Anda di halaman 1dari 146

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN GANGGUAN


SISTEM RESPIRASI : CORONA VIRUS DISEASE-19 DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU CENDERUNG
BERESIKO DI RW 08 SRENGSENG SAWAH
JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

OLEH

WA ODE SITI RAHMATIA


18180000118

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2021

45
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN GANGGUAN


SISTEM RESPIRASI : CORONA VIRUS DISEASE-19 DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU CENDERUNG
BERESIKO DI RW 08 LENTENG AGUNG
JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)

OLEH

WA ODE SITI RAHMATIA


18180000118

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2021
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wa Ode Siti Rahmatia

NIM : 18180000118

TTL : Tira, 27 Mei 1994

Institusi : STIKes Indonesia Maju Jakarta

Dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya tulis akhir Ners yang berjudul :

“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem Respirasi : Corona

Virus Disease-19 Dengan Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung Beresiko di

RW 08 Lenteng Agung Kec Jagakarsa Jakarta Selatan.”. ini saya susun tanpa

melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang berlaku di STIKes Indonesia

Maju Jakarta. Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya

akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

STIKes Indonesia Maju Jakarta.

Jakarta, Maret 2021

Wa Ode Siti Rahmatia


HALAMAN PENGESAHAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa :

Nama : Wa Ode Siti Rahmatia

NIM : 18180000118

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem

Respirasi Corona Virus Disease-19 dengan Masalah Keperawatan

Perilaku Cenderung Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Kec

Jagakarsa Jakarta Selatan serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya,

maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa karya tulis

ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian persyaratan

untuk memperoleh gelar Ners (Ns) :

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Emi Yuliza, S.Kep.,M.Kes (........................)

Penguji : Ns. Irma Herliana,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom (........................)

Ditetapkan di : STIKes Indonesia Maju Jakarta


Tanggal : Jakarta, Maret 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem Respirasi

Corona Virus Disease-19 dengan Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung

Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Kec Jagakarsa Jakarta Selatan” ini sesuai

waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan gelar Ners pada program Pendidikan Profesi Ners Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju. Penulis menyadari bahwa keberhasilan

dan kelancaran karya tulis ini bukan hanya karena kemampuan penulis, tetapi

banyak ditentukan oleh bantuan dari berbagai pihak yang telah dengan ikhlas

membantu penulis demi terselesainya penulisan, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Dr. Sobar Darmadja, S.Psi.,M.KM selaku Plt Ketua STIKes

Indonesia Maju yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada

kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program

Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta.

2. Bapak Ns. Bambang Suryadi, S.Kep.,M.Kes, selaku Kepala Program studi

Pendidikan Profesi Ners yang selalu memberikan dorongan penuh dengan

wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


3. Ibu Ns. Emi Yuliza, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing yang dengan tulus

dan Ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta perhatian

dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan

karya tulis akhir ners.

4. Ibu Ns. Irma Herliana, S.Kep.,M.Kep,Sp.Kep.Kom selaku penguji yang

dengan tulus dan Ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta

perhatian dalam memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan

karya tulis akhir ners.

5. Pasien dan keluarga yang telah kooperatif dalam pengkajian, perawatan

dan

evaluasi yang di laksanakan demi terselesainya karya tulis akhir ners ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

beserta staf yang telah membantu dalam pembelajaran selama saya

menempuh Pendidikan Profesi Ners ini.

7. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan

semangat belajar beserta doa yang tulus, yang telah mendidik saya dari

kecil hingga sekarang yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan

doa yang tulus kepada saya.

8. Saudara-saudaraku yang selalu Mensupport baik secara materil maupun

non materil selama menjalani perkuliahaan ini.

9. Keluarga besar Alumni STIKIM dari Maluku yang tak bisa saya sebutkan

satu persatu yang telah membantu dan mensupport selama menjalani

proses pendidikan Profesi Ners.


10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Profesi Ners Program Reguler dan

Program Ekstensi Angkatan XV Tahun 2019 yang telah saling

memberikan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan,

saya hanya dapat mengucapkan semoga hubungan pertemanan tetap

terjalin.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya. Penulis hanya bisa menyerahkan semua itu kepada Tuhan

yang akan membalas amal baik semua pihak yang telah menbantu dalam

proses penyelesaian karya tulis akhir ners ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik

yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga

karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca

terutama bagi Civitas STIKes Indonesia Maju Jakarta.

Jakarta, Maret 2021

Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa STIKes Indonesia Maju :

Nama : Fahlia Tasijawa

NIM. : 18180000089

Menyerahkan karya ilmiah saya kepada Perpustakaan STIKes Indonesia

Maju, yang berjudul : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan

Sistem Respirasi Corona Virus Disease-19 dengan Masalah Keperawatan Perilaku

Cenderung Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Kec Jagakarsa Jakarta Selatan,

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

hak kepada Perpustakaan STIKes Indonesia Maju untuk menyimpan, mengelola

dalam pangkalan data (database), mengalih media, mendistribusikan, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain, untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya, maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur

paksaaan dari pihak manapun.

Jakarta, Maret 2021

Yang menyatakan

Wa Ode Siti Rahmatia


Nama : Wa Ode Siti Rahmatia
Program Studi : Profesi Ners
Judul :
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem Respirasi
Corona Virus Disease-19 dengan Masalah Keperawatan Perilaku
Cenderung Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta
Selatan.

ABSTRAK

Ketakutan akan Covid-19 menciptakan tekanan emosional yang serius. Rasa


keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak telah mengganggu kehidupan banyak
orang dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental mereka, seperti depresi dan bunuh
diri. Resesi ekonomi akibat Covid-19. Pandemi Covid-19 telah memicu krisis ekonomi
global yang kemungkinan akan meningkatkan risiko bunuh diri terkait dengan
pengangguran dan tekanan ekonomi. Oleh karena itu, sebagai keluarga terdekat dari
penderita harus mampu memberikan dukungan yang lebih tinggi kepada penderita.
lakukan tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga yang terpapar covid-19 secara
berkesinambungan bisa menjadi suatu hal yang baik untuk penanganan masalah
kecemasan maupun pemahaman keluarga tentang covid-19, ini dapat dijadikan sebagai
keahlian mandiri bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan juga dapat
meningkatkan mutu perawat dalam memberikan pelayanan terhadap masalah kecemasan
yang di alami oleh klien dengan diagnosa kurangnya pengetahuan maupun ansietas.
Tujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem
Respirasi : Corona Virus Disease-19 Dengan Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung
Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.. Keberhasilan proses
keperawatan pada klien dapat tercapai sepenuhnya, apabila asuhan keperawatan
dilakukan secara berkesinambungan dan observasi keadaan umum klien juga sangat
penting guna untuk mengetahui perkembangan kondisi klien.

Kata Kunci : Perilaku Cenderung Beresiko, Psikoedukasi, Covid-19


Name : Wa Ode Siti Rahmatia
Study Program : Profession Nurses
Title :
Family Nursing Care for Clients with Respiratory System Disorders
Corona Virus Disease-19 with Nursing Problems Tend to Be Risky
at RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa, South Jakarta.

ABSTRACT

The fear of Covid-19 creates serious emotional distress. The sense of alienation caused
by the distancing command has disrupted the lives of many people and affected their
mental health conditions, such as depression and suicide. Economic recession due to
Covid-19. The Covid-19 pandemic has triggered a global economic crisis which is likely
to increase the risk of suicide related to unemployment and economic stress. Therefore,
the patient's closest relative must be able to provide higher support to the sufferer. take
action to carry out psychoeducation therapy for families who are exposed to covid-19 on
an ongoing basis can be a good thing for handling anxiety problems and family
understanding of covid-19, this can be used as independent expertise for nurses in
providing nursing care and can also improve the quality of nurses in provide services for
anxiety problems experienced by clients with a diagnosis of lack of knowledge and
anxiety. The aim is to find out Family Nursing Care for Clients with Respiratory System
Disorders: Corona Virus Disease-19 With Nursing Problems Tending Behavior at Risk in
RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa, South Jakarta .. The success of the nursing process on
clients can be fully achieved, if nursing care is carried out continuously and observation
the general condition of the client is also very important in order to know the
development of the client's condition.

Keywords : Risk Tend Behavior, Psychoeducation, Covid-19


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... viii
ABSTRAK....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 8
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Covid-19 ........................................................................ 10


2.1.1 Pengertian ....................................................................... 10
2.1.2 Faktor Resiko .................................................................. 10
2.1.3 Penyebab Infeksi.............................................................. 11
2.1.4 Gejala .............................................................................. 12
2.1.5 Diagnosa ......................................................................... 12
2.1.6 Komplikasi ...................................................................... 13
2.1.7 Pengobatan ...................................................................... 13
2.1.8 Pencegahan ..................................................................... 14
2.2 Konsep Terapi Psikoedukasi Keluarga ....................................... 15
2.2.1 Pengertian ...................................................................... 15
2.2.2 Tujuan ............................................................................ 15
2.2.3 Langkah-langkah manajemen Psikoedukasi .................. 17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................... 18
2.3.1 Pengertian ....................................................................... 18
2.3.2 Struktur Keluarga ............................................................ 19
2.3.3 Fungsi Keluarga .............................................................. 21
2.3.4 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan ............................. 23
2.3.5 Peran Keluarga ................................................................ 24
2.3.6 Kemampuan Keluarga .................................................... 25
2.3.7 Stres dan Koping Keluarga ............................................. 25
2.3.8 Tahapan kehidupan / Perkembangan Keluarga .............. 27
2.3.9 Asuhan Keperawatan Keluarga ...................................... 31
2.3.10 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga .......................... 31
2.3.11 Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga ......................... 32
2.3.12 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul ............................ 34
2.3.13 Peran Perawat dalam Keluarga ....................................... 41
2.4 Mekanisme Intervensi Untuk Mengatasi Masalah ..................... 56
BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian .................................................................................. 45


3.2 Masalah Keperawatan ................................................................ 65
3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 66
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................ 73
3.5 Evaluasi ...................................................................................... 83

BAB IV ANALSIS KASUS

4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................... 84


4.2 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait ........... 84
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan Dengan Konsep Terkait ......... 87
4.4 Implikasi Asuhan Keperawatan Pada Klien ............................... 88
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 91


5.2 Saran ........................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental

akibat pandemi Covid-19 bisa dipahami mengingat pandemi Covid-19

merupakan sumber stress baru bagi masyarakat dunia saat ini. Secara global,

terdapat empat faktor risiko utama depresi yang muncul akibat pandemi

Covid-19. Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental

akibat pandemi Covid-19 bisa dipahami mengingat pandemi Covid-19

merupakan sumber stress baru bagi masyarakat dunia saat ini. Secara global,

terdapat empat faktor risiko utama depresi yang muncul akibat pandemi

Covid-19. (Vaghee et al, 2017).

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai

Public health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Penambahan

jumlah. kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat. Jumlah kasus

terkonfirmasi pada tanggal 22 september 2020, di Dunia terdapat 30.675.675

kasus positif COVID-19 dengan jumlah penderita yang meninggal sebanyak

954.417 jiwa. Untuk Indonesia jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19

sebanyak 252.923 jiwa, dengan angka kematian mencapai 9.837 jiwa. Untuk
angka kejadian terkonfirmasi positif COVID-19 di Sumatera Barat sebanyak

4.653 kasus dengan angka kematian sebanyak 97 kasus.

Sumber stres mencakup stres yang ekstrim, takut akan penyakit,

perasaan tidak berdaya dan trauma karena menyaksikan pasien Covid-19

meninggal sendirian. Sumber stress ini memicu risiko bunuh diri tenaga

kesehatan. Keempat, stigma dan diskriminasi. Stigma Covid-19 dapat

memicu kasus bunuh diri di seluruh dunia. Bentuk stigma yang dialami antara

lain berupa orang-orang sekitar menghindar dan menutup pintu saat melihat

perawat, diusir dari tempat tinggal, dilarang naik kendaraan umum, keluarga

dikucilkan, dilarang menikahi mereka dan ancaman diceraikan oleh suami

atau istri. (Bulut et al, 2016)

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi pelayanan keperawatan

juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Kemampuan tanggap

bencana juga sangat dibutuhkan oleh perawat pada saat keadaan darurat. Hal

ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan

pertolongan dalam situasi bencana. Peran perawat dapat dimulai sejak tahap

mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase prehospital dan

hospital, hingga tahap recovery.

Perawat komunitas perlu koping yang baik untuk mengatasi

kecemasannya terhadap Corona virus dan juga pasien yang dating berobat.

Perawat yang tidak mampu beradaptasi dan mempertahankan diri karena

mekanisme kopingnya yang tidak efektif. Mekanisme koping adalah upaya


dilakukan dalam menghadapi stress atau tanda dan gejala yang dating serta

upaya melindungi diri dari masalah dengan mekanisme koping yang positif

maupun negative karena dalam kehidupan ini, individu sering menghadapi

pengalaman yang mengganggu terhadap dirinya yang dapat merubah

hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan

cara negative (Haruna, 2014).

Sumber daya koping di tingkat individu meliputi; pendidikan,

pendapatan, harga diri, rasa penguasaan, dan kekerasan psikologis seseorang.

Mekanisme koping yang dapat berfungsi sebagai pertahanan ego untuk

menghadapi tantangan yang berasal dari biologis maupun psikologis. Strategi

coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk

menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau

kejadian yang penuh tekanan. Hal inilah yang membuat perlu dilakukan

kegiatan untuk mengoptimalisasi koping perawat menghadapi kecemasan

pada masa pandemic covid-19 di era new normal bertujuan untuk

memberikan penguatan pada perawat agar perawat menggunakan koping

dengan baik dalam menghadapi situasi saat ini yaitu pandemic covid-19 di era

new normal. (Townsend, (2013)

Dukungan keluarga dan koping keluarga yang baik sangat mendukung

penyembuhan penderita masalah kesehatan mental. Perasaan malu, terbebani

dan tidak peduli terhadap penderita selama ini masih menjadi factor utama

terjadinya kekambuhan penderita masalah kesehatan mental. Jumlah

penderita masalah kesehatan mental dari tahun ke tahun meningkat banyak


disebabkan oleh kurangnya dukungan keluarga dan beban keluarga. Salah

satu wujud dari fungsi keluarga tersebut adalah memberikan dukungan

keluarga pada anggota keluarga yang mengalami gangguan stabilitas mental.

Salah satu cara untuk menurunkan beban dan meningkatkan dukungan

keluarga adalah dengan intervensi psikoedukasi keluarga. (Friedman et al,

2010).

Psikoedukasi merupakan pengembangan dan pemberian informasi

dalam bentuk pendidikan masyarakat sebagai informasi yang berkaitan

dengan psikologi sederhana atau informasi lain yang mempengaruhi

kesejahteraan psikososial masyarakat. Melalui psikoedukasi, pengetahuan

mengenai diagnosis penyakit, kondisi pasien, prognosis dan lain-lain dapat

ditingkatkan. Terapi psikoedukasi mengandung unsur peningkatan

pengetahuan konsep penyakit, pengenalan dan pengajaran teknik mengatasi

gejala-gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi

pasien. Adapun komponen latihan dapat berupa keterampilan komunikasi,

latihan penyelesaian konflik, latihan asertif, latihan mengatasi perilaku

kecemasan. (Bulut et al, 2016)

Dalam psikoedukasi terjadi proses sosialisasi dan pertukaran pendapat

bagi pasien dan tenaga profesional sehingga berkontribusi dalam

destigmatisasi gangguan psikologis yang beresiko untuk menghambat

pengobatan. Pemberian psikoedukasi mengenai perubahan-perubahan yang

dialami selama hidup dan bersikap terbuka dengan orang lain, serta

penggunaan koping yang efektif dapat membantu mengurangi kecemasan,


membuat perasaan menjadi lebih baik dan dapat membantu memecahkan

masalah yang dihadapi, mengurangi depresi dan menumbuhkan rasa percaya

diri. Dalam kenyataannya psikoedukasi sebagai gerakan pemberian layanan

publik di bidang konsultasi psikologi tidak bermakna tanggal. (Byba et al,

2016).

Berdasarkan studi pendahuluan yang didapatkan data dari 15 orang

keluarga penderita yang merawat keluarga dengan masalah kesehatan akibat

covid 19 sebanyak 10 diantaranya merasa beban dengan adanya anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan mental yakni ansietas. Keluarga

menyampaikan alasan mereka merasa terbebani merawat penderita kesehatan

mental karena penderita membutuhkan perhatian khusus mulai dari

kebutuhan makan, mandi, pakaian, berobat dan kegiatan sehari-hari. Ketidak

mandirian penderita di rumah membuat keluarga merasa terbebani. Hal

tersebut yang membuat keluarga kurang memberikan dukungan kepada

penderita, karena bukan hanya merawat penderita tapi masih ada anggota

keluarga lain yang juga membutuhkan perhatian dan juga sangat beresiko

terpapar dengan adanya keluarga yang mengalami atau pernah mengalami

penyakit covid-19.

Keadaan ini menjadi permasalahan dimana keadaan penderita menjadi

beban bagi keluarga yang merawat dan sebagian besar dukungan keluarga

yang diberikan kepada penderita kurang dapat memperbaiki keadaan

penderita. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk


Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul ”Asuhan Keperawatan Keluarga Pada

Klien Gangguan Sistem Respirasi : Corona Virus Disease-19 Dengan

Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung Beresiko Di RW 08 Lenteng

Agung Jagakarsa Jakarta Selatan”

1.2 Rumusan Masalah

Peran perawat komunitas dan keluarga, memiliki fungsi edukatif sangat

mempengaruhi keluarga dalam memberikan respon pemeliharaan kesehatan

yang baik. Salah satu cara untuk mengurangi tingkat stressor dengan

penerapan ppsiokoedukasi sangat penting untuk membantu asuhan

keperawatan dalam implementasi untuk menurunkan tingkat stressor dan

ansietas yang menderita Covid-29. Berdasarkan uraian latar belakang diatas,

maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah mengetahui

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem Respirasi :

Corona Virus Disease-19 Dengan Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung

Beresiko di RW 08 Srengsen Jagakarsa Jakarta Selatan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi Asuhan Keperawatan

Keluarga Pada Klien Gangguan Sistem Respirasi : Corona Virus

Disease-19 Dengan Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung

Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

1.1.2 Tujuan Khusus


Adapun Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners ini juga mempunyai

tujuan khusus yang mengarah pada proses keperawatan yaitu sebagai

berikut :

1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. M dan Tn. S

dalam menerapankan tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi

keluarga terhadap Gangguan Sistem Respirasi : Corona Virus

Disease-19 Dengan Masalah Keperawatan Perilaku Cenderung

Beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

2. Melakukan asuhan keperawatan dengan merumuskan diagnosis

keperawatan pada Tn. M dan Tn. S dalam menerapankan tindakan

pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan Sistem

Respirasi : Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan

perilaku cenderung beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa

Jakarta Selatan.

3. Merencanakan tindakan keperawatan Tn. M dan Tn. S dalam

menerapankan tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga

terhadap Gangguan Sistem Respirasi : Corona Virus Disease-19

dengan masalah keperawatan perilaku cenderung beresiko di RW 08

Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

4. Melaksanakan implementasi keperawatan Tn. M dan Tn. S dalam

menerapankan tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga

terhadap Gangguan Sistem Respirasi : Corona Virus Disease-19


dengan masalah keperawatan perilaku cenderung beresiko di RW 08

Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

5. Mengevaluasi keperawatan Tn. M dan Tn. S dalam menerapankan

tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap

gangguan Sistem Respirasi Corona Virus Disease-19 dengan

masalah keperawatan Perilaku Cenderung Beresiko di RW 08

Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

1.2 Manfaat Penulisan

Terkait dengan tujuan, maka Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners ini

diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Akademis, hasil studi kasus keperawatan ini merupakan sumbangan bagi

ilmu pengetahuan khususnya dalam penerapan tindakan pelaksanaan terapi

psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan Sistem Respirasi : Corona

Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku cenderung

beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

2. Secara praktis, karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi :

a. Bagi pelayanan keperawatan di Puskesmas

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

masyarakat agar dapat melakukan penerapan tindakan pelaksanaan

terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan Sistem Respirasi :

Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku

cenderung beresiko di RW 08 Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan

dengan baik.
b. Bagi Peneliti

Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi

peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada penerapan

tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan

Sistem Respirasi : Corona Virus Disease-19 dengan masalah

keperawatan perilaku cenderung beresiko di RW 08 pada Tn. M dan

Tn.S.

c. Bagi Profesi Kesehatan

Sebagai tambahan pemahaman ilmu bagi profesi keperawatan

dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penerapan

tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan

Sistem Respirasi : Corona Virus Disease-19 dengan masalah

keperawatan perilaku cenderung beresiko di RW 08 pada Tn. M dan

Tn.S.
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Covid-19 (Corona Virus)

2.1.1 Pengertian

Coronavirus adalah bagian besar virus yang menjadi penyebab

infeksi saluran pernafasan atas, mulai ringan hingga sedang seperti

penyakit flu. Namun beberapa jenis dari virus ini dapat mengakibatkan

penyakit yang lebih serius misalnya MERS-CoV dan SARS-CoV, serta

Pneumonia (CDC, 2020).

SARS terjadi pada tahun 2002 di Tiongkok, dan menyebar

kebeberapa negara termasuk Indonesia dan berakhir pertengahan 2003

(CDC, 2020). Perkembangan sampai 2020 terdapat tujuh coronavirus

(HCoVs) yang telah diidentifikasi diantaranya : HCoV-229E, HCoV-

OC43, HCoV-NL63, HCoV-HKU1, SARS-COV (yang menyebabkan

penyakit pernapasan akut), MERS-COV penyebab penyakit pernafasan


timur tengah, dan Covid-19 atau coronavirus penyebab wabah

Pneumonia yang berasal dari kota Wuhan. Penyebaran sampai ke

negara lainnya dan Indonesia pada Maret 2020 mengumumkan adanya

Covid-19.

2.1.2 Faktor Risiko

Virus corona ini dapat menginfeksi siapapun, selain bayi, anak-

anak, orang yang mempunyai kekebalan tubuh lemah juga rentan

terhadap serangan virus ini. Kondisi cuaca juga dapat berpengaruh,

seperti di Amerika Serikat lebih umum terjadi pada musim gugur dan

musim dingin. Selain itu seseorang yang tinggal dan berkunjung ke

daerah atau negara yang rawan terhadap virus ini juga berisiko

terserang. Misal berkunjung ke daerah Cina.

2.1.3 Penyebab Infeksi

Infeksi Covid-19 di timbulkan oleh virus Corona. Penyebaran

virus ini pada umumnya seperti virus lainnya yaitu menyebar melalui

droplet atau percikan saat batuk dan bersin, menyentuh mata, hidung

dan mulut setelah memegang barang yang terkena droplet pengidap

virus corona ini,sedangkan penularan melalui tinja dan feses jarang

terjadi.

Masa inkubasi Covid-19 belum diketahui secara pasti, namun

diperkirakan timbul gejala setelah 2-14 hari setelah masuk virus

kedalam tubuh. Transmisi Covid-19 ini berawal dari hewan ke hewan


namun jarang sekali virus ini berevolusi dan menginfeksi manusia.

Kasus di Wuhan kini menjadi bukti nyata virus ini menyebar dari

hewan ke manusia dan dapat menular dari manusia ke manusia

(NLMIH, 2020).

2.1.4 Gejala Infeksi Coronavirus

Gejala yang sering timbul pada penderita covid-19 ini, mulai

gejala ringan seperti hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit

tenggorokan, demam dan merasa tidak enak badan, hingga gejala berat

sesak nafas dan gagal nafas.

Infeksi Covid-19 ini dapat mengakibatkan gejala yang berat

dibanding dengan virus Corona lainnya. Perubahan gejala diawali

bronchitis dan pneumonia gejala yang timbul seperti batuk berdahak,

sesak nafas, nyeri dada, demam tinggi. Infeksi ini bertambah parah bila

menyerang pada individu yang memiliki penyakit penyerta seperti

penyakit jantung dan paru-paru, sisitem kekebalan tubuh rendah, bayi

dan lansia.

2.1.5 Diagnosis Infeksi Coronavirus

Dalam mendiagnosis infeksi corona, petugas kesehatan

mengawali anamnesis atau wawancara. Petugas akan menanyakan hal-

hal yang behubungan dengan gejalaserta keluhan yang dialami pasien.


Selain itu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dalam

menegakan diagnosis. Dokter mungkin juga akan melakukan tes sapuan

tenggorokan atau specimen pernafasan. Untuk kasus yang diduga

infeksi Covid-19 akan dilakukan tes swab tenggorokan, DPL, fungsi

hati, fungsi ginjal, dan CRP (NLMIH, 2020).

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari penyakit ini diawali

komplikasi pneumonia dan maslah pernafasan parah lainnya bila tidak

ditangani secara cepat dan tepat. Selain itu dapat menyebabbkan

kegagalan nafas, gagal jantung, gagal ginjal, dan bahkan kematian

(CDC, 2020).

2.1.7 Pengobatan Infeksi Covid-19

Menurut CDC, (2020) Tak ada perawatan khusus dalam

mengatasi infeksi virus ini. Pada umumya pengidap akan pulih dengan

sendirinya. Namun ada upaya yang dapat mengurangi gejala infeksi

seperti :

a. Minum obat yang megurangi rasa sakit, batuk dan demam. Tidak

disarankan menggunakan aspirin.

b. Gunakan pelembab ruangan atau mandi dengan air hangat dapat

meredakan sakit tenggorokan.

c. Meningkatkan istirahat.
d. Banyak mengkonsumsi asupan cairan tubuh.

e. Jika merasa cemas dengan gejala yang ditimbulkan, segera hubungi

layanan kesehatan terdekat.

Khusus infeksi Covid-19 yang dapat mengakibatkan penyakit

serius seperti SARS, MERS, penangannya akan disesuikan dengan

penyakit yang diderita dan kondisi pasien. Bila terinfeksi Covid-19

dokterakan merujuk ke RS rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinas

Kesehatan setempat. Apabila tidak dapat dirujuk dengan pertimbangan

beberapa alasan, dokter akan melakukan isolasi, serial photo thorak,

terapi simtomatik, terapi cairan, ventilator mekanik (bila gagal nafas),

dan dapat diberikan antibiotik bila terdapat infeksi bakteri.

2.1.8 Pencegahan Infeksi Covid-19

Pencegahan infeksi Covid-19 sampai saat ini belum ditemukan

vaksinnya, namun ada beberrapa cara pecegahan yang dapat dilakukan.

Menurut US National Library of Medicine National Institutes of Health

(2020), berikut hal yang dapat dilakukan :

a. Mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik hingga bersih

dilakukan sesering mungkin.

b. Menghindari menyentuh tangan dan mulut saat tangan dalam

keadaan kotor

c. Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang sakit

d. Hindari menyentuh hewan atau unggas liar

e. Bersihkan permukaan benda yang sering digunakan


f. Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu, lalu

buang tisu dan cuci tangan hingga bersih.

g. Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.

h. Gunakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan bila

menunjkan gejala penyakit saluran pernafasan.

i. Tingkatkan system kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin.

2.2 Konsep Terapi Psikoedukasi Keluarga

2.2.1 Pengertian

Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program

perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi,

edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi

merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatic(Stuart &

Laraia,2008).

Psikoedukasi keluarga adalah suatu metoda berdasarkan pada

penemuan klinis untuk melatih keluarga – keluarga dan bekerja sama

dengan para professional kesehatan jiwa sebagai bagian dari perawatan

menyeluruh secara klinis yang direncanakan untuk anggota keluarga.

Terapi Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif

karena dalam terapi mengandung unsure untuk meningkatkan

pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan tehnik yang dapat

membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala penyimpangan

perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.


2.2.2 Tujuan

Tujuan utama dari terapi psikoedukasi keluarga adalah saling

bertukar informasi tentang perawatan kesehatan mental akibat penyakit

fisik yang dialami, membantu anggota keluarga mengerti tentang

penyakit anggota kelurganya seperti gejala, pengobatan yang

dibutuhkan untuk menurunkan gejala dan lainnya (Varcaloris, 2006).

Pendidikan kelompok keluarga membantu anggota keluarga

membantu aggota keluarga mengerti tentang penyakit anggota

keluarganya seperti gejala, pengobatan yang dibutuhkan untuk

menurunkan gejala dan lainnya. Pertemuan psikoedukasi keluarga atau

beberapa beberapa keluarga memberikan perasaan saling berbagi dan

strategi untuk bersama – sama membagi perasaan yang dirasakan.

Kelompok psikoedukasi keluarga sangat bermanfaat untuk masalah

mental dan sama manfaatnya untuk penyakit medis atau bedah

(Varcarolis, 2006).

Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan

intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkat yang rendah.

Tujuan khusus antara lain (Varcarolis, 2006)

a. Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan

b. pengobatan.

c. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya menurunkan

angka kekambuhan atau serangan berulang pada penyakit yang

diderita.
d. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga.

e. Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan,

bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain.

f. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan

keluarga.

Tujuan program pendidikan ini adalah meningkatkan

pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan

keluarga teknik pengajaran untuk keluarga dalam membantu mereka

melindungi keluarganya dengan mengetahui gejala – gejala perilaku

dan mendukung kekuatan keluarga (Stuart& Laraia, 2008). Program ini

juga bertujuan untuk memberikan support keluarga.Keluarga dapat

mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan,

social dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk

anggota keluarganya. Walaupun focus dari terapi ini adalah kelompok

psikoedukasi keluarga, tapi pada prinsipnya tujuan dari terapi ini adalah

untuk memberikan perasaan sejahtera atau kesehatan mental pada

keluarga.

2.2.3 Langkah- Langkah Manajemen Psikoedukasi

a. Menggali pengetahuan klien tentang penyakit dan cara

pengobatannya
b. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya menurunkan

angka kekambuhan atau serangan berulang pada penyakit yang

diderita.

c. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga d. Melatih keluarga

untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar

anggota keluarga dan orang lain

d. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan

keluarga

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut

Departemen Kesehatan RI, (2018) keluarga adalah unit terkecil dari

suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah


tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan

menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga

adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

2.2.2 Struktur keluarga

Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur

keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

e. Keluarga kawin

Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

Friedman, Bowden, & Jones dalam Harmoko (2012) membagi

struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran

keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga :

a. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara

emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular.

Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam

keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih,

atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal

anggota keluarga dapat mengungkap kanapa yang diinginkan melalui

kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan

tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua

arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami,
maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat

istri marah.

b. Struktur peran keluarga.

Peran masing-masing anggaota keluarga baik secara formal

maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan

keluarga.

c. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal

apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran

yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma

mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-

norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi

diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai

memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri

(Susanto, 2012). Nilai merupakan suatu sistem sikap dan

kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota

keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu

pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

d. Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual

maupun potensial dari individu untuk mengendalikan atau


mempengaruhi perilaku orang lain berubah ke arah positif. Tipe

struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol

seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),

seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahlidan lain-lain

(resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya

harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang

dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang

dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang

diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan

seksual (affective power).

2.2.3 Fungsi Keluarga

Menurut Setiadi, (2008) fungsi keluarga terdiri dari :

a. Fungsi biologis

Fungsi biologis hanya ditunjukan untuk meneruskan kelangsungan

keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak dengan

gizi yang seimbang, memelihara dan merawat anggota keluarga

juga bagian dari fungsi biologis keluarga.

b. Fungsi psikologis

Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada

anak membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan

batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan

nilai-nilai budaya.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari

sumber-sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi

kebutuhan yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak

dan jaminan hari tua.

e. Fungsi pendidikan

Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan

anak dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,

membentuk prilaku anak mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.2.4 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang

kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang

dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua

atau keluarga.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.


Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan

kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui

keluarga sendiri. Anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu mendapatkan tindak lanjut atau perawatan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di

institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).

2.2.5 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem


Setiadi (2008). Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga.

Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman dalam Setiadi,

(2008) sebagai berikut : mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu

mengidentifikasi masalah dalam keluarga. Fungsi keluarga membuat

keputusan tindakan kesehatan yang tepat yaitu keluarga mampu

membuat keputusan dan merencanakan tindakan keperawatan keluarga,

dalam melakukan perawatan keluarga yakni keluarga mampu merawat

anggota keluarga sebelum anggota keluarga membawa anggota

keluarga ke tempat pelayanan kesehatan. Keluarga juga mampu

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat untuk

kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap mempertahankan

hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

Keluarga akan menggunakan fasilitas kesehatan sesuai dengan

kemampuan keluarga.

2.2.6 Kemampuan Keluarga

Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3

domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam Potter

dan Perry, 2005). Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan,

sikap dan praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang


sangat penting karena digunakan untuk menerima informasi baru dan

mengingat informasi tersebut. Saat keluarga diberikan informasi baru,

maka keluarga tersebut akan membentuk tindakan keluarga yang

merujuk pada pikiran rasional, mempelajari fakta, mengambil

keputusan dan mengembangkan pikiran. (Craven, 2006)

2.2.7 Stress Dan Koping Keluarga

STIMULUS KOPING ADAPTASI

Gambar 2.1. Stimulus – adaptasi dalam (Potter dan Perry, 2005)

a. Sumber stressor keluarga (Stimulus)

Menurut Friedman dalam Setiadi, (2008) mengidentifikasi tiga

strategi untuk adaptasi individu yang juga dapat digunakan pada

keluarga yaitu mekanisme pertahanan, merupakan cara-cara yang

dipelajari, kebiasaan dan otomatis untuk berespon, taktik untuk

menghindari masalah dan biasanya merupakan perilaku menghindari

sehingga cenderung disfungsi, strategi koping yaitu upaya-upaya

pemecahan masalah, biasanya merupakan strategi adaptasi positif

dan penguasaan yaitu merupakan mode adaptasi yang paling positif

sebagai hasil dari penggunaan strategi koping yang efektif dan

sangat berhubungan kompetensi keluarga

b. Koping Keluarga

Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga (analisa

interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang


digunakan keluarga dalam menyelesaikan masalah (mengendalikan

stress). Berkembang dan berubah sesuai tuntutan/stressor yang

dialami. Sumber koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota

keluarga sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga.

c. Strategi adaptasi disfungsional

Dapat berupa penyangkalan dan ekploitasi terhadap anggota

keluarga seperti kekerasan terhadap keluarga, kekerasan terhadap

pasangan, penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut, penyiksaan

orang tua, proses pengkambinghitaman dan penggunaan ancaman.

Penyangkalan masalah keluarga dengan menggunakan mitos

keluarga, triangling (pihak ketiga) dan pseudomutualitas,

pisah/hilangnya anggota keluarga dan otoritariansme.

2.2.8 Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama (Friedman dalam Setiadi, 2008) :

a. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok

sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi

kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia

30 bulan :

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan sexual dan kegiatan keluarga

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan)

dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di

luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang

paling repot)

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.


d. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam

tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga

sangat sibuk :

1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan

yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan


4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada

anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal

damapi keduanya meninggal :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

2.2.9 Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan

yang di berikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk

membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,

2016). Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang

kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk

bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.

Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga adalah tingkat

keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga

sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, Dengan sehat sebagai tujuan

melalui perawatan sebagai saran atau penyalur (Effendi, 2012).


Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan

suatu pendekatan yang sistemik yaitu dengan keperawatan kesehatan

keluarga. Pendekatan ini digunakan dalam rangka mengidentifikasi

dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi keluarga dimulai

dari pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan keluarga,

perencanaan, pelaksanaan dan teknik evaluasi.

2.2.10 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Effendi, (2012) tujuan asuhan keperawatan keluarga

terbagi atas :

a. Tujuan umum

Untuk dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga

dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan keluarganya.

b. Tujuan khusus

Menurut Effendi, (2012) ditingkatkannya kemampuan keluarga

dalam beberapa hal antara lain :

1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

3. Meningkatkan kemampuan keluarga mengambil keputusan yang

tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.


4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

5. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu

hidupnya.

2.2.11 Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Effendi, (2012) Dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-

keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan,

meliputi :

a. Keluarga dengan anngota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah sebagai berikut :

1) Tingkat social ekonomi rendah.

2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah

kesehatan sendiri.

3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan

penyakit keturunan.

b. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan :

1) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)

2) Menderita kekuarangan gizi atau anemia.

3) Menderita hipertensi.

4) Primeparaatau multipara.

5) Riwayat persalinan dengan komplikasi.


c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena :

1) Lahir premature/BBLR

2) Berat badan sukar naik.

3) Lahir dengan cacat bawaan.

4) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi,

5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi

atau anaknya.

d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga.

1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk

digugurkan.

2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota dengan sering

timbul cekcok dan ketegangan.

3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.

4) Salah satu orang tua (istri/suami) meninggal, cerai, atau lari

meninggalkan keluarga (Effendi, 2012).

2.2.12 Diagnosa Keperawatan yang muncul

Menurut Effendi, (2012) Diagnosa Keperawatan yang sering

muncul antara lain :

a. Diagnosa individu :

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral.

Intervensi :
a) Kaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya koma atau

menurunnya perfusi jaringan otak.

b) Monitor status neurologis secara teratur.

c) Monitor tanda-tanda vital.

d) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi seperti: fungsi bicara

jika pasien sadar.

2. Kurangnya pengetahuan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat pengetahuan klien.

b) Jelaskan tentang stroke dan efeknya pada otak, jantung,

ginjal dan pembuluh darah.

c) Berikan penjelasan pentingnya kerja sama dengan petugas

kesehatan dalam pengobatan untuk mencegah kekambuhan.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Intervensi :

a) Kaji faktor-faktor penyebab atau penunjang.

b) Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau

penunjang.

c) Berikan makanan yang bergizi secara adekuat.

d) Berikan makanan perlahan mulai dari makanan saring atau

lunak.

b. Diagnosa keperawatan keluarga


Menurut Effendi, (2012) diagnosa keperawatan keluarga

terdiri dari :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

keluarga.

Intervensi :

a) Berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,

komplikasi,serta penanganannya.

b) Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

c) Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah

keluarga.

d) Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-

masalah kesehatan.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tidakan kesehatan yang tepat.

Intervensi :

a) Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat – akibat bila

mereka tidak mengambil keputusan.

b) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat

mereka pilih dan sumber-sumber yang di perlukan untuk

melakukan tindakan keperawatan.

c) Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.


3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

Intervensi :

a) Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga

yang sakit.

b) Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

c) Awasi keluarga melakukan perawatan.

d) Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.

4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi

anggota keluarga.

Intervensi:

a) Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

b) Berikan penjelasan tentang keuntungan dan manfaat

pemeliharaan lingkungan rumah.

c) Gali sumber-sumber keluarga yang mendukung memperbaiki

keadaan fisik rumah yang tidak sehat.

d) Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi

lingkungan.

e) Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya didalam

masyarakat guna memelihara kesehatan.


Intervensi :

a) Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga.

b) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi fasilitas

kesehatan.

c) Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

d) Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas

kesehatan bagi keluarga.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan

perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan

dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy, 2018).

Penyusunan rencana keperawatan keluarga dilakukan dalam 2

tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana keperawatan

(Suprajitno, 2017) :

1. Skala prioritas

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang

mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang

mempunyai skor terendah dengan beberapa criteria sebagai

berikut :

a. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)

b. Kemungkinan masalah dapat diubah

c. Potensi masalah untuk dicegah


d. Menonjolnya masalah

Kriteria Bobo Skor


t
Sifat masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan 2 Mudah =2
masalah untuk Sebagian =1
dipecahkan Tidak dapat = 0
Potensi 1 Tinggi =3
masalah untuk Cukup =2
dicegah Rendah =1
Menonjolnya 1 Segera diatasi = 2
masalah Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa

keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala

yang telah dirumuskan oleh Efendy, (2018). Proses scoring

dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan

bobot

c. Jumlahkan skor untuk semua criteria

d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

2. Perencana

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan ditentukan

perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,

2018). Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi


serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang

berdasarkan tiga tingkat pencegahan berdasarkan SMART.

Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis

pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat

garis pertahanan tersier (Achjar, 2017). Tujuan terdiri dari

tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka

panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem atau

masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang

berorientasi pada lima tugas keluarga. TUK 1: keluarga mampu

mengenal definisi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan

cara mencegahnya. TUK 2 : keluarga mampu mengambil

keputusan untuk merawat anggota keluarga diabetes militus

dengan memilih tempat perawatan dan keutungannya. TUK 3:

keluarga mampu merawat anggotanya yang sakit dengan

memberi dukungan sumber spiritual untuk keluarga dan

mengetahui mengenai rencana medis dan keperawatan. TUK 4:

keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat

anggota keluarga diabetes militus dengan melakukan senam

diabetes. TUK 5: keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk terus dimanfaatkan.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana

yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara

hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja

valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara

jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal

ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat

aktivitas yang telah dicapai (Friedman, 2013). Evaluasi disusun

mnggunakan SOAP.

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan

secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif


dan obyektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis (Suprajitno, 2017).

2.2.13 Peran Perawat dalam Keluarga

Peran perawat dalam sebuah keluarga menurut Suprajitno

(2017), yaitu :

a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan asuhan

keperawatan yang komprehensif mengenai diabetes militus kepada

individu dan anggota keluarga.

b. Pendidik (Educator)

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

mengenai diabetes militus kepada keluarga bahkan tindakan

keperawatan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku

dari pasien.

c. Koordinator (Coordinator)

Perawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian

pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai kebutuhan pasien dengan

diabetes militus.

d. Supervisor (Consultan)
Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap

keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur membahas

masalah diabetes militus.

e. Pembela (Advoktor)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-

hak keluarga sebagai klien dan menginterprestasi informasi dari

penyedia pelayanan kesehatan.

f. Fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah diabetes militus maupun

masalah kesehatan lainnya yang dialami oleh anggota keluarga

untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

g. Peneliti

Perawat melatih keluarga untuk dapat memahami diabetes militus

dan masalah kesehatan lainnya yang dialami oleh anggota keluarga.

h. Modifikasi Lingkungan

Perawat dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat

tercipta lingkungan yang sehat.

2.2.14 Mekanisme Intervensi Dalam Keluarga


Kesehatan mental dan pengetahuan merupakan sekelompok

reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu,

termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan

menginterprestasikan realita, merasakan dan menunjukan emosi dan

perilaku yang dapat diterima secara rasional seperti cemas, depresi

dan trauma karena Covid-19 yang dirasakan oleh masyarakat

Indonesia. keluarga terdekat dari penderita harus mampu memberikan

dukungan yang lebih tinggi kepada penderita. Keluarga dengan

penderita masalah kesehatan mental memiliki beban tersendiri

dibandingkan dengan penyakit fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan

meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari keluarga. Salah satu

peran dan fungsi keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarganya dalam

memberikan kasih sayang.

Dalam psikoedukasi terjadi proses sosialisasi dan pertukaran

pendapat bagi pasien dan tenaga profesional sehingga berkontribusi

dalam destigmatisasi gangguan psikologis yang beresiko untuk

menghambat pengobatan. Pendidikan keluarga sangat menunjang

dalam memberikan dukungan keluarga, pendidikan keluarga yang

tinggi dapat mengetahui kebutuhan anggota keluarganya sehingga

keluarganya akan memberikan dukungan support, masukan,

memberikan bimbingan dan saran yang berkualitas. (Vaghee dkk,

2017).
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.4 Konsep Covid-19 (Corona Virus)

2.1.9 Pengertian

Coronavirus adalah bagian besar virus yang menjadi penyebab

infeksi saluran pernafasan atas, mulai ringan hingga sedang seperti

penyakit flu. Namun beberapa jenis dari virus ini dapat mengakibatkan

penyakit yang lebih serius misalnya MERS-CoV dan SARS-CoV, serta

Pneumonia (CDC, 2020).

SARS terjadi pada tahun 2002 di Tiongkok, dan menyebar

kebeberapa negara termasuk Indonesia dan berakhir pertengahan 2003

(CDC, 2020). Perkembangan sampai 2020 terdapat tujuh coronavirus


(HCoVs) yang telah diidentifikasi diantaranya : HCoV-229E, HCoV-

OC43, HCoV-NL63, HCoV-HKU1, SARS-COV (yang menyebabkan

penyakit pernapasan akut), MERS-COV penyebab penyakit pernafasan

timur tengah, dan Covid-19 atau coronavirus penyebab wabah

Pneumonia yang berasal dari kota Wuhan. Penyebaran sampai ke

negara lainnya dan Indonesia pada Maret 2020 mengumumkan adanya

Covid-19.

2.1.10 Faktor Risiko

Virus corona ini dapat menginfeksi siapapun, selain bayi, anak-

anak, orang yang mempunyai kekebalan tubuh lemah juga rentan

terhadap serangan virus ini. Kondisi cuaca juga dapat berpengaruh,

seperti di Amerika Serikat lebih umum terjadi pada musim gugur dan

musim dingin. Selain itu seseorang yang tinggal dan berkunjung ke

daerah atau negara yang rawan terhadap virus ini juga berisiko

terserang. Misal berkunjung ke daerah Cina.

2.1.11 Penyebab Infeksi

Infeksi Covid-19 di timbulkan oleh virus Corona. Penyebaran

virus ini pada umumnya seperti virus lainnya yaitu menyebar melalui

droplet atau percikan saat batuk dan bersin, menyentuh mata, hidung

dan mulut setelah memegang barang yang terkena droplet pengidap

virus corona ini,sedangkan penularan melalui tinja dan feses jarang

terjadi.
Masa inkubasi Covid-19 belum diketahui secara pasti, namun

diperkirakan timbul gejala setelah 2-14 hari setelah masuk virus

kedalam tubuh. Transmisi Covid-19 ini berawal dari hewan ke hewan

namun jarang sekali virus ini berevolusi dan menginfeksi manusia.

Kasus di Wuhan kini menjadi bukti nyata virus ini menyebar dari

hewan ke manusia dan dapat menular dari manusia ke manusia

(NLMIH, 2020).

2.1.12 Gejala Infeksi Coronavirus

Gejala yang sering timbul pada penderita covid-19 ini, mulai

gejala ringan seperti hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit

tenggorokan, demam dan merasa tidak enak badan, hingga gejala berat

sesak nafas dan gagal nafas.

Infeksi Covid-19 ini dapat mengakibatkan gejala yang berat

dibanding dengan virus Corona lainnya. Perubahan gejala diawali

bronchitis dan pneumonia gejala yang timbul seperti batuk berdahak,

sesak nafas, nyeri dada, demam tinggi. Infeksi ini bertambah parah bila

menyerang pada individu yang memiliki penyakit penyerta seperti

penyakit jantung dan paru-paru, sisitem kekebalan tubuh rendah, bayi

dan lansia.

2.1.13 Diagnosis Infeksi Coronavirus


Dalam mendiagnosis infeksi corona, petugas kesehatan

mengawali anamnesis atau wawancara. Petugas akan menanyakan hal-

hal yang behubungan dengan gejalaserta keluhan yang dialami pasien.

Selain itu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dalam

menegakan diagnosis. Dokter mungkin juga akan melakukan tes sapuan

tenggorokan atau specimen pernafasan. Untuk kasus yang diduga

infeksi Covid-19 akan dilakukan tes swab tenggorokan, DPL, fungsi

hati, fungsi ginjal, dan CRP (NLMIH, 2020).

2.1.14 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari penyakit ini diawali

komplikasi pneumonia dan maslah pernafasan parah lainnya bila tidak

ditangani secara cepat dan tepat. Selain itu dapat menyebabbkan

kegagalan nafas, gagal jantung, gagal ginjal, dan bahkan kematian

(CDC, 2020).

2.1.15 Pengobatan Infeksi Covid-19

Menurut CDC, (2020) Tak ada perawatan khusus dalam

mengatasi infeksi virus ini. Pada umumya pengidap akan pulih dengan

sendirinya. Namun ada upaya yang dapat mengurangi gejala infeksi

seperti :

f. Minum obat yang megurangi rasa sakit, batuk dan demam. Tidak

disarankan menggunakan aspirin.


g. Gunakan pelembab ruangan atau mandi dengan air hangat dapat

meredakan sakit tenggorokan.

h. Meningkatkan istirahat.

i. Banyak mengkonsumsi asupan cairan tubuh.

j. Jika merasa cemas dengan gejala yang ditimbulkan, segera hubungi

layanan kesehatan terdekat.

Khusus infeksi Covid-19 yang dapat mengakibatkan penyakit

serius seperti SARS, MERS, penangannya akan disesuikan dengan

penyakit yang diderita dan kondisi pasien. Bila terinfeksi Covid-19

dokterakan merujuk ke RS rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinas

Kesehatan setempat. Apabila tidak dapat dirujuk dengan pertimbangan

beberapa alasan, dokter akan melakukan isolasi, serial photo thorak,

terapi simtomatik, terapi cairan, ventilator mekanik (bila gagal nafas),

dan dapat diberikan antibiotik bila terdapat infeksi bakteri.

2.1.16 Pencegahan Infeksi Covid-19

Pencegahan infeksi Covid-19 sampai saat ini belum ditemukan

vaksinnya, namun ada beberrapa cara pecegahan yang dapat dilakukan.

Menurut US National Library of Medicine National Institutes of Health

(2020), berikut hal yang dapat dilakukan :

j. Mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik hingga bersih

dilakukan sesering mungkin.

k. Menghindari menyentuh tangan dan mulut saat tangan dalam

keadaan kotor
l. Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang sakit

m. Hindari menyentuh hewan atau unggas liar

n. Bersihkan permukaan benda yang sering digunakan

o. Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu, lalu

buang tisu dan cuci tangan hingga bersih.

p. Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.

q. Gunakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan bila

menunjkan gejala penyakit saluran pernafasan.

r. Tingkatkan system kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin.

2.5 Konsep Terapi Psikoedukasi Keluarga

2.2.4 Pengertian

Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program

perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi,

edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi

merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatic(Stuart &

Laraia,2008).

Psikoedukasi keluarga adalah suatu metoda berdasarkan pada

penemuan klinis untuk melatih keluarga – keluarga dan bekerja sama

dengan para professional kesehatan jiwa sebagai bagian dari perawatan

menyeluruh secara klinis yang direncanakan untuk anggota keluarga.

Terapi Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif

karena dalam terapi mengandung unsure untuk meningkatkan


pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan tehnik yang dapat

membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala penyimpangan

perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.

2.2.5 Tujuan

Tujuan utama dari terapi psikoedukasi keluarga adalah saling

bertukar informasi tentang perawatan kesehatan mental akibat penyakit

fisik yang dialami, membantu anggota keluarga mengerti tentang

penyakit anggota kelurganya seperti gejala, pengobatan yang

dibutuhkan untuk menurunkan gejala dan lainnya (Varcaloris, 2006).

Pendidikan kelompok keluarga membantu anggota keluarga

membantu aggota keluarga mengerti tentang penyakit anggota

keluarganya seperti gejala, pengobatan yang dibutuhkan untuk

menurunkan gejala dan lainnya. Pertemuan psikoedukasi keluarga atau

beberapa beberapa keluarga memberikan perasaan saling berbagi dan

strategi untuk bersama – sama membagi perasaan yang dirasakan.

Kelompok psikoedukasi keluarga sangat bermanfaat untuk masalah

mental dan sama manfaatnya untuk penyakit medis atau bedah

(Varcarolis, 2006).

Tujuan umum dari psikoedukasi keluarga adalah menurunkan

intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkat yang rendah.

Tujuan khusus antara lain (Varcarolis, 2006)

g. Meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang penyakit dan

h. pengobatan.
i. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya menurunkan

angka kekambuhan atau serangan berulang pada penyakit yang

diderita.

j. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga.

k. Melatih keluarga untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan,

bertukar pandangan antar anggota keluarga dan orang lain.

l. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan

keluarga.

Tujuan program pendidikan ini adalah meningkatkan

pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan

keluarga teknik pengajaran untuk keluarga dalam membantu mereka

melindungi keluarganya dengan mengetahui gejala – gejala perilaku

dan mendukung kekuatan keluarga (Stuart& Laraia, 2008). Program ini

juga bertujuan untuk memberikan support keluarga.Keluarga dapat

mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan,

social dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk

anggota keluarganya. Walaupun focus dari terapi ini adalah kelompok

psikoedukasi keluarga, tapi pada prinsipnya tujuan dari terapi ini adalah

untuk memberikan perasaan sejahtera atau kesehatan mental pada

keluarga.

2.2.6 Langkah- Langkah Manajemen Psikoedukasi


e. Menggali pengetahuan klien tentang penyakit dan cara

pengobatannya

f. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya menurunkan

angka kekambuhan atau serangan berulang pada penyakit yang

diderita.

g. Mengembalikan fungsi pasien dan keluarga d. Melatih keluarga

untuk lebih bisa mengungkapkan perasaan, bertukar pandangan antar

anggota keluarga dan orang lain

h. Melakukan penelitian yang berkelanjutan tentang perkembangan

keluarga

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.2.15 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut

Departemen Kesehatan RI, (2018) keluarga adalah unit terkecil dari

suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah

tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan

menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga

adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

2.2.16 Struktur keluarga

Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur

keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

f. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ayah.

g. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.
h. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

i. Patrilokal

Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

j. Keluarga kawin

Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

Friedman, Bowden, & Jones dalam Harmoko (2012) membagi

struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran

keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga :

e. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara

emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular.

Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam

keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih,

atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal

anggota keluarga dapat mengungkap kanapa yang diinginkan melalui

kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan

tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua

arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami,
maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat

istri marah.

f. Struktur peran keluarga.

Peran masing-masing anggaota keluarga baik secara formal

maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan

keluarga.

g. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal

apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran

yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma

mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-

norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi

diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai

memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri

(Susanto, 2012). Nilai merupakan suatu sistem sikap dan

kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota

keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu

pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

h. Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual

maupun potensial dari individu untuk mengendalikan atau


mempengaruhi perilaku orang lain berubah ke arah positif. Tipe

struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol

seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),

seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahlidan lain-lain

(resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya

harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang

dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang

dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang

diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan

seksual (affective power).

2.2.17 Fungsi Keluarga

Menurut Setiadi, (2008) fungsi keluarga terdiri dari :

f. Fungsi biologis

Fungsi biologis hanya ditunjukan untuk meneruskan kelangsungan

keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak dengan

gizi yang seimbang, memelihara dan merawat anggota keluarga

juga bagian dari fungsi biologis keluarga.

g. Fungsi psikologis

Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga memberikan identitas keluarga.

h. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada

anak membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan

batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan

nilai-nilai budaya.

i. Fungsi ekonomi

Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari

sumber-sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi

kebutuhan yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak

dan jaminan hari tua.

j. Fungsi pendidikan

Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan

anak dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,

membentuk prilaku anak mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.2.18 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang

kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

f. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang

dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua

atau keluarga.

g. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.


Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan

kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

h. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui

keluarga sendiri. Anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu mendapatkan tindak lanjut atau perawatan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di

institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

i. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga.

j. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).

2.2.19 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem


Setiadi (2008). Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga.

Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman dalam Setiadi,

(2008) sebagai berikut : mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu

mengidentifikasi masalah dalam keluarga. Fungsi keluarga membuat

keputusan tindakan kesehatan yang tepat yaitu keluarga mampu

membuat keputusan dan merencanakan tindakan keperawatan keluarga,

dalam melakukan perawatan keluarga yakni keluarga mampu merawat

anggota keluarga sebelum anggota keluarga membawa anggota

keluarga ke tempat pelayanan kesehatan. Keluarga juga mampu

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat untuk

kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap mempertahankan

hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

Keluarga akan menggunakan fasilitas kesehatan sesuai dengan

kemampuan keluarga.

2.2.20 Kemampuan Keluarga

Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3

domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam Potter

dan Perry, 2005). Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan,

sikap dan praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang


sangat penting karena digunakan untuk menerima informasi baru dan

mengingat informasi tersebut. Saat keluarga diberikan informasi baru,

maka keluarga tersebut akan membentuk tindakan keluarga yang

merujuk pada pikiran rasional, mempelajari fakta, mengambil

keputusan dan mengembangkan pikiran. (Craven, 2006)

2.2.21 Stress Dan Koping Keluarga

STIMULUS KOPING ADAPTASI

Gambar 2.1. Stimulus – adaptasi dalam (Potter dan Perry, 2005)

d. Sumber stressor keluarga (Stimulus)

Menurut Friedman dalam Setiadi, (2008) mengidentifikasi tiga

strategi untuk adaptasi individu yang juga dapat digunakan pada

keluarga yaitu mekanisme pertahanan, merupakan cara-cara yang

dipelajari, kebiasaan dan otomatis untuk berespon, taktik untuk

menghindari masalah dan biasanya merupakan perilaku menghindari

sehingga cenderung disfungsi, strategi koping yaitu upaya-upaya

pemecahan masalah, biasanya merupakan strategi adaptasi positif

dan penguasaan yaitu merupakan mode adaptasi yang paling positif

sebagai hasil dari penggunaan strategi koping yang efektif dan

sangat berhubungan kompetensi keluarga

e. Koping Keluarga

Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga (analisa

interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang


digunakan keluarga dalam menyelesaikan masalah (mengendalikan

stress). Berkembang dan berubah sesuai tuntutan/stressor yang

dialami. Sumber koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota

keluarga sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga.

f. Strategi adaptasi disfungsional

Dapat berupa penyangkalan dan ekploitasi terhadap anggota

keluarga seperti kekerasan terhadap keluarga, kekerasan terhadap

pasangan, penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut, penyiksaan

orang tua, proses pengkambinghitaman dan penggunaan ancaman.

Penyangkalan masalah keluarga dengan menggunakan mitos

keluarga, triangling (pihak ketiga) dan pseudomutualitas,

pisah/hilangnya anggota keluarga dan otoritariansme.

2.2.22 Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama (Friedman dalam Setiadi, 2008) :

i. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :

4) Membina hubungan intim yang memuaskan

5) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok

sosial
6) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

j. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi

kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia

30 bulan :

4) Persiapan menjadi orang tua

5) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan sexual dan kegiatan keluarga

6) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

k. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan)

dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :

8) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman

9) Membantu anak untuk bersosialisasi

10) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi

11) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam

maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

12) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap

yang paling repot)

13) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga


14) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang

anak.

l. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam

tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga

sangat sibuk :

4) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan

5) Mempertahankan keintiman pasangan

6) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga.

m. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan

yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

5) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

6) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga


7) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

8) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

n. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada

anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

6) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

7) Mempertahankan keintiman pasangan

8) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

9) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

10) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

o. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

4) Mempertahankan kesehatan

5) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

6) Meningkatkan keakraban pasangan

p. Keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal

damapi keduanya meninggal :

6) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

7) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

8) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

9) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

10) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

2.2.23 Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan

yang di berikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk

membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,

2016). Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang

kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk

bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.

Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga adalah tingkat

keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga

sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, Dengan sehat sebagai tujuan

melalui perawatan sebagai saran atau penyalur (Effendi, 2012).


Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan

suatu pendekatan yang sistemik yaitu dengan keperawatan kesehatan

keluarga. Pendekatan ini digunakan dalam rangka mengidentifikasi

dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi keluarga dimulai

dari pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan keluarga,

perencanaan, pelaksanaan dan teknik evaluasi.

2.2.24 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Effendi, (2012) tujuan asuhan keperawatan keluarga

terbagi atas :

a. Tujuan umum

Untuk dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga

dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan keluarganya.

b. Tujuan khusus

Menurut Effendi, (2012) ditingkatkannya kemampuan keluarga

dalam beberapa hal antara lain :

6. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

7. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

8. Meningkatkan kemampuan keluarga mengambil keputusan yang

tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.


9. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

10. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam

meningkatkan mutu hidupnya.

2.2.25 Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Effendi, (2012) Dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-

keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan,

meliputi :

e. Keluarga dengan anngota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah sebagai berikut :

4) Tingkat social ekonomi rendah.

5) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah

kesehatan sendiri.

6) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan

penyakit keturunan.

f. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan :

6) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)

7) Menderita kekuarangan gizi atau anemia.

8) Menderita hipertensi.

9) Primeparaatau multipara.

10) Riwayat persalinan dengan komplikasi.


g. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena :

6) Lahir premature/BBLR

7) Berat badan sukar naik.

8) Lahir dengan cacat bawaan.

9) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi,

10) Ibu menderita penyakit menular yang dapat

mengancam bayi atau anaknya.

h. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga.

5) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk

digugurkan.

6) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota dengan sering

timbul cekcok dan ketegangan.

7) Ada anggota keluarga yang sering sakit.

8) Salah satu orang tua (istri/suami) meninggal, cerai, atau lari

meninggalkan keluarga (Effendi, 2012).

2.2.26 Diagnosa Keperawatan yang muncul

Menurut Effendi, (2012) Diagnosa Keperawatan yang sering

muncul antara lain :

a. Diagnosa individu :

4. Gangguan perfusi jaringan cerebral.

Intervensi :
e) Kaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya koma atau

menurunnya perfusi jaringan otak.

f) Monitor status neurologis secara teratur.

g) Monitor tanda-tanda vital.

h) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi seperti: fungsi bicara

jika pasien sadar.

5. Kurangnya pengetahuan.

Intervensi :

d) Kaji tingkat pengetahuan klien.

e) Jelaskan tentang stroke dan efeknya pada otak, jantung,

ginjal dan pembuluh darah.

f) Berikan penjelasan pentingnya kerja sama dengan petugas

kesehatan dalam pengobatan untuk mencegah kekambuhan.

6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Intervensi :

e) Kaji faktor-faktor penyebab atau penunjang.

f) Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau

penunjang.

g) Berikan makanan yang bergizi secara adekuat.

h) Berikan makanan perlahan mulai dari makanan saring atau

lunak.

b. Diagnosa keperawatan keluarga


Menurut Effendi, (2012) diagnosa keperawatan keluarga

terdiri dari :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

keluarga.

Intervensi :

e) Berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,

komplikasi,serta penanganannya.

f) Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

g) Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah

keluarga.

h) Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-

masalah kesehatan.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tidakan kesehatan yang tepat.

Intervensi :

d) Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat – akibat bila

mereka tidak mengambil keputusan.

e) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat

mereka pilih dan sumber-sumber yang di perlukan untuk

melakukan tindakan keperawatan.

f) Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.


3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

Intervensi :

e) Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga

yang sakit.

f) Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

g) Awasi keluarga melakukan perawatan.

h) Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.

4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi

anggota keluarga.

Intervensi:

f) Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

g) Berikan penjelasan tentang keuntungan dan manfaat

pemeliharaan lingkungan rumah.

h) Gali sumber-sumber keluarga yang mendukung memperbaiki

keadaan fisik rumah yang tidak sehat.

i) Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi

lingkungan.

j) Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya didalam

masyarakat guna memelihara kesehatan.


Intervensi :

e) Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga.

f) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi fasilitas

kesehatan.

g) Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

h) Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas

kesehatan bagi keluarga.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan

perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan

dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy, 2018).

Penyusunan rencana keperawatan keluarga dilakukan dalam 2

tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana keperawatan

(Suprajitno, 2017) :

5. Skala prioritas

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang

mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang

mempunyai skor terendah dengan beberapa criteria sebagai

berikut :

e. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)

f. Kemungkinan masalah dapat diubah

g. Potensi masalah untuk dicegah


h. Menonjolnya masalah

Kriteria Bobo Skor


t
Sifat masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan 2 Mudah =2
masalah untuk Sebagian =1
dipecahkan Tidak dapat = 0
Potensi 1 Tinggi =3
masalah untuk Cukup =2
dicegah Rendah =1
Menonjolnya 1 Segera diatasi = 2
masalah Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa

keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala

yang telah dirumuskan oleh Efendy, (2018). Proses scoring

dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

e. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

f. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan

bobot

g. Jumlahkan skor untuk semua criteria

h. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

6. Perencana

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan ditentukan

perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,

2018). Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi


serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang

berdasarkan tiga tingkat pencegahan berdasarkan SMART.

Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis

pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat

garis pertahanan tersier (Achjar, 2017). Tujuan terdiri dari

tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka

panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem atau

masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang

berorientasi pada lima tugas keluarga. TUK 1: keluarga mampu

mengenal definisi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan

cara mencegahnya. TUK 2 : keluarga mampu mengambil

keputusan untuk merawat anggota keluarga diabetes militus

dengan memilih tempat perawatan dan keutungannya. TUK 3:

keluarga mampu merawat anggotanya yang sakit dengan

memberi dukungan sumber spiritual untuk keluarga dan

mengetahui mengenai rencana medis dan keperawatan. TUK 4:

keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat

anggota keluarga diabetes militus dengan melakukan senam

diabetes. TUK 5: keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk terus dimanfaatkan.

7. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana

yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :

f. Sumber daya keluarga

g. Tingkat pendidikan keluarga

h. Adat istiadat yang berlaku

i. Respon dan penerimaan keluarga

j. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

8. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara

hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja

valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara

jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal

ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat

aktivitas yang telah dicapai (Friedman, 2013). Evaluasi disusun

mnggunakan SOAP.

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan

secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif


dan obyektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis (Suprajitno, 2017).

2.2.27 Peran Perawat dalam Keluarga

Peran perawat dalam sebuah keluarga menurut Suprajitno

(2017), yaitu :

i. Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan asuhan

keperawatan yang komprehensif mengenai diabetes militus kepada

individu dan anggota keluarga.

j. Pendidik (Educator)

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

mengenai diabetes militus kepada keluarga bahkan tindakan

keperawatan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku

dari pasien.

k. Koordinator (Coordinator)

Perawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian

pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai kebutuhan pasien dengan

diabetes militus.

l. Supervisor (Consultan)
Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap

keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur membahas

masalah diabetes militus.

m. Pembela (Advoktor)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-

hak keluarga sebagai klien dan menginterprestasi informasi dari

penyedia pelayanan kesehatan.

n. Fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah diabetes militus maupun

masalah kesehatan lainnya yang dialami oleh anggota keluarga

untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

o. Peneliti

Perawat melatih keluarga untuk dapat memahami diabetes militus

dan masalah kesehatan lainnya yang dialami oleh anggota keluarga.

p. Modifikasi Lingkungan

Perawat dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat

tercipta lingkungan yang sehat.

2.2.28 Mekanisme Intervensi Dalam Keluarga


Kesehatan mental dan pengetahuan merupakan sekelompok

reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu,

termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan

menginterprestasikan realita, merasakan dan menunjukan emosi dan

perilaku yang dapat diterima secara rasional seperti cemas, depresi

dan trauma karena Covid-19 yang dirasakan oleh masyarakat

Indonesia. keluarga terdekat dari penderita harus mampu memberikan

dukungan yang lebih tinggi kepada penderita. Keluarga dengan

penderita masalah kesehatan mental memiliki beban tersendiri

dibandingkan dengan penyakit fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan

meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari keluarga. Salah satu

peran dan fungsi keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarganya dalam

memberikan kasih sayang.

Dalam psikoedukasi terjadi proses sosialisasi dan pertukaran

pendapat bagi pasien dan tenaga profesional sehingga berkontribusi

dalam destigmatisasi gangguan psikologis yang beresiko untuk

menghambat pengobatan. Pendidikan keluarga sangat menunjang

dalam memberikan dukungan keluarga, pendidikan keluarga yang

tinggi dapat mengetahui kebutuhan anggota keluarganya sehingga

keluarganya akan memberikan dukungan support, masukan,

memberikan bimbingan dan saran yang berkualitas. (Vaghee dkk,

2017).
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengambilan data dilakukan di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Jagakarsa

Jakarta Selatan. Dimana untuk mendapatkan data gambaran nyata tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dan Tn. S dengan masalah

keperawatan perilaku cenderung beresiko, maka penulis menyajikan suatu kasus

yang penulis melakaukan observasi mulai tanggal 22 Januari 2020 sampai dengan

29 Januari 2020 dengan data pengkajian yang di ambil sebagai berikut :

2.7 Pengkajian

a. Identitas Klien

Klien 1 (Tn. M)
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : Nama kepala

keluarga (KK) Tn.M, Alamat Jln. Raya Lenteng Agung Jagakarsa, Agama

Islam, Pekerjaan kepala keluarga pensiunan swasta (tidak bekerja),

Pendidikan kepala keluarga, Tamat SD/Sederajat, Komposisi kepala

keluarga dan genogram Tn.M beumur 58 tahun, Ny.A berumur 55 tahun,

An.G berumur 35 tahun. Pekerjaan Tn. M sebagai kepala keluarga

merupakan pensiunan swasta, Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan anak

sebagai wiraswasta.

Tipe keluarga Keluarga Tn.M merupakan keluarga dengan tipe

extended family dimana dalam satu rumah terdapat ayah, ibu, anak, dan

mertua serta cucu. Suku bangsa Tn.M berasal dari Jawa Tengah

Seamarang. Sedangkan Ny.A berasal dari DKI Jakarta. Bahasa yang

digunakan dalam keluarga yaitu Bahasa Indonesia. Dalam berhubungan

sosial, keluarga tidak memandang etnis dan saling bekerjasama antara satu

dengan yang lainnya, tempat tinggal keluarga berbentuk rumah dan tidak

dipengaruhi oleh budaya tradisional ataupun modern.

Dalam keluarga tidak ada kebiasaan untuk diit maupun mengurangi

makanan asin dan manis, serta cara berpakaian tidak dipengaruhi oleh

budaya tradisional ataupun modern. Agama Seluruh anggota keluarga

Tn.M beragama Islam dan dalam pelaksanaan kegiatan beribadah sesuai

dengan agama yang dianut yaitu shalat dan berdoa. Agama dijadikan

sebagai dasar keyakinan oleh keluarga Tn.M dalam membina hubungan

baik dengan sesama.


Status ekonomi keluarga Tn.M bekerja sebagai seorang pensiunan

swasta sedangkan Ny.A hanya sebagasi ibu rumah tangga. Total

pendapatan keluarga perbulan yaitu di antara Rp. 2.500.000 – Rp.

4.000.000. Dalam satu hari, keluarga Tn.M mengeluarkan biaya sehari-

hari sebesar Rp. 50.000-Rp.10.000. Penghasilan yang didapatkan keluarga

Bp. N mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan memiliki tabungan.

Pengelola keungan dalam keluarga yaitu Ny. S.

Aktivitas rekreasi keluarga Tn.M mengatakan jarang berekreasi,

dan bila ada waktu senggang digunakan untuk menonton TV dangan

keluarga dan bermain bersama cucu. Riwayat dan tahap perkembangan

keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan

keluarga Tn.M saat ini, berada pada tahap keluarga dengan anak dewasa

dimana tugas perkembangannya yaitu menata kembali semua fasilitas dan

sumber penataan tanggung jawab antar anak, mempertahankan komunikasi

terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu. sedangkan tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah melepaskan anak

dan mendapatkan menantu.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga

Tn.M tahap perkembangan keluarga semua telah terpenuhi karna ketiga

anaknya telah dilepaskan dan mendapatkan menantu dan cucu dari ketiga

anak keluarga Tn.M. Riwayat keluarga inti Tn.M memiliki penyakit

Hypertensi dan baru saja Tn.M terinfeksi virus corona dengan mengatakan

leher belakangnya sering terasa sakit dan mungkin karena kecapekan,


makan makanan sesukanya (tidak dipantang), jarang berobat dan kontrol

penyakitnya dan merasa akan tertular lagi, Tn.M juga mider dengan

tetangga karna merasa akan menghidar dari keluarganya. Ny. S memiliki

riwayat penyakit Hypertensi dan DM dari orangtuanya, tetapi menurut

keluarga, saat ini Ny. M dalam keadaan sehat. An. G juga dalam keadaan

sehat. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (adanya penyakit

keturunan) dalam riwayat keluarga Tn.M mengatakan tidak mengetahui

tentang penyakit dari keluarga sebelum dirinya. Ny. S memiliki riwayat

Hipertensi dari ayahnya dan DM dari ibunya. Bapak Ny.A meninggal

akibat jantung, kakak Ny. M menderita jantung, adik Ny.A menderita

Hipertensi. Anggota keluarga lainnya dalam keadaan sehat.

Riwayat kesehatan masing-masing anggota kelurga : Tn.M dengan

berat badan 75 kg. Keadaan kesehatan umum baik, kesadaran CM, masih

mengeluh cemas dengan adanya pendemi covid-19 ini, apalagi Tn.M

pernah positif dan kadang juga terasa nyeri pada leher belakang kadang

juga cepat lelah, mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat imunisasi (BCG /

Polio / DPT / HB / Campak) tidak diketahui masalah kesehatan. Tindakan

yang telah dilakukan Rabu 22/01/2020 melakukan pemeriksaan tekanan

darah=180/90mmHg, dilakukan edukasi tentang covid-19. Pada Ny.A

dengan berat badan 60 kg.

Keadaan umum baik, kesadaran CM, merasa cemas dengan covid-

19 ini dan kadang merasa minder dengan tetangga. Riwayat imunisasi

(BCG/Polio/DPT/HB/Campak) tidak diketahui dengan pasti. Pada An.G


dengan berat badan 70 kg, Keadaan umum baik, kesadaran CM sering

merasa cemas juga dengan pedemi ini dan belum memhami proses

penyebaran dan cara pencegahannya. Tindakan yang dilakukan tgl

22/01/2020 pemeriksaan tekanan darah 112/80mmHg, konjungtiva anemis,

turgor kulit baik, CT<3dtk.

Fungsi perawatan kesehatan Ny.A mengatakan keluarga

mempunyai gula sejak baliau berusia 40 tahun kurang lebih 20 tahun yang

lalu dan menyebabkan beliu sering haus, sering lapar dan pernah kadar

gulah darah mencapai 500mg/dl dan pandangan kabur dan Ny.A

mengatakan tidak mengetahui penyakit ini dan tahu ketika diberitahukan

oleh dokter (saat control) untuk mengurangi makanan manis dan asin.

Ny.A juga mengatakan keluarga 2 bulan lalu positif covid-19. Ny.A

bertanya-tanya tentang penyakitnya baik mengenai pengertian tanda dan

gejala serta akibat dari penyakitnya agar cepat sembuh dan agak cemas

karna minder akan tetangga. Keluarga Tn.M sering juga mengatakan

keluarganya istrinya Ny.A untuk keluar rumah selalu menggunakan

masker, jangan terlalu keluar rumah dan berkerumun. keluarga Tn.M

mengetahui tentang fasilitas yang terdapat di lingkungan yaitu puskesmas,

posbindu dan rumah sakit serta mengetahui dari tempat tersebut yaitu

mendapatkan pengobatan dan menjadi sehat, tetapi jarang mengunjungi

tempat tersebut, lebih kedokter praktek/klinik, bila datang keluhan pada

Ny.A pemeriksaan gula sudah tidak control sejak 6 bulan yang lalu.

Keluarga Tn.M mengetahui pentingnya membersihkan lingkungan rumah


dengan cara disapu 2xsehari. Fasilitas kesehatan yang terdapat

dilingkungan keluarga Tn.M dapat dijangkau dengan berjalan kaki, naik

motor, angkutan umum.

Pengkajian lingkungan karakteristik rumah jenis perumahan yaitu

permanen dengan luas bangunan 3 x 10 m2, tidak memiliki perkarangan

rumah, rumah adalah milikNy.A sendiri, atap rumah terbuat dari genteng,

terdapat ventilasi rumah dengan luas < 10 % luas lantai, cahaya matahari

dapat masuk ke rumah pada pagi, siang dan sore hari (walaupun sedikit

karena jarak antar rumah sangat berdekatan), penerangan dalam rumah

menggunakan cahaya matahari dan listrik, lantai rumah terbuat dari

keramik, kondisi rumah secara keseluruhan dengan lantai bersih, perabotan

berdebu dan kurang rapi. Pengelolaan sampah keluarga tidak mempunyai

tempat pembuangan sampah sendiri. Menurut keluarga, sampah yang ada

sementara ditampung didalam rumah kemudian dibungkus dalam plastik

dan dibuang di tempat pembuangan sampah sementara yang ada di sekitar

lingkungan rumah, kemudian sampah tersebut diangkut oleh petugas

kebersihan.Sumber airSumber air yang digunakan keluargapompa tangan

dan sumber air minum yang digunakan adalah PAM. Jamban

KeluargaKeluarga Tn.M memiliki WC sendiri kamar mandi dan WC

leher angsa. Pembuangan air limbah. keluarga Tn.M mempunyai saluran

tempat pembuangan air limbah yang mengalir langsung keselokan dan

jaraknya sangat dekat dari rumah. Kondisi air selokan hitam dan dapat

mengalir lancar.
Karakteristik tetangga dan komunitas RW di lingkungan RT 008

kelurahan srengseng sawah kec jagakarsa penduduknya cukup padat, jarak

antar rumah tetangga berdempetan dan terlihat sesak, jarak ke jalan raya

tidak sekitar 5-10 menit dan letak rumah berada di gang sempit serta

hanya bisa dilewati oleh motor saja. Kondisi lingkungan bersih dan tidak

terdapat sumber polusi dari pabrik. Fasilitas yang terdapat di komunitas

yaitu fasilitas kesehatan, pasar, mesjid, sekolah dan transportasi. Mobilitas

perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Tn.M mengikuti

kegiatan pengajian setiap jumat malam pukul 19.00 dengan warga lain

tetapi Ny.A tidak mengikuti. Struktur keluarga Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn.M berkomunikasi secara dua arah saling menghargai bila ada

anggota keluarga sedang berbicara. Bila ada anggota keluarga yang sedang

menghadapi masalah dibicarakan secara terbuka sehingga masalah dapat

diselesaikan (dengan cara mengalah). Keluarga melibatkan emosi dalam

penyampaian pesan atau mengobrol. Struktur kekuatan keluarga dalam

keluarga Tn.M, pengambil keputusan yaitu Ny. S dan mengatur tentang

anggaran belanja. Dalam proses pengambilan keputusan dengan cara

dimusyawarakan dahulu sebelumnya. Struktur peran. Tn.M sebagai kepala

keluarga yang memimpin keluarga dan mencari nafkah, sedangkan Ny. S

sebagai istri yang bertugas mengatur keuangan dan membantu dalam

merawat cucunya. Keluarga Tn.M melaksanakan perannya dengan baik.

Nilai dan Norma keluarga Nilai dan norma budaya yang dianut oleh
keluarga Tn.M adalah budaya jawa dan tidak memiliki nilai-nilai

kepercayaan serta kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

Fungsi keluarga fungsi keagamaan fungsi keluarga Tn.M secara

keagamaan keluarga Tn.M selalu menjalankan sholat dan ibadah dan yakin

serta percaya bahwa tuhan yang maha kuasa selalu melindungi dan

memberikan berkat bagi keluarga Tn.M Fungsi sosial dan budaya Seluruh

anggota keluarga Tn.M dapat berinteraksi dengan baik didalam

lingkungannya tanggung jawab didalam keluarganya diberikan dengan

baik seperti Tn.M sebagai kepala keluarga, Ny.A sebagai istri dan An.G

sebagai pencari nafkah dan Tn.M dan Ny.A membantu menjaga cucu

dengan penuh kasih sayang. Lingkungan tempat tinggal keluarga tidak

memberikan dukungan dalam perkembangan anak dikarnakan tidak ada

fasilitas bermain karna sempit. Fungsi Cinta dan kasih saying Keluarga

Tn.M selalu membantu satu dengan yang lain .Tn.M dan Ny.A memelihara

dan menjaga cucu dengan baik dan penuh kasih sayang .An.G atau suami

bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga bersama dengan keluarga

Tn.M. Fungsi Perlindungan Semua keluarga Tn.M saling melindungi satu

dengan yang lain dalam menjalankan peran masing-masing anggota

keluarga. Tn.M dan Ny.A menjaga An.G begitupun sebaliknya dengan

menggunakan /berpatokan pada aturan-aturan dalam keluarga.

Fungsi Reproduksi Tn.M memiliki 2 orang anak yaitu An.A.(35

thn) dan Nn.S (30 thn). Keluarga Tn.M dan Ny.A mengikuti program KB

dan sekarang tidak lagi karna memasuki masa menopause. Fungsi


Sosialisasi dan pendidikan Keluarga Tn.M dapat bersosialisasi dengan

baik semua anak Tn.M dan Ny.A dapat bersekolah danada yang

menempuh perguruan tinggidan semua keluarga Tn.M dapat menjalani

pendidikan dengan baik anaknya maupun cucu Tn.M dan Ny.A. Fungsi

Ekonomi Tn.M mengatakan mampu mencukupi kebutuhan keluarga dan di

bantu An.G dari pendapatan yang diterima An.G. Tn.M menghasilkan

sebagian pendapatan untuk keperluan tidak terduga /pengobatan Tn.M dan

Ny.A dengan penyakit yang dialami mereka.

Stress dan koping keluarga Stressor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek dan panjang yang sedang dialami keluarga adalah

Ny.A mengalami sakit gula dan hipertensi dan Tn.M juga masih cemas

karena pernah positif covid-19 dan merasa belumpaham tentang proses

pencegahan covid-19. Stress jangka panjang keluarga adalah persiapan /

sarapan saat anggota keluarga yang sakit. Respon keluarga terhadap

stressor keluarga mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan

bersama-sama untuk mencari jalan keluarnya (musyawarah). Strategi

koping yang digunakan Keluarga Tn.M mengatakan bila ada masalah

selalu dibicarakan bersama untuk mencari jalan keluarnya.

Pola Kebiasaan Sehari-hari, frekuensi makan klien 3 kali sehari,

nafsu makan dan selera makan klien kuat, tidak ditemukan nyeri ulu hati

pada klien, tidak ada alergi makanan, klien juga tidak merasakan mual dan

muntah, klien makan dengam 1 porsi nasi lauk pauk. Klien makan pada

waktu pagi, siang dan malam. Klien tidak mengalami kesulitan dalam
mengunyah makanannya. Perawatan diri/personal hygiene Kebersihan

tubuh klien bersih dan rapi, karena klien mandi 2 kali sehari menggunakan

sabun, sikat gigi dan mulut bersih, kuku tangan dan kuku kaki klien tidak

panjang dan tidak ada kotoran. Mandi dan makan dilakukan klien sendiri

tanpa bantuan orang lain. Pola eliminasi BAB dan BAK klien dilakukan

secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain, BAB 1 kali sehari

pada pagi hari, BAB nya normal, karakteristik feses lembek, tidak

ditemukan riwayat perdarahan di feses. BAK 6-8 kali sehari, tidak

ditemukan nyeri, rasa terbakar dan lain sebagainya.

Klien 2 (Ny. S)

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : Nama kepala

keluarga (KK) Tn.S, Alamat Jln. Raya Lenteng Agung Jagakarsa, Agama

Islam, Pekerjaan kepala keluarga pensiunan swasta (tidak bekerja),

Pendidikan kepala keluarga, Tamat SD/Sederajat, Komposisi kepala

keluarga dan genogram Tn.S beumur 60 tahun, Ny.C berumur 58 tahun,

An.A berumur 30 tahun. Pekerjaan Tn.S sebagai kepala keluarga

merupakan pensiunan swasta, Ny.C sebagai ibu rumah tangga dan anak

sebagai wiraswasta.

Tipe keluarga Keluarga Tn.S merupakan keluarga dengan tipe

extended family dimana dalam satu rumah terdapat ayah, ibu, anak, dan

mertua serta cucu. Suku bangsa Tn.S berasal dari Jawa Timur. Sedangkan

Ny.C berasal dari Bogor. Bahasa yang digunakan dalam keluarga yaitu
Bahasa Indonesia. Dalam berhubungan sosial, keluarga tidak memandang

etnis dan saling bekerjasama antara satu dengan yang lainnya, tempat

tinggal keluarga berbentuk rumah dan tidak dipengaruhi oleh budaya

tradisional ataupun modern.

Dalam keluarga tidak ada kebiasaan untuk diit maupun mengurangi

makanan asin dan manis, serta cara berpakaian tidak dipengaruhi oleh

budaya tradisional ataupun modern. Agama Seluruh anggota keluarga Tn.S

beragama Islam dan dalam pelaksanaan kegiatan beribadah sesuai dengan

agama yang dianut yaitu shalat dan berdoa. Agama dijadikan sebagai dasar

keyakinan oleh keluarga Tn.S dalam membina hubungan baik dengan

sesama.

Status ekonomi keluarga Tn.S bekerja sebagai seorang pensiunan

swasta sedangkan Ny.C hanya sebagasi ibu rumah tangga. Total

pendapatan keluarga perbulan yaitu di antara Rp. 2.500.000 – Rp.

4.000.000. Dalam satu hari, keluarga Tn.S mengeluarkan biaya sehari-hari

sebesar Rp. 50.000-Rp.10.000. Penghasilan yang didapatkan keluarga Tn.

S mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan memiliki tabungan.

Pengelola keungan dalam keluarga yaitu Ny. C.

Aktivitas rekreasi keluarga Tn.S mengatakan jarang berekreasi, dan

bila ada waktu senggang digunakan untuk menonton TV dangan keluarga

dan bermain bersama cucu. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga


Tn.S saat ini, berada pada tahap keluarga dengan anak dewasa dimana

tugas perkembangannya yaitu menata kembali semua fasilitas dan sumber

penataan tanggung jawab antar anak, mempertahankan komunikasi

terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu. sedangkan tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah melepaskan anak

dan mendapatkan menantu.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga

Tn.S tahap perkembangan keluarga semua telah terpenuhi karna ketiga

anaknya telah dilepaskan dan mendapatkan menantu dan cucu dari ketiga

anak keluarga Tn.S. Riwayat keluarga inti Tn.S memiliki penyakit

Hypertensi dan baru saja Tn.M terinfeksi virus corona dengan mengatakan

leher belakangnya sering terasa sakit dan mungkin karena kecapekan,

makan makanan sesukanya (tidak dipantang), jarang berobat dan kontrol

penyakitnya dan merasa akan tertular lagi, Tn.S juga mider dengan

tetangga karna merasa akan menghidar dari keluarganya. Ny. C memiliki

riwayat penyakit Hypertensi dan DM dari orangtuanya, tetapi menurut

keluarga, saat ini Ny. C dalam keadaan sehat. An. A juga dalam keadaan

sehat. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (adanya penyakit

keturunan) dalam riwayat keluarga Tn.S mengatakan tidak mengetahui

tentang penyakit dari keluarga sebelum dirinya. Ny. C memiliki riwayat

Hipertensi dari ayahnya dan DM dari ibunya. Bapak Ny.A meninggal

akibat jantung, kakak Ny. M menderita jantung, adik Ny.A menderita

Hipertensi. Anggota keluarga lainnya dalam keadaan sehat.


Riwayat kesehatan masing-masing anggota kelurga : Tn.S dengan

berat badan 75 kg. Keadaan kesehatan umum baik, kesadaran CM, masih

mengeluh cemas dengan adanya pendemi covid-19 ini, apalagi Tn.S

pernah positif dan kadang juga terasa nyeri pada leher belakang kadang

juga cepat lelah, mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat imunisasi (BCG /

Polio / DPT / HB / Campak) tidak diketahui masalah kesehatan. Tindakan

yang telah dilakukan Rabu 22/01/2020 melakukan pemeriksaan tekanan

darah=175/95mmHg, dilakukan edukasi tentang covid-19. Pada Ny.C

dengan berat badan 65 kg.

Keadaan umum baik, kesadaran CM, merasa cemas dengan covid-

19 ini dan kadang merasa minder dengan tetangga. Riwayat imunisasi

(BCG/Polio/DPT/HB/Campak) tidak diketahui dengan pasti. Pada An.A

dengan berat badan 70 kg, Keadaan umum baik, kesadaran CM sering

merasa cemas juga dengan pedemi ini dan belum memhami proses

penyebaran dan cara pencegahannya. Tindakan yang dilakukan tgl

22/01/2020 pemeriksaan tekanan darah 115/75mmHg, konjungtiva anemis,

turgor kulit baik, CT<3dtk.

Fungsi perawatan kesehatan Ny.C mengatakan bahwa keluarga

mempunyai gula sejak baliau berusia 40 tahun kurang lebih 20 tahun yang

lalu dan menyebabkan beliu sering haus, sering lapar dan pernah kadar

gulah darah mencapai 325 mg/dl dan pandangan kabur dan Ny.C

mengatakan tidak mengetahui penyakit ini dan tahu ketika diberitahukan

oleh dokter (saat control) untuk mengurangi makanan manis dan asin.
Ny.C juga mengatakan keluarga 2 bulan lalu positif covid-19. Ny.C

bertanya-tanya tentang penyakitnya baik mengenai pengertian tanda dan

gejala serta akibat dari penyakitnya agar cepat sembuh dan agak cemas

karna minder akan tetangga. Keluarga Tn.S sering juga mengatakan

keluarganya istrinya Ny.C untuk keluar rumah selalu menggunakan

masker, jangan terlalu keluar rumah dan berkerumun. keluarga Tn.S

mengetahui tentang fasilitas yang terdapat di lingkungan yaitu puskesmas,

posbindu dan rumah sakit serta mengetahui dari tempat tersebut yaitu

mendapatkan pengobatan dan menjadi sehat, tetapi jarang mengunjungi

tempat tersebut, lebih kedokter praktek/klinik, bila datang keluhan pada

Ny.C pemeriksaan gula sudah tidak control sejak 5 bulan yang lalu.

Keluarga Tn.S mengetahui pentingnya membersihkan lingkungan rumah

dengan cara disapu 2x sehari. Fasilitas kesehatan yang terdapat

dilingkungan keluarga Tn.S dapat dijangkau dengan berjalan kaki, naik

motor, angkutan umum.

Pengkajian lingkungan karakteristik rumah jenis perumahan yaitu

permanen dengan luas bangunan 3 x 10 m2, tidak memiliki perkarangan

rumah, rumah adalah milik Ny.C sendiri, atap rumah terbuat dari genteng,

terdapat ventilasi rumah dengan luas < 10 % luas lantai, cahaya matahari

dapat masuk ke rumah pada pagi, siang dan sore hari (walaupun sedikit

karena jarak antar rumah sangat berdekatan), penerangan dalam rumah

menggunakan cahaya matahari dan listrik, lantai rumah terbuat dari

keramik, kondisi rumah secara keseluruhan dengan lantai bersih, perabotan


berdebu dan kurang rapi. Pengelolaan sampah keluarga tidak mempunyai

tempat pembuangan sampah sendiri. Menurut keluarga, sampah yang ada

sementara ditampung didalam rumah kemudian dibungkus dalam plastik

dan dibuang di tempat pembuangan sampah sementara yang ada di sekitar

lingkungan rumah, kemudian sampah tersebut diangkut oleh petugas

kebersihan.Sumber airSumber air yang digunakan keluargapompa tangan

dan sumber air minum yang digunakan adalah PAM. Jamban

KeluargaKeluarga Tn.S memiliki WC sendiri kamar mandi dan WC

leher angsa. Pembuangan air limbah. keluarga Tn.S mempunyai saluran

tempat pembuangan air limbah yang mengalir langsung keselokan dan

jaraknya sangat dekat dari rumah. Kondisi air selokan hitam dan dapat

mengalir lancar.

Karakteristik tetangga dan komunitas RW di lingkungan RT 008

kelurahan srengseng sawah kec jagakarsa penduduknya cukup padat, jarak

antar rumah tetangga berdempetan dan terlihat sesak, jarak ke jalan raya

tidak sekitar 5-10 menit dan letak rumah berada di gang sempit serta

hanya bisa dilewati oleh motor saja. Kondisi lingkungan bersih dan tidak

terdapat sumber polusi dari pabrik. Fasilitas yang terdapat di komunitas

yaitu fasilitas kesehatan, pasar, mesjid, sekolah dan transportasi. Mobilitas

perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Tn.S mengikuti

kegiatan pengajian setiap jumat malam pukul 19.00 dengan warga lain

tetapi Ny.C tidak mengikuti. Struktur keluarga Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn.S berkomunikasi secara dua arah saling menghargai bila ada
anggota keluarga sedang berbicara. Bila ada anggota keluarga yang sedang

menghadapi masalah dibicarakan secara terbuka sehingga masalah dapat

diselesaikan (dengan cara mengalah). Keluarga melibatkan emosi dalam

penyampaian pesan atau mengobrol. Struktur kekuatan keluarga dalam

keluarga Tn.S, pengambil keputusan yaitu Ny.C dan mengatur tentang

anggaran belanja. Dalam proses pengambilan keputusan dengan cara

dimusyawarakan dahulu sebelumnya. Struktur peran. Tn.S sebagai kepala

keluarga yang memimpin keluarga dan mencari nafkah, sedangkan Ny. C

sebagai istri yang bertugas mengatur keuangan dan membantu dalam

merawat cucunya. Keluarga Tn.S melaksanakan perannya dengan baik.

Nilai dan Norma keluarga Nilai dan norma budaya yang dianut oleh

keluarga Tn.S adalah budaya jawa dan tidak memiliki nilai-nilai

kepercayaan serta kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

Fungsi keluarga fungsi keagamaan fungsi keluarga Tn.S secara

keagamaan keluarga Tn.S selalu menjalankan sholat dan ibadah dan yakin

serta percaya bahwa tuhan yang maha kuasa selalu melindungi dan

memberikan berkat bagi keluarga Tn.S Fungsi sosial dan budaya Seluruh

anggota keluarga Tn.S dapat berinteraksi dengan baik didalam

lingkungannya tanggung jawab didalam keluarganya diberikan dengan

baik seperti Tn.M sebagai kepala keluarga, Ny.A sebagai istri dan An.G

sebagai pencari nafkah dan Tn.S dan Ny.C membantu menjaga cucu

dengan penuh kasih sayang. Lingkungan tempat tinggal keluarga tidak

memberikan dukungan dalam perkembangan anak dikarnakan tidak ada


fasilitas bermain karna sempit. Fungsi Cinta dan kasih saying Keluarga

Tn.M selalu membantu satu dengan yang lain .Tn.S dan Ny.C memelihara

dan menjaga cucu dengan baik dan penuh kasih sayang .An.G atau suami

bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga bersama dengan keluarga

Tn.S. Fungsi Perlindungan Semua keluarga Tn.S saling melindungi satu

dengan yang lain dalam menjalankan peran masing-masing anggota

keluarga. Tn.S dan Ny.C menjaga An.G begitupun sebaliknya dengan

menggunakan /berpatokan pada aturan-aturan dalam keluarga.

Fungsi Reproduksi Tn.S memiliki 3 orang anak yaitu An.A.(35

thn), Nn.S (30 thn) dan An.S (20 thn). Keluarga Tn.S dan Ny.C mengikuti

program KB dan sekarang tidak lagi karna memasuki masa menopause.

Fungsi Sosialisasi dan pendidikan Keluarga Tn.S dapat bersosialisasi

dengan baik semua anak Tn.S dan Ny.A dapat bersekolah danada yang

menempuh perguruan tinggidan semua keluarga Tn.S dapat menjalani

pendidikan dengan baik anaknya maupun cucu Tn.S dan Ny.A. Fungsi

Ekonomi Tn.M mengatakan mampu mencukupi kebutuhan keluarga dan di

bantu An.G dari pendapatan yang diterima An.G. Tn.S menghasilkan

sebagian pendapatan untuk keperluan tidak terduga /pengobatan Tn.S dan

Ny.C dengan penyakit yang dialami mereka.

Stress dan koping keluarga Stressor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek dan panjang yang sedang dialami keluarga adalah

Ny.A mengalami sakit gula dan hipertensi dan Tn.S juga masih cemas

karena pernah positif covid-19 dan merasa belumpaham tentang proses


pencegahan covid-19. Stress jangka panjang keluarga adalah persiapan /

sarapan saat anggota keluarga yang sakit. Respon keluarga terhadap

stressor keluarga mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan

bersama-sama untuk mencari jalan keluarnya (musyawarah). Strategi

koping yang digunakan Keluarga Tn.S mengatakan bila ada masalah selalu

dibicarakan bersama untuk mencari jalan keluarnya.

Pola Kebiasaan Sehari-hari, frekuensi makan klien 3 kali sehari,

nafsu makan dan selera makan klien kuat, tidak ditemukan nyeri ulu hati

pada klien, tidak ada alergi makanan, klien juga tidak merasakan mual dan

muntah, klien makan dengam 1 porsi nasi lauk pauk. Klien makan pada

waktu pagi, siang dan malam. Klien tidak mengalami kesulitan dalam

mengunyah makanannya. Perawatan diri/personal hygiene Kebersihan

tubuh klien bersih dan rapi, karena klien mandi 2 kali sehari menggunakan

sabun, sikat gigi dan mulut bersih, kuku tangan dan kuku kaki klien tidak

panjang dan tidak ada kotoran. Mandi dan makan dilakukan klien sendiri

tanpa bantuan orang lain. Pola eliminasi BAB dan BAK klien dilakukan

secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain, BAB 1 kali sehari

pada pagi hari, BAB nya normal, karakteristik feses lembek, tidak

ditemukan riwayat perdarahan di feses. BAK 6-8 kali sehari, tidak

ditemukan nyeri, rasa terbakar dan lain sebagainya.


b. Analisa Data

No Data Problem

1 DS:
1. Tn.M mengatakan merasa Perilaku cenderung
cemas dan takut akan terpapar beresiko berhubungan
covid-19 kurang pengetahuan
2. Tn. M mengatakan merasa tentang covid-19 Tn.M
minder dengan tetangga rumah
karna pernah terpapar covid-19
3. Tn.M mengatakan belum
paham cara pencegahan covid-
19
4. Tn.M mengatakan maish takut
bila di ajak SWAB
DO :
1. Merasa cemas dan takut terpapar
covid-19
2. Tn.S bertanya-tanya tentang cara
pencegahan covid-19
3. TTV: TD=118/85 mmHg
N=88x/mnt, RR=18 x/mnt,
S=36,2 C
4. Kesadaran CM

2 DS:
1. Tn.S mengatakan merasa cemas Perilaku cenderung
dan takut akan terpapar covid-19 beresiko berhubungan
2. Tn. S mengatakan merasa minder kurang pengetahuan
dengan tetangga rumah karna tentang covid-19 Tn.S
pernah terpapar covid-19
3. Tn.S mengatakan belum paham
cara pencegahan covid-19
4. Tn.S mengatakan maish takut
bila di ajak SWAB
DO :
1. Merasa cemas dan takut
terpapar covid-19
2. Tn.M bertanya-tanya tentang
cara pencegahan covid-19
3. TTV: TD=118/85 mmHg
4. N=88x/mnt, RR=18 x/mnt,
S=36,2 C
5. Kesadaran CM

Skor Penipisan Masalah dengan Diagnosa :

a. Perilaku cenderung beresiko pada Tn.M dan Tn.S

Kriteria Skor Rasionalisasi

1. Sifat masalah = 2/3x1 Klien menderita covid-19.


a. Aktual Tidak menggunakan pengalas
(tidak/kurang Skor kaki dalam rumah dari hasil
sejahtera) pemeriksaan dokter untuk
=2/3
proses pencegahan covid-19
b. Ancaman
kesehatan =bobot=1
c. Keadaan
sejahtera
2. Kemungkinan =2/2x2 Pengetahuan keluarga tentang
masalah dapat covid-19 dapat ditingkatkan
diubah Skor keuangan keluarga Tn.M
a. Mudah cukup memadai pelayanan
=2
kesehatan tersedia dan mudah
b. Sebagian
Bobot=2 terjangkau, keluarga
c. Tidak dapat mempunyai kemampuan untuk
sehat adanya petugas kesehatan
baik puskesmas, kader dan
mahasiswa yang siap
membantu menyelesaikan
masalah yang ada.

3. Potensi masalah =2/3x1 Covid-19 sudah terjadi pada


untuk dicegah Ny.A dan Tn.M gejala seperti
a. Tinggi Skor batuk, sesak dan demam.
b. Cukup =2/3
c. Rendah
Bobot=1

4. Menonjolnya =1/2x1 Ny.A menganggap ada


masalah masalah instruksi dokter serta
a. Masalah berat Skor meminta penyakitnya untuk
dan harus segera diobati dan cara pencegahan
=1
ditangani agar bisa sembuh tetapi
Bobot=1 menganggap masalah biasa.
b. Ada masalah,
tidak perlu
segera ditangani

c. Masalah tidak
dirasakan

2.8 Masalah Keperawatan

Adapun masalah keperawatan dari setiap diagnosa yang sudah

ditegakkanyaitu sebagai berikut :

Pasien 1 dan 2 (Tn.M dan Tn.S)

Perilaku cenderung beresiko berhubungan kurang pengetahuan tentang covid-

19
2.9 Intervensi Keperawatan

Adapun rencana keperawatan dari setiap diagnosa yang sudah ditegakkan yaitu sebagai berikut :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Standar Evaluasi

Keperawatan NOC NIC

1 Perilaku  Setelah dilakukan kunjungan 5x45 menit  Kriteria hasil NIC :


cenderung keluarga dapat Keluarga Mampu
beresiko 1. Kriteria hasil NOC : Pengetahuan tentang Mengenal Masalah
proses penyakit (1602) Pengajaran Proses
berhubungan
Skala Penyakit (5602).
kurang 1. Kaji tingkat pengetahuan
Indikator
pengetahuan Kaji Target pasien terkait dengan
tentang covid-19 proses penyakit yang
Tn.M 1. Pengertian 3 5 spesifik
Penyakit Keluarga mampu
2. Penyebab 3 5 mengenal covid-19
Penyakit dengan menyebutkan
3. Tanda & 2 5 defenisi, penyebab,
Gejala
manifestasi klinis dan
Keterangan :
pencegahan covid-19.
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan sedang

45
5. Pengetahuan banyak Keluarga mampu
mengenal covid-19
dengan menyebutkan 3
2. Identifikasi penyebab dari 5 penyebab defenisi,
diabetes militus penyebab, manifestasi
klinis dan pencegahan
covid-19.

3. Edukasi pasien mengenai


penyakit tanda dan Keluarga mampu
gejala penyakit yang
harus di laporkan ke mengenal diabetes
petugas militus dengan
menyebutkan 4 dari 7
defenisi, penyebab,
manifestasi klinis dan
pencegahan covid-19.

Keluarga dapat mengenal


diabetes militus dengan
menyebutkan 2 dari 3
defenisi, penyebab,
manifestasi klinis dan
4. Intruksikan pasien pencegahan covid-19.
mengenai tindakan untuk
mencegah covid-19
 Setelah dilakukan kunjungan 5x45  Kriteria hasil NIC :
kemampuan memutuskan tindakan dukung pengambilan
keyakinan keluarga untuk meningkatkan keputusan (5250)
atau memperbaiki kesehatan. 1. Informasi kepada pasien
2. Krteria hasil NOC : Kemampuan dan keluarga mengenai
melakukan berpartisipasi dalam solusi alternatif Keluarga mampu
memutuskan perawatan kesehatan (2202)
mengambil keputusan
untuk merawat anggota
Skala keluarga dengan covid-
Indikator 19 yaitu memilih solusi
Kaji Target untuk merawat di
1. Memutuskan 3 5 fasilitas kesehatan dari
untuk pada di tempat lain
Mengatasi
Masalah

2. Bantu pasien dan Keluarga mampu


Keterangan : keluarga
mengambil keputusan
1. Sangat tidak mampu mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian merawat anggota
2. Tidak mampu
3. Mampu dari setiap alternatif keluarga dengan covid-
4. Sangat mampu pilihan 19 dengan menyebutkan
5. Mampu secara berkelanjutan 2 dari 2 keuntungan
berobat dan pencegahan
dari fasilitas kesehatan
yaitu mendapat
pelayanan sesuai dengan
penyakitnya dan
mendapatkan pengobatan
sesuai dengan
penyakitnya.

Ketidakefektifan  Setelah dilakukan kunjungan 8x45  Kriteria hasil NIC=


Pemeliharaan mnt keluarga dapat. kemampuan memutuskan
Kesehatan 2. Partisipasi keluarga dalam perawatan tindakan/keyakinan
profesional. kriteria hasil keluarga untuk
Keluarga
NOC=(2609/2605) meningkatkan
Khususnya /memperbaiki kesehatan
Skala
Ny.A Indikator  Dukungan pengambilan
Kaji Target keputusan (5200)
1. Memberikan sumber
1. Berpartisispasi 3 5 spiritual pada keluarga,
dalam sesuai kebutuhan
perencanaan
perawatan
2. Berpartisipasi 3 5
dalam Keluarga mempu
menyediakan
merawat anggota
perawatan
tradisional keluarga dengan covid-
2. Identifikasi kesiapan 19 yaitu keluarga mampu
3. Berpartisipasi pasien dan keluarga menjalankan ibadah
dalam tujuan 4 5 sesuai keyakinan
untuk membuat tindakan
bersama
terkait dengan pelaksanaan terapi
perawatan.
psikoedukasi keluarga

Keluarga mempu
merawat anggota dengan
Keterangan :
pencegahan covid-19
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan dengan tindakan
3. Motifasi keluarga untuk
3. Kadang menunjukan pelaksanaan terapi
melakukan tindakan
4. Sering menunjukan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
5. Secara konsisten menunjukan psikoedukasi keluarga
Beri pujian atas usaha
positif keluarga

Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan covid-
19 yaitu dengan
menggunakan tindakan
pelaksanaan terapi
psikoedukasi keluarga
dan melakukan selama 3
hari berturut turut.

Ketidakefektifan  Setelah dilakuakan kunjungan 5x45 menit  Kriteria hasil : keluarga


Pemeliharaan keluarga mampu merawat keluarga mampu merawat keluarga
Kesehatan 4. Dengan kriteria hasil NOC: Kontrol dengan. Menejemen
resiko : diabetes militus (1928) resiko diabetes (4050)
Keluarga
Skala 1. Identifikasi kesiapan
Khususnya pasien dan keluarga
Indikator
Ny.A Kaji Target untuk mempelajari gaya
hidup yang dimodifikasi Keluarga mampu
1. Memanfaatkan 1 5 yaitu covid-19 memodifikasi lingkungan
dukungan untuk
untuk anggota keluarga
modifikasi gaya
hidup dengan covid-19 yang
2. Mengenali menyebutkan tindakan
tujuan 1 5 pelaksanaan terapi
kebutuhan psikoedukasi keluarga
3. Menggunakan
teknik senam
diabetes secara
teratur
1 5
Keluarga mampu
meoidifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga
Keterangan : dengan covid-19 dengan
2. Instruksi pasien dan
1. Tidak pernah menunjukan menyebutkan 3 dari 5
keluarga mengenai
2. Jarang menunjukan
kebutuhan untuk tindakan pelaksanaan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan mencapai tujuan terapi psikoedukasi
5. Secara konsisten menunjukan keluarga dan
menyebutkan defenisi,
penyebab, manifestasi
klinis dan pencegahan
covid-19

Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga
dengan tindakan
3. Instruksikan klien dan
pelaksanaan terapi
keluarga melakukan
senam diabetes secara psikoedukasi keluarga
teratur dan menyebutkan
defenisi, penyebab,
manifestasi klinis dan
pencegahan covid-19
Ketidakefektifan  Setelah dilakukan kunjungan 5x45 menit  Kriteria hasil NIC :
Pemeliharaan keluarga memiliki kemampuan untuk keluarga memiliki
Kesehatan memanfaatkan pelayanan kesehatan kemampuan untuk
dengan kriteria memanfakan pelayan
Keluarga
4. Hasil NOC : perilaku mencari pelayanan kesehatan dengan konsul
Khususnya kesehatan (1603) hasil (7910)
Tn.M dan Tn.S Skala
Indikator 1. Identifikasi tujuan
Kaji Target konsultasi

1. Mengajukan 3 5
pertanyaan
yang
berhubungan Klien dan keluarga
dengan mampu memanfaatkan
kesehatan tenaga kesehatan dengan
2. Manfaatkan 4 5 menyebutkan 3 dari 5
bantuan dari tenaga kesehatan yaitu
profesional perawat puskesmas,
kesehatan
dokter, ahli gizi,
3. Mencari
bantuan bila 3 5 mahasiswa kesehatan dan
diperlukan kader

Keterangan : 2. Diskusi bersama


1. Tidak pernah menunjukan keluarga manfaat
2. Jarang menunjukan fasilitas kesehatan Klien dan keluarga
3. Kadang menunjukan mampu memanfaatkan
4. Sering menunjukan fasilitas kesehatan yang
5. Secara konsisten menunjukan ada untuk mengatasi
covid-19 dengan
menyebutkan 2 dari 3
jenis fasilitas kesehatan
yang ada yaitu
puskesmas, rumah sakit ,
dan klinik dokter
3. Motivasi keluarga
mengunjungi fasilitas
kesehatan untuk
mengatasi masalah
kesehatan keluarga. Keluarga mampu
mengandalkan fasilitas
yang ada untuk merawat
Klien dan keluarga
diaman menggunakan
tindakan pelaksanaan
terapi psikoedukasi
keluarga dan
menyebutukan defenisi,
penyebab, manifestasi
klinis dan pencegahan
covid-19

yaitu dengan
mengunjungi fasilitas
kesehatan yang terdekat

2.10 Implementasi dan evaluasi Keperawatan

Adapun rencana keperawatan dari setiap diagnosa yang sudah ditegakkanyaitu sebagai berikut :

a. Perilaku cenderung beresiko berhubungan kurang pengetahuan tentang covid-19

No Tanggal Diagnosa Tindakan Evaluasi

1. 22/01/20 Perilaku TUK 1 : Keluarga mampu mengenal S:


20 cenderung
diabetes militus  Klien dan keluarga mengatakan tentang
beresiko
berhubungan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan covid-19 dan tahu cara pencegahannya
kurang pasien terkait dengan proses  Klien dan keluarga mengatakan
pengetahuan
tentang covid-19 penyakit yang spesifik penyebab covid-19 yaitu menyebar
Tn.M dan Tn.S 2. Mengidentifikasi penyebab melalui droplet atau percikan saat
Covid-19 batuyk, bersin, menyentuh hidung, mata
3. Mengedukasi pasien mengenai dan mulut.
penyebab penyakittanda dan  Klien dan keluarga mengatakan tanda
gejala penyakit yang harus di dan gejala covid-19 adalah hidung
laporkan ke petugas beringus, sakit kepala, batuk, sakit
4. Mengintruksikan pasien mengenai tenggorokan, demam dan merasa tidak
tindakan untuk mencegah covid- enak badan, hingga gejala berat sesak
nafas dan gagal nafas.
19
 Klien dan keluarga mengatakan cara
pencegahan covid-19 adalah Mencuci
tangan dengan sabun selama 20 detik
hingga bersih dilakukan sesering
mungkin, Menghindari menyentuh
tangan dan mulut saat tangan dalam
keadaan kotor, Hindari kontak langsung
atau berdekatan dengan orang sakit,
Bersihkan permukaan benda yang sering
digunakan, Tutup hidung dan mulut
ketika bersin atau batuk dengan tisu, lalu
buang tisu dan cuci tangan hingga bersih,
Jangan keluar rumah dalam keadaan
sakit, Gunakan masker dan segera
berobat ke fasilitas kesehatan bila
menunjkan gejala penyakit saluran
pernafasan, Tingkatkan system
kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi
vitamin

O:

 Pemeriksaan fisik pada klien (Tn.M)


 Tingkat kesadaran compos mentis
 TD : 118/80 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 RR : 18 x/menit
 S : 36.2 0C
 Klien dan keluarga tampak koperatif
saat mengikuti penyuluhan
 Klien dan keluarga tampak mendengar
penyuluhan mahasiswa dengan sangat
antusias
 Klien dan keluarga tampak menjawab
semua pertanyaan selama diskusi
 Klien dan keluarga tampak menjawab
defenisi covid-19 dengan benar
 Klien dan keluarga tampak
menyebutkan 3 dari 5 penyebab covid-
19
 Klien dan keluarga tampak
menyebutkan 4 dari 7 tanda dan gejala
covid-19
 Klien dan keluarga tampak
menyebutkan pencegahan covid-19

A : TUK 1 teratasi dengan Indikator :

Skala
Indikator
Kaji Target Hasil

1. Pengertian 3 5 5
Penyakit
2. Penyebab 3 5
Penyakit 5
3. Tanda & 2 5
Gejala
5

P : Intervensi TUK 1 dipertahankan

Lanjutkan ke TUK 2

2 23/01/20 Perilaku TUK 2 : Keluarga mampu mengambil S:


cenderung
20 beresiko Keputusan untuk merawat anggota  Klien dan keluarga mengatakan selama
berhubungan ini merawat anggota keluarga dengan
keluarga dengan covid-19
kurang diabetes diklinik dokter atau puskesmas
pengetahuan 1. Menginformasi kepada pasien tergantung ada biaya
tentang covid-19 dan keluarga mengenai solusi  Klien dan keluarga mengatakan
Tn.M dan Tn.S alternatif keuntungan berobat di fasilitas kesehatan
2. Membantu pasien dan keluarga adalah mendapatkan pelayanan sesuai
dengan penyakit dan berobat di tempat
mengidentifikasi keuntungan dan
lain tidak membawa perubahan
kerugian dari setiap alternatif  Klien dan keluarga mengatakan selalu
menjalankan sholat
pilihan
O:
 Klien dan keluarga tampak koperatif
selama proses diskusi
 Klien dan keluarga tampak antusias
mendengarkan penjelasan dari
mahasiswa
 Klien dan keluarga tampak menjawab
semua pertanyaan selama proses diskusi
 Klien dan keluarga tampak menjawab
keuntungan berobat, perawatan dan
pencegahan di fasilitas kesehatan dan
kerugian di tempat lain
A : TUK 2 teratasi dengan indikator :

Skala
Indikator

Kaji Target Hasil

1. Memutuskan 3 5 5
untuk
Mengatasi
Masalah

P : Intervensi TUK 2 dipertahankan


Lanjutkan Intervensi TUK 3

3 24-28 Perilaku TUK 3 : Keluarga mampu merawat S:


/01/2020 cenderung anggota keluarga dengan covid-19 :
beresiko 1. Klien dan keluarga mengatakan dapat
berhubungan 1. Memberikan sumber spiritual pada menjalankan sholat 5 waktu terkadang
kurang keluarga, sesuai kebutuhan tidak karena menjaga cucu yang masih
pengetahuan 2. Mengidentifikasi kesiapan pasien dan kecil
tentang covid-19 keluarga dalam menerapankan 2. Klien dan keluarga mengatakan masih
Tn.M dan Tn.S tindakan pelaksanaan terapi cemas dan belum paham tentang
psikoedukasi keluarga tentang covid- covid-19 dan proses pencegahannya
19 3. Klien dan keluarga mengatakan
3. Motifasi keluarga untuk melakukan bersedia untuk mendengarkan edukasi
penerapan tindakan pelaksanaan terapi tentang covid-19 dan proses
psikoedukasi pada keluarga pencegahannya
4. Klien dan keluarga mengatakan baru
mengetahui saat dilakukan terapi
psikoedukasi.
O:
 Klien dan keluarga tampak koparatif
selama proses diskusi
 Klien dan keluarga tampak antusias
dalam bertanya tentang terapi
psikoedukasi keluarga
 Klien dan keluarga tampak turut
membantu dalam penerapan tindakan
pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
A : TUK 3 teratasi dengan indikator :

Skala
Indikator
Kaji Target Hasil

1. Berpartisispas 3 5 5
i dalam
perencanaan
perawatan
2. Berpartisipasi 3 5
dalam
menyediakan
edukasi 5
tentang covid-
19
3. Berpartisipasi 4 5
dalam tujuan
bersama
terkait dengan
perawatan.
5

P : Intervensi TUK 3 di pertahankan


Lanjutkan Intervensi TUK 4

4 30/01/20 Perilaku TUK 4 : Keluarga mampu S:


20 cenderung
memodifikasi lingkungan untuk  Klien dan keluarga mengatakan terapi
beresiko
berhubungan anggota keluarga dengan dcovid-19 psikoedukasi adalah proses untuk
kurang memberikan pemahaman kepada pasien
1. Identifikasi kesiapan pasien dan
pengetahuan dan kelurga tentang covid-19 dan proses
tentang covid-19 keluarga untuk mempelajari gaya
pencegahan covid-19
Tn.M dan Tn.S hidup yang dimodifikasi yaitu
 Klien dan keluarga mengatakan senang
memberikan edukasi dan proses
meemahami tenag covid-19 dan proses
pencegahan tentang covid-19 pencegahannya
2. Instruksi pasien dan keluarga
mengenai kebutuhan untuk O:
mencapai tujuan  Klien dan keluarga tampak koperatif
3. Instruksikan klien dan keluarga dalam proses diskusi
melakukan psikoedukasi tentang  Klien dan keluarga tampak antusias
covid-19 dengan baik mendengarkan penjelasan mahasiswa
 Klien dan keluarga tampak menjawab
4. Menggali permasalahan mitra, pada semua pertanyaan selama proses diskusi
tahap ini ditemukan bahwa  Klien dan keluarga tampak menjawab
penanganan penderita yang defenisi senam diabetes dengan tepat
 Klien tampak melakukan antusias dan
dilakukan oleh paramedis hanya
memahami tentang covid-19
berfokus pada aspek fisik saja
sementara aspek psikososial tidak A : TUK 4 teratasi dengan Indikator :
dilakukan. Survei awal ini bertujuan
Skala
juga untuk melihat berapa banyak
Indikator
jumlah penderita yang mengalami Kaji Target Hasil
masalah kesehatan mental akibat
covid 19. 1. Memanfaatka 1 5 5
5. Setelah mendapatkan data maka n dukungan
untuk
penulis membuat kontrak dengan
modifikasi
keluarga dan lima: pemberdayaan gaya hidup
komunitas membantu keluarga. 2. Mengenali 1 5
Masing-masing sesi dilaksanakan tujuan
selama kurang lebih 45 menit. kebutuhan
6. Pelaksanaan terapi psikoedukasi 3. Menggunakan
mempersiapkan alat dan tempat yang terapi 5
psikoedukasi
kondusif. Kegiatan yang bersifat 1 5
tentang covid-
promotive keluarga dilakukan secara 19
perkelompok.
7. Penulis membagi menjadi empat
kelompok beranggotakan masing-
masing lima keluarga. Pembagian
kelompok berdasarkan tempat
tinggal. Waktu pelaksanaan sesuai
5
dengan kontrak waktu yang telah
disepakati. P : Intervensi TUK 4 dipertahankan
Lanjutkan intervensi TUK 5

5 31/01/20 Perilaku TUK 5 : Keluarga mampu S:


20 cenderung
memanfaatkan fasilitas pelayanan  Klien dan keluarga mengatakan mampu
beresiko
berhubungan kesehatan memanfaatkan tenaga kesehatan untuk
kurang berkonsultasi dengan menyebutkan 3 dari
1. Mengidentifikasi tujuan konsultasi
pengetahuan 5 tenaga kesehatan yaitu perawat
tentang covid-19 2. Diskusi bersama keluarga manfaat
puskesmas, dokter, ahli gizi, mahasiswa
Tn.M dan Tn.S fasilitas kesehatan
kesehatan dan kader
3. Motivasi keluarga mengunjungi
 Klien dan keluarga mengatakan
fasilitas kesehatan untuk mengatasi
manfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
masalah kesehatan keluarga.
untuk mengatasi penyebaran virus dan
proses pencegahan covid-19 dengan
menyebutkan 2 dari 3 jenis fasilitas
kesehatan yang ada yaitu puskesmas,
rumah sakit , dan klinik dokter
 Klien dan keluarga mengatakan Keluarga
mampu mengandalkan fasilitas yang ada
untuk merawat anggota keluarga dengan
covid-19 yaitu dengan mengunjungi
fasilitas kesehatan yang terdekat yaitu
puskesmas kelurahan Srenseng Sawah
atau RS rujukan terdekat.

O:

 Klien dan keluarga tampak koperatif


dalam proses diskusi
 Klien dan keluarga tampak banyak
bertanya mengenai manfaat fasilitas
kesehatan terdekat
 Klien dan keluarga tampak dapat
menjawab pertanyaan konsuler kesehatan
yaitu dokter, perawat, ahli gizi,
mahasiswa kesehatan dan kader
 Klien dan keluarga tampak menjawab
fasilitas kesehatan yang terdekat yaitu
puskesmas Srenseng Sawah

A : TUK 5 teratasi dengan Indikator :

Skala
Indikator
Kaji Target Hasil
1. Mengajukan 3 5 5
pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
2. Manfaatkan 4 5
bantuan dari
profesional
kesehatan
3. Mencari
bantuan bila 3 5 5
diperlukan

P : Intervensi TUK 5 dipertahankan

Hentikan intervensi
BAB IV

ANALISIS KASUS

1.3 Profil Lahan Praktik

Pengambilan data untuk studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Srengseng

sawah yang merupakan salah satu dari enam kelurahan di wilayah kerja kecamatan

Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Wilayah kelurahan Lenteng Agung terdiri dari

19 RW dan 156 RT. Puskesmas Srengseng sawah sendiri terletak di Jalan Batu RT

13 / RW 09 Lenteng Agung. Pengambilan data dilakukan di RW 08 Kelurahan

Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan. Dimana mendapatkan data gambaran

nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dan Tn. S dengan

tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan Sistem

Respirasi : Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku

cenderung beresiko, maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis

melakaukan observasi mulai tanggal 22 Januari 2020 sampai dengan 29 Januari

2020.

1.4 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait

Kesehatan mental dan pengetahuan merupakan sekelompok reaksi

psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi

berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterprestasikan realita,

merasakan dan menunjukan emosi dan perilaku yang dapat diterima secara

rasional seperti cemas, depresi dan trauma karena Covid-19 yang dirasakan

oleh masyarakat Indonesia. Kondisi seperti itu membuat keluarga merasa

terbebani, penderita membutuhkan perhatian khusus dalam kegiatan sehari-


hari mulai dari makan, minum dan semua aktivitasnya. Jika salah satu dari

kebutuhan penderita tidak terpenuhi maka keluarga dianggap tidak

memberikan dukungan keluarga kepada penderita. Salah satu cara untuk

menurunkan beban dan meningkatkan dukungan keluarga adalah dengan

intervensi psikoedukasi keluarga. Tujuan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat ini dilaksanakan untuk meningkatkan dukungan serta menurunkan

beban keluarga.

Ketakutan akan Covid-19 menciptakan tekanan emosional yang

serius. Rasa keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak telah mengganggu

kehidupan banyak orang dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental

mereka, seperti depresi dan bunuh diri. Resesi ekonomi akibat Covid-19.

Pandemi Covid-19 telah memicu krisis ekonomi global yang kemungkinan

akan meningkatkan risiko bunuh diri terkait dengan pengangguran dan

tekanan ekonomi. Oleh karena itu, sebagai keluarga terdekat dari penderita

harus mampu memberikan dukungan yang lebih tinggi kepada penderita.

Keluarga dengan penderita masalah kesehatan mental memiliki beban

tersendiri dibandingkan dengan penyakit fisik. Kondisi ini dapat

menyebabkan meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari keluarga.

Salah satu peran dan fungsi keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarganya dalam memberikan

kasih sayang.
Berdasarkan pengkajian mengenai demografi keluarga Tn.M dan Tn.S yang

memilih fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit dan puskesmas yang terhadap

kesehatan keluarga berjalan dengan baik dan juga kegiatan posyandu juga aktif

dilakukan untuk keberlangsungan kesehatan di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung.

Namun kendala yang terjadi saat ini ialah kader posyandu yang akan

melaksanakan kagiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kelurahan srengseng

sawah khususnya RW 08 mengalami cemas karena kasus virus COVID-19 juga

terjadi di wilayah Sumatra Barat khusus nya kota Bukittinggi kemudian para kader

takut tertular dan menularkan COVID-19 ini kepada keluarga dan masyarakat

sekitar, selain itu para kader juga merasa cemas karena standar operasional prosedur

yang harus di lakukan para kader yakni wajib melakukan Swab sebelum di aktifkan

nya kembali kegiatan posyandu ini dan kader sama sekali belum pernah melakukan

Swab ini sebelumnya. Medis maupun kader juga kadang memberikan edukasi

tentang covid-19 kepada masyarakat RW 08 khususnya keluarga Tn.M dan

Tn.S

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ike Mardiati Agustin, Nurlaila,

Hendri Tamara Yuda dan Yuli (2020) hasil penelitian didapatkan gambaran

psikologis relawan bencana covid 19 yaitu 68 orang (95,83%) mengalami

kecemasan ringan, sebanyak 69 orang (95,83%) mengalami depresi ringan, dan

sebanyak 69 orang (95,83%) mengalami stres ringan.

1.5 Analisis Intervensi Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Penelitian

Terkait.

Penulis menganalisis salah satu intervensi keperawatan dari diagnosa

tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan Sistem


Respirasi : Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku

cenderung beresiko. Pemberian informasi ini bisa mempergunakan berbagai

media dan pendekatan. Psikoedukasi bukan merupakan pengobatan, namun

merupakan suatu terapi yang dirancang untuk menjadi bagian dari rencana

perawatan secara holistik. Melalui psikoedukasi, pengetahuan mengenai

diagnosis penyakit, kondisi pasien, prognosis dan lain-lain dapat ditingkatkan.

Dalam penyusunan intervensi keperawatan penulis menggunakan

rencana keperawatan yang telah disusun oleh NANDA, NIC, NOC, dalam hal

ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat

diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi masyarakat. Sesuai dengan

teori yang ada bahwasanya intervensi yang dapat dilakukan. Berhubung

kondisi wilayah yang dalam masa bencana pandemi COVID-19, penulis

melakukan intervensi tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga pada

pasien yang terpapar covid-19.

Menurut Bulut dkk, (2016), Terapi psikoedukasi mengandung unsur

peningkatan pengetahuan konsep penyakit, pengenalan dan pengajaran teknik

mengatasi gejala-gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan

bagi pasien. Adapun komponen latihan dapat berupa keterampilan

komunikasi, latihan penyelesaian konflik, latihan asertif, latihan mengatasi

perilaku kecemasan. Dalam psikoedukasi terjadi proses sosialisasi dan

pertukaran pendapat bagi pasien dan tenaga profesional sehingga

berkontribusi dalam destigmatisasi gangguan psikologis yang beresiko untuk

menghambat pengobatan. Pendidikan keluarga sangat menunjang dalam


memberikan dukungan keluarga, pendidikan keluarga yang tinggi dapat

mengetahui kebutuhan anggota keluarganya sehingga keluarganya akan

memberikan dukungan support, masukan, memberikan bimbingan dan saran

yang berkualitas. (Vaghee dkk, 2017).

1.6 Implikasi Asuhan Keperawatan Pada Klien

Implikasi dan Pemecahan masalah dari tindakan keperawatan yang

sudah dilakukan selama tiga hari sesuai dengan pengelolaan asuhan

keperawatan serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Saat dilakukan

tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga.

Dapat di simpulkan bahwa jika di lakukan tindakan pelaksanaan terapi

psikoedukasi keluarga yang terpapar covid-19 secara berkesinambungan bisa

menjadi suatu hal yang baik untuk penanganan masalah kecemasan maupun

pemahaman keluarga tentang covid-19, ini dapat dijadikan sebagai keahlian

mandiri bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan juga dapat

meningkatkan mutu perawat dalam memberikan pelayanan terhadap masalah

kecemasan yang di alami oleh klien dengan diagnosa kurangnya pengetahuan

maupun ansietas.

Menurut penelitian dari Arini, (2013) perawat dengan pendidikan

yang cukup baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan

efisien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang

bermutu tingggi. Tingkat pendidikan yang cukup akan memberikan kontribusi

terhadap praktik keperawatan. Pendidikan perawat berpengaruh terhadap

kinerja perawat karena semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin


banyak ilmu pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh perawat

sehingga akan dapat membantu dalam meningkatkan kinerjanya dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Pemberian psikoedukasi keluarga ini memiliki tantangan tersendiri di

masa pandemi Covid-19. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

melalui telemedicine merupakan salah satu arahan pemerintah untuk

membatasi pelayanan kesehatan secara tatap muka dalam rangka mencegah

diberikan psikoedukasi keluarga sebanyak 6 sesi, meliputi 1) mengidentifikasi

masalah klien dan keluarga; 2) merawat masalah klien; 3) manajemen stress

keluarga; 4) manajemen beban keluarga; 5) memanfaatkan sistem pendukung;

dan 5) mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga.

Intervensi transmisi Covid-19 ini berlaku untuk pemberian intervensi

psikoedukasi keluarga dengan penderita covid-19. Pemberian psikoedukasi

keluarga menurunkan ekspresi emosi. Hal ini dikarenakan intervensi ini

memberikan ruang tersendiri bagi keluarga untuk mengekspresikan

perasaannya sehingga membuat keluarga lebih lega dan ini berdampak pada

penurunan ekspresi kritik dan sikap protektif yang berlebihan pada pasien.

(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Dengan demikian, kemampuan keluarga untuk memecahkan masalah

meningkat, komunikasi antar keluarga terjalin dengan baik, keluarga juga

dapat mengekspresikan emosi dengan lebih jelas dan tepat (Öksüz et al.,

2017). Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozkan et al.

(2013) yang menyatakan bahwa psikoedukasi keluarga dan telepsikiatri via


telepon mengakibatkan beban keluarga, ekspresi emosi, dan gejala depresi

bagi caregiver mengalami penurunan.

Terkait dengan kekurangan dari psikoedukasi keluarga secara online,

perawat tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan klien. Penulis

berhadapan dengan keluarga pasien dengan usia lansia yang mana tentunya

ini menjadi tantangan tersendiri. Ketika penulis akan mengenalkan terkait

platform yang akan digunakan, maka strategi penulis dengan cara

membimbing keluarga step by step operasionalnya sampai keluarga mampu

mengoperasikannya secara mandiri. Pada saat pemberian intervensi, penulis

juga sangat memperhatikan intonasi, artikulasi, dan kecepatan berbicara,

sehingga lawan bicara dapat menerima pesan dengan baik. Kendala teknis

juga tidak tertinggal, ketika koneksi sempat terputus atau sinyal yang kurang

baik, maka penulis berupaya untuk menyampaikannya pada saat koneksi

bagus dan melakukan kontrak di waktu yang sekiranya cuaca mendukung.


BAB V

PENUTUP

2.11 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dan Tn. S

dengan tindakan pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan

Sistem Respirasi Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan

perilaku cenderung beresiko di RW 012 Srengseng Sawah Jagakarsa :

Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua klien menunjukan

adanya tanda dan gejala yang sama. Umumnya keluhan yang dirasakan oleh

klien 1 dirasakan juga oleh klien 2. Tanda gejala yang muncul pada kedua

klien umumnya yaitu adanya merasa cemas dan belum paham tentang covid-

19. Hal ini menunjukan gangguan kesehatan memiliki kemungkinan akan

muncul masalah dan keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.

Diagnosa Keperawatan terdapat satu diagnosa yang berbeda antara

kedua klien tersebut yaitu Tn. M dan Tn. S dengan tindakan pelaksanaan terapi

psikoedukasi keluarga terhadap Gangguan Sistem Respirasi Corona Virus

Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku cenderung beresiko.

Diagnosa yang sama terdapat 1 diagnosa yaitu Gangguan Sistem Respirasi

Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku cenderung

beresiko. Diagnosa ini muncul pada kedua klien disebabkan oleh adanya

tanda dan gejala serta keluhan yang dirasakan sama antara kedua klien.
Intervensi keperawatan yang digunakan penulis sesuai dengan

diagnosa keperawatan yang dialami oleh kedua klien, sesuai dengan diagnosa

yang sama antara kedua klien. Intervensi disusun berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia.

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah disusun. Pada umum nya penulis melakukan semua

intervensi yang ada tetapi terdapat beberapa intervensi yang tidak

diimplementasikan.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari perawatan

pada kedua klien didapatkan ada beberapa diagnosa yang teratasi pada kedua

klien, pada klien 1 diagnosa yang teratasi yaitu diagnosa Gangguan Sistem

Respirasi Corona Virus Disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku

cenderung beresiko. Sedangkan pada klien masalah yang teratasi. Diagnosa

yang teratasi sebagian adalah keperawatan perilaku cenderung beresiko.

2.12 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Pasien

Dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan

proses keperawatan serta perlu adanya keikutsertaan keluarga karena

keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan perkembangan

dan kebiasaan pasien.


2. Bagi Intitusi Pelayanan Kesehatan

Di harapakan dari Penelitian ini bisa memberikan suatu

pengetahuan terbaru tentang penerapan dengan tindakan pelaksanaan terapi

psikoedukasi keluarga terhadap gangguan sistem respirasi corona virus

disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku cenderung beresiko.

Dalam memberikan implementasi tidak harus sesuai dengan apa yang

terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan dari puskesmas.

Dalam memberikan perawatan diagnosa harus tercatat dengan baik agar

perawat terarah melakukan tindakan.

3. Bagi Perawat

Bagi perawat diharapkan perawat dapat lebih mendalami ilmu

dalam merawat dan menerapkan asuhan keperawatan pada Lansia

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup Lansia sehingga tercapai

kehidupan Lansia yang sejahtera terutama dalam hal fisik dengan adanya

peningkatan tingkat kemandirian Lansia dan keluarga serta penurunan

ketergantungan Lansia pada pemberi pelayanan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan aplikasi riset ini dapat menjadi bahan referensi bagi

institusi pendidikan tentang dengan tindakan pelaksanaan terapi

psikoedukasi keluarga terhadap gangguan sistem respirasi corona virus

disease-19 dengan masalah keperawatan perilaku cenderung beresiko.


DAFTAR PUSTAKA

Arini, (2013). Hubungan spiritualitas dengan kompetensi perawat dalam asuhan


spiritual pasien di RSUD dr.R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Byba et al. (2016). The Adaptation Model of Caregiver in Treating Family


Member with Schizophrenia in Kediri, East Java. Int Conf Public Heal.
12(37): 74–80

Bulut et al. (2016). Effects of Psychoeducation Given to Caregivers of People


With a Diagnosis of Schizophrenia. Issues Ment Health Nurs. 37(11): 800–
10.

Friedman et al. (2010). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek: Alih


Bahasa ,Achir Yani S, Hamid…(et al): Editor Edisi Bahasa Indonesia,
Estu Tiar. 5th ed. Jakarta : EGC.

Haruna. (2014). Choice of coping strategies: Implications for gender role


differences. International Journal of Health Sciences, 2(2), 75-82.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Cegah Penyebaran Covid-19, Pelayanan


Kesehatan Dilakukan Melalui Telemedicine.

Öksüz et al. (2017). The Effects of Psychoeducation on the Expressed Emotion


and Family Functioning of the Family Members in First-Episode
Schizophrenia.

Ozkan et al. (2013). Effect of psychoeducation and telepsychiatric follow up


given to the caregiver of the schizophrenic patient on family burden,
depression and expression of emotion.
Vaghee et al. (2017). The Effect of Stress Management Training on Positive
Experiences of Families Caring for Patients with Schizophrenia. Evid
Based Care J. 6(4): 57–65.

Twonsend. (2013). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care in


Evidance Based Practise (6thEd). F.A. davis Compay

Bulut dkk. (2016). Effects of Psychoeducation Given to Caregivers of People


With a Diagnosis of Schizophrenia. Issues Ment Health Nurs. 37(11): 800–
10.

Vaghee dkk. (2017). The Effect of Stress Management Training on Positive


Experiences of Families Caring for Patients with Schizophrenia. Evid
Based Care J. 6(4): 57–65.

Anda mungkin juga menyukai