18/427563/PA/18523
Latar Belakang
Setiap batuan memiliki densitas yang berbeda beda, sehingga metode gravitasi dapat digunakan
untuk mencari sebuah anomali densitas di suatu area. Metode Gravitasi biasanya dipilih apabila
daerah penelitian diduga memiliki kontras densitas seperti di daerah intrusi atau daerah vulkanik
3. Eksplorasi Mineral
4. Investigasi Keteknikan
5. Investigasi Hidrogeologi
8. Arkeologi (Archaeogeophysics)
9. Forensic Geophysics
Konsep Dasar
Hukum Gravitasi Newton
𝐹 = 𝐺 × 𝑀𝑅×2 𝑚
𝐺 = 6.67 × 10−11𝑁. 𝑚2 .𝑘𝑔−2
Instrumen Gravimeter
𝐹 = 𝑘𝑥
F = Gaya (Newton)
𝐹 = 𝑚𝑔
Sehingga ketika dipadukan akan menjadi
𝑥 = 𝑚𝑔𝑘
Survei Gravitasi
Survei Gravitasi umumnya mencakup Akuisisi data, pemrosesan data, dan pembuatan peta
Metode akuisisi data gravitasi menggunakan teknik looping dengan tujuan untuk memperoleh
koreksi kelelahan pegas instrumen (Koreksi Drift). Nilai yang diperoleh pada tiap titik ukur memiliki
nilai relatif terhadap titik base. Titik base akan digunakan sebagai referensi untuk titik absolut yang
diturunkan dari titik ikat. Titik ikat bisa berasal dari stasiun BMKG atau melalui titik tinggi geodesi
Koreksi Internal
Koreksi Eksternal
Bumi berputar pada porosnya yang menyebabkan adanya Gaya Sentrifugal dimana semakin
mendekati kutub gaya sentrifugal akan semakin kecil dan semakin mendekati ekuator maka gaya
sentrifugal semakin besar, sehingga dapat dikatakan gaya sentrifugal merupakan fungsi lintang
sehingga disebut koreksi lintang.
Berdasarkan IGS-1980
Pada koreksi lintang, Bumi dianggap sebagai Geoid padahal sebenarnya permukaan Bumi tidak
rata. Setiap titik di permukaan memiliki perbedaan jarak dengan permukaan geoid (permukaan
geoid adalah Sea Level). Hal tersebut harus dikoreksi dalam reduksi data Gravitasi karena jika
tidak dilakukan maka nilai yang diperoleh sangat tidak valid, karena perbedaan ketinggian h=100
saja koreksinya sudah mencapai 30 mGal (sangat besar). Hal ini juga menjadi alasan mengapa
diperlukan GPS berakurasi tinggi untuk menentukan koordinat xyz titik pengukuran
Koreksi Bouguer (BC) digunakan untuk memperhitungkan adanya massa batuan yang terdapat
antara titik pengamatan gravitasi dan permukaan laut/sea level
BC = $0.04192 \rho h$
Nilai $\rho$ sendiri dapat dicari dengan metode Nettleton, Parasnis, dll
Koreksi terrain digunakan untuk menghilangkan efek relief permukaan bumi terhadap nilai anomali
Bouguer yang telah dihitung sebelumnya. Koreksi ini dihitung sebagai efek gravitasi yang
ditimbulkan oleh suatu badan massa 3D seperti bukit dan lembah di sekitar stasiun pengukuran
gravitasi. Koreksi Terrain dapat dilakukan dengan bantuan Hammer Chart
Pola nilai Gravitasi Observasi (Gobs) akan selalu berkebalikan dengan nilai Topografinya. Gobs
kecil berkorelasi dengan Topografi rendah
Pada Anomali Free Air apabila ada area dengan nilai tinggi maka daerah tersebut adalah daerah
dengan topografi tinggi karena semakin tinggi topografi maka koreksi Free air akan semakin tinggi
pula. Setelah dipadukan dengan koreksi bouguer yang memperhitungkan nilai densitas maka
diperoleh pola yang berbeda
Anomali Bouguer lengkap merupakan nilai setelah dikoreksi Terrain. Apabila nilainya pola yang
ditunjukkan oleh Anomali Bouguer Sederhana tidak berbeda jauh dengan Anomali Bouguer
Lengkap, maka kemungkinan daerah penelitian memiliki topografi yang tidak terlalu curam karena
tidak terdapat adanya pengaruh tumpukan massa yang signifikan
Interpretasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
Profil anomali memiliki panjang lebih dari dua kali objek hasil interpretasi
Adanya faktor ambiguitas dimana faktor yang sama dapat menghasilkan berbagai model
objek
Pemodelan ke depan (Forward Modelling) harus menggunakan tebakan awal yang tidak jauh
dari kriteria respon
Pemodelan ke belakang (Inverse Modelling) harus memperhitungkan adanya ambiguitas
Pemodelan yang dilakukan haruslah masuk akal secara geologi
ANOMALI REGIONAL
ANOMALI LOKAL
Teknik lain yang dapat dilakukan untuk membantu interpretasi adalah Horizontal dan Vertical
Gradient, digunakan untuk mempertajam keberadaan anomali
Horizontal Gradient
Gradien nilai gravitasi terhadap sumbu X (timur) dan sumbu Y (utara) yang bertujuan untuk melihat
tepi batas anomali
Anomali Original
Pusat anomali pada nilai 0 dan tepi anomali berada di puncak kurva
Pusat anomali berada di nilai paling rendah dan puncak kurva FHD berada di nilai 0
Vertical Gradient
Gradien nilai gravitasi terhadap arah vertikal, bertujuan untuk melihat pusat anomali / sumber
kontras densitas
ABL
FHD
SVD
REFERENSI
Seluruh materi diambil dari presentasi Perm Geophysics LEGG ITB