Di Susun oleh:
Nabila Nuraisyah
Siti Fatimah
Nurussifa
Dian Permana
Yogi Nugraha
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya tentang menghadapi cobaan dengan senyuman untuk kita terapkan dalam
kehidupan kita.Pada kesempatan ini , kami ingin menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yaitu, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kesehatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
ini,Kepada Pak Risto astoni selaku guru mata pelajaran AlQur'an hadits
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang Hidup
menjadi lebih mudah dengan Ilmu Pengetahuan. Saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan untuk menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
Kata pengantar ................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.pengertian menuntut ilmu
Ilmu berasal dari kata “alima- ya’lamu- ‘ilman ( ”) ﺎﻤﻠﻋ – ﻢﻠﻌﻳ – ﻢﻠﻋyang artinya
mengetahui.
Sedangkan lawan dari kata tersebut adalah jahlun yang artinya bodoh.
Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris yaitu science yang berarti
pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu scientia yang
berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan, ilmu pengetahuan
adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian
dan dapat diterima oleh rasio.
Imam Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mufradat Al-Qur’an berkata, “Ilmu adalah
mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua yaitu pertama,
mengetahui inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua,
menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli logika dinamakan tasdik,
maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu.”
“Mayoritas ahli membedakan masing-masing term itu. Bagi mereka, ilmu adalah yang
paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan kepada
Allah Swt. Sementara, mereka tidak mengatakan “Allah arif atau Allah syair”. Perbedaan
tersebut disebut dalam karangan-karangan ahli bahasa.”
Al-Manawi dalam kitab at-Taufiq berkata, “Ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap sesuai
dengan ralita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu
adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
1. Fardu Kifayah
Hukum menuntut ilmu menjadi fardu kifayah berlaku untuk ilmu-ilmu umum yang harus
ada di kalangan umat Islam sebagaimana juga dimiliki dan dikuasasi golongan kafir,
seperti ilmu kedokteran, ilmu falak, ilmu eksakta, ilmu sosiologi, dan ilmu sejarah.
2. Fardu Ain
Hukum menuntut ilmu menjadi fardu ain berlaku untuk ilmu-ilmu agama, seperti ilmu
mengenai Allah Swt. dengan segala sifat-Nya, ilmu tentang tata cara beribadah, dan
sebagainya.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang pentingnya
menuntut ilmu (belajar). bahkan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.
adalah perintah untuk membaca atau belajar.
Perhatikan firman Allah Swt. dalam surah Al-‘Alaq, 96: 1-5 berikut!
ﻢﻠﻌﻳ ﻢﻟ ﺎﻤﻧﺎﺴﻧﺈﻟﺍ ﻢﻠﻋ * ﻢﻠﻘﻟﺍﺑ ﻢﻠﻋ ﻱﺬﻟﺍ * ﻡﺮﻛﺄﻟﺍ ﻚﺑﺭﻭ ﺃﺮﻗﺍ * ﻖﻠﻋ ﻦﻣ ﻥﺎﺴﻧﺈﻟﺍ ﻖﻠﺧ *ﻖﻠﺧ ﻱﺬﻟﺍ ﻚﺑﺭ ﻢﺳﺎﺑ ﺃﺮﻗﺍ
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis). Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-‘Alaq, 96: 1-5)
Untuk meraih kehidupan yang sukses hendaknya setiap muslim menguasai ilmu
pengetahuan. Bagaimana mungkin seorang dapat mengelola dan membuat
kemakmuran di bumi tanpa bekal ilmu pengetahuan?
Menuntut ilmu juga tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Mengenai jarak, ada
ungkapan/petuah dalam bahasa Arab yang menyatakan bahwa tuntutlah ilmu walau
hingga ke negeri Cina. Demikian pula mengenai hal waktu, Islam mengajarkan bahwa
menuntut ilmu itu dimulai sejak buaian hingga liang lahat.