LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Ny. D
DENGAN KASUS ABORTUS
NAMA SISWA : AYU ANDRIYANI
KELAS : XI KEPERAWATAN
TEMPAT PRAKTEK : BPM NURHASANAH
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
A. DEINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin
kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo,
2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah
berakhirnya kehamilan yang ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu
B. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan
monosomi X, lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alcohol
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
c. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks
dan retroversion uterus
d. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
(Mitayani, 2009)
C. MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
a. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
c. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
Menurut Mansjoer, 2001
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau
tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula
thyroidea.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya
kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed
aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-
benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)
G. KLASIFIKASI
1. Abortus Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium
uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus
Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut
jantung janin dengan gerakan janin
Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan
dengan alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena
mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.
3. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah
menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
4. Abortus Komplit
Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat,
2004)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri (Saefudin AB, dkk, 2006)
5. Missed Abortions
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat
dihindari (James L. Lindsey, MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut
bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau
retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari
kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga
8 minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai
kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi mengecil
Mammae agak mengendor/payudara mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia
kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe
abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa
perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian tranfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi pada kandungan kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan
pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe
abortus).
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai
riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik.Apabila
abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi
pada trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan
mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor
penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya
tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan
tersebut meliputi:
Riwayat penyakit dahulu:
a. Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah
penyebab mekanis yangn menonjol.
b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” (thrombosis, fenomena
autoimun, false positive test untuk sifilis).
e. Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang
berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.
g. Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium:
1. Kariotik darah tepi kedua orangtua
2. Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
3. Biopsy endometrium pada fase luteal
4. Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
5. Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
6. Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
7. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma,
ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.
2. Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu
dengan riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio
internal uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti
fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan
kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk
monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai
kehamilan ini tidak mengalami abortus.Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung
janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi
tersebut.
Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu.
Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air
ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang
sesuai.Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan
anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi
imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga.
Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif
harus dikerjakan secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan
endokrin, infeksi, factor imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau
imunomodulator perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini merupakan suatu pekerjaan yang
berat dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
A. BIODATA
1. Identitas Ibu
Nama Inisial : Ny. D
Usia : 27 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung
DX. : Abortus
2. Identitas Suami
Nama Inisial : Tn. S
Usia : 28 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluarkan darah mengatakan
perutnya terasa mulas dan sakit
C. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesadaran : CM (Composmentis)
b. TTV
TD : 100/70
N : 70 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 36,5 0C
BB :68 kg
c. Anak Ke- :G2P1A1
d. Gerakan Janin : (-)
e. Head Toe To
1. Kepala : mesochepal
2. Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
3. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, bersih dan
tidak bau
4. Hidung : simetris, jalan nafas lancar
5. Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan
6. Dada : payudara tidak mengeluarkan ASI
7. Abdomen : tidak ada pembesaran vena abdomen, nyeri tekan pada
Abdomen
8. Genetalia : keluar lendir darah, warna merah, tidak adatidak ada
hemoroid
9. Muskuloskeletal : gerakan normal, tidak ada gangguan, tidak ada
edema, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm.
D. LABORATORIUM
A. Pemeriksaan Hematologi
- Darah Rutin : tidak ada
- WBC : tidak ada
- HGB : tidak ada
B. Foto Abdomen : USG
E. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
.
1. DS : Pasien mengatakan nyeri pada Kontraksi pada otot Nyeri akut
Perut bagian bawah dan pada rahim
pinggang
DO : - Pasien tampak meringis
- Posisi untuk mengurangi
nyeri
- TD : 100/70
2. DS : Perdarahan Defisit Volume
Pasien mengatakan sejak minggu Cairan
sore keluar darah cair dan
menggumpal
DO :
- - Konjungtiva anemis
- - Pasien tampak pucat
- - Pasien lemah
3. DS : Kelemahan, Gangguan
Pasien mengatakan badannya terasa Penurunan Aktivitas
lemas Sirkulasi
DO : - lemah
- TD : 100/70
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi pada otot rahim
2. Defisit Volue Cairan berhubungan dengan Perdarahan
3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
G. RENCANA KEPERAWATAN
N Dx. Kep. Tujuan NOC NIC Rasional
o. (Nanda) (intervensi) (implementasi)
1. Nyeri Klien 1. Kaji kondisi nyeri yang 1. Mengkaji kondisi nyeri yang 1. Pengukuran
akut dapat dialami klien dialami klien nilai amba
berhubun beradap2. Terangkan nyeri yang 2. Menerangkan nyeri yang ng nyeri
gan tasi diderita klien dan diderita klien dan penyebabnya dapat
dengan dengan penyebabnya 3. Mengolaborasi pemberian dilakukan
kontraksi nyeri 3. Kolaborasi pemberian analgetika dengan skala
pada otot yang analgetika maupun
rahim dialami dsekripsi.
2. Meningkat
kan koping
klien dalam
melakukan
guidance
mengatasi
nyeri
3. Mengurangi
onset
terjadinya
nyeri dapat
dilakukan
dengan
pemberian
analgetika
oral maupun
sistemik
dalam
spectrum
luas/spesifik
2. Defisit Tidak 1. Kaji kondisi status 1. Mengkaji status kondisi 1. Pengeluaran
Volue terjadi hemodinamika hemodinamika cairan
Cairan devisit 2. Ukur pengeluaran harian 2. Mengukur pengeluaran harian pervaginal
berhubun volume3. Berikan sejumlah cairan 3. Memberikan sejumlah cairan sebagai
gan cairan, pengganti harian pengganti harian akibat
dengan seimban 4. Evaluasi status 4. Mengevaluasi status abortus
Perdarah g antara hemodinamika hemodinamika memiliki
an intake karekteristik
dan bervariasi
output 2. Jumlah
baik cairan
jumlah ditentukan
maupun dari jumlah
kualitas. kebutuhan
harian
ditambah
dengan
jumlah
cairan yang
hilang
pervaginal
3. Tranfusi
mungkin
diperlukan
pada kondisi
perdarahan
massif
4. Penilaian
dapat
dilakukan
secara harian
melalui
pemeriksaan
fisik
3. Ganggua kllien 1. Kaji tingkat kemampuan 1. mengkaji tingkat kemampuan 1. Mungkin
n dapat klien untuk beraktivitas klien untuk beraktivitas klien tidak
Aktivitas melaku2. Kaji pengaruh aktivitas 2. mengkaji pengaruh aktivitas mengalami
berhubun kan terhadap kondisi terhadap kondisi uterus/kandung perubahan
gan aktivitas uterus/kandung 3. membantu klien untuk berarti, tetapi
dengan tanpa 3. Bantu klien untuk memenuhi memenuhi kebutuhan aktivitas perdarahan
kelemaha adanya kebutuhan aktivitas sehari- sehari-hari masif perlu
n, komplik hari 4. membantu klien untuk diwaspadai
penuruna asi 4. Bantu klien untuk melakukan melakukan tindakan sesuai untuk
n tindakan sesuai dengan dengan kemampuan/kondisi menccegah
sirkulasi kemampuan/kondisi klien klien kondisi klien
5. Evaluasi perkembangan 5. mengevaluasi lebih buruk
kemampuan klien melakukan perkembangan kemampuan klien2. Aktivitas
aktivitas melakukan aktivitas merangsang
peningkatan
vaskularisasi
dan pulsasi
organ
reproduksi
3. Mengistiratk
an klilen
secara
optimal
4. Mengoptima
lkan kondisi
klien, pada
abortus
imminens,
istirahat
mutlak
sangat
diperlukan
5. Menilai
kondisi
umum klien
E. CATATAN PERKEMBANGAN