Anda di halaman 1dari 7

Tiara Zalianti

MUTU PENDIDIKAN ISLAM

MATERI 1: DASAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia adalah aktivitas untuk mencapai keberhasilan organisasi mencapai
tujuan dan berbagai sasarannya serta kemampuan menghadapi tantangan melalui kebijakan-kebijakan,
praktik-praktik, serta sistem-sistem yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan kinerja pegawai yang
berada dalam organisasi.

B. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan


Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai dari tenaga
pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti
melalui proses perencanaan SDM meliputi perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi,
penghargaan, pendidikan dan latihan atau pengembangan dan pemberhentian.

Manajemen sumber daya manusia bidang pendidikan adalah segala usaha, baik dalam bentuk
kebijakan, kegiatan, pertimbangan, dan lain-lain yang dimaksudkan agar sumber daya manusia (yang
dalam hal ini adalah pendidik dan tenaga kependidikan) dapat mampu dan sejahtera dalam bekerja
secara maksimal untuk mencapai tujuan pendidikan.

C. Tujuan dan Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia


Tujuan manajemen sumber daya manusia pendidikan adalah pencapaian kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan, menciptakan kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia
yang terlibat dalam kegiatan Pendidikan.

Tujuan manajemen dapat dilihat dari tingkat yang paling rendah, yaitu:
1. Tujuan personal
2. Tujuan fungsional
3. Tujuan organisasional
4. Tujuan layanan masyarakat secara nasional dan internasional

Ruang lingkup manajemen sumber daya manusia dalam pendidikan mencakup :

1. Perencanaan sumber day amanusia


2. Analisis tenaga pendidik dan tenagakependidikan
3. Pengadaan tenaga pendidik dan tenagakependidikan
4. Seleksi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Orientasi, penempatan, dan penugasan
Kompensasi
5. Penilaian kinerja
6. Pengembangan karir
7. Pelatihan dan pengembangan tenagapendidik dan tenaga kependidikan
8. Penciptaan mutu kehidupan kerja
9. Perundingan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
10. Riset tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
11. Pensiun dan pemberhentian tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

1
D. Peran Manajemen Sumber Daya Manusia
Peran manajemen sumber daya manusia sebagai faktor sentral dalam organisasi dapat dikelompokkan
menjadi beberapa peran:
1. Peran Administrasi Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Peran operasional Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Peran strategis Manajemen Sumber Daya Manusia

Peranan sumber daya manusia sangat esensial dalam menjalankan suatu organisasi karena manusia
adalah kunci dari semua persoalan. Meskipun peranan manajemen sumber daya manusia berada dalam
lingkup perusahaan atau organisasi pada umumnya, namun hal tersebut juga berlaku dalam lembaga
pendidikan. Tenaga pendidik dan kependidikan sebagai sumber daya manusia pendidikan memegang
peranan strategi terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian
dan nilai-nilai yang diinginkan.

MATERI 2: DESENTRALISASI PENDIDIKAN

A. Desentralisasi Menuju Otonomi Daerah


Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan masyarakat atau kepentingan
untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri. 
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang oleh pemerintah kepada pemerintah daerah otonom
untuk dapat mengatur serta juga mengurus urusan pemerintahan didalam sistem NKRI (UU No. 32
Tahun 2004 Pasal 1 mengenai/tentang Pemerintahan Daerah).

 Hubungan antara desentralisasi dengan otonomi daerah


Desentralisasi adalah penyerahan Kekuasaan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom berdasarkan Asas Otonomi. pengertian ini sesuai dengan Undang-undang nomor 23 tahun
2014. Dengan adanya desentralisasi maka muncul otonomi bagi suatu pemerintahan daerah.

 Konsep otonomi daerah yang dilaksanakan di Indonesia, merupakan hak, wewenang, dan


kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintaha daerah dan masyarakatnya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan harus tetap berada dalam ruang lingkup
kerangka negara kestauan Republik Indonesia, Ini yang disebut dengan konsep otonomi daerah dengan
model Indonesia.

B. Desentralisasi Pendidikan
Desentralisasi pendidikan diartikan sebagai pelimpahan kekuasaan dan wewenang dalam mengatasi
permasalahan di bidang pendidikan, namun harus tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional
sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan nasional.

Konsep desentralisasi pendidikan yang memfokuskan pada pemberian kewenangan yang lebih besar
pada tingkat sekolah dilakukan dengan motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Terdapat 8 tujuan utama desentralisasi menurut Hanson dalam Hadiyanto yaitu:


1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi
2. Meningkatkan efesiensi manajemen
3. Distribusi tanggung jawab dalam bidang keuangan
4. Meningkatkan demokratisasi mealalui distribusi kekuasaan

2
5. Control local menjadi lebih besar melalui deregulasi
6. Pendidikan berbasis kebutuhan pasar
7. Menetralisasi pusat-pusat kekuasaan
8. Meningkatkan kualitas Pendidikan

Menurut Hadiyanto secara konseptual, terdapat 2 jenis desentralisasi pendidikan, yaitu:

1. Desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan dalam hal kebijakan pendidikan dan aspek
pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (propinsi dan distrik)
2. Desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat
sekolah

C. Prinsip-prinsip Desentralisasi Pendidikan


Prinsip desentralisasi Pendidikan
Desentralisasi pendidikan akan meliputi suatu proses pemberian kewenangan yang lebih luas di
bidang kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah lokal dan
pada saat yang bersamaan kewenangan yang lebih besar juga diberikan pada tingkat sekolah

D. Sistem Sentralisasi ke Sistem Desentralisasi Pendidikan


Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem sentralisasi dan
desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat. Sementara dalam sistem desentralisasi,
wewenang pengaturan tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah.
Dijelaskan dalam Penjelasan UUSPN 1989 bahwa pendidikan nasional diatur secara terpusat
(sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak
terpusat (desentralisasi). Hal tersebut cukup beralasan karena masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan sehingga untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan mengurangi segi
negatif, pengelolaan pendidikan tersebut memadukan sistem sentralisasi dan desentralisasi.

MATERI 3: SUPERVISE AKADEMIK DALAM MEMBANGUN MUTU PENDIDIKAN


A. Efektivitas Supervisi Pendidikan
Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran
sesuai dengan yang diharapkan.

Supervisi pendidikan adalah suatu bentuk pelayanan, pembinaan dan koordinasi oleh supervisi kepada
guru-guru yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar.

B. Komponen Dan Prinsip Supervisi Pendidikan


1. Komponen-Komponen Supervisi Pendidikan
Yang termasuk kedalam supervisi pendidikan adalah:
a. Supervisi Bidang Personil
Supervisi bidang personil adalah suatu kegiatan supervisi yang ditujukan kepada personil-personil
pelaksana pendidikan di sekolah. Diantara personil-personil tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kepala sekolah
2) Pegawai tata usaha
3) Guru
4) Siswa
b. Supervisi Bidang Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya, adalah:
1) Ketersediaan ruangan
3
2) Pengelolaan dan perawatan terhapap fasilitas
3) Pemanfaatan buku-buku
4) Pemanfaatan media dan alat peraga
5) Kelengkapan dan perawatan peralatan penunjang.
c. Supervisi Bidang Akademik
d. Supervisi Bidang Operasional
e. Supervisi Bidang Pengembangan Manajemen

2. Prinsip-Prinsip Supervisi pendidik


Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus memperhatikan prinsip-
prinsip supervisi agar dalam pelaksanaan supervisi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
a. Prinsip Ilmiah Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar.
2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket, observasi,
percakapan pribadi, dan seterusnya.
3) Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis terencana.
b. Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab
dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis
mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan
dan bawahan.
c. Prinsip Kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga
mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi
mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.

C. Tujuan dan sasaran supervisi Pendidikan


Menurut Made pidarta, tujuan supervisi ialah
1) Membantu menciptakan lulusan optimal dalam kuantitas dan kualitas.
2) Membantu mengembangkan pribadi, kompetensi dan sosialnya.
3) Membantu kepala sekolah mengembangkan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat
setempat.
4) Ikut meningkatkan kerjasama dengan masyarakat atau komite sekolah

Menurut Olive, sasaran dari pelaksanaan supervisi adalah


1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan sekolah.
2) Meningkatkan proses pembelajaran di sekolah. Ketiga, mengembangkan seluruh staf di sekolah.

Arikunto mengidentifikasi sasaran supervisi ditinjau dari objek yang akan disupervisi, menjadi 3
kategori:
1) Supervisi akademik
2) Supervisi administrasi
3) Supervisi Lembaga

D. Teknik, Pendekatan, dan Model Supervisi Pendidikan


4
1. Teknik-teknik supervisi Pendidikan
Teknik supervisi dapat dibagi atas dua sifat, (1) Individual dan (2) Kelompok. Teknik Individual
adalah teknik yang dilaksanaan oleh seorang guru oleh dirinya sendiri, sedangkan kelompok adalah
prosedur yang menekankan pada kerja sama dalam kelompok dalam memecahkan suatu masalah
yang dirasakan penting.
a. Teknik individual
1) Teknik Kunjungan kelas
2) Teknik Observasi Kelas
3) Percakapan pribadi
4) Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
5) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar (BacaanTerarah)
6) Menilai diri sendiri
7) Supervisi yang memakai para siswa
8) Laboratorium
b. Teknik Kelompok
1) Pertemuan Orientasi Bagi Guru Baru
2) Panitia penyelenggara
3) Rapat guru

2. Pendekatan Supervisi Pendidikan


a. Pendekatan Kolegial
Supervisi kolegial sebagai proses formal moderat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama
untuk kepentingan perkembangan profesional guru.
b. Pendekatan individual
Pendekatan ini, menekankan pada tanggung jawab pribadi guru terhadap profesionalismenya.
c. Pendekatan Klinis
Pendekatan klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran
dengan tahapan atau siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata dalam mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional.
d. Pendekatan Artistik Dalam Supervisi Pengajaran
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dengan
cara berusaha menyingkap pengajaran sekaligus menjangkau latar belakang guru.
e. Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah dalam supervisi pembelajaran ini terkait erat dengan pengupayaan efektivitas
pembelajaran, artinya memberikan responsi atas kekurangan-kekurangan dalam menilai
efektivitas pembelajaran.

3. Model-model supervisi Pendidikan


Menurut Piet A. Sahertain model supervisi dapat dibagi atas 4 macam model, yaitu:
1. Model Supervisi Konvensional (tradisional)
Model konvensional berkaitan erat dengan keadaan masyarakat ketika itu yang otoriter dan
feodal. Pemimpin cenderung mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan.
2. Model supervisi Ilmiah
Model supervisi ilmiah mengarah kepada cara-cara ilmiah dalam melakukan supervisi. Hasil
penelitian yang ilmiah tersebut diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik dan pedoman
perbaikan mengajar pada semester berikutnya.
3. Model Supervisi Klinis

5
Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu
pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data
secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
4. Model Artistik
Model artistik akan menampakkan dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbingnya
sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima.

E. Tugas dan Fungsi Supervisor (Kepala Sekolah)


1. Tugas supervisor (kepala sekolah)
1) Membantu guru dalam persiapan mengajar
2) Membantu guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
3) Membantu guru dalam menggunakan berbagai sumber dan media belajar
4) Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik mengajar
5) Membantu guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
6) Membantu guru dalam melakukan analisis hasil belajar
7) Membantu guru dalam menganalisis kesulitan belajar siswa

2. Fungsi supervisor (kepala sekolah)


Kepala sekolah sebagai supervisor artinya kepala sekolah berfungsi sebagai pengawas,
pengendali, pembina, pengarah, dan pemberi contoh kepada para guru dan staf yang ada di
sekolah. Salah satu hal yang terpenting bagi kepala sekolah sebagai supervisor adalah
memahami tugas dan kedudukan karyawan-karyawan atau staf di sekolah yang dipimpinnya.

MATERI 4: MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH

A. Pengertian Manajemen mutu Pendidikan


Manajemen mutu Pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola jasa yang berorientasi pada upaya
memberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan mutu agar tidak terjadi keluhan-keluhan
(komaria,2005).

B. Karakteristik Madrasah bermutu


Karakteristik sekolah bermutu bisa dilihat dari beberapa poin berikut ini:
1. Terfokus pada kostumer
Agar sekolah mengembangkan fokus mutu, setiap orang dalam sistem sekolah mesti mengakui bahwa
setiap output lembaga pendidikan adalah kostumer. Sekolah memiliki kostumer internal dan eksternal.
Kostumer internal adalah orang tua, siswa, guru, administrator, staf dan dewan sekolah yang berada di
dalam sistem pendidikan. Kostumer eksternal adalah masyarakat, perusahaan, keluarga,dll
2. Keterlibatan total
Setiap orang perlu terlibat dalam transformasi mutu. Manajemen mesti memiliki komitmen untuk
memfokuskan pada mutu. Transformasi mutu diawali dengan mengadopsi paradigma baru pendidikan.
3. Pengukuran Secara tradisional ukuran mutu atas keluaran sekolah adalah prestasi siswa. Ukuran
dasarnya adalah hasil ujian. Bila hasil ujian bertambah baik, maka mutu pendidikan pun membaik.
4. Perbaikan berkelanjutan
Konsep dasarnya, mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki. Menurut filosofi manajemen
lama, kalau belum rusak, janganlah diperbaiki. Menurut filosofi manajemen yang baru, bila tidak
rusak, perbaikilah, karena bila tidak diperbaiki, orang lain yang akan melakukannya. Inilah konsep
perbaikan berkelanjutan.

6
C. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah
1. Merumuskan visi, misi dan tujuan lembaga yang jelas, serta berusaha keras mewujudkannya melalui
kegiatan riil sehari hari.
2. Membangun kepemimpinan yang benar-benar profesional (terlepas dari intervensi ideologi, politik,
organisasi, dan mazhab dalam menempuh kebijakan lembaga).
3. Menyiapkan pendidik yang benar- benar berjiwa pendidik sehingga mengutamakan tugas-tugas
pendidikan dan bertanggung jawab terhadap kesuksesan peserta didiknya.
4. Menyempurnakan strategi rekrutmen siswa secara proaktif dengan “menjemput” bahkan “mengejar”
bola.
5. Berusaha keras untuk memberi kesadaran pada para siswa bahwa belajar merupakan kewajiban paling
mendasaryang menentu masa depan mereka.

D. Indikator mutu pendidikan di madrasah


Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan,
misalnya: tes tertulis, anekdot, skala sikap. Dalam konteks pendidikan, indikator mutu berpedoman
pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu.

E. Faktor pengembangan mutu pendidikan di madrasah


Dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor input pendidikan dan faktor
proses manajemen pendidikan.
Faktor mempengaruhi mutu pendidikan dapat berupa: Sumber daya manusia sebagai pengelola
sekolah yang terdiri dari (kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi).

MATERI 5: PENERAPAN TQM DI MADRASAH


A. Strategi Penerapan TQM di Madrasah
Strategi penterapan TQM di madrasah dapat diidentifikasi melalui kesatuan tujuan, concern pada
kualitas, fokus pada peserta didik, komitmen jangka panjang, kerjasama tim (teamwork), perbaikan
sistem secara berkesinambungan dan adanya pelibatan dan pemberdayaan seluruh SDM.

Secara umum, faktor pendukung yang utama dalam penerapan mutu terpadu adalah kepemimpinan
kepala madrasah, pendidikan dan pelatihan, komunikasi dan evaluasi.

B. Faktor pendukung dan penghambat penerapan TQM di Madrasah


 Faktor pendukung:
1. Sumber daya manusia guru dan karyawan yang komit terhadap perubahan kearah peningkatan
mutu Pendidikan
2. Sarana dan prasarana yang memadai
3. Yayasan yang selalu aktif memantau perkembangan madrasah serta memantau kinerja guru dan
karyawan.

 Faktor Penghambat:
1. Belum adanya kebersamaan sikap terhadap kualitas
2. Perbedaan status sosial guru

Anda mungkin juga menyukai