
OBSERVASI
A. Profil
Masjid Pusdai Jabar ber-alamat di Jl. Diponegoro No.63, Cihaur Geulis, Kec. Cibeunying Kaler,
Kota Bandung, Jawa Barat. Pada mulanya Masjid Pusdai Jabar adalah sebuah ide yang muncul
pada tahun 1960-an, idenya dulu ialah sebagai Islamic Center dan bahasa yang digunakan untuk
menyebutnya juga Islamic Center yakni sebagai pusat Islam. Pusat Islam ini digambarkan sebagai
pusat peribadahan, pendidikan, kajian, informasi dan teknologi, seni dan budaya, dan sebgai pusat
perekonomian, dan ini merupakan kata lain dari miniatur peradaban Islam.
Ide ini muncul yakni dari para ulama yang berfikiran kulturistik dengan tujuan untuk menyambut
abad kebangkitan Islam abad 15. Kemudian, setelah di silaturahmikan dan di dakwahkan pada
tahun 1980-an bapak Aang Khunaifi merealisasikannya dalam bentuk penyediaan anggaran daerah
untuk pembangunan Islamic Center di Jawa Barat, yang mana ketika itu Jawa Barat satu-satunya
yang menganggarkan untuk itu.
Kemudian, dilanjutkan oleh bapak Yogi S.M untuk menindak lanjuti program tersebut untuk
perihal pembebasan tanah seluas 5 hektar lebih yang mana memakan waktu 10 tahun (1982-1992
M).
Kemudian, di lanjutkan oleh bapak Nuryana untuk perihal pembangunan yang mana pembangunan
membutuhkan waktu sekitar 5 tahun-an (1992-1997M). Kemudian pak Nuryana me-menten itu
semua dengan sistem manajemen modern. Menurutnya untuk menjalankan sebuah organisasi
besar ini, selain upaya perlu juga adanya daya tersendiri salah satunya ialah kemandirian,
bagaimana cara menghasilkan kemandirian itu, dan hal ini di sambut baik oleh para ulama Jawa
Barat. Kemudian dipimpin oleh bapak Kyai Miftah Farid yang mana saat itu menjabat sebagai
direktur, memilih namanya pun bukan dengan Islamic Center akan tetapi Pusdai yang merupakan
kependekan dari Pusat Studi dan Dakwah Islam yang mana tidak lebih dari satu tahun kemudian
di ubah menjadi Pusat Dakwah Islam. Hal ini merupakan terobosan baru yang mendekatkan
kepada kearifan lokal. Kemudian berkembanglah berbagai kegiatan-kegiatan dan sebagainya yang
mana ruang linkupnya se-Jawa barat akan tetapi efeknya mungkin Nasional ataupun mungkin
Internasional. Kemudian Kyai Miftah Farid mempromosikan Islamic Center ini ke beberapa benua
seperti benua Australia, Asia, Amerika dan Eropa, karena Islamic Center ini juga merupakan
pertama kalinya di dunia.
Pusdai mengalami beberapa perubahan konsep yang mana pada mulanya kepengurusan ditentukan
oleh Pimpinan Daerah Gubernur Jawa Barat, kemudian digunakan konsep periodisasi dengan pola
per-3 tahun dan konsep ini bertahan dari tahun 1997 sampai tahun 2004. Kemudian dibuatlah
Yayasan Pusdai yang mana pengurusnya ialah para mantan wakil gubernur Jawa Barat dan ini
bertahan dari tahun 2004 sampai pada tahun 2010. Setelah nya ada perubahan kembali yang mana
Yayasan Pusdai di ganti menjadi Badan Pengelola Islamic Center, yang mana kepengurusan
pusddai dilimpahkan kepada masyarakat.
Kemudian, pada masa periode bapak Ridwan Kamil menjabar sebagai Gubernur Jawa Barat,
diketahui bahwasanya pusdai memiliki 43 pengurus, yang mana diketuai oleh 1 orang dan sisanya
wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain. Kemudian pada tahun 2012 ada perubahan yang
mana manajemennya dibuatkan struktur kepengurusannya di bagi menjadi 3 bidang, yaitu bidang
idaroh, imaroh, dan ri’ayah, struktur kepengurusan ini dipakai sampai sekarang yang kemudian
ditambah 1 bidang khusus lagi yaitu bidang informasi dan teknologi.
C. Fasilitas
Adanya kapasitas Pusdai yang dapat menampung 4.460 orang di dalam masjid dan 12.000 orang
di pelataran dan salasar, ada dayu penunjang, tempat wudhu, air, dan pencahayaan. Ada juga
beberapa fasilitas yang di bagi pada beberapa bagian yaitu :
a) Pendidikan
1) Kajian
3) Pelayanan konstitusi
4) Pelayanan studio
5) Pelayanan auditorium
6) Pelayanan perpustakaan
7) Pelayanan galeri
9) Pelayanan parkir
b) Ekonomi
1) Ruang khusus
1) Kamera
3) Penerbitan buku
4) Penerbitan konten
d) Pelayanan
2) Sound system
D. Karakteristik Manajemen Masjid
a) Idaroh
Di setiap masjid pasti berbeda-beda dan bisa berubah-ubah dari sisi waktu evaluasi. Dalam
evaluasi berjenjang dari bawah yaitu dari koordinator, kemudian koordinator unit, kemudian ketua
bidang, dan langsung ke pengurus inti dan pengurus inti ini ada pembagiannya yaitu ada ketua,
wakil, dan bendahara. Mengenai evaluasi yakni dari bulanan yang nanti ada pengarahan yang
sifatnya terus-menerus, kemudain ada rapat mingguan dan harian.
b) Imaroh
• Program
1) Situasional
4) Pendidikan
Dulu ada sekolah RA kemudian juga ada Sekolah Tinggi guru TK, kajian non-formal, kursus
bahasa (Jerman, Jepang, Inggris, dan Arab), kitab Al-Qur’an, tahfidz Al-Qur’an, perpustakaan
masjid. Ada juga diklat dan pelatihan muhakahat, pra-nikah, persiapan nikah, imam dan khatib,
pemulasaran jenazah, faraidh (hak waris), dan kajian kajian yang mencakup majelis taklim, kajian
dhuha, dan kajian kabu. Ada pula organisasi IRMA, dan majelis taklim.
5) Ekonomi
Terdapat koperasi, kantin, PHBI (kepanitiaan umum), PHBN (kepanitiaan internal), unit haji dan
umrah, kolaborasi dengan pihak luar, dan peminjaman tempat.
c) Ri’ayah
• Perawatan
Pada tahun 2010 yang bertanggung jawab atas perawatan masjid mengenai bangunan fisik
ialah pemprov, jadi apabila ada kerusakan pada bangunan tidak boleh ada yang membetulkannya
kecuali pemprov dan apabila ada yang melakukannya maka ia akan dikenakan sanksi. Selain
pemprov ada juga kerjasama dengan pihak lain yang bertanggung jawab atas pembiayaan.
Untuk perawatan dan pemeliharaan masing-masing dibagi tanggung jawabnya. Untuk fisik besar
yang bertanggung jawab ialah pemerintah, dan untuk fisik yang sifatnya keseharian seperti lampu,
ATK, dan lain-lain itu tanggung jawab Pusdai.
E. Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
Dari segi manajemennya sangat tersusun, program-program yang di rencanakan dan yang
dijalankan sesuai, perawatannya terjamin, serta fasilitasnya yang sangat memadai seperti dengan
luas kapasitas 4.460 orang didalam masjid, dan 12.000 orang untuk pelataran dan selasar.
2. Weakness (Kelemahan)
Apabila ada bangunan yang rusak tidak boleh diperbaiki oleh orang lain sekalipun pengurus, hanya
bisa di perbaiki atas perintah pemprov saja. Dan apabila ada yang melakukannya maka orang
tersebut akan mendapat sanksi.
3. Opportunity (Kesempatan)
Banyaknya kerjasama dengan pihak luar dapat memperluas relasi masjid. Bahkan sampai tingkat
internasional dari beberapa negara dan beberapa benua.
4. Threats (Tantangan)
Tantangan pusdai dibagi menjadi 2 ada tantangan internal dan eksternal. Tantangan internalnya
yaitu terkait komunikasi yang kurang pada regulasi pusat dan daerah. Dan untuk tentangan
eksternalnya, jika dari segi individu yaitu multi disiplin ilmu dan juga maintance posisi, jika dilihat
dari segi kelompok yaitu mengenai egoisitas kelompok, dan jika dari segi terstrukturnya yaitu
mengenai jabatan. Dan ada juga force major mengenai kedaruratan, program sosial yang
beeradaptasi dengan lingkungan, dan inovasi.