1. Hubungan atasan dengan bawahan terjalin langsung dalam satu garis wewenang.
2. Jumlah karyawan cenderung sedikit
3. Pemilik modal menjadi pemimpin tertinggi
4. Belum ada spesialisasi dalam organisasi lini
5. Tiap kepala unit memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh di segala bidang pekerjaan
6. Struktur organisasi tergolong sederhana
7. Biasanya digunakan oleh organisasi kecil
8. Bentuk organisasinya disiplin, mudah dipelihara serta dipertahankan
9. Sarana dan alatnya terbatas
3. Menurut Robert L. Katz, seorang manajer harus memiliki minimal tiga keterampilan dasar yang akan
berkembang menjadi keahlian seorang manajer, yaitu:
1. Keterampilan konseptual (conception skill) yaitu keterampilan seorang manajer dalam konsep
pemikiran, ide, gagasan yang sangat berguna bagi penyusunan rencna dan pemecahan masalah
nanti.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill), yaitu kemampuan seorang
manajer untuk berinteraksi dengan orang lain. Karena dengan komunikasi dan interaksi yang
baik dengan orang lain makan akan membawa dampak baik juga bagi manajer tersebut.
3. Keterampilan teknis (technical skill), keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi
manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program computer,
memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
1. Aliran manajemen ilmiah. Teori ini muncul sebagian dari kebutuhan untuk meningkatkan
produktivitas.
2. Aliran teori organisasi klasik. Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi
manajemen.
3. Aliran hubungan manusiawi. Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia.
Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami
manusia.
4. Aliran analisis system. Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan
dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
5. Aliran manajemen berdasarkan hasil. Aliran ini memfokuskan pemikiran pada hasil-hasil yang
dicapai, bukan pada interaksi kegiatan karyawan.
6. Aliran manajemen mutu. Aliran ini memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk kepuasan
pelanggan (konsumen).
B.
1. Management of Objecive adalah suatu pendekatan yang terorganisir dan sistematis yang menjadikan
manajemen focus kepada sasaran kerja dan pencapaian hasil terbaik yang mungkin tercapai dari sumber
daya yang tersedia. MBO bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan menjerumuskan
tujuan organisasi dan sasaran kerja karyawan yang berada didalamnya. Idealnya, karyawan akan
mendapatkan masukan yang kuat untuk mengidentifikasikan sasaran kerja, waktu realisasi, target, dan
perkiraan output target. MBO mengikutsertakan on going tracking dan umpan balik dalam proses
pencapaian sasaran kerja. Menurut Ducker, manajer atau karyawan tidak boleh terpaku pada aktivitas
harian, karena paradigm tersebut dapat menyebabkan mereka lupa akan tujuan utama dan sasaran
kerjanya. MBO dalam performansi kerja karyawan mengarahkan karyawan untuk focus pada hasil bukan
pada aktivitas.
Prinsip dibalik dalam Management by Objective (MBO) adalah untuk memastikan bahwa setiap
karyawan memiliki pemahaman yang jelas terhadap tujuan atau sasaran organisasi, seperti halnya
mereka memahami peran dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan tersebut. MBO memiliki 5
prinsip dasar, yaitu:
Untuk melaksanakan prinsip-prinsip MBO, terdapat 5 langkah proses yang harus ditempuh dalam MBO,
yaitu:
Selain itu, MBO juga memiliki 6 tahapan teknis yang dapat menjadi roadmap bagi kesuksesan
penerapan MBO dalam organisasi, yaitu: