Anda di halaman 1dari 3

TAUJIHAT PEKANAN

Merajut Ukhuwah untuk Kemenangan Dakwah


________________________________________________

Ikhwati fillah......

DALAM suatu riwayat Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya,

ُّ ‫َأدلُّ ُك ْم َعلَى َأ ْك َرِم َأ ْخالَ ِق‬


#‫الد ْنيَا‬ ُ َ‫ َأال‬: - ‫ صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ول اللَّ ِه‬ ُ ‫قا َل َر ُس‬
‫ك‬َ ‫ص ُل َم ْن قَطَ َع‬ِ َ‫ك وت‬ ِ ِ ‫و‬
َ ‫اآلخ َر ِة؟ َت ْع ُفو َع َّم ْن ظَلَ َم‬
َ #َ ‫ك َو ُت ْعطى َم ْن َح َر َم‬ َ
Nabi saw bersabda : Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan
diakhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang
menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu” (HR.
Baihaqi)

‫ط لَهُ فِي ِر ْزقِ ِه َو ُي ْن َسَأ لَهُ فِي َأثَ ِر ِه‬


َ ‫ب َأ ْن ُي ْب َس‬
َّ ‫َأح‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال َم ْن‬
ِ َ ‫َأن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ
ِ ِ ‫َفلْي‬
ُ‫ص ْل َرح َمه‬ َ
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia
menyambungkan tali persaudaraan" (H.R. Bukhari-Muslim).

"Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan
saum?" Sahabat menjawab, "Tentu saja!" Rasulullah pun kemudian menjelaskan,
"Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus,
mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai
kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah
amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan
dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan" (H.R. Bukhari-
Muslim).

Saudaraku, dari hadis di atas dapat kita renungkan bahwa betapa besar nilai sebuah
jalinan persaudaraan. Oleh karena itu, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah
merupakan salah satu tugas penting bagi kita.

Lalu, bagaimanakah agar ruh ukhuwah tetap kokoh? Rahasianya ternyata terletak pada
sejauhmana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu
yang bening bersih dan selamat. Karena, kalbu yang kotor dipenuhi sifat iri, dengki,
hasud, dan buruk sangka, hampir dapat dipastikan akan membuat pemiliknya melakukan
perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? Sebab bila di
antara sesama muslim saja sudah saling berburuk sangka, saling iri, dan saling
mendengki, bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah?

Sekali lagi Saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak
memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah
berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, ujub, riya, dan takabur. Di dalam qalbu yang
kusam dan busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang
mengejawantah dalam aneka bentuk permusuhan dan kebencian terhadap sesama muslim.

Dengan demikian, bila ada dua bangsa yang berperang, sekurang-kurangnya salah satu di
antara mereka adalah sekumpulan manusia bejat akhlak, tamak, dan terbius oleh gejolak
nafsu untuk melemahkan pihak yang lain.

Bila dua suku berseteru, setidaknya satu di antara mereka adalah manusia bermental
rendah dan hina karena (mungkin) merasa sukunya lebih tinggi derajat kemuliaannya.
Bila dua keluarga tak bertegur sapa, sekurang-kurangnya salah satunya telah terselimuti
hawa nafsu, sehingga menganggap permusuhan adalah satu-satunya langkah yang bisa
menyelesaikan masalah.

Selanjutnya, tanyakanlah kepada diri masing-masing. Adakah kita saat ini tengah merasa
tidak enak hati terhadap adik, kakak, atau bahkan ayah dan ibu sendiri? Adakah kita saat
ini masih menyimpan kesal kepada teman sekantor karena ia lebih diperhatikan oleh
atasan? Adakah kita saat ini masih menyimpan rasa ghill terhadap saudara seiman sesame
kader dakwah,lantaran mungkin nasibnya lebih baik dari kita?

Bila demikian halnya, bagaimana bisa terketuk hati ini ketika mendengar ada seorang
muslim yang teraniaya, ada sekelompok masyarakat muslim yang diperangi? Bagaimana
mungkin kita mampu bangkit serentak manakala hak-hak muslim dirampas oleh kaum
yang zalim? Bagaimana mungkin kita akan mampu menata kembali kejayaan umat
Islam?

Nah, dari sinilah seyogianya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang
sejauhmana kita telah memahami makna ukhuwah islamiyah. Karena, justru dari sini pula
Rasulullah Saw. mengawali amanah kerasulannya. Betapa Rasul menyadari bahwa
menyempurnakan akhlak pada hakikatnya adalah mengubah karakter dasar manusia.
Karakter akan berubah seiring munculnya kesadaran setiap orang akan jati dirinya. Oleh
karena itu, menumbuhkan kesadaran adalah jihad karena kesadaran merupakan sebutir
mutiara yang hilang tersapu berlapis-lapis hawa nafsu.

Manakala kesadaran telah tersemai, jangan heran kalau Umar bin Khaththab yang
pemberang adalah manusia paling pemaaf kepada musuhnya yang telah menyerah di
medan perang. Seorang sahabat menempelkan pipinya di tanah dan minta diinjak
kepalanya oleh sahabat bekas budak hitam yang telah dihinanya. Para sahabat yang
berhijrah bersama Rasul ke Madinah, dipertautkan dalam tali persaudaraan yang indah
dengan kaum Anshar, sementara kaum Muslimin Madinah ini rela berbagi tanah dan
tempat tinggal dengan saudara-saudaranya seiman seaqidah tersebut.
Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan dengan kemuliaan
akhlak. Oleh karena itu, tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang
menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang aneka macam buah pikirannya,
sesederhana apa pun, adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk
meringankan atau bahkan memecahkan masalah-masalah yang menggelayut pada dirinya
sendiri maupun orang-orang di sekelilingnya sehingga berdialog dengannya selalu
membuahkan kelapangan.

Tatapan matanya adalah tatapan bijak bestari sehingga siapa pun niscaya akan merasakan
kesejukan dan ketenteraman. Wajahnya adalah cahaya cemerlang yang sedap dipandang
lagi mengesankan karena menyemburatkan kejujuran itikad. Sementara itu, senyum yang
tak pernah lekang menghias bibirnya adalah sedekah yang jauh lebih mahal nilainya
daripada intan mutiara. Tak akan pernah terucap dari lisannya, kecuali untaian kata-kata
yang penuh hikmah, menyejukkan, membangkitkan keinsyafan, dan meringankan beban
derita siapapun yang mendengarkannya.

Jabat tangannya yang hangat adalah jabat tangan yang mempertautkan seerat-eratnya dua
hati dan dua jiwa yang tiada terlepas, kecuali diawali dan diakhiri dengan ucapan salam.
Kedua tangannya teramat mudah terulur bagi siapa pun yang membutuhkannya.
Sementara itu, bimbingan kedua tangannya, tidak bisa tidak, selalu akan bermuara di
majelis-majelis yang diberkahi Allah Azza wa Jalla.

Dengan demikian, umat Islam harus memanfaatkan momentum hijriyah ini dengan
berhijrah dari keberpecahbelahan menuju ukhuwah islamiyah, seraya menepis remah-
remah jahiliyah dari hati ini. Memiliki qalbu yang bersih dan selamat harus di atas
segala-galanya agar kita mampu mengevaluasi diri dengan sebaik-baiknya dan menatap
jauh ke depan agar Islam benar-benar dapat termanifestasikan menjadi rahmatan lil
'aalamiin dan umat pemeluknya benar-benar menjadi "sebaik-baik umat" yang
diturunkan di tengah-tengah manusia. Wallahu a'lam. ***

Anda mungkin juga menyukai