Definisi Nyeri
Definisi Nyeri
Definisi Nyeri
International Association For Study of pain disingkat (IASP) mengatakan bahwa nyeri
adalah sensor subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. (James and Ashwill, 2007).
Berman, Snyder, Kozier, dan Erb (2009) menyatakan bahwa nyeri adalah sensasi yang
sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain
B. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Berman, Snyder, Kozier,
dan Erb 2009), sebagai berikut :
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan selama periode penyembuhan yang
diharapkan, baik yang awitannya tiba-tiba atau yang lambat dan tanpa
memperhatikan intensitasnya. Nyeri akut pada anak, contohnya : nyeri tindakan
invasive, nyeri pasca operasi, sakiut kepala, sakit perut, dan lainnya.
b. Nyeri kronik
2. Berdasarkan sumbernya
a. Nyeri kutaneus/supervisial, yaitu nyeri yang beasal dari jaringan kulit atau
subkutan, contohnya luka akibat teriris kertas yang menimbulkan nyeri tajam
dengan sedikit rasa terbakar.
b. Nyeri somatik dalam, yaitu nyeri yang berasal dari ligamen, pembuluh darah,
tulang, tendon dan syaraf. Nyeri menyebar dan cenderung berlangsung lebih
lama dibandingkan nyeri kutaneus, contohnya adalah nyeri pengalaman kaki
yang terkilir.
c. Nyeri viseral, nyeri yang dihasilkan dari stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, kranium dan thorak. Nyeri viseral sering kali disebabkan karena
spasma otot, iskemia, atau regangan jaringan. Obstruksi usus akan
mengakibatkan nyeri viseral.
3. Berdasarkan lokasi/letak
a. Nyeri radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar, disarankan pada sumber tempat
nyeri dan menyebar ke jaringan sekitarnya, contohnya nyeri jantung tidak hanya
dirasakan dibagian dada namun menyebar kesepanjang bahu kiri dan turun ke
lengan
b. Nyeri Alih (Referred Pain)
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari yang menyebabkan nyeri. Nyeri alih
contohnya yaitu, nyeri bagian visera abdomen yang dirasakan dibagian kulit
yang jauh dari organ penyebab nyeri
Nyeri yang tidak dapat dilacak adalah nyeri yang sulit diatasi, misalnya nyeri pada
keganasan atau kanker maligna.
d. Nyeri neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan sistem syaraf pusat/tepi. Nyeri neuropatik berlangsung lama,
tidak menyenangkan, dan dapat digambarkan sebagai rasa terbakar, tumpul, dan gatal: nyeri tajam,
seperti ditembak dapat juga dirasakan.
e. Nyeri Phantom
Nyeri phantom adalah sensasi yang sangat menyakitkan yang dirasakan pada bagian tubuh yang
hilang (mis, kaki yang diamputasi) atau yang mengalami paralisis karena cedera medula spinalis.
Nyeri neuropatik dapat dibedakan dari sensasi phantom yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang
hilang masih tetap ada.
4. Berdasarkan penyebab/etiologi
a. Nyeri fisik
Nyeri fisik adalah nyeri yang bisa terjadi karena stimulus fisik (mis, fraktur femur).
b. Nyeri Psycogenic
Nyeri psycogenic terjadi karena sebab yang kurang jelas atau sulit diindentifikasi, bersumber dari
emosi atau psikis dan biasanya tidak disadari (mis, seseorang yang marah-marah, tiba-tiba merasa
nyeri pada dadanya) nyeri mungkin saja disebabkan oleh perpaduan kedua etiologi.
Respon anak terhadap nyeri mengikuti pola perkembangan dan dipengaruhi temparemen,
kemampuan koping, dan pajanan terhadap nyeri dan prosedur menyakitkan sebelumnya. Pengkajian
nyeri perlu menggunakan strategi untuk pengkajian membantu dalam memperoleh hasil pengkajian
nyeri yang lebih akurat. Strategi-strategi ini termasuk menanyakan anak (dengan kata-kata yang
sesuai tingkat perkembangan kognitif dan bahasa) orang tua, pengamatan perilaku dan respon
psikologik, serta penggunaan skala nyeri (Kathlellen, 2008)
Pengkajian nyeri pada anak yang menyeluruh dan akurat adalah kunci untuk menentukan intervensi
nyeri yang baik dan efektif (Potts & Mandleco, 2012). Pengkajian nyeri terdiri dari dua komponen
utama yaitu riwayat nyeri untuk mendapatkan data klien dan observasi langsung terhadap respon
perilaku dan psikologis klien (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb 2009)
Hockenberry&Wilson (2009) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pengukuran nyeri yang telah
dikembangkan untuk mengukur atau menilai nyeri pada anak, yaitu behavioral measures,
physiologic measures, and self repport measures, yang penerapannya bergantung pada kemampuan
kognitif dan bahasa anak.
2.4 Wawancara nyeri dan riwayat nyeri
Pengkajian awal pada anak meliputi riwayat nyeri dan informasi kompherensif tentang pengalaman
nyeri anak pada masa lalu, strategi perawatan, dan segala sesuatu yang disukai anak perawat perlu
menanyakan kepada anak dan pengasuh anak (mis, orang tua) tentang intevensi dan strategi koping
yang telah berhasil dimasa lalu. Pengkajian nyeri meliputi PQRST (Perensence Of Pain, Quality,
Radiation, Saverity, Timing) yang dilakukan oleh perawat dengan cara mewawancarai orang tua
(atau primary kare provider) dan anak.
Dan kemudian anak diberi kesempatan untuk menggambarkan dan menilai rasa nyerinya dengan
menggunakan skala pengukuran nyeri. Pada anak-anak secara perkembangan kognitif belum mampu
menggambarkan atau mengungkapkan nyeri yang dirasakannya, perawat melakukan pengkajian
kepada orang tuanya. Informasi yang diberikan orang tua harus dihargai sebagai jawaban klien
Pengkajian nyeri secara sistematis untuk memperoleh riwayat nyeri akan menunjukan penilaian
yang lebih komprehensif (Potts & Mandleco, 2012)
Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat perkembangan (James & Ashwill, 2007) yaitu:
· Menunjukan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung dan penurunan saturasi oksigen.
b. Toddler
· Mampu menyampaikan secara verbal unruk menunjukan ketidak nyamanan seperti “ aduh “,
“sakit”
c. Pra sekolah
· Cenderung menangis
· Menunjukan penarikan
e. Remaja
Sejumlah cara penilaian nyeri telah dikembangkan untuk mengukur nyeri pada anak. Pengukuran
nyeri dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : pengukuran objektif (objective measure) digunakan untuk
mengobservasi skor parameter perilaku (behavioral measure) atau psikologi (physiologic measure)
dan pengukuran subjektif (sebjective measure) yaitu laporan diri (self report measure) yang
digunakan agar anak dapat mengukur nyerinya (Hockenberry & Wilson, 2009; Potts & Mandleco,
2012)
1) Behavioral Measure
Perngkajian perilaku sangat berguna untuk mengukur nyeri pada bayi dan anak preverbal yaitu anak
yang belum memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan, atau pada anak
dengan gangguan mental yang memiliki kemampuan yang terbatas dalam me nyampaikan kalimat
yang memiliki arti. Pengukuran ini bergantung pada observer dalam mengamati dan merekam
perilaku anak misalnya vokalisasi (suara), ekspresi wajah, dan gerak tubuh yang menunjukan
ketidaknyamanan dalam mengukur nyeri akut, nyeri dari prosedur yang tajam seperti injeksi dan
pungsi lumbar, namun kurang realibel saat mengukur nyeri yang berkepanjangan (Hockenberry &
Wilson, 2009). Terdapat beberapa skala pengkajian perilaku nyeri yang sering digunakan, antara lain
(James & Ashwill, 2007; Hockenberry & Wilson, 2009; Potts & Mandleco, 2012) :
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai usia 2 bulan – 7 tahun. Skala ini
terdiri dari 5 penialain dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat.
Penilaian tersebut adalah ekspresi muka (0-2), gerakan kiri (0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2),
kemampuan dihibur (0-2). Hasil skor perilakunya adlah : 0 untuk rileks dan nyaman, 1-3 nyeri ringan/
ketidaknyamanan ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10 nyeri hebat/ketidaknyamanan berat.
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 1-5 tahun skala ini terdiri dari 6
kategori dengan skor total 4 untuk tidak ada nyeri dan 13 untuk nyeri hebat.
Skala ini digunakan untuk mengobservasi nyeri pasca operasi pada anak usia 1-5 tahun. Skala ini
terdiri dari tiga kategori perilaku nyeri yaitu :
2. Ekspresi wajah
Skala ini adalah skala yang dapat digunakan orangtua untuk menilai nyeri yang dirasakan anak
mereka dengan mencatat perubahan perilaku anaknya.
Skala ini mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan rata-rata umur kehamilan 33,5 minggu. Skala
terdiri dari enam variable penilaian dengan total score 0 untuk tidak ada nyeri sedangkjan 7 nilai
nyeri hebat. Variable yang dinilai adalah ekspresi wajah (0-1), menangis (0-2), pola pernafasan (0-1),
tangan (0-1), kaki (0-1), dan kepekaan terhadap rangsangan (0-1).
f) CRIES (Crying, Requiring, Increased, Oksigen, Increased Vital Sign, Ekspresion, and
Sleeplessness)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pasca bedah neonatal (0-6 bulan) yang baru.
Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan score total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat.
Penilaian tersebut adalah menangis (0-2), peningkatan kebutuhan oksigen tambahan (0-2),
peningkatan tanda vital (0-2), ekspresi (0-2), tidak bisa tidur (0-2).
skala ini di gunakan untuk mengkaji nyeri pada bayi usia 1-7 bulan. Skala ini terdiri dari 10 penilaian
dengan masiang-masing skor 0-2 dengan rentang skor total 0 untuk nyeri hebat dan 20 untuk tidak
nyeri. Variabel yang di nilai adalah tidur (0-2), fleksi jari-jari tangan maupun kaki (0-2), exoresi wajah
(0-2), kemampuan menghisap(0-2), kualitas menangis (0-2), suara (0-2), rangsangan spontan (0-2),
consolability (kemampuan dihibur) (0-2), keramahan (0-2).
Skala ini di guakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan umur kehamilan 27 minggu
sampai matur. Skala ini terdiri dari 10 variabel penilaian dengan skor total 4 untuk tidak ada nyeri
dan 20 untuk nyeri hebat. Variabel tersebut adalah sikap/suara (1-2), pernafasan (1-2), pola tidur (0-
2), frekuensi jantung (1-2), ekpresi (1-2), saturasi (0-2), warna (0-2), tekanan darah (0-2), menangis
(0-2), persepsi perawat (0-2).
skala ini di gunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi umur 1-36 bulan. Skala ini terdiri dari
6 penialaian dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 5 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut
adalah tersenyum, tidur tidak ada perubahan ketika di gerakan maupun di sentuh (0), membutuhkan
sedikit kata-kata, gelisah bergerak, menagis (1), perubahan perilaku, tidak mau makan/minum,
menangis dengan periode pendek, menglihkan perhtian dengan bergoyang atau dot (2), peka
rangsang, tangan dan kai bergerak-gerak, wajah menangis (3), menggapai-gapai, meratap dengan
nada tinggi, orang tua meminta obat untuk mengurangi nyeri, tidak dapat mengalihkan perhatian
(4), tidur yang lama terganggu sentakan, terus menerus, pernafsan cepat dan dangkal (5).
skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai 4 bulan sampai 18 tahun. Skala
ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat.
Adapun penilaian tersebut adalah tekanan daran (0-2), menangis (0-2), bergerak (0-2), agitasi(0-2),
dan bahasa tubuh (0-2).
skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak baru lahir sampai 16 tahun. Skala ini
terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 7 untuk nyeri hebat.penilaian
tersebut adalah gerak tubuh (0-2), wajah (0-3), da menyentuh (0-2).
skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 3-36 bulan. Skala ini terdiri dari 3
penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri dan 8 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah
ekspresi wajah (0-2), menangis (0-3), dan bergerak (0-3).
skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia 4-6 bulan. Skala ini terdiri dari 3
penilaian dengan skor total 0 untuk todak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut
adalah ekspresi wajah (0-3), menangis (0-4), dan gerak (0,2,3).
Skala ini digunakan untuk mengkaji i tensitas nyeri pada usia lebih dari 36 bulan. Skala ini terdri dari
3 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 3 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut
adalah wajah netral, tenang, tidur tenang, tidak ada teriakan, consolable, bergerak dengan mudah
(0); mengerutkan kening, gerakan tubuh gelisah, sudah tidur, merintih, meringis, dengan sentuhan
(1), gigi terkatup, agitasi moderat, tidur sebentar-sebentar, sulit untuk di hibur, menangis (2), dan
ekpresi menangis penuh, meronta-ronta, tidur waktu yang lama terganggu oleh sentakan atau tidak
tidur, menangis dengan nada tinggi, tidak dapat di hibur, menjerit ketika di sentuh/pindah (3).
2) Physiologic measures
Pengukuran fisiologis dapat dipisahkan dari repon tubuh terhadap nyeri dan bentuk stress dan
lainnya pada tubuh. Perubhan fisiologis secara mendalam/besar seringkali myertai pengalaman
nyeri. Parameter fisiologis, antara lain denyut nadi, pernafasan, tekanan darah, telapak tangan
berkeringat, level kartison, oksigen transkutaneus, vagal tone, dan konsentrasi endhorpin.
Parameter ini tidak menunjukan lokasi nyeri, tetapi memberikan informasi yang berguna mengenai
tingkat distress (keadaan bahaya) untuk secara umum yang mengalai nyeri. Penilaian nyeri secara
fisiologis berguna pada infant dan anak yang tidak bisa berkomunikasi secara verbal (Hockenberry &
Wilson, 2009).
Skala ini digunakan pada usia 3 tahun dan usia yang lebih tua.
3) Word Graphics Rating Scale (Tesler, Savedra, Holzemer, and others, 1991)
4) Numeric Scale
Skala ini digunakn pada anak usia 5 tahun dan anak usia yang lebih tua.
5) Visual Analog Scale (VAS) (Cline. Herman, Shaw, and others, 1992)
Skala ini digunakan pada anak usia 4,5 tahun dan usia yang lebih tua; pada umumnya pada anak usia
7 tahun
Nyeri dapat memperngaruhi psikologis dan perilaku, intervensi non farmakologis penting dalam
mengubah persepsi nyeri/perilaku. Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi rasa takut,
penderitaan dan meminimalkan rasa sakit dan meningkatkan pengendalian rasa nyeri pada anak
(Ekweueme. 2009). Intervensi non farmakologis harus cocok untuk anak, dan agar efektif teknik
harus sesuai tahap perkembangan, keperibadian, dan keadaan sekitar anak.
(James & Ashwill, 2007) teknik-teknik ini dapat ditetapkan dalam 3 kategori besar (ekweume, 2009),
antara lain :
- Metode kognitif yang meliputi pendidikan/persiapan, musik, imagery guided, distraksi dan
hipnosis
- Metode perilaku diantaranya adalah teknik relaksasi otot, progresif, latihan biofeedback,
kontrol pernafasan dan hipnosis
- Metode fisik misalnya kompres hangat atau dingin, pijat dan sentuhan, transkutan stimulasi
syaraf listrik (TENS), akupuntur/akupresur, dll.
Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis pada anak antara lain (James & Ashwill, 2007; Potts
& Mandleco, 2012) :
a. Distraksi
Prinsip distraksi ialah mengalih fokus anak terhadap nyeri yang dirasakan kepada hal kegiatan lain
yang disenangi seperti mendengarkan musik, bermain, menonton video dan lainnya.
b. Breathing Techniques
Pola pernafasan tertentu diatur agar dapat meningkatkan relaksasi anak. Tekhik pola pernafasan
membutuhkan konsentrasi dan perhatian anak sehingga mengambi pikiran dari rasa sakit
prosedural. Dua jenis teknk pernafasan dapat digunakan : pernafasan dada berirama dalam dan
berpola pernafasan dangkal.
c. Guided Imagery
Imajinasi dipandu adalah proses relaksasi dan fokus konsentrasi pada membayangkan gambar.
Guided Imagery berguna untuk kecemasan pra operasi dan manajemen nyeri pasca operasi. Anak
didorong untuk membayangkan berada ditempat favorit dan kemudian membayangkan
pemandangan, suara dan bau di tempat favorit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb,G (2009). Buku Ajar Praktik Keperwatan klinik koziet dan erb.
Jakarta : EGC
Hockenberry, M.J., & Wilson, D (2009) Wong’s essential of pediatric nursing. (8th ed) St. Louis :
Mosby Elsevier.
James SR., & Ashwill, J. W (2007) Nursing care of children principles & practice (8th ed). St louis :
sounders Elsevier
Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2007). Pediatric nursing caring for children and their families. (3rd ed).
New York: thomsom Delmar Learning
Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2012). Pediatric nursing caring for children and their families. (3rd ed).
New York: Delmar Cengange Learning
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=19364
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-kusnulkhot-8430-3-babii.pdf