Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Permainan Tenis Lapang
Tenis lapangan adalah salah satu cabang olahraga permainan bola kecil. Menurut
ITF Rules of Tennis, olahraga tenis lapangan menggunakan lapangan berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran panjang 23,77 meter dan untuk ukuran
lebar ada dua yaitu untuk lebar lapangan tunggal 8,23 meter dan untuk lapangan
ganda lebarnya 10,97 meter. Lapangan terbagi menjadi dua bagian yang sama
panjang dengan dipisahkan oleh net yang melintang di tengah-tengah lapangan
dengan tinggi dibagian tengah 0,914 meter dan pada tiap-tiap tiang net 1,07 meter.
Permainan ini dilakukan di atas lapangan dengan permukaan keras (hard court),
tanah liat (gravel), maupun lapangan rumput (grass court).1
Tenis lapangan bisa dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan
dalam permainan tunggal, baik itu tunggal putra maupun tunggal putri. Bisa juga
dimainkan dalam permainan ganda baik itu ganda putra, ganda putri maupun
ganda campuran. Ide dasar permainan tenis adalah memukul bola sebelum atau
sesudah memantul di lapangan dengan menggunakan raket, melewati di atas net
dan masuk ke dalam lapangan permainan lawan (Sukadiyanto). Peralatan yang
dibutuhkan untuk bisa memainkan olahraga tenis adalah raket dan bola yang
khusus untuk permainan tenis.2
Jadi, dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa tenis
lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk kedalam olahraga
bola kecil, yang dalam permainannya menggunakan alat berupa raket, bola dan
net. Serta dalam kategori permainannya ada beberapa jenis pertandingan, yaitu
tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, ganda campuran.

a) Teknik Dasar Tenis Lapang


1
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 10.
2
Id. at 11.

9
2

Teknik dasar merupakan penentuan bagi kelanjutan keberhasilan dalam


menguasai permainan tenis lapangan secara maksimal. Teknik dasar harus
dipelajari, dimengerti, dan diketahui dengan benar sehingga dapat menghindari
kesalahan-kesalahan cara memukul bola dalam permainan tenis lapangan.
Dalam permainan tenis lapangan dikenal ada empat jenis pukulan dasar
yang perlu dikuasai. Empat teknik dasar yang perlu dikuasai dalam tenis adalah:
servis, forehand drive (groundstrokes), backhand drive (groundstrokes) dan volley
(Scharff R).3 Pukulan-pukulan tenis menurut Paul R dapat dibagi dalam tiga
kategori yaitu groundstrokes, volleys dan overhead strokes. Groundstrokes adalah
pukulan-pukulan yang dilakukan sesudah bola memantul dari lapangan. Volley
adalah pukulan-pukulan yang dilakukan bila bola sedang melayang, sebelum jatuh
ke lapangan.4 Overhead strokes adalah pukulan-pukulan yang diambil cukup
tinggi di atas kepala (Yudoprasetio).5
1) Groundstroke
Groundstroke menurut Brown J adalah pukulan bola yang sudah memantul
di lapangan.6 Yang dimaksud dengan forehand groundstrokes adalah pukulan bola
yang sudah memantul di lapangan yang memantul di sebelah kanan pemain,
sedangkan backhand groundstroke adalah pukulan bola yang sudah memantul
disebelah kiri pemain. Namun berbeda halnya jika pemain tersebut kidal atau
menggunakan tangan kiri maka sebaliknya forehand di sebelah kiri sedangkan
backhand disebelah kanan. Kedua pukulan inilah yang diajarkan paling awal
untuk petenis pemula. Sedangkan menurut Paul R groundstrokes terdiri dari
forehand drive, backhand drive, lob, dropshot, chop, dan half volley.7

2) Volley
3
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 12.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Dony April Krismanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Gerak Dasar Tenis
Lapangan Untuk Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Sekolah Tenis Kabupaten Temanggung”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm: 35
7
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 13.
3

Menurut Yudoprasetio Volley adalah pukulan terhadap bola yang belum


menyentuh tanah atau lapangan.8 Volley adalah suatu cara memukul sebelum bola
memantul di lapangan, biasanya terjadi dekat net (Lardner R).9 Pukulan volley
merupakan pukulan tembakan sebelum bola jatuh ke tanah (lapangan). Konsep
dasar dari gerakan volley adalah mengeblok (block/punch). Sama dengan
groundstrokes, teknik volley juga terdiri dari forehand dan backhand. Grip yang di
pakai umumnya Continental. Jenis-jenis teknik volley menurut Paul R antara lain:
(1) volley attack (hit volley), (2) volley center attack, (3) volley block, (4) touch
volley, (5) volley followthrough.10
3) Overhead strokes
Overhead strokes adalah pukulan-pukulan yang diambil cukup tinggi di
atas kepala yang terdiri dari servis dan smash (Yudoprasetio).11 Menurut Brown J
Servis merupakan bagian yang sangat penting, karena poin tidak akan diperoleh
tanpa melakukan service terlebih dahulu.12 Konsep dasar dari gerakan service
adalah melempar. Service adalah teknik memukul bola sebelum memantul di
lapangan, sebagai usaha untuk mengawali permainan yang dilakukan dengan cara
dilambungkan sendiri.
Menurut Magethi B pukulan smash sering dianggap sebagai tembakan
serangan yang paling banyak dilakukan dalam tenis. Konsep dasar dari
gerakan smash adalah melempar sama dengan teknik servis. Perbedaanya
terletak pada datangnya bola, kalau servis diumpan oleh dirinya sendiri,
tetapi kalau smash bola berasal dari lawan. 13

Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pukulan


Groundstroke merupakan pukulan bola yang memantul diatas lapangan, Volley
merupakan pukulan bola yang tidak memantul diatas lapangan atau ketika bola
dipukul oleh lawan dan langsung dipukul oleh pemain, sedangkan Overhead

8
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 13
9
Ibid
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Id. at 14.
4

Stroke merupakan pukulan yang dipukul ketika bola diatas kepala yang terdiri dari
servis dan Smash.
2. Pukulan Servis
a) Pengertian Servis
Menurut Lardner “serve adalah saran untuk memulai permainan dengan
cara tosing terhadap bola di udara diatas kepala anda dan pada saat bola bergerak
turun, memukulnya dengan raket seperti bila anda memukul paku dengan
martil”.14 Servis menurut Loman L adalah pukulan bola yang paling penting
dalam pertandingan tenis dan merupakan satu satunya pukulan bola yang harus
dikuasai maupun dikendalikan oleh pemain yang melakukannya, serta tidak
dipengaruhi atau tergantung dari pukulan bola lawannya.15
Menurut Lardner “Suatu serve yang terarah dengan baik memberikan dua
keuntungan : dengan melakukan serve kearah kelemahan lawan, anda bisa
memenangkan beberapa point secara langsung atau memaksa lawan untuk
melakukan pengam-bilan-pengambilan yang lemah dan dapat dipukul ke
sudut-sudut lapangan”. 16

Jadi dapat disimpulkan bahwa servis merupakan suatu cara untuk memulai
pertandingan dan bisa membongkar pertahanan lawan ketika pemain bisa
menguasai teknik dari servis dalam permainan tenis lapang.
b) Jenis Pukulan Servis
Servis dalam permainan tenis lapangan ada beberapa macam servis yang
bisa digunakan sesuai pendapat Scharff R “ada tiga macam jenis servis yaitu:
slice, twist, dan flat”.17
1) Servis Slice
Servis slice adalah teknik servis dengan cara memotong atau mengesek
untuk mendapatkan putaran bola. Dalam servis slice ini, raket menyentuh bola
pada bagian kanan sebelah atas dan bola dipukul dengan putaran raket dari kanan
ke kiri bagi pemain yang tidak kidal, bagi yang kidal sebaliknya.

14
Lardner Rex, “Fundamental Tenis”: Edisi ketiga, Semarang: Dahara Priz (2013). Hlm: 3
15
Loman, Lucas, “Petunjuk Praktis Bermain Tenis”. Bandung: Angkasa (2008). Hlm: 81.
16
Lardner Rex, “Fundamental Tenis”: Edisi ketiga, Semarang: Dahara Priz (2013). Hlm: 40-41
17
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 15
5

Hal ini sesuai dengan pendapat Yudoprasetio yang menyatakan “raket


harus dilecutkan ke depan dengan hentakan keras dari pergelangan
tangan”. Akibat dari cara slice atau memotong atau menggesek ini
menyebabkan bola berputar ke samping. Hal ini menguntungan bagi
pemain yang melakukan servis yaitu bola yang berputar kencang ke
samping kanan setelah jatuh dalam kotak servis lawan, memantul dan
cepat membelok ke samping kanan penerima.18

Servis Slice merupakan salah satu teknik servis yang dilakukan dengan
cara memotong arah pergerakan bola, sehingga bola yang dihasilkan akan sedikit
melengkung dibandingkan dengan hasil servis yang lain.

Gambar 2.1
Servis Slice19

2) Servis Flat
Servis flat adalah servis yang menghasilkan bola meluncur lurus dan keras
ke arah kotak servis lawan (Scharff R).20 Karena servis flat bersifat keras dan
cepat, biasanya dilakukan pada servis pertama. Pada servis flat bola dipukul pada
permukaan raket tegak lurus dengan bola tanpa adanya putaran bola. Perlu diingat
bahwa toss pada servis flat posisi bola berada di depan garis base line. Pada servis
flat bola diusahakan tepat mengenai bagian tengah raket, kemudian ditambah
dengan lecutan dari pergelangan tangan. Dengan adanya lecutan dari lengan maka
akan memberikan tambahan kecepatan pada bola, tetapi bola cenderung meluncur
lebih rendah, maka dapat menimbulkan kesalahan atau menyangkut net.
18
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 15
19
Id at 15
20
Id at 16
6

Gambar 2.2
Servis Flat21

3) Servis Twist
Servis twist adalah servis yang paling sulit dipelajari dan paling banyak
memerlukan tenaga. Karena bola melengkung disisi kiri pemukul dan melengkung
ke arah backhand (Scharff, R).22 Servis ini biasanya dilakukan oleh pemain yang
sudah profesional. Servis ini lebih banyak memutar pergelangan tangan untuk
mendapatkan putaran bola.

Gambar 2.3
Servis Twist23

21
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 16
22
Id at 17
23
Ibid
7

c) Teknik Pegangan atau Grip


Untuk memukul bola dengan baik, selain diperlukan teknik yang benar
juga didukung oleh teknik pegangan atau grip yang tepat. Pegangan dapat
dilakukan dengan beberapa macam cara. Menurut Paul R dikatakan bahwa: “ada
tiga pegangan standar yang dijadikan patokan: 1) Pegangan western (western
grip), 2) Pegangan eastern (eastern grip) dan 3) Pegangan continental
(continental grip)”.24 Lebih jelasnya teknik-teknik pegangan tersebut dapat
dijelaskan pada bagian berikut:
1) Pegangan Western
Pegangan ini dilakukan dengan cara mengambil begitu saja raket yang
terletak di meja atau lantai. Hal ini sesuai dengan pendapat Paul R yang
mengatakan bahwa "cara memegang raket sama seperti cara pemukul kasur,
peganglah raket begitu rupa, sehingga pegangan raket sejajar dengan lantai, lalu
berjabat tanganlah dengan pegangan raketnya (handle-nya)".25 Pegangan ini baik
untuk bola-bola tinggi, atau agak tinggi. Bola dipukul selagi menurun, dari bawah
ke atas dan pemain memukulnya tinggi melewati net.

Gambar 2.4
Pegangan Western26
2) Pegangan Eastern
Pegangan ini disebut pegangan eastern, karena pertama kali dipakai oleh
petenis Amerika bagian timur.

24
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 18.
25
Ibid
26
http://www.Daydream.mentadd.com
8

Paul R mengatakan cara pegangan eastern adalah: "cara memegang raket


eastren pegangan ini diperoleh sebagai berikut: kepala raket di atas
dengan pegangan raket menunjuk ke arah badan, kemudian pegang pada
pegangan raketnya seperti orang berjabat tangan. Pada pegangan ini
diputar seperempat lingkaran ke kiri". Banyak pelatih tenis menganjurkan
pada petenis pemula untuk menggunakan pegangan eastern karena dapat
dipakai untuk memukul bola rendah maupun bola tinggi dan hasilnya
memuaskan.27

Gambar 2.5
Pegangan Eastern28
3) Pegangan Continental
Pegangan ini dapat dikatakan sama dengan pegangan backhand dari
pegangan eastern. Cara untuk mendapatkan pegangan kontinental yaitu
dengan jalan mendirikan raket pada pinggirannya, serta memegang
pegangan raket begitu rupa, sehingga ibu jari merentang menyilang pada
bagian depan dari pegangan raketnya, sehingga pergelangan tangan berada
di atas pada sudut 45 derajat terhadap pegangan raketnya kemudian
telapak tangan berada diatas pegangan raket dibelakangnya (Paul R). 29
Pegangan model Continental ini memungkinkan dilakukan gerakan tangan
yang bebas, yang tidak sesuai dengan groundstroke, tetapi berguna untuk
melakukan servis, seperti apa yang dikatakan oleh Brewer L bahwa "untuk
pukulan servis yang lebih akurat, maka grip pola continental yang terbaik
untuk digunakan". Dapat disimpulkan bahwa pegangan, continental dapat
digunakan untuk pukulan servis, juga untuk pukulan slice dan dropshoot.
30

Jadi, pegangan dari Continental ini bisa dikatakan sama dengan pegangan
dari Eastern. Cara memegangnya dengan memegang pada pinggirannya, sehingga

27
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm :19.
28
http://www.Daydream.mentadd.com
29
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 20.
30
Id. at 20-21.
9

ibu jari akan menyilang pada bagian depan dari pegangan raketnya, serta gerakan
tangan yang bebas memudahkan para pemain untuk melakukan teknik servis yang
baik dan benar.

Gambar 2.6
Pegangan Continental31

Dari bermacam-macam pegangan seperti tersebut diatas yang paling cocok


untuk melakukan servis adalah pegangan Continental atau Continental Grip.
Sesuai dengan pendapat Brewer L yang menyatakan bahwa: “untuk pukulan servis
yang lebih akurat, Grip pola Continental adalah yang terbaik untuk digunakan”.32
Magheti B mengatakan bahwa: “Pegangan Continental adalah pegangan raket
dengan menempatkan bentuk huruf “v” antara ibu jari mengelilingi raket”.33
d) Teknik Pukulan Servis
Menurut Marcel G dikatakan bahwa: “Dalam tenis servis merupakan
pukulan yang paling penting dimana pemain yang melakukan servis
mempunyai kesempatan yang sangat baik, karena dia merupakan orang
pertama yang menentukan arah dan kecepatan putaran bola oleh karenanya
servis perlu mendapatkan perhatian yang cukup maka melatihnya sesering
mungkin merupakan cara paling baik”. 34

31
http://www.Daydream.mentadd.com
32
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 21.
33
Ibid.
34
Id. at 22.
10

Sedangkan menurut pendapat Scharff R menyatakan: “untuk dapat


melakukan servis dengan hasil yang memuaskan harus dapat melakukan dengan
teknik yang benar”.35 Berikut adalah tahapan dalam melakukan servis:
1) Sikap Berdiri
Sikap siap adalah sikap menanti pada waktu akan menerima atau
mengembalikan servis maupun menggembalikan bola pada waktu bermain
(ralling).36 Beberapa sikap pedoman dalam sikap siap: a) Peganglah raket di depan
badan sehingga mudah bergerak cepat ke segala arah b) Badan menghadap ke
arah jaring lawan c) Tangan kiri memegang leher raket d) Kedudukan kepala raket
setinggi bahu e) Kalau bola cepat kepala raket direndahkan lagi hingga kurang
lebih setinggi pinggang f) Badan membungkuk sedikit dan lutut agak ditekuk.

Gambar 2.7
Sikap Berdiri37

2) Mengayun Raket
Terdapat beberapa bagian yang perlu diperhatikan mengenai servis serta
tentang teknik pelaksanaannya. Menurut Yudoprasetio teknik dalam melakukan
gerakan servis adalah sebagai berikut: 1) ayunan kebelakang (back swing), 2)
ayunan ke depan (forward swing), 3) ayunan ke depan yang harus dilanjutkan
(follow through).38

35
Ibid.
36
Syahrial Bakhtiar,”Teori Action Method, Strength Condition dan Penerapannya Dalam Pembinaan Prestasi
Tenis”. Malang, Wineka Media (2015). Hlm: 27
37
http://prasso.wordpress.com/2007/19/17/teknik-servis/
38
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 23.
11

a. Ayunan Kebelakang (Back Swing)


Ayunan kebelakang atau back swing dilakukan hampir bersamaan dengan
melambungkan bola diudara atau toss. Pelaksanaannya adalah bagi yang tidak
kidal lengan kiri melakukan toss dan lengan kanan mengayunkan raket ke
belakang, lebih lanjut keatas hingga siku lengan kanan kira-kira setinggi telinga.
Sambil melakukan ayunan, badan diputar ke kanan dengan mengangkat lengan
kanan ke belakang, bagi pemain yang tidak kidal, lutut sedikit ditekuk tapi pada
bagian atas tetap tegak. Tangan posisinya di belakang kepala, sedang raket
menjurus ke bawah (Yudoprasetio).39

Gambar 2.8
Ayunan Kebelakang

b. Ayunan ke depan (Forward Swing)


Ayunan ke depan dilakukan untuk memukul bola yang sudah
dilambungkan di udara. Gerakan dimulai dengan mengerakkan bahu kanan dan
sekaligus memutar badan ke kiri. Siku lengan digerakkan menjurus ke net,
kemudian lengan diluruskan dengan menarik ke atas. Pada waktu lengan lurus,
raket diayun secepat mungkin dan diikuti pergelangan tangan sedikit
dibengkokkan pada saat bola dipukul dengan raket. Berat badan dipindahkan ke
kaki kiri yang ada di depan untuk memukul bola. Dengan meluruskan lutut dan
memutar badan ke kiri bersamaan dengan diayunkannya raket ke depan untuk
memukul bola. Sewaktu badan diputar ke kiri kepala server sudah berada di
39
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 23
12

bawah bola yang akan dipukul dan pada saat badan akan diputar ke kiri posisi
sudah condong ke depan (Yudoprasetio).40

Gambar 2.9
Ayunan Kedepan

c. Ayunan Lanjutan (Follow Through)


Follow through adalah gerakan setelah memukul bola. Gerakan ini
berakhir dengan posisi raket di samping kiri server. Karena badan diputar ke kiri
pada saat melakukan forward swing, maka kaki kanan mengikuti putaran badan
dan follow through berakhir dengan kaki kanan atau belakang pindah ke depan
(Yudoprasetio).41

Gambar 2.10
Ayunan Lanjutan
3) Melambungkan Bola (toss ball)
40
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 24.
41
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 25.
13

Untuk melakukan servis harus melambungkan bola keudara, lambungan


harus tepat dan ketinggian yang sama pula dan ini membutuhkan latihan (Scharff
R).42 Kunci untuk melakukan service yang konsisten terletak pada cara lambungan
bola di udara secara akurat. Melambungkan bola diudara saat toss pada posisi
yang tepat tidaklah mudah, apa lagi pada saat melempar bola dengan tangan kiri,
tangan kanan juga harus menarik raket ke belakang. Ini dilakukan hampir
bersamaan sehingga perlu koordinasi antara gerakan tangan kiri dan tangan kanan.
Dalam hal ini diperlukan konsentrasi bahwa kegiatan yang dilakukan bukan hanya
melemparkan bola di udara melainkan menempatkan bola di udara untuk dipukul.

Gambar 2.11
Melambungkan Bola

Berdasarkan teori-teori yang telah di jelaskan maka dapat ditarik


kesimpulan servis adalah cara dan teknik dalam permainan tenis lapang yang
harus dikuasai karena bisa memulai permainan dan membongkar pertahanan
lawan sehingga membuat point bagi kita ketika bermain tenis lapang.
3. Servis Continental Grip
Grip ini berasal dari Eropa yang pada umumnya merupakan benua dimana
munculnya olahraga tenis lapangan. Grip ini merupakan grip yang terbaik untuk
memukul bola namun beban yang dihasilkan dari grip ini pun cukup besar.
Pelaksanaannya: 1) Raket diletakan di atas meja atau lantai dengan kepala raket
tegak lurus dengan lantai atau meja. 2) Kemudian raket dipegang seenak-enaknya

42
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 26.
14

pada pangkal hulunya. 3) Raket dalam genggaman tangan mendapat posisi kepala
raketnya tegak lurus dengan alasnya, (Yudoprasetio).43
Untuk anak – anak yang baru belajar tenis ada kalanya belum bisa
memegang raket pada pangkal hulunya. Raket untuk anak-anak masih dirasakan
berat. Maka anak-anak atau atlet pemula dapat menggenggam raket dibagian atas
dari tempat pegangan atau sering disebut (choke grip). Dikalangan para petenis
diera sekarang yang mayoritas menggunakan pukulan Top Spin baik di dunia
maupun Indonesia marak menggunakan teknik grip extream teknik ini digunakan
karena hanya grip ini yang sesuai untuk model pukulan top spin sehingga
perputaran bola menjadi lebih cepat. Teknik ini juga termasuk penemuan baru
dalam olahraga tenis lapangan. Teknik ini juga merupakan kombinasi dari teknik
memegang raket, (Yudoprasetio).44
Crespo and Miley unsur-unsur penting dalam tahap awal membangun
serve yang baik adalah: (a) gerak sederhana, (b) gerak kontinyu, (c) keseimbangan
dan penempatan bola yang baik, (d) pegangan(grip) yang benar (dimulai dengan
eastern forehand grip menuju continental grip).45 Jelas bahwa ritme pada serve
merupakan kriteria penting untuk memastikan gerak servis yang lancar. Pada
tahap-tahap awal membangun serve, grip dan posisi badan yang benar harus
dilatihkan, bersama dengan pola ayunan ritmis “dua-duanya ke bawah, dua-
duanya ke atas”. Maksudnya bahwa kedua lengan (lengan pemegang raket dan
bola) bergerak secara sinkron.
Crespo and Miley seiring perkembangan pemain, unsur-unsur lain
biasanya diperkenalkan pada serve: (a) grip (b) Penggunaan pergelangan tangan
untuk mengontrol penempatan, (c) Putaran.46 Namun demikian, penting untuk
memahami biomekanika serve, agar teknik servis yang lebih maju bisa

43
Dony April Krismanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Gerak Dasar Tenis
Lapangan Untuk Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Sekolah Tenis Kabupaten Temanggung”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm. 28-29.
44
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 21
45
Abdul Alim, “Analisis Gerak Teknik Servis Tenis Lapangan”. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
(2013). Hlm: 8.
46
Dony April Krismanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Gerak Dasar Tenis
Lapangan Untuk Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Sekolah Tenis Kabupaten Temanggung”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm. 28-29.
15

ditambahkan untuk menjadikan serve sebagai senjata ampuh. Bagian-bagian tubuh


berfungsi sebagai sebuah sistem mata rantai di mana energi (atau kekuatan) yang
dihasilkan oleh satu mata rantai (atau bagian tubuh) dialihkan secara berurutan ke
mata rantai berikutnya.
a) Dorongan Kaki
Salah satu unsur penting dalam membangun rantai bio-mekanis adalah
kaki lutut dan dorongan kaki. Memaksimalkan pengaruh dorongan kaki
memerlukan waktu yang tepat antara gerak tubuh bagian atas dan bawah. Untuk
memaksimalkan pengaruh tersebut maka terlebih dahulu perlu mengetahui sifat-
sifat dari gerakan tubuh baik bagian bawah maupun atas dan mengetahui
perspektif mekanis yang akan dicapai. Dorongan kaki memiliki tiga peran utama
selama back swing, yakni: percepatan tubuh arah vertikal; penciptaan momentum
anguler kedepan (foreward angular momentum), dan peranan merotasi panggul.47
Vertical Acceleration of The Body : peran kaki dalam mempercepat tubuh
secara vertikal merupakan konsep yang mudah untuk dimengerti. Apabila
menekan tanah dengan kaki, maka pusat bobot tubuh akan menaik secara vertikal.
Bagi sebagian besar server, ini akan membawa pengaruh badan terangkat dari
tanah.
Percepatan vertikal tubuh sebanding dengan ukuran komponen vertikal
dari gaya reaksi tanah ini. Semakin kuat dorongan kaki, semakin besar
percepatannya.
Forward Angular Momentum: peran kedua dari dorongan kaki adalah
untuk menciptakan momentum angular ke depan. Peranan terpenting dari
momentum ini adalah di awal ayun balik menuju batang-tubuh. Ini menghasilkan
rotasi badan ke depan yang terkait dengan gerak kaki. Rotasi ini juga meningkat
setelah batang-tubuh yang miring ke belakang pada akhir dari wind up. Rotasi
batang-tubuh pada titik ini seringkali dijabarkan sebagai rotasi “roda pedati”
karena batang-tubuh umumnya mengarah atau menghadap ke samping net.
Kontribusi langsung dari momentum anguler ke depan memiliki pengaruh
menguntungkan terhadap pengurutan rantai gerak pada tubuh bagian atas. Oleh

47
http:/www.tennisplayer.net/biomechanics/wind up/brian_gordon, hal: 8
16

sebab itu, penting untuk menghasilkan sebanyak mungkin momentum anguler ke


depan.
Hip Rotation Assistance: kontribusi ketiga dari dorongan kaki adalah hip
rotation assistance (bantuan rotasi panggul). Komponen momentum anguler yang
dominan pada serve adalah ke arah depan. Namun mesti diingat bahwa rotasi
disekitar poros lain juga penting. Seperti halnya momentum anguler ke depan,
momentum anguler memutar juga dihasilkan dalam tubuh dengan menekan tanah
dengan kedua kaki untuk menghasilkan komponen reaksi daya dorong dari tanah
secara horizontal. Momentum anguler memutar ini juga bisa diredistribusikan ke
segmen-segmen tubuh yang lain. Bagian penting dari redistribusi ini adalah
kepada panggul, yang menciptakan rotasi putar panggul.48
b) Tubuh
Pada saat dorongan kaki sudah selesai, dan tubuh terdorong atau terangkat
ke udara, kedua kaki kehilangan kontak dengan tanah, ini berarti bahwa, pada
posisi ini, kedua kaki tidak lagi dapat menghasilkan daya angkat dari tanah.
1) Batang Tubuh
Pada akhir backswing, batang-tubuh juga melalui serangkaian gerakan
yang kompleks, merupakan daya dorong pada jatuhnya/gerakan menurun raket.
Gerakan pertama adalah penaikan batang-tubuh ketika dorongan kaki mengangkat
tubuh ke udara. kedua adalah membengkoknya/memiringnya tulang belakang ke
belakang, yang di sebut ekstensi batang-tubuh. Gerakan ketiga adalah
memiringnya tulang belakang ke samping, yang disebut efek roda pedati. Terakhir
adalah goyangan panggul dan bahu atau batang-tubuh bagian atas dan bawah.
Pengaruh keseluruhan dari gerakan-gerakan ini ialah bahwa batang-tubuh miring
ke samping kiri ketika dilihat dari tampilan belakang.49
2) Gerakan Roda Pedati dan gerakan bahu
Bagian penting dari alih momentum linier kedepan menuju batang tubuh
terjadi selama ayunan belakang. Pengalihan ini melalui gerakan yang disebut roda
pedati batang tubuh. Memiringnya tubuh ke belakang pada akhir wind up

48
http:/www.tennisplayer.net/biomechanics/wind up/brian_gordon, hal: 16
49
Id at 3
17

merupakan proses pengalihan. Pengalihan menuju lengan pemukul dimulai dalam


backswing dan berlanjut menuju ayun ke atas awal. Pengalihan itu dilakukan
melalui aktivitas otot yang menyebabkan gerakan pada sendi bahu. Gerakan itu
dimulai sebagai gerakan menaikkan lengan atas (abduksi), kemudian dipadu
dengan gerakan ke depan dari lengan yang menaik (abduksi horizontal). Dua
faktor utama ini: gerakan roda pedati batang-tubuh di awal backswing dan gerakan
sendi bahu pada tahap berikutnya, merupakan faktor utama.
3) Gerakan Batang-Tubuh dalam Ayunan Ke Atas
Transfer Momentum yang memadai menuju batang-tubuh melalui gerakan
roda pedati berarti bahwa tubuh akan berotasi ke atas dengan cara yang
mendukung gerakan lengan pemukul. Dalam gerakan ini yang berotasi terutama
adalah sendi bahu. Variasi itu banyak ditentukan oleh seberapa besar kemiringan
batang-tubuh pada pemain tertentu sewaktu melakukan gerakan (kemiringan
batang tubuh menyamping adalah sudut kemiringan tubuh ke kiri bila dilihat dari
belakang). Seperti ditunjukkan dalam posisi-posisi backswing, batang-tubuh
memasuki backswing dengan minimal kemiringan ke samping karena
menekuknya lutut pada akhir wind up. Pemiringan itu terus meningkat dengan
derajat yang berbeda-beda. Besaran pemiringan tambahan itu berkait dengan
besaran momentum menyiku ke samping yang dihasilkan oleh dorongan kaki.
Namun faktor lain yang mempengaruhi sumber pemiringan itu adalah
berlanjutnya rotasi panggul. Ini pada gilirannya dipengaruhi oleh sikap berdiri.
Poin utamanya ialah bahwa pemiringan menyampingnya optimum, namun bila
kebanyakan justru akan merugikan.
4) Lengan Pemukul
Selama backswing gerakan lengan pemukul yang dominan adalah rotasi
eksternal lengan atas. Gerakan ini, dipadu dengan menaiknya lengan atas pada
bahu, merupakan faktor-faktor yang paling menyebabkan kedalaman jatuhnya
raket. Kedalaman jatuhnya raket itu penting selama ayunan menaik untuk
membangun kecepatan kepala raket. Tujuan utama pelaksanaan ayunan ke atas
adalah menghasilkan kecepatan raket setinggi mungkin.
18

5) Lengan Pemukul dan Raket Pada Saat Kontak


Urutan Gerakan Lengan Pemukul: Pertama-tama, sendi bahu bergerak
mengangkat dan memajukan sendi siku. Selanjutnya, terjadi pembukaan siku
bersama dengan menyimpangnya tulang hasta. Terakhir, terjadi rotasi bahu
internal selama menekuknya pergelangan tangan. Kekurangan di sepanjang rantai
ini memiliki dampak negatif terhadap peningkatan kecepatan raket. Putusnya
rantai kinetika ini pada umumnya terjadi pada awal gerakan sendi bahu. Karena
kurangnya tenaga atau buruknya teknik, siku tidak pernah diposisikan dengan
benar selama ayunan ke atas, berarti bahwa ayunan tidak bergerak ke atas
dan/atau ke depan dari sendi bahu. Hal ini bisa terjadi karena dua sebab. Pertama,
penempatan siku terjadi sebagai akibat dari rotasi batang tubuh tanpa gerakan
tersendiri pada sendi bahu. Kedua, pemain mengganti gerakan sendi bahu
tersendiri dengan pembukaan awal siku.
6) Ketinggian Lontaran
Toss yang tepat adalah sedikit lebih tinggi dari posisi raket teracungkan,
karena bolanya akan menurun saat point of impact. Ini memungkinkan rotasi ke
depan yang lebih besar.
7) Landing dan Followthrough
Pendaratan yang benar saat melakukan servis power adalah mendarat
dengan kaki kiri kecuali pemain kidal. Hal ini terjadi apabila server melakukan
rotasi bahu-atas-bahu. Namun tidak jarang pemain melakukan pendaratan dengan
kaki kanan karena merasa ingin cepat maju ke arah net.
4. Media Audio visual
Menarik perhatian siswa, membantu untuk mempercepat pemahaman
dalam proses pembelajaran, Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat
verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis dan lisan), Mengatasi keterbatasan
ruang, Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, Menghilangkan kebosanan
siswa dalam belajar, waktu belajar bisa di kondisiskan, Meningkatkan motivasi
siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar, Melayani gaya
19

belajar siswa yang beraneka ragam, Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan


siswa dalam kegiatan pembelajaran.50
Dengan video siswa dapat menyaksikan suatu peristiwa yang tidak bisa
disaksikan secara langsung, berbahaya, maupun peristiwa lampau yang tidak bisa
dibawa langsung kedalam kelas. Siswa pun dapat memutar kembali video tersebut
sesuai kebutuhan dan keperluan mereka. Pembelajaran dengan media video
menumbuhkan minat serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan
pelajarannya.51
Jadi, dengan adanya alat bantu pembelajaran berupa video dapat
membantu atlet dalam memahami suatu teori denga cepat dan jelas, karena audio
visual dapat memberikan kata-kata tertulis dan lisan dengan baik, sehingga atlet
dapat melihat dengan jelas gerakan-gerakan yang diberikan oleh media audio
visual tersebut.
Menurut Ketut Juliantara pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan
dengan materi yang hendak diajarkan, karena penggunaan media pembelajaran
akan berpengaruh terhadap kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. 52
Dalam hal ini merupakan proses latihan tenis lapangan, guru sebagai pelatih dan
siswa sebagai atletnya.
Audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media Auditif (mendengar) dan Visual (melihat). Kata video berasal
dari bahasa latin, Video-Vidi-Visum yang artinya melihat (mempunyai daya
pengelihatan). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa video itu
berkenaan dengan apa yang dilihat , utamanya adalah gambar hidup atau bergerak
yang proses perekaman nya dan penayangan nya tentu melibatkan tekhnologi
seperti Windows Movie Maker.

50
Pupuh dan Sobry, “Strategi belajar mengajar”. Bandung: Rafika Aditama (2010). Hlm: 70.
51
Giri Wiarto, “Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani” . Yogyakarta: Laksitas (2016). Hlm: 139
52
Juliantara Ketut, “Media Pembelajaran” [Online]. Tersedia:
http://www.google.co.id/Fedukasi.Kompasiana.com [1 Desember 2012].
20

Menurut Munadi, media Audio-Visual merupakan peralatan suara dan


gambar dalam satu unit, seperti film bersuara, televisi, dan video. 53 Namun, ada
pengelompokan lain dari media Audio-Visual yaitu peralatan Visual seperti slide
dan OHP yang diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara
bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran. Video merupakan
salah satu jenis media Audio Visual yang merupakan serangkaian gambar gerak
yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah
alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran
yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk. Video
memiliki banyak kelebihan yang dapat mengatasi keterbatasan dalam
pembelajaran diantaranya, menampilkan suatu objek atau peristiwa seperti
keadaan sesungguhnya.

Menurut Rohani:
Penggunaan media AudioVisual dalam pembelajaran sangat
memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang
diharapkan. Kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dapat
mempersiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang
berkualitas. Melalui media Audio Visual diharapkan ada peningkatan
dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam hal
peningkatan pembelajaran menyimak cerita dan peningkatan prestasi
siswa.54

Video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan begaimana sesuatu


bekerja, Misalnya dalam mendemonstrasikan bagaimana tata cara merangkai
bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau memasak pada palajaran
tataboga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan
bisa diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa
juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi

53
Ika Risqi Citra Primavera dan Iwan Permana Suwarna, M.Pd, “Pengaruh Media Audio-Visual (VIDEO)
Terhadap Hasil Belajar Siswa KelasXI Pada Konsep Elastisitas”. Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2014). Hlm: 123.
54
Septiana Utaminingrum, “Pengaruh Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada
Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta”. Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 5-6.
21

kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-
temannya.
Padahal jika ingin menguasai gerakan tersebut setiap individu harus
mengetahui tahapan-tahapan atau prosesnya secara perlahan. Dengan
pengguanaan video pembelajaran, proses gerakan yang tidak dapat diamati secara
jelas dengan demonstrasi akan dapat diamati oleh atlet melalui gerakan “slow
motion” melalui pemutaran video pembelajaran tersebut.
Dilihat dari ketepatannya, video jika digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan yang dikemukakan Warsita bahwa:
Media video memiliki potensi yang cukup besar jika dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengamati
secara langsung tentang wujud suatu benda, mengamati proses perubahan,
mengamati suatau perbedaan warna dan mengamati suatu gerakan dan
lain-lain yang diiringi dengan suara.55

Video merupakan media yang cocok untuk berbagai ilmu pembelajaran,


seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun”. Hal itu
tidak dapat dilepaskan dari kondisi para atlet saat ini yang tumbuh dan
berkembang dalam dekapan budaya televisi, dimana paling tidak setiap 30 menit
menayangkan program yang berbeda. Dari itu video dengan durasi yang hanya
beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat dapat
mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.56
Pembelajaran dengan video multi-suara bisa ditujukan bagi beragam tipe
belajar. Teks bisa di display dalam aneka bahasa untuk menjelaskan isi video.
Beberapa video bahkan menawarkan kemampuan memperlihatkan suatu objek
dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Video juga memberikan fasilitas
indeks pencarian melalui judul, topik, jejak atau kode waktu untuk pencarian yang
lebih cepat.57
Dampak positif/manfaat yang di berikan oleh media Audio Visual dalam
pembelajaran yang lebih spesifiknya lagi yaitu:

55
Warsita. “Belajar dan Pembelajaran”. Surabaya: CV. Aditama (2008). Hlm: 32.
56
Smaldino, “Intrucsional Technologi For Learning”Jakarta:Kencana (2008). Hlm: 301.
57
Id at 313.
22

Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas,


Membuahkan perubahan prilaku secara signifikan tingkah laku siswa,
Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatkan motivasi belajar siswa, Membuat hasil belajar
lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa, Mendorong pemanfaatan
yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan
partisipasi aktif. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat
membantu siswa menemukan seberapa banyak materi yang telah mereka
palajari, Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu
konsep-konsep bermakna dapat dikembangkan, Memperluas wawasan dan
pengalaman siawa yang mencerminkan pembelajaran yang nonverbalistik,
Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan
jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang
bermakna.58
Melihat teori-teori yang telah di jelaskan dapat ditarik kesimpulan, Audio
Visual adalah media untuk penyampaian suatu informasi atau suatu media untuk
menyampaikan suatu pengajaran dalam proses belajar mengajar yang cukup
efektif.
Jadi, menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kajian teori diatas
terdapat keterkaitan antara audio visual dan pembelajaran tenis lapangan.
5. Anak Usia Sekolah Menengah Pertama
Karakteristik Anak Sekolah Menengah Pertama
a) Aspek Psikologis
Pengertian remaja menurut WHO adalah populasi dengan periode usia 10-
19 tahun, sedangkan menurut Kementerian Kesehatan, defini remaja dapat
ditinjau dari dari beberapa sudut pandang. Secara kronologis, remaja merupakan
individu yang berusia 10-19 tahun. Dalam hal fisik, periode remaja ditandai
dengan adanya perubahan ciri-ciri penampilan dan fungsi fisiologis, terutama
yang berhubungan dengan organ reproduksi, sedangkan dari sisi psikologis, masa
remaja merupakan saat individu mengalami perubahan dalam aspek kognitif,
emosi, sosial dan moral, peralihan dari masa anak-anak menuju kedewasaan.59

58
Angga Nurbagja Septian,” Pengaruh Audio Visual Terhadap Teknik Dasar Passing Sepak Bola Dengan
Menggunakan Kaki Bagian Dalam di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Cimahi”. Cimahi, (2015). Hlm: 22.
59
World Health Organization. Promoting adolescent sexual and reproductive health through schools in low
income countries: an information brief [homepage on the internet]. c2009. [cited 2011 Sept 15]. Available
from: http//whqlibdoc.who.int/hq/2009/WHO_FCH_CAH_ADH_09.03_eng.pdf.
23

Kementerian Kesehatan membagi periode remaja menjadi tiga bagian,


yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja menengah (14-16 tahun) dan
masa remaja akhir (17-19 tahun). Masa remaja awal disebut juga tahap pubertas.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja awal sangat dipengaruhi oleh faktor dari
luar, seperti media massa dan peer group, sehingga remaja awal dalam keadaan
yang kurang stabil memiliki kecendrungan untuk melakukan penyesuain diri yang
salah dibandingkan dengan remaja yang lebih stabil. Kestabilan dapat diperoleh
melalui bimbingan dan pelatihan dari orang-orang disekitarnya, misalnya orang
tua dan guru.60
b) Aspek Kognitif
Teori dari Piaget menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya
kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan,
tetapi juga berbeda secara kualitatif.61 Menurut Laura A King menyatakan bahwa
tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.62 Menurut
Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack mengemukakan penjelasan
struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar
mereka,63 Teori Piaget sering disebut genetik epistimologi (epistimologi genetik)
karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa
genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis
(keturunan) B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson.64 Menurut Piaget, anak
dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka bagi
interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan
ditentukan oleh skemata sensorimotor ini.65 Dengan kata lain, hanya kejadian yang
dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan

60
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementrian
Kesehatan R.I.;2010
61
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015
62
Laura A. King. “Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif”, (Terj Deresi Opi Perdana Yanti), Cet. 1,
Jakarta: Selemba Humanika, hal. 152
63
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, Jakarta:
Erlangga, 2006, Cet I, hal. 259
64
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, “Theories of Learning (Teori Belajar)”, alih bahasa: Tri Wibowo
B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313
65
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015
24

karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui
pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung
elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak.
Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan
memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget,
ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari
skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual
yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial
dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya. Interiorisasi
menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari kebutuhan
untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah
mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang
diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk menangani
lingkungan, dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan intelektual
yang lebih kompleks. Menurut B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson
menyatakan bahwa struktur kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula
lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak
mengkonstruksi lingkungan fisik.66 Menurut Piaget dalam tabel tahap-tahap
perkembangan kognitif yaitu fase umur diatas 11 tahun merupakan tahap
operasional formal yang artinya Mampu berpikir abtrak dan dapat menganalis
masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah. Mengerti simbolik,
obyektifitas tinggi, yang didukung oleh perasan dan moral.67
c) Aspek Fisiologis/Anatomi
Masa usia sekolah menengah yaitu usia 13-15 tahun merupakan individu
yang sangat aktif dalam melakukan aktivitas fisik dan mengisi waktu luangnya.
Mereka selalu bergerak aktif hampir setiap stimulus/rangsangan yang datang dari
lingkungan sekitarnya dijawab dengan gerakan, mereka selalu ingin mengetahui
dan mencoba hal-hal yang dilihatnya.
66
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, “Theories of Learning (Teori Belajar)”, alih bahasa: Tri Wibowo
B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313
67
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015
25

Perkembangan dari berbagai aspek sudah makin meningkat. Meskipun


demikian proses perkembangan anak masih berlanjut. Anak melakukan proses
belajar dengan cara yang makin komplek. Anak akan menggunakan panca
indranya untuk menangkap barbagai informasi dari luar. Anak mulai mampu
membaca dan berkomunikasi secara halus.
Menurut Fauzia Aswin menyatakan bahwa masa usia sekolah merupakan
babak akhir dari perkembangan yang masih digolongkan menjadi anak.68 Pada
masa ini anak mengalami perkembangan yang besar dalam pertumbuhan maupun
perkembangannya. Dalam sikap dan prilaku, anak akan menjadi lebih berani
melakukan hal-hal yang penuh dengan tantangan dan bersemangat dalam suatu
permaianan.
Sukintaka menyatakan bahwa anak usia tingkatan SMP dengan jenjang
umur 13-15 tahun, mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Jasmani
a. Laki-laki ataupun putri ada pertumbuhan memanjang.
b. Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.
c. Sering menampilkan kecanggungan dan koordinasi yang kurang
baik sering diperhatikan.
d. Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi yang tak
terbatas.
e. Mudah lelah tapi tidak dihiraukan.
f. Mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.
g. Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih
baik dari putri.
h. Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi
baik.
2) Psikis dan Mental
a. Banyak menghabiskan energi untuk fantasinya.
b. Ingin menetapkan pandangan hidup.

68
Nugroho Susanto, “Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Kebiasaan Transportasi Berangkat Dan
Pulang Sekolah Siswa Kelas VIII SMP N 1 MLATI Tahun Ajaran Pelajaran 2011/2012”. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta (2012). Hlm: 25
26

c. Mudah gelisah karena keadaan rumah.


3) Sosial
a. Ingin tetap diakui oleh kelompoknya.
b. Mengetahui masalah dan etik kebudayaan.
c. Persekawanan yang tetap makin berkembang.69
d) Aspek Motorik
Gerak motorik di bedakan juga dari jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin anak berpengaruh terhadap perkembangan secara
langsung dan tidak langsung. Pengaruh secara langsung terjadi sebelum dan
sesudah lahir, dan pengaruh langsung pada perkembangan berasal dari kondisi
hormon.
Pada dasarnya perkembangan motorik kasar antara laki-laki dan anak
perempuan sama, namun anak laki-laki cenderung lebih memperlihatkan keaktifan
motoriknya. Anak laki-laki akan melakukan gerakan menendang, melompat atau
berputar lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Tidak
mengherankan jika anak laki-laki akan lebih sering mengalami luka-luka pada
tubuhnya ketimbang anak perempuan.
Menurut Yudrik Jahja menyimpulkan bahwa ada 6 perbedaan pokok, yaitu:
1) Pertama, anak laki-laki lebih banyak bermain diluar dari pada anak
perempuan.
2) Kedua, anak laki-laki bermain dalam kelompok yang lebih besar dari
pada anak perempuan.
3) Ketiga, permainan anak laki-laki terjadi dalam kelompok yang terdiri
dari berbagai usia. Adapun anak perempuan bermain dengan anak se
usianya.
4) Keepat, anak perempuan sering memainkan permainan anak laki-laki
dari pada anak laki-laki memainkan permainan anak perempuan.
5) Kelima, anak laki-laki sering memainkan permainan yang bersifat
pertadingan dari pada anak perempuan.

69
Nugroho Susanto, “Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Kebiasaan Transportasi Berangkat Dan
Pulang Sekolah Siswa Kelas VIII SMP N 1 MLATI Tahun Ajaran Pelajaran 2011/2012”. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta (2012). Hlm: 25
27

6) Keenam, permainan anak laki-laki berlangsung lebih lama dari pada


anak perempuan.70
Pembatasan aktivitas gerak pada anak akan sangat merugikan bagi
perkembangan kemampuan motorik kasar anak, karena anak akan kurang
memiliki pengalaman gerak. Untuk semua umur, biasanya anak laki-laki lebih
kuat dan banyak memperoleh pengalaman untuk menyesuaikan diri dengan tugas
gerak yang dihadapi, karena kemampuan motorik anak laki-laki biasanya lebih
baik dari pada anak perempuan. Tetapi tidak selalu demikian, jenis kelamin
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan kemampuan motorik
akan tetapi bukan satu satunya, karena masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi kemampuan motorik kasar anak.
Menurut Yanuar Kiram bahwa kemampuan seseorang untuk dapat
menguasai keterampilan-keterampilan motorik olahraga berbeda-beda. Perbedaan
tersebut antara lain dikarenakan oleh: 1) Perbedaan kemampuan kondisi dan
koordinasi yang dimiliki, 2) Perbedaan umur, 3) Perbedaan pengalaman gerak
(banyak atau sedikit), 4) Perbedaan Jenis kelamin, 5) Perbedaan tujuan dan
motivasi dalam mempelajari suatu keterampilan motorik, 6) Perbedaan
kemampuan kognitif, 7) Perbedaan frekuensi latihan.71
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh :
1. Issadam Khusni (2015) Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam
Kejuaraan Nasional Tenis Junior New Armada Cup XIX Tahun 2015 di
Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukan :
Ada tingkat keberhasilan servis tenis lapangan pada tingkat keberhasilan
servis atlet Putra dan Putri Kelompok Umur 16 Tahun pada babak semi
final dan final Kejuaraan Nasional Tenis Junior New Armada Cup XIX
tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keberhasilan servis
atlet menunjukkan tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan persentase

70
Yudik Jahja, “Psikologi Perkembangan”. Kencana cetakan ke-3 (2011). Hlm: 211
71
Elene Elyonora, “Kemampuan Motorik Peserta Ekstrakulikuler Bola Voli Di SMP Negeri 3 Gamping”.
Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (2012). Hlm: 60
28

keberhasilan sebesar 72,61% yang mana keberhasilan pada servis pertama


sebesar 52,62% dan keberhasilan pada servis ke dua sebesar 19,99%.72

2. Septo Haryoko (2009) Efektifitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai


Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran di Makasar
Hasil penelitian menunjukkan :
Hasil belajar mahasiswa teknik jaringan komputer yang diajar dengan
menggunakan media audio-visual memiliki skor yang jauh lebih tinggi
dibanding dengan mahasiswa teknik jaringan komputer yang diajar
menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini dapat ditunjukkan pada
hasil post-test antara kelompok eksperimen (audio-visual) = 86,00, dan
kelompok kontrol (konvensional) = 78,33, dengan hasil pre-test kedua
kelompok tersebut hampir sama. Apabila diperhitungkan skor pre-test,
dengan memperbandingkan gain skor juga menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara gain skor kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen, dimana menunjukkan nilai t hitung = 8,64, dengan t tabel = 2,07,
sehingga t hitung > t tabel pada signifikan 5%.73

3. Julkifli (2012) Pengaruh audio visual terhadap hasil menedang bola di SMA
Negeri 1 Pemangkat
Hasil penelitian menunjukkan :
Di dalam jurnalnya menjelaskan, Penelitian yang telah dilakukan di kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Pemangkat tahun 2013. Metode penelitian yang
digunakan adalah pre experimental design 12 kali pertemuan dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest postest
design. Sampel penelitian ini adalah seluruh seluruh siswa kelas XI IPS
yang berjumlah 35 orang. Hasil uji prasyarat analisis data memperlihatkan
uji normalitas data pretest dan posttest di peroleh dari sig pada pretest
0,160 > 0,05 dan posttest sebesar 0,072 > 0,05, Sedangkan uji
homogenitas dapat dadapat nilai sig pretest 0,665 > 0,05 dan posttest
sebesar 0,931 > 0,05, dapat disimpulkan kedua data berdistribusi normal
dan homogen. Hasil analisis uji t-Test di peroleh sebesar 9.737
dibandingkan dengan db = N – 1(db 34) signifikansi 0,05 sebesar 2,034
maka >, dapat disimpukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media
audio visual terhadap hasil belajar menendang bola.74
72
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 59.
73
Septo Haryoko, Jurnal Edukasi@Elektro” Vol.5, No. 1, Makassar Maret (2009),Hlm: 1-10.
74
Julkifli, Jurnal Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi”.Pengaruh Media Audio Visual Terhadap hasil
belajar Shooting sepakbola.1,. (2012).
29

Jadi, dari hasil jurnal pertama yaitu mencari tingkat keberhasilan servis
dalam permainan tenis lapangan pada saat anak (usia 16) mengikuti turnamen
kejuaraan Tenis Junior New Armada Cup XIX dan jurnal kedua mencari hasil dari
penggunaan audio visual terhadap penggunaan alat bantu berupa audio visual
terhadap Optimalisasi Model Pembelajaran, sedangkan jurnal yang kegita yaitu
mencari hasil dari penggunaan alat bantu berupa audio visual terhadap hasil
menendang bola. Perbedaannya dengan peneliti, yaitu peneliti mencari hasil dari
penggunaan alat bantu berupa audio visual terhadap hasil pukulan servis
continental grip dalam permainan tenis lapangan.
C. Kerangka Teoretis
1. Pengaruh mengajar menggunakan Audio Visual terhadap hasil pukulan servis
Continental Grip dalam permainan tenis lapang di Engku Putri Tenis Club
Tanjung Pinang.
Oemar Hamalik, menyatakan bahwa dengan menggunakan alat bantu
dalam proses pembelajaran, akan sangat bermanfaat untuk menunjang proses
belajar mengajar, tidak hanya sajian jadi lebih konkrit tetapi juga kegunaan yang
lebih lain yaitu membangkitkan motivasi dan merangsang anak didik untuk
belajar. Terlebih dalam pembelajaran tenis lapangan yang demikian sulit karena
dalam permainan tenis lapangan anak dituntut harus memiliki perasaan (feeling)
dan kesabaran di samping keterampilan dasar. Oleh karena itu, mempergunakan
alat bantu pelontar bola dalam pembelajaran tenis lapangan kepada pemula sangat
pas dan sangat tepat karena akan bermanfaat untuk membangkitkan motivasi dan
merangsang anak didik untuk belajar.75
Media Audio Visual itu sendiri yakni peralatan yang digunakan oleh para
guru dalam menyampaikan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap oleh
indera pandang dan pendengaran. Media audio visual merupakan sebuah alat
bantu dengar serta juga dapat dilihat untuk membantu siswa dalam proses

75
Shella Saputri, ”Pengaruh Media Winddows Movie Maker Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Goegrafi”. Lampung: Univertsitas Lampung (2015). Hlm: 7
30

pembelajaran yang berfungsi memperjelas atau mempermudah dalam


penyampaian materi oleh guru.76
Media Audio Visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
jedua jenis media yaitu media Audio dan media Visual. Agar lebih efektif
penyampaian materi ajar perlu ditunjang dengan alat bantu yang dapat digunakan
secara efisien dan efektif pada hasil belajar. Perkembangan teknologi yang pesat
melahirkan pula teknologi dalam bidang pendidikan yang memberikan pengaruh
besar dan nyata. Ini disebabkan karena fungsi media dalam proses hasil belajar
adalah sebagai penyaji stimulus dan meningkatkan keserasian dalam penerimaan
informasi untuk mencapai tujuan hasil belajar, juga pada hal-hal tertentu media
mempunyai nilai-nilai praktis yang sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun
guru. (Arsyad).77
Jadi dapat disimpulkan bahwa Audio Visual memberikan pengaruh yang
positif pada hasil belajar, dengan kemajuan teknologi yang harus bisa
dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para guru, pelatih dan pendidik lainnya
untuk mengembangkan potensi yang sudah dipermudah oleh perkembangan
zaman.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan terkaan jawaban sementara, hipotesis penting dalam
suatu penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari
pemecahannya. Menurut sugiyono yang menjelaskan bahwa “Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang diajukan”.78
1. Ada pengaruh mengajar menggunakan Audio Visual terhadap hasil pukulan
servis Continental Grip dalam permainan tenis lapang di Engku Putri Tenis
Club Tanjung Pinang.

76
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2015, 1017 - 1023
77
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 453 – 456.
78
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung, Alfabeta,cv (2012). Hlm: 389.

Anda mungkin juga menyukai