TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permainan Tenis Lapang
Tenis lapangan adalah salah satu cabang olahraga permainan bola kecil. Menurut
ITF Rules of Tennis, olahraga tenis lapangan menggunakan lapangan berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran panjang 23,77 meter dan untuk ukuran
lebar ada dua yaitu untuk lebar lapangan tunggal 8,23 meter dan untuk lapangan
ganda lebarnya 10,97 meter. Lapangan terbagi menjadi dua bagian yang sama
panjang dengan dipisahkan oleh net yang melintang di tengah-tengah lapangan
dengan tinggi dibagian tengah 0,914 meter dan pada tiap-tiap tiang net 1,07 meter.
Permainan ini dilakukan di atas lapangan dengan permukaan keras (hard court),
tanah liat (gravel), maupun lapangan rumput (grass court).1
Tenis lapangan bisa dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan
dalam permainan tunggal, baik itu tunggal putra maupun tunggal putri. Bisa juga
dimainkan dalam permainan ganda baik itu ganda putra, ganda putri maupun
ganda campuran. Ide dasar permainan tenis adalah memukul bola sebelum atau
sesudah memantul di lapangan dengan menggunakan raket, melewati di atas net
dan masuk ke dalam lapangan permainan lawan (Sukadiyanto). Peralatan yang
dibutuhkan untuk bisa memainkan olahraga tenis adalah raket dan bola yang
khusus untuk permainan tenis.2
Jadi, dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa tenis
lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk kedalam olahraga
bola kecil, yang dalam permainannya menggunakan alat berupa raket, bola dan
net. Serta dalam kategori permainannya ada beberapa jenis pertandingan, yaitu
tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, ganda campuran.
9
2
2) Volley
3
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 12.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Dony April Krismanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Gerak Dasar Tenis
Lapangan Untuk Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Sekolah Tenis Kabupaten Temanggung”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm: 35
7
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 13.
3
8
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 13
9
Ibid
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Id. at 14.
4
Stroke merupakan pukulan yang dipukul ketika bola diatas kepala yang terdiri dari
servis dan Smash.
2. Pukulan Servis
a) Pengertian Servis
Menurut Lardner “serve adalah saran untuk memulai permainan dengan
cara tosing terhadap bola di udara diatas kepala anda dan pada saat bola bergerak
turun, memukulnya dengan raket seperti bila anda memukul paku dengan
martil”.14 Servis menurut Loman L adalah pukulan bola yang paling penting
dalam pertandingan tenis dan merupakan satu satunya pukulan bola yang harus
dikuasai maupun dikendalikan oleh pemain yang melakukannya, serta tidak
dipengaruhi atau tergantung dari pukulan bola lawannya.15
Menurut Lardner “Suatu serve yang terarah dengan baik memberikan dua
keuntungan : dengan melakukan serve kearah kelemahan lawan, anda bisa
memenangkan beberapa point secara langsung atau memaksa lawan untuk
melakukan pengam-bilan-pengambilan yang lemah dan dapat dipukul ke
sudut-sudut lapangan”. 16
Jadi dapat disimpulkan bahwa servis merupakan suatu cara untuk memulai
pertandingan dan bisa membongkar pertahanan lawan ketika pemain bisa
menguasai teknik dari servis dalam permainan tenis lapang.
b) Jenis Pukulan Servis
Servis dalam permainan tenis lapangan ada beberapa macam servis yang
bisa digunakan sesuai pendapat Scharff R “ada tiga macam jenis servis yaitu:
slice, twist, dan flat”.17
1) Servis Slice
Servis slice adalah teknik servis dengan cara memotong atau mengesek
untuk mendapatkan putaran bola. Dalam servis slice ini, raket menyentuh bola
pada bagian kanan sebelah atas dan bola dipukul dengan putaran raket dari kanan
ke kiri bagi pemain yang tidak kidal, bagi yang kidal sebaliknya.
14
Lardner Rex, “Fundamental Tenis”: Edisi ketiga, Semarang: Dahara Priz (2013). Hlm: 3
15
Loman, Lucas, “Petunjuk Praktis Bermain Tenis”. Bandung: Angkasa (2008). Hlm: 81.
16
Lardner Rex, “Fundamental Tenis”: Edisi ketiga, Semarang: Dahara Priz (2013). Hlm: 40-41
17
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 15
5
Servis Slice merupakan salah satu teknik servis yang dilakukan dengan
cara memotong arah pergerakan bola, sehingga bola yang dihasilkan akan sedikit
melengkung dibandingkan dengan hasil servis yang lain.
Gambar 2.1
Servis Slice19
2) Servis Flat
Servis flat adalah servis yang menghasilkan bola meluncur lurus dan keras
ke arah kotak servis lawan (Scharff R).20 Karena servis flat bersifat keras dan
cepat, biasanya dilakukan pada servis pertama. Pada servis flat bola dipukul pada
permukaan raket tegak lurus dengan bola tanpa adanya putaran bola. Perlu diingat
bahwa toss pada servis flat posisi bola berada di depan garis base line. Pada servis
flat bola diusahakan tepat mengenai bagian tengah raket, kemudian ditambah
dengan lecutan dari pergelangan tangan. Dengan adanya lecutan dari lengan maka
akan memberikan tambahan kecepatan pada bola, tetapi bola cenderung meluncur
lebih rendah, maka dapat menimbulkan kesalahan atau menyangkut net.
18
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 15
19
Id at 15
20
Id at 16
6
Gambar 2.2
Servis Flat21
3) Servis Twist
Servis twist adalah servis yang paling sulit dipelajari dan paling banyak
memerlukan tenaga. Karena bola melengkung disisi kiri pemukul dan melengkung
ke arah backhand (Scharff, R).22 Servis ini biasanya dilakukan oleh pemain yang
sudah profesional. Servis ini lebih banyak memutar pergelangan tangan untuk
mendapatkan putaran bola.
Gambar 2.3
Servis Twist23
21
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 16
22
Id at 17
23
Ibid
7
Gambar 2.4
Pegangan Western26
2) Pegangan Eastern
Pegangan ini disebut pegangan eastern, karena pertama kali dipakai oleh
petenis Amerika bagian timur.
24
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 18.
25
Ibid
26
http://www.Daydream.mentadd.com
8
Gambar 2.5
Pegangan Eastern28
3) Pegangan Continental
Pegangan ini dapat dikatakan sama dengan pegangan backhand dari
pegangan eastern. Cara untuk mendapatkan pegangan kontinental yaitu
dengan jalan mendirikan raket pada pinggirannya, serta memegang
pegangan raket begitu rupa, sehingga ibu jari merentang menyilang pada
bagian depan dari pegangan raketnya, sehingga pergelangan tangan berada
di atas pada sudut 45 derajat terhadap pegangan raketnya kemudian
telapak tangan berada diatas pegangan raket dibelakangnya (Paul R). 29
Pegangan model Continental ini memungkinkan dilakukan gerakan tangan
yang bebas, yang tidak sesuai dengan groundstroke, tetapi berguna untuk
melakukan servis, seperti apa yang dikatakan oleh Brewer L bahwa "untuk
pukulan servis yang lebih akurat, maka grip pola continental yang terbaik
untuk digunakan". Dapat disimpulkan bahwa pegangan, continental dapat
digunakan untuk pukulan servis, juga untuk pukulan slice dan dropshoot.
30
Jadi, pegangan dari Continental ini bisa dikatakan sama dengan pegangan
dari Eastern. Cara memegangnya dengan memegang pada pinggirannya, sehingga
27
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm :19.
28
http://www.Daydream.mentadd.com
29
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 20.
30
Id. at 20-21.
9
ibu jari akan menyilang pada bagian depan dari pegangan raketnya, serta gerakan
tangan yang bebas memudahkan para pemain untuk melakukan teknik servis yang
baik dan benar.
Gambar 2.6
Pegangan Continental31
31
http://www.Daydream.mentadd.com
32
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 21.
33
Ibid.
34
Id. at 22.
10
Gambar 2.7
Sikap Berdiri37
2) Mengayun Raket
Terdapat beberapa bagian yang perlu diperhatikan mengenai servis serta
tentang teknik pelaksanaannya. Menurut Yudoprasetio teknik dalam melakukan
gerakan servis adalah sebagai berikut: 1) ayunan kebelakang (back swing), 2)
ayunan ke depan (forward swing), 3) ayunan ke depan yang harus dilanjutkan
(follow through).38
35
Ibid.
36
Syahrial Bakhtiar,”Teori Action Method, Strength Condition dan Penerapannya Dalam Pembinaan Prestasi
Tenis”. Malang, Wineka Media (2015). Hlm: 27
37
http://prasso.wordpress.com/2007/19/17/teknik-servis/
38
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 23.
11
Gambar 2.8
Ayunan Kebelakang
bawah bola yang akan dipukul dan pada saat badan akan diputar ke kiri posisi
sudah condong ke depan (Yudoprasetio).40
Gambar 2.9
Ayunan Kedepan
Gambar 2.10
Ayunan Lanjutan
3) Melambungkan Bola (toss ball)
40
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 24.
41
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 25.
13
Gambar 2.11
Melambungkan Bola
42
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm : 26.
14
pada pangkal hulunya. 3) Raket dalam genggaman tangan mendapat posisi kepala
raketnya tegak lurus dengan alasnya, (Yudoprasetio).43
Untuk anak – anak yang baru belajar tenis ada kalanya belum bisa
memegang raket pada pangkal hulunya. Raket untuk anak-anak masih dirasakan
berat. Maka anak-anak atau atlet pemula dapat menggenggam raket dibagian atas
dari tempat pegangan atau sering disebut (choke grip). Dikalangan para petenis
diera sekarang yang mayoritas menggunakan pukulan Top Spin baik di dunia
maupun Indonesia marak menggunakan teknik grip extream teknik ini digunakan
karena hanya grip ini yang sesuai untuk model pukulan top spin sehingga
perputaran bola menjadi lebih cepat. Teknik ini juga termasuk penemuan baru
dalam olahraga tenis lapangan. Teknik ini juga merupakan kombinasi dari teknik
memegang raket, (Yudoprasetio).44
Crespo and Miley unsur-unsur penting dalam tahap awal membangun
serve yang baik adalah: (a) gerak sederhana, (b) gerak kontinyu, (c) keseimbangan
dan penempatan bola yang baik, (d) pegangan(grip) yang benar (dimulai dengan
eastern forehand grip menuju continental grip).45 Jelas bahwa ritme pada serve
merupakan kriteria penting untuk memastikan gerak servis yang lancar. Pada
tahap-tahap awal membangun serve, grip dan posisi badan yang benar harus
dilatihkan, bersama dengan pola ayunan ritmis “dua-duanya ke bawah, dua-
duanya ke atas”. Maksudnya bahwa kedua lengan (lengan pemegang raket dan
bola) bergerak secara sinkron.
Crespo and Miley seiring perkembangan pemain, unsur-unsur lain
biasanya diperkenalkan pada serve: (a) grip (b) Penggunaan pergelangan tangan
untuk mengontrol penempatan, (c) Putaran.46 Namun demikian, penting untuk
memahami biomekanika serve, agar teknik servis yang lebih maju bisa
43
Dony April Krismanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Gerak Dasar Tenis
Lapangan Untuk Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Sekolah Tenis Kabupaten Temanggung”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm. 28-29.
44
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 21
45
Abdul Alim, “Analisis Gerak Teknik Servis Tenis Lapangan”. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
(2013). Hlm: 8.
46
Dony April Krismanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Gerak Dasar Tenis
Lapangan Untuk Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Sekolah Tenis Kabupaten Temanggung”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm. 28-29.
15
47
http:/www.tennisplayer.net/biomechanics/wind up/brian_gordon, hal: 8
16
48
http:/www.tennisplayer.net/biomechanics/wind up/brian_gordon, hal: 16
49
Id at 3
17
50
Pupuh dan Sobry, “Strategi belajar mengajar”. Bandung: Rafika Aditama (2010). Hlm: 70.
51
Giri Wiarto, “Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani” . Yogyakarta: Laksitas (2016). Hlm: 139
52
Juliantara Ketut, “Media Pembelajaran” [Online]. Tersedia:
http://www.google.co.id/Fedukasi.Kompasiana.com [1 Desember 2012].
20
Menurut Rohani:
Penggunaan media AudioVisual dalam pembelajaran sangat
memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang
diharapkan. Kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dapat
mempersiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang
berkualitas. Melalui media Audio Visual diharapkan ada peningkatan
dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam hal
peningkatan pembelajaran menyimak cerita dan peningkatan prestasi
siswa.54
53
Ika Risqi Citra Primavera dan Iwan Permana Suwarna, M.Pd, “Pengaruh Media Audio-Visual (VIDEO)
Terhadap Hasil Belajar Siswa KelasXI Pada Konsep Elastisitas”. Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2014). Hlm: 123.
54
Septiana Utaminingrum, “Pengaruh Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada
Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta”. Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 5-6.
21
kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-
temannya.
Padahal jika ingin menguasai gerakan tersebut setiap individu harus
mengetahui tahapan-tahapan atau prosesnya secara perlahan. Dengan
pengguanaan video pembelajaran, proses gerakan yang tidak dapat diamati secara
jelas dengan demonstrasi akan dapat diamati oleh atlet melalui gerakan “slow
motion” melalui pemutaran video pembelajaran tersebut.
Dilihat dari ketepatannya, video jika digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan yang dikemukakan Warsita bahwa:
Media video memiliki potensi yang cukup besar jika dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengamati
secara langsung tentang wujud suatu benda, mengamati proses perubahan,
mengamati suatau perbedaan warna dan mengamati suatu gerakan dan
lain-lain yang diiringi dengan suara.55
55
Warsita. “Belajar dan Pembelajaran”. Surabaya: CV. Aditama (2008). Hlm: 32.
56
Smaldino, “Intrucsional Technologi For Learning”Jakarta:Kencana (2008). Hlm: 301.
57
Id at 313.
22
58
Angga Nurbagja Septian,” Pengaruh Audio Visual Terhadap Teknik Dasar Passing Sepak Bola Dengan
Menggunakan Kaki Bagian Dalam di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Cimahi”. Cimahi, (2015). Hlm: 22.
59
World Health Organization. Promoting adolescent sexual and reproductive health through schools in low
income countries: an information brief [homepage on the internet]. c2009. [cited 2011 Sept 15]. Available
from: http//whqlibdoc.who.int/hq/2009/WHO_FCH_CAH_ADH_09.03_eng.pdf.
23
60
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementrian
Kesehatan R.I.;2010
61
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015
62
Laura A. King. “Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif”, (Terj Deresi Opi Perdana Yanti), Cet. 1,
Jakarta: Selemba Humanika, hal. 152
63
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, Jakarta:
Erlangga, 2006, Cet I, hal. 259
64
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, “Theories of Learning (Teori Belajar)”, alih bahasa: Tri Wibowo
B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313
65
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015
24
karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui
pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung
elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak.
Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan
memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget,
ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari
skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual
yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial
dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya. Interiorisasi
menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari kebutuhan
untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah
mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang
diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk menangani
lingkungan, dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan intelektual
yang lebih kompleks. Menurut B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson
menyatakan bahwa struktur kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula
lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak
mengkonstruksi lingkungan fisik.66 Menurut Piaget dalam tabel tahap-tahap
perkembangan kognitif yaitu fase umur diatas 11 tahun merupakan tahap
operasional formal yang artinya Mampu berpikir abtrak dan dapat menganalis
masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah. Mengerti simbolik,
obyektifitas tinggi, yang didukung oleh perasan dan moral.67
c) Aspek Fisiologis/Anatomi
Masa usia sekolah menengah yaitu usia 13-15 tahun merupakan individu
yang sangat aktif dalam melakukan aktivitas fisik dan mengisi waktu luangnya.
Mereka selalu bergerak aktif hampir setiap stimulus/rangsangan yang datang dari
lingkungan sekitarnya dijawab dengan gerakan, mereka selalu ingin mengetahui
dan mencoba hal-hal yang dilihatnya.
66
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, “Theories of Learning (Teori Belajar)”, alih bahasa: Tri Wibowo
B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313
67
INTELEKTUALITA - Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015
25
68
Nugroho Susanto, “Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Kebiasaan Transportasi Berangkat Dan
Pulang Sekolah Siswa Kelas VIII SMP N 1 MLATI Tahun Ajaran Pelajaran 2011/2012”. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta (2012). Hlm: 25
26
69
Nugroho Susanto, “Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Kebiasaan Transportasi Berangkat Dan
Pulang Sekolah Siswa Kelas VIII SMP N 1 MLATI Tahun Ajaran Pelajaran 2011/2012”. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta (2012). Hlm: 25
27
70
Yudik Jahja, “Psikologi Perkembangan”. Kencana cetakan ke-3 (2011). Hlm: 211
71
Elene Elyonora, “Kemampuan Motorik Peserta Ekstrakulikuler Bola Voli Di SMP Negeri 3 Gamping”.
Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (2012). Hlm: 60
28
3. Julkifli (2012) Pengaruh audio visual terhadap hasil menedang bola di SMA
Negeri 1 Pemangkat
Hasil penelitian menunjukkan :
Di dalam jurnalnya menjelaskan, Penelitian yang telah dilakukan di kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Pemangkat tahun 2013. Metode penelitian yang
digunakan adalah pre experimental design 12 kali pertemuan dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest postest
design. Sampel penelitian ini adalah seluruh seluruh siswa kelas XI IPS
yang berjumlah 35 orang. Hasil uji prasyarat analisis data memperlihatkan
uji normalitas data pretest dan posttest di peroleh dari sig pada pretest
0,160 > 0,05 dan posttest sebesar 0,072 > 0,05, Sedangkan uji
homogenitas dapat dadapat nilai sig pretest 0,665 > 0,05 dan posttest
sebesar 0,931 > 0,05, dapat disimpulkan kedua data berdistribusi normal
dan homogen. Hasil analisis uji t-Test di peroleh sebesar 9.737
dibandingkan dengan db = N – 1(db 34) signifikansi 0,05 sebesar 2,034
maka >, dapat disimpukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media
audio visual terhadap hasil belajar menendang bola.74
72
Issadam Khusni, “Tingkat Keberhasilan Servis Tenis Lapangan Dalam Kejuaraan Nasional Tenis Junior
NewArmada Cup XIX Tahun 2015. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Hlm: 59.
73
Septo Haryoko, Jurnal Edukasi@Elektro” Vol.5, No. 1, Makassar Maret (2009),Hlm: 1-10.
74
Julkifli, Jurnal Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi”.Pengaruh Media Audio Visual Terhadap hasil
belajar Shooting sepakbola.1,. (2012).
29
Jadi, dari hasil jurnal pertama yaitu mencari tingkat keberhasilan servis
dalam permainan tenis lapangan pada saat anak (usia 16) mengikuti turnamen
kejuaraan Tenis Junior New Armada Cup XIX dan jurnal kedua mencari hasil dari
penggunaan audio visual terhadap penggunaan alat bantu berupa audio visual
terhadap Optimalisasi Model Pembelajaran, sedangkan jurnal yang kegita yaitu
mencari hasil dari penggunaan alat bantu berupa audio visual terhadap hasil
menendang bola. Perbedaannya dengan peneliti, yaitu peneliti mencari hasil dari
penggunaan alat bantu berupa audio visual terhadap hasil pukulan servis
continental grip dalam permainan tenis lapangan.
C. Kerangka Teoretis
1. Pengaruh mengajar menggunakan Audio Visual terhadap hasil pukulan servis
Continental Grip dalam permainan tenis lapang di Engku Putri Tenis Club
Tanjung Pinang.
Oemar Hamalik, menyatakan bahwa dengan menggunakan alat bantu
dalam proses pembelajaran, akan sangat bermanfaat untuk menunjang proses
belajar mengajar, tidak hanya sajian jadi lebih konkrit tetapi juga kegunaan yang
lebih lain yaitu membangkitkan motivasi dan merangsang anak didik untuk
belajar. Terlebih dalam pembelajaran tenis lapangan yang demikian sulit karena
dalam permainan tenis lapangan anak dituntut harus memiliki perasaan (feeling)
dan kesabaran di samping keterampilan dasar. Oleh karena itu, mempergunakan
alat bantu pelontar bola dalam pembelajaran tenis lapangan kepada pemula sangat
pas dan sangat tepat karena akan bermanfaat untuk membangkitkan motivasi dan
merangsang anak didik untuk belajar.75
Media Audio Visual itu sendiri yakni peralatan yang digunakan oleh para
guru dalam menyampaikan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap oleh
indera pandang dan pendengaran. Media audio visual merupakan sebuah alat
bantu dengar serta juga dapat dilihat untuk membantu siswa dalam proses
75
Shella Saputri, ”Pengaruh Media Winddows Movie Maker Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Goegrafi”. Lampung: Univertsitas Lampung (2015). Hlm: 7
30
76
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2015, 1017 - 1023
77
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 453 – 456.
78
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung, Alfabeta,cv (2012). Hlm: 389.