Anda di halaman 1dari 141

PENGARUH PEMAHAMAN TRI PANTANGAN TAMANSISWA,

GENDER, SIKAP MORAL, PERSEPSI TINDAKAN KORUPSI DAN


TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP NIAT MELAKUKAN
PENYELEWENGAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi UST)
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademik untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi
SKRIPSI

Oleh :
Danis Tri Hastuti Istiani
2018017158

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2021
PENGARUH PEMAHAMAN TRI PANTANGAN TAMANSISWA,
GENDER, SIKAP MORAL, PERSEPSI TINDAKAN KORUPSI DAN
TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP NIAT MELAKUKAN
PENYELEWENGAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi UST)
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademik untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi
SKRIPSI

Oleh :
Danis Tri Hastuti Istiani
2018017158

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

PENGARUH PEMAHAMAN TRI PANTANGAN TAMANSISWA,


GENDER, SIKAP MORAL, PERSEPSI TINDAKAN KORUPSI DAN
TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP NIAT MELAKUKAN
PENYELEWENGAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi UST)
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademik untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi

Disampaikan dan Disusun oleh :


Nama : Danis Tri Hastuti Istiani
NIM : 2018017158

Yogyakarta, Januari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dewi Kusuma Wardani, SE, Anita Primastiwi, S.E., M.Sc


S.Psi., M.Sc., Ak., CA., CRM., NIY. 7917461
BKP., ACPA
NIY.
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PEMAHAMAN TRI PANTANGAN TAMANSISWA,


GENDER, SIKAP MORAL, PERSEPSI TINDAKAN KORUPSI DAN
TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP NIAT MELAKUKAN
PENYELEWENGAN PAJAK
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi UST)

Disampaikan dan Disusun oleh :


Nama : Danis Tri Hastuti Istiani
NIM : 2018017158

Yogyakarta, Januari 2022

Ketua Penguji Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Dewi Kusuma Wardani, Anita Primastiwi,
NIY. SE, S.Psi., M.Sc., Ak., CA., S.E., M.Sc
CRM., BKP., ACPA NIY. 7917461
NIY.
Dr. Suyanto, M.Si
NIY. 7608265
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Danis Tri Hastuti Istiani
NIM : 2018017158
Judul Skripsi : Pengaruh Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa,
Gender, Sikap Moral, Persepsi Tindakan Korupsi dan
Tingkat Kepercayaan Terhadap Niat Melakukan
Penyelewengan Pajak (Studi Kasus Pada Mahasiswa
Prodi Akuntansi UST)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi saya ini adalah asli dan
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta atau Perguruan Tinggi
lain.
Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing. Dalam Skripsi
ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan
orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan ama dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Yogyakarta, Januari 2022
Yang membuat pernyataan,

Danis Tri Hastuti Istiani


NIM. 2018017158
MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.

(QS. Al Baqarah : 286)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

(QS. Al Insyirah : 6)

Barang siapa keluar untuk mencari sebuah ilmu, maka ia akan berada di

jalan Allah hingga ia kembali.

(HR. Tirmidzi)
PERSEMBAHAN

Al-hamdu lillahi rabbil’alamin


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis. Kupersembahkan skripsi ini
kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Suparman dan Ibu Ani Iswandiyah yang
telah berjasa membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih saying, serta
doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan. Terimakasih telah memberikan
motivasi dan mensupport, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan
mendapat gelar Sarjana Akuntansi (S. Ak). Semoga setiap tetesan keringat
dan pengorbanan kalian dibalas oleh Allah SWT.
Terimakasih kepada keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dan untuk teman-teman yang telah memberikan bantuan dan
support dalam proses penyusunan tugas akhir. Semoga Allah SWT
membalas semua perbuatan baik kalian semua.
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pemahaman tri

pantangan Tamansiswa , gender, sikap moral, persepsi tindakan korupsi

dan tingkat kepercayaan berpengaruh terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak.

Penelitian mengambil sampel pada mahasiswa prodi akuntansi

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Teknik pengambilan

sampel menggunakan convenience sampling. Metode pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Jumlah kuesioner yang diolah adalah sebanyak 82

kuesioner. Data analisis dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tri pantangan

Tamansiswa dan sikap moral berpengaruh negatif terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak. Persepsi tindakan korupsi berpengaruh positif

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Gender dan tingkat

kepercayaan tidak berpengaruh terhadap niat melakukan penyelewengan

pajak.

Kata-kata kunci : Pemahaman tri pantangan Tamansiswa, Gender, Sikap

moral, Persepsi tindakan korupsi, Niat melakukan penyelewengan pajak


ABSTRACT

This research examine whether the understanding of tri pantangan

Tamansiswa, gender, moral attitudes, perception of corruption and trust the

intention to commit tax fraud.

The research collected a sample from students majors accountancy

at Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta University. The sample in this

study is determined by sampling convenience method. The data collected with

the distribution of questionnaires. Number of questionnaires processed was 82

questionnaires. Data analysis using IBM SPSS Statistics 20.

The result of the research indicates that understanding of tri pantangan

Tamansiswa and moral attitudes has negatif on intention to commit tax fraud.

Perception corruption has positif on intention to commit tax fraud. Gender and

trust has no influenceon intention to commit tax fraud.

Keywords : Understanding of tri pantangan Tamansiswa, Gender, Moral

attitudes, Perception of corruption, Trust, Tax fraud


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Pemahaman

Tri Pantangan Tamansiswa, Gender, Sikap Moral, Persepsi Tindakan

Korupsi dan Tingkat Kepercayaan Terhadap Niat Melakukan

Penyelewengan Pajak (Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi

UST)”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

akademik dalam mearaih gelar sarjana pada program strata satu di FE-UST.

Selama penyusunan skripsi ini, peneliti tidak luput dari kendala.

Kendala tersebut dapat diatasi peneliti berkat bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-

pihak berikut ini.

1. Allah SWT yang telah memberi kelancaran mempermudah proses

dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orangtuaku, masku, mbakku, keponakanku dan seluruh

keluargaku tercinta yang tiada henti mendoakan, memberikan semangat

dan selalu memberikan motivasi baik moral maupun meteril.

3. Bapak Prof. Drs. H Pardimin, M.Pd., PhD. Selaku Rektor Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa.

4. Bapak Dr. Suyanto, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa.

5. Ibu Sri Ayem, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.


6. Ibu Dr. Dewi Kusuma Wardani, S.E., S.Psi., M.Sc., Ak., CA, CRM,

BKP, ACPA selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing,

memberikan saran dan melibatkan saya sebagai asisten dalam penelitian

Ibu, sehingga menginspirasi lahirnya judul penelitian ini.

7. Ibu Anita Primastiwi, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing dan memberikan saran bagi penyempurnaan

penelitian ini.

8. Seluruh dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Teman-teman terdekat, Mbak Eva dan Mbak Dian.

10. Teman-teman Akuntansi Reguler A4 angkatan 2018. Terimakasih

untuk kebersamaan dengan canda tawanya, sukses selalu untuk kita

semua.

11. Almamater tercinta Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa sehingga

terlaksananya skripsi ini.

Yogyakarta, Januari 2022

Danis Tri Hastuti Istiani


DAFTAR ISI
Tabel
Gambar
Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah sebagai upaya untuk meningkatkan

kehidupan bangsa dan negara yang dilakukan secara terus menerus dan

berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan nasional sangatlah besar

sehingga harus menggali sumber dana dari dalam negeri, demi

mencapai kemandirian negara. Sumber utama pembiayaan

pembangunan nasional yang berasal dari dalam negeri salah satunya

adalah berasal dari pajak (Ardian et al., 2017).

Definisi pajak yang dikemukan oleh Rochmat Soemitro dalam

Resmi (2019) bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang yang bersifat memaksa dengan tidak

mendapat jasa timbal balik dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Berdasarkan pengertian tersebut maka, semua

rakyat yang menurut undang-undang termasuk sebagai wajib pajak

harus membayar pajak sesuai kewajibannya.

Menurut Indrawati (2020) pendapatan negara berdasarkan APBN

tahun 2020 sebesar Rp 2.233,2 Triliun terdiri dari penerimaan

perpajakan sebesar Rp 1.865,7 Triliun, penerimaan negara bukan pajak

Rp 367.0 Triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp 0.5 Triliun. Melihat

fakta dari penerimaan pajak tersebut, maka penerimaan pajak harus

ditingkatkan dan perlu dijaga keberlanjutannya.


Pajak menjadi sumber utama penerimaan negara ternyata belum

mencapai target. Beberapa tahun belakangan ini penerimaan pajak oleh

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tidak sesuai target yang telah

ditetapkan. Data target dan realisasi penerimaan pajak dari tahun 2015

hingga 2020 ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak


Tahun Target Realisasi
2016 1.539 1.283
2017 1.283 1.147
2018 1.424 1.315,9
2019 1.577,6 1.332,1
2020 1.198,8 1.069,98
Keterangan : Dalam satuan triliun rupiah
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa realisasi

penerimaan pajak jauh dibawah target yang diharapkan. Panji TN Putra

dalam sebuah artikel Alaydrus (2021) mengatakan bahwa salah satu

faktor yang menyebabkan rendahnya capaian penerimaan pajak adalah

masih adanya pengelakan maupun penghindaran pajak dan banyaknya

rentetan kasus penyelewengan pajak. Penyelewengan pajak (tax fraud)

adalah usaha-usaha memperkecil jumlah pajak dengan melanggar

ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku (Ardian et al., 2017).

Penyelewengan pajak (tax fraud) adalah penghindaran pajak dengan

cara ilegal adalah penggelapan pajak (Fitriani, 2019). Penyelewengan

pajak sama dengan penggelapan pajak yaitu cara ilegal untuk tidak

membayar pajak yang harus dibayarkan. Penyelewengan pajak (tax

fraud) bersifat melawan hukum dan perbuatan sengaja untuk tidak

melaporkan secara benar dan lengkap objek pajak.


Adanya tindakan penyelewengan pajak dibuktikan melalui

penangkapan tersangka penyelewengan pajak ke kejaksaan tinggi Jawa

Timur (Utama, 2015). Tersangka dengan inisial TPK merupakan Wajib

Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Malang Selatan. Tersangka diduga melanggar pasal 39 ayat (1)

huruf d UU KUP, yaitu dengan sengaja menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau

tidak lengkap. Pelanggaran tersebut menyebabkan kerugian pada

pendapatan negara mencapai Rp 15.81 miliar.

Kasus lain mengenai penyelewengan pajak yang dilakukan oleh

NB (46), seorang Direktur sebuah Advertising atas dugaan

penyelewengan pajak senilai ratusan juta rupiah (Rid, 2017). Pelaku itu

menarik PPN kepada pelanggan yang memakai jasanya. Namun dari

tahun 2013 sampai 2014 pajak PPN yang ditarik dari pelanggannya

tidak disetorkan ke Kantor Pajak dengan jumlahnya mencapai Rp 155

juta.

Masih banyaknya kasus penyelewengan pajak tersebut

menyebabkan hilangnya potensi sumber penerimaan negara, sehingga

perlu adanya langkah antipasif dari berbagai pihak. Untuk mendasari

langkah antipasif tersebut perlu didasarkan pada studi terkait

penyelewengan pajak serta pengetahuan mengenai pajak. Penelitian ini

melakukan penelitian kepada mahasiswa sebagai generasi muda atau

sebagai calon wajib pajak di masa yang akan datang. Sehingga perlu
menanamkan pengetahuan mengenai penyelewengan pajak sejak dini

serta faktor apa saja yang dapat mempengaruhi niat melakukan

penyelewengan pajak.

Faktor pertama yaitu pemahaman ajaran Ki Hadjar Dewantara

yaitu tri pantangan Tamansiswa. Tri pantangan Tamansiswa meliputi

pantang menyalahgunakan kekuasaan atau wewenang, pantang

menyalahgunakan keuangan dan pantang melanggar kesusilaan

(Prihatni, 2020). Faktor ini akan berpengaruh negatif jika mahasiswa

memahami betul tri pantangan Tamansiswa bahwa sebagai calon wajib

pajak di masa mendatang seharusnya tidak memiliki niat untuk

melakukan penyelewengan pajak dan menjauhi perbuatan yang

melawan hukum.

Menurut Wijayanti (2018) tri pantangan Tamansiswa yaitu

larangan menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki, larangan

penyelewengan keuangan dan larangan pelanggaran kesusilaan.

Penelitian ini menggunakan konsep tri pantangan Tamansiswa karena

untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa UST dalam memahami tri

pantangan Tamansiswa tersebut. Selain itu, untuk menjadi pedoman

bagi mahasiswa sebagai calon wajib pajak di masa mendatang, bahwa

ajaran tri pantangan ini sangat penting untuk diterapkan. Sebagai calon

wajib pajak di masa mendatang tentu harus memiliki sikap untuk tidak

memanfaatkan kekuasaan atau wewenangnya, bersikap jujur, tidak

melakukan penyelewengan keuangan, tidak korupsi dan memiliki


norma-norma hidup termasuk norma kesusilaan sesuai dengan tri

pantangan Tamansiswa.

Faktor kedua, yaitu gender. Perempuan dan laki-laki memiliki

perbedaan persepsi etis atau tidaknya suatu perilaku. Laki-laki dan

perempuan akan memberikan penilaian yang berbeda dalam

memberikan suatu penilaian terhadap etis atau tidaknya suatu tindakan

menurut pandangan psikologi. Berdasarkan penelitian terdahulu

menurut penelitian Nurachmi (2020) menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh antara gender terhadap etika penggelapan pajak. Hal ini

berarti bahwa laki-laki lebih banyak ditemukan berperilaku melanggar

dan menyimpang aturan serta tata cara dalam perpajakan. Berbeda

dengan perempuan yang berani menunjukkan sikap yang etis dengan

melawan penggelapan pajak dibandingkan laki-laki. Menurut penelitian

Basri (2015) mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap

etika penggelapan pajak. Hasil penelitiannya tidak dapat membuktikan

bahwa gender berpengaruh pada perilaku etika penggelapan pajak di

mana perempuan memiliki perilaku lebih etis.

Faktor ketiga adalah sikap moral. Sikap moral menjadi penentu

seseorang untuk menghindari pajak dan melakukan penggelapan pajak

(Robbins, 2020). Menurut penelitian Robbins & Kiser (2020)

mengatakan bahwa sikap moral menjadi penentu seseorang untuk

menghindari pajak dan melakukan penipuan pajak. Ketika seseorang

memiliki kewajiban moral untuk membayar pajak, maka mereka akan


berfikir bahwa menghindari pajak adalah sikap yang salah. Jika tidak

membayar pajak maka dapat diartikan seseorang itu memiliki sikap dan

hati nurani yang buruk. Menurut Zirman (2015) bahwa sikap moral

pajak terbukti berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak.

Peningkatan moral pajak akan menurunkan penggelapan pajak pada

wajib pajak.

Faktor keempat yang dapat mempengaruhi adalah persepsi

tindakan korupsi. Menurut Litina & Palivos (2016) mengemukakan

bahwa tingginya tingkat korupsi berpengaruh pada penggelapan pajak.

Jika wajib pajak berpersepsi bahwa pemerintah melakukan korupsi

maka wajib pajak cenderung untuk tidak patuh dan melakukan

penggelapan pajak. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Utami (2016) bahwa adanya petugas pajak yang melakukan

tindakan korupsi pajak membuat masyarakat enggan untuk membayar

pajaknya. Wajib pajak akan cenderung memiliki niat melakukan

penyelewengan pajak karena merasa pajak yang dibayarkan digunakan

untuk memperkaya diri mereka sendiri. Pada penelitian Budiarti &

Sukartha (2015) persepsi kasus korupsi berpengaruh negatif pada

motivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Semakin kecil

persepsi kasus korupsi maka akan memperbesar motivasi dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya dan tidak melakukan

penyelewengan pajak.
Faktor yang terakhir adalah tingkat kepercayaan. Tingkat

kepercayaan wajib pajak meningkat ketika wajib pajak merasa bahwa

hasil pajak yang mereka bayar dapat dikelola dengan baik oleh

pemerintah. Pada penelitian yang dikemukakan Saputra & Andi (2014)

bahwa kepercayaan berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak.

Ketika tingkat kepercayaan wajib pajak kepada kinerja atau pemerintah

tinggi maka wajib pajak akan berkomitmen dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya sehingga dapat menurunkan tindakan

penggelapan pajak. Pada penelitian Ulfa (2015) menyimpulkan bahwa

kepercayaan pada otoritas pemerintah berpengaruh terhadap

penggelapan pajak. Semakin tinggi tingkat kepercayaan wajib pajak

terhadap pemerintah maka tingkat penggelapan pajak akan berkurang

dan penerimaan pajak akan meningkat. Penelitian Basri (2013)

mengungkapkan hasil penelitiannya tidak mendukung bahwa

kepercayaan pada otoritas pemerintah menurunkan penggelapan pajak.

Hal ini karena penggelapan pajak bukan disebabkan faktor kepercayaan

kepada pemerintah, melainkan karena adanya kepatuhan yang

ditegakkan.

Berdasarkan uraian diatas, adanya beberapa perbedaan hasil

penelitian dari penelitian terdahulu sehingga membuat penelitian ini

penting dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

adalah penulis menambahkan variabel pemahaman tri pantangan

Tamansiswa sebagai variabel independen.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang

diungkapkan adalah sebagai berikut :

1. Apakah pemahaman tri pantangan Tamansiswa berpengaruh negatif

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak?

2. Apakah gender mempunyai pengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak?

3. Apakah sikap moral mempunyai pengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak?

4. Apakah persepsi tindakan korupsi mempunyai pengaruh negatif

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak?

5. Apakah tingkat kepercayaan mempunyai pengaruh negatif terhadap

niat melakukan penyelewengan pajak?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan luasnya

ruang lingkup penelitian maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh

lima variabel yang digunakan yaitu pemahaman tri pantangan

Tamansiswa, gender, sikap moral, persepsi tindakan korupsi dan

tingkat kepercayaan. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner

yang akan disebarkan kepada mahasiswa prodi akuntansi Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa (UST).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengaruh negatif pemahaman tri pantangan

Tamansiswa terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

2. Untuk mengetahui pengaruh negatif gender terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak.

3. Untuk mengetahui pengaruh negatif sikap moral terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak.

4. Untuk mengetahui pengaruh negatif persepsi tindakan korupsi

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

5. Untuk mengetahui pengaruh negatif tingkat kepercayaan terhadap

niat melakukan penyelewengan pajak.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan, daya

pemikiran dan ilmu pengetahuan serta sebagai acuan untuk

penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa untuk meningkatkan

mutu pendidikan dalam meningkatkan kemampuan akademik.

Selain itu, dengan pemahaman ajaran tri pantangan Tamansiswa

dapat diimplementasikan bagi mahasiswa di masa mendatang


untuk patuh membayar pajak dan bahwa tindakan

penyelewengan pajak merupakan perilaku yang ilegal.

b. Bagi Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Direktorat

Jenderal Pajak untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan

evaluasi untuk memberikan informasi tentang pemahaman

kepada wajib pajak terhadap aturan pelaksanaan kewajiban

perpajakan dan menyusun kebijakan yang tepat guna menekan

serendah mungkin praktik penyelewengan pajak.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang kajian teori, penelitian

terdahulu, pengembangan hipotesis dan kerangka pikir

penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan metode penelitian yang terdiri dari sifat

penelitian, definisi operasional variabel penelitian,

populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, sumber


dan metode pengumpulan data, pengembangan instrumen,

uji kualitas data dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang data umum, data penelitian,

analisis data dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab penutup ini berisikan mengenai kesimpulan,

keterbatasan penelitian dan saran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Theory of Planned Behavior (TPB)

Menurut Kamela (2020) theory of planned behavior

merupakan teori yang banyak digunakan dalam pengukuran

sektor pemerintah. Teori ini sering digunakan untuk

meramalkan niat individu. Theory of planned behavior

digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Secara

umum, semakin besar niat seseorang untuk berperilaku maka

kemungkinan besar perilaku tersebut akan dicapai atau

dilaksanakan. Theory of planned behavior merupakan teori

yang mendasari pentingnya untuk menguji niat penggelapan

pajak.

Menurut Irawan (2020) theory of planned behavior

menjelaskan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi


oleh sikap, yang meliputi kepercayaan-kepercayaan normatif

atau keadaan lingkungan sekitar. Teori ini juga memberikan

suatu kerangka untuk mempelajari sikap seseorang terhadap

perilakunya. Sikap menunjukukan sejauh mana seseorang

memiliki penilaian yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan dari perilaku yang bersangkutan. Norma

subjektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk

melakukan atau tidak melakukan. Persepsi kontrol perilaku

menunjukkan perasaan kemudahan atau kesulitan melakukan

perilaku tersebut.

Sidanti & Hatmawan (2017) mengatakan bahwa

untuk menjelaskan perilaku wajib pajak perlu menggunakan

teori perilaku individu. Perilaku antar individu tentu

memiliki perbedaan karakteristik. Satu perbedaan

karakteristik tersebut adalah perasaan bersalah. Perasaan

bersalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan

yang dimiliki oleh satu pihak namun tidak dimiliki oleh

pihak lain. Inilah sikap moral atau kewajiban moral (moral

obligation).

Theory of planned behavior ini menjelaskan bahwa

kepercayaan yang berhubungan dengan harapan-harapan

yang diinginkan akan mempengaruhi perilaku seseorang

(Kamela, 2020). Hal ini menjelaskan bahwa theory of

planned behavior ini menjelaskan bahwa niat seseorang


dalam membayar pajak dikaitkan dengan kepercayaan.

Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini akan

mempengaruhi perilaku seseorang yaitu apabila kepercayaan

kepada pemerintah telah menghasilkan harapan yang

diinginkan maka seseorang akan patuh dan enggan

melakukan penyelewengan pajak.

2.1.2 Teori Atribusi

Teori atribusi mengacu pada pola pikir setiap individu

untuk menafsirkan berbagai kejadian dan mengaitkannya

dengan pemikiran dan perilaku individu tersebut (Sofha &

Utomo, 2018). Ketika individu mulai membayangkan suatu

objek maka yang terjadi adalah bagaimana cara

menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam persepsinya.

Menurut Sofha & Utomo (2018) keterkaitan antara

teori atribusi dengan gender digunakan untuk melihat pola

pikir setiap individu baik laki-laki maupun perempuan

melalui pengalaman atau perilaku individu tersebut di masa

lalu. Setiap gender akan menghubungkan perilakunya atau

pengalaman di masa lalu dengan pola pikir yang dimiliki

sehingga menimbulkan persepsi dan sikap yang berbeda pada

setiap individu.
Menurut Wibisono (2017) mengungkapkan bahwa

konsep persepsi korupsi dapat dilihat dari konsep teori

atribusi. Persepsi korupsi pajak adalah faktor internal yang

dapat mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam membayar

pajak. Faktor internal ini mampu memaksa individu untuk

melakukan perilaku dari pengamatan. Teori ini menurut

Dhanayanti (2017) menyatakan bahwa ketika individu

mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk

menentukan apakah ditimbulkan secara eksternal ataupun

internal.

2.1.3 Teori Persepsi

Teori persepsi merupakan kesan yang diperoleh

individu melalui panca indera yang kemudian dianalisis,

diintrepretasi dan selanjutnya dievaluasi, sehingga individu

tersebut mengerti dan memperoleh makna (Dhanayanti,

2017). Menurut Irawan (2020) persepsi adalah pengetahuan

seseorang akan suatu hal yang dilihat secara visual,

kemudian dari hasil pengelihatan tersebut akan memberikan

nilai-nilai atau kesan yang akan membuat seseorang tersebut

mengatur dan menginterprestasikan perasaan mereka.

Mengacu pada teori persepsi, timbulnya persepsi oleh

individu dipengaruhi oleh stimulus-stimulus, salah satunya

pemahaman terhadap objek yaitu pemahaman perpajakan


(Dharma, 2016). Teori persepsi berkaitan dengan

pemahaman tri pantangan Tamansiswa, dimana wajib pajak

akan cenderung menghindari tindakan yang melanggar

ketentuan apabila pemahaman yang dimilikinya semakin

baik.

2.1.4 Penyelewengan Pajak (Tax Fraud)

Penyelewengan pajak (tax fraud) adalah

penghindaran pajak dengan cara ilegal adalah penggelapan

pajak (Fitriani, 2019). Penyelewengan pajak (tax fraud)

adalah bentuk usaha untuk memperkecil jumlah pajak yang

dibayarkan dengan melanggar ketentuan-ketentuan pajak

yang berlaku. Tindakan ini kriminal, karena menyalahi

aturan yang berlaku. Penyelewengan pajak (tax fraud)

bersifat melawan hukum (illegal) atau perbuatan melanggar

hukum (fraud) lainnya dan merupakan perbuatan sengaja

tidak melaporkan secara lengkap dan benar objek pajak

(Ardian et al., 2017).

Penyelewengan pajak (tax fraud) adalah sikap atau

cara mafia pajak yang melakukan proses menyimpang atau

penyalahgunaan dana yang dilakukan terhadap pajak yang

dibayar oleh wajib pajak (Irawan, 2013). Lemahnya sistem

dalam perpajakan menyebabkan terjadinya penyelewengan

pajak. Terdapat beberapa kasus mafia pajak yang terungkap


di Indonesia seperti kasus Gayus, kasus Dhana Widyatmika

dan kasus-kasus lainnya (Fitriani, 2019).

Keputusan untuk menghindari pajak dan melakukan

kegiatan informal dipengaruhi oleh kebijakan penegakan

pajak yaitu hukuman penghindaran pajak. Penipuan

keuangan adalah fenomena yang sangat dinamis dan sering

terjadi dalam hal mengurangi pembayaran biaya pajak

(Stankevicius & Leonas, 2015).

Menurut Yamin (2009) cara seseorang melakukan

penyelewengan pajak adalah dengan tidak mentaati peraturan

karena masyarakat memiliki budaya melakukan

penyimpangan. Apabila seseorang tidak dapat melakukan

kebohongan terhadap orang lain, maka seseorang terebut

merasa tidak puas.

2.1.5 Tri Pantangan Tamansiswa

Tamansiswa sebagai badan perjuangan dan sebagai

tuntutan sejarah, berikut falsafah dan ideologi, asas,

pendidikan dan kebudayaan yang dipangkunya, dimana

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau sekarang dikenal

dengan Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendiri

Tamansiswa. Tamansiswa memperjuangkan nilai-nilai

kebudayaan mulia agar dapat diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari oleh setiap warga masyarakat. Adapun


nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi Tamansiswa meliputi

kesederhanaan, kejujuran, kekeluargaan, jiwa merdeka, jiwa

kebangsaan, Tut Wurihandayani, sikap laku Among,

pendidikan nasional, pendidikan demokrasi, Trilogi

kepemimpinan, Tri pusat pendidikan, Tri Pantangan, asas

Trikon dan masyarakat tertib damai (Boentarsono, 2018). Tri

pantangan terdiri dari pantang menyalahgunakan kekuasaan

atau wewenang, pantang menyalahgunakan keuangan dan

pantang melanggar kesusilaan (Wiryapranoto, 2017).

Menurut Wijayanti (2018) tri pantangan Tamansiswa

dijelaskan sebagai berikut :

1. Larangan menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki

Larangan menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki

adalah seseorang yang memiliki kekuasaan atau

wewenang atau menjabat suatu jabatan tertentu, tidak

diperbolehkan menyalahgunakan jabatan tersebut

untuk bertindak tidak jujur.

2. Larangan penyelewengan keuangan

Larangan penyelewengan keuangan termasuk

larangan tak tertulis, bahwa ketua perguruan menjabat

sebagai ketua bagian perbendaharaan atau istri ketua

perguruan menjabat sebagai ketua bagian

perbendaharaan. Hal ini berarti terdapat unsur

transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab yang


diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan, sehingga

uang dapat digunakan sebagaimana mestinya demi

kesejahteraan rakyat.

3. Larangan pelanggaran kesusilaan

Larangan pelanggaran kesusilaan adalah seseorang

yang berbudi pekerti luhur sejogjanya menjunjung

tinggi norma-norma hidup termasuk norma

kesusilaan, sehingga tidak akan melakukan

kecurangan dalam bentuk apapun.

2.1.6 Gender

Menurut Nurachmi (2020) gender adalah suatu

konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi,

menggambarkan maupun menjelaskan perbedaan antara laki-

laki dan perempuan. Perbedaan persepsi antara masing-

masing individu dengan individu lain dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal yang erat kaitannya dengan psikologis

seseorang. Psikologis tersebut dapat dilihat dari adanya

perbedaan gender (Sofha & Utomo, 2018).

Perbedaan gender laki-laki dan perempuan menurut

Samroh (2019) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan Sex dan Gender


Identifikasi Laki-Laki Perempuan Sifat Kategori
Ciri biologis Penis, Vagina, Tatap, tidak dapat Sex
jakun payudara dipertukarkan dan
dan sperma (ASI), kodrati pemberian
ovum, Tuhan.
rahim,
haid,
hamil,
melahirkan
dan menyusui.
Sifat/ Rasional, Emosional, Dibentukkan oleh Gender
Karakter kuat, lemah, masyarakat,
cerdas, bodoh, disosialisasikan,
pemberani, penakut, dimiliki oleh laki-laki
superior dan inferior dan dan perempuan dan
maskulin. feminine. dapat berubah sesuai
kebutuhan.

Menurut Dharma (2016) sosialisasi awal dalam

sebuah pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan peran lainnya

menjadikan adanya perbedaan antara pria dan wanita.

Penilaian untuk menyikapi suatu perilaku penggelapan pajak

maka laki-laki dan perempuan mempunyai jawaban yang

berbeda.

2.1.7 Sikap Moral

Menurut Habibie (2017) sikap merupakan sebuah

evaluasi kepercayaan atas perasaan positif maupun negatif

dari seseorang jika akan melakukan perilaku yang diinginkan

maupun ditentukan. Kata sikap sering diterjemahkan attitude

yang merupakan sikap perasaan, sikap yang disertai dengan

kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek

tadi (Muis, 2019). Jadi sikap adalah kesediaan bereaksi

terhadap sesuatu hal, kesiapan seseorang terhadap hal-hal

tertentu untuk bertindak.


Sikap moral adalah penilaian moral atau penilaian

antara perilaku yang baik dan yang buruk yang berfungsi

sebagai motivasi atau tindakan. Seseorang memiliki karakter

sikap moral bervariasi antara individu satu dengan individu

yang lain yang mengarah pada perbedaan perkembangan pola

penilaian, prespektif, rasa dan tindakan (Robbins, 2020).

Oleh karena itu, sikap moral dengan moral pajak memiliki

definisi yang sama yaitu motivasi atau tindakan untuk

membayar pajak atau kepercayaan dalam memberikan

kontribusi kepada masyarakat dengan membayar pajak.

Menurut Robbins & Kiser (2020) terdapat mekanisme

moralitas dasar yang menjelaskan variasi dalam kepatuhan

pajak, antara lain :

1. Keharusan moral

Keharusan moral adalah prinsip atau tugas intrinsik yang

diturunkan dari penilaian dan sikap moral yang

memotivasi tindakan yang seharusnya atau harus

dilakukan secara independen dari situasi tersebut. Oleh

karena itu, keharusan moral dalam hal ini merupakan

kewajiban dan kewajiban instrinsik wajib pajak untuk

membayar pajaknya karena hal itu secara moral benar

untuk dilakukan.

2. Keselarasan moral
Seseorang yang menyelaraskan diri dengan nilai-nilai dan

moral yang dianut maka mereka memiliki niat baik

terhadap perilakunya. Nilai dan moral sangat terkait

dengan diri dan membantu membentuk pribadi dalam

pengambilan keputusan. Kepatuhan pajak tergantung

pada karakteristik yang dimiliki oleh wajib pajak tersebut.

2.1.8 Persepsi Tindakan Korupsi

Istilah korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 21 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi

adalah tindakan dengan tujuan memperkaya diri sendiri,

merugikan pihak lain yang dilakukan baik perseorangan

maupun korporasi. Menurut Utami (2016) bahwa korupsi

adalah tindakan atau cara memperkaya diri sendiri yang

melawan hukum dan merugikan pihak lain, serta

menyebabkan kerugian pada kas negara.

Menurut Litina & Palivos (2016) korupsi adalah

tindakan yang menimbulkan beberapa bentuk hukuman,

seseorang yang terlibat mencoba untuk menyembunyikan

aktivitas korupsi mereka dan upaya untuk menyembunyikan

aktivitas dalam menyiratkan biaya. Kasus korupsi seperti

tindakan penyuapan, penyalahgunaan anggaran dan

penyalahgunaan perjanjian lisensi merupakan kasus yang


melibatkan pemerintah daerah (Alfada, 2019). Kasus korupsi

yang terungkap hingga kini, mengakibatkan timbulnya

persepsi negatif di kalangan wajib pajak. Menurut Robbins

dan Timothy (2009) dalam Budiarti & Sukartha (2015)

persepsi memiliki arti sebagai proses individu dalam menilai

dan memberikan interpretasi yang menggambarkan kesannya

terhadap fenomena yang telah terjadi dalam lingkungan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang Nomor

21 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi bahwa tindak pidana korupsi dapat digolongkan

menjadi tujuh macam yaitu :

1. Perbuatan yang merugikan keuangan negara (Pasal 2 dan

3)

2. Suap menyuap (Pasal 5 (1) a,b 5 (2) 6 (1) a,b 6 (2), 11, 12

(a,b,c,d) dan 13)

3. Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8,9,10 (a,b,c))

4. Pemerasan (Pasal 12 (e,f,g))

5. Perbuatan curang (Pasal 7 (1) a,b,c,d 7 (2), 12 (h))

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan (Pasal 12 (i))

7. Gratifikasi (Pasal 12 B dan Pasal 12 C)

2.1.9 Tingkat Kepercayaan


Menurut Nurkholis et al. (2020) kepercayaan

merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepatuhan

pajak dan mengurangi penghindaran pajak. Kepercayaan

merupakan situasi seseorang mengenai kondisi mental dan

konteks sosialnya (Ulfa, 2015).

Menurut Kogler et al. (2013) kepercayaan

digambarkan sebagai orang yang sangat dipercaya,

berorientasi pada layanan dan tertarik pada mendukung

warga negara. Menurut Sitardja & Waluyo (2020) ada tiga

faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap

orang lain yaitu kemampuan (ability), kebaikan hati

(benevolence) dan integritas (integrity). Penjelasan mengenai

tiga faktor tersebut yaitu :

1. Kemampuan (ability)

Kemampuan mengacu pada kompetisi dan karakteristik

organisasi dalam mempengaruhi dan mengotorisasi

wilayah yang spesifik.

2. Kebaikan hati (benevolence)

Kebaikan hati adalah kemauan suatu organisasi dalam

memberikan kepuasan sehingga menciptakan saling

menguntungkan antara diri sendiri dengan konsumen.

3. Integritas (integrity)
Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau

kebiasaan, tindakan-tindakan dan nilai-nilai organisasi

dalam menjalankan bisnisnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Daftar Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Variabel Hasil
1. Wijaya (2020) Sosialisasi Pendidikan Pelaksanaan
Penanaman antikorupsi pendidikan
Mindset antikorupsi dapat
Pendidikan Anti dilakukan
Korupsi Pada dengan
Anak Usia Dini pembelajaran
Berdasarkan pendidikan
Peraturan antikorupsi dan
Walikota Bogor pembiasaan
No. 28 Tahun sikap antikorupsi
2019 Tentang di lingkungan
Penyelenggaraan sekolah.
Pendidikan Anti
Korupsi

2. Wijayanti Pendidikan Anti 1) Pendidikan Pendidikan


(2018) Korupsi dalam 2) Antikorupsi antikorupsi
Prespektif 3) Ajaran Ki dilakukan dalam
Ajaran Ki Hadjar Hadjar upaya mencegah
Dewantara Dewantara tindakan korupsi
yang merajalela.
Ki Hadjar
Dewantara telah
sejak lama
melakukan
pendidikan
antikorupsi
melalui ajaran-
ajarannya antara
lain : Tri
Pantangan, Tri
Ngo, Tri Pusat
Pendidikan, Tri
Hayu, Tri N,
metode among
dan Trilogi
Kepemimpinan
yang dapat
membentuk
karakter warga
negara yang baik
dan memiliki
sikap
antikorupsi.

3. Burhanuddin Anti-Corruption 1) Pendidikan Pendidikan


(2017) Education Based antikorupsi antikorupsi dapat
On Triadic 2) Praktik korupsi dilakukan
Center of 3) Pusat triadik melalui tri model
Education pendidikan pusat pendidikan
Ki Hadjar
Dewantara.
Praktik korupsi
sangat
bervariasi.

4. Nurachmi Pengaruh 1) Gender Gender


(2020) Gender, 2) Religiusitas berpengaruh
Religiusitas dan 3) Cinta uang signifikan
Love of Money 4) Penggelapan terhadap etika
Terhadap Pajak penggelapan
Penggelapan pajak.
Pajak Religiusitas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap etika
penggelapan
pajak.
Cinta uang
berpengaruh
signifikan
terhadap etika
penggelapan
pajak.

5. Ningrum et al. Pengaruh 1) Corporate Corporate social


(2018) Pengungkapan Social responsibility
Corporate Responsibility berpengaruh
Social 2) Gender negatif terhadap
Responsibility 3) Tax avoidance penghindaran
Terhadap Tax pajak.
Avoidance Gender
dengan Gender berpengaruh
Sebagai Variabel negatif secara
Moderasi signifikan
terhadap
penghindaran
pajak.

6. Jarboui et al. Tax Avoidance : 1) Sustainability Kinerja


(2020) Do board performance keberlanjutan
Gender 2) Board gender berpengaruh
Diversity and diversity terhadap
Sustainability 3) Corporate penghindaran
Performance sosial pajak.
Make a responsibility Gender
Difference? 4) Tax avoidance berpengaruh
negatif terhadap
penghindaran
pajak.

7. Bruner et al., The Role of 1) Gender Terdapat bukti


(2017) Gender in The 2) Tax signifikan
Provision of compliance perbedaan
Public Goods gender dalam
Through Tax kepatuhan pajak
Compliance dan kemauan
untuk
berkontribusi
pada barang
publik.
Kepatuhan pajak
lebih besar bagi
perempuan
daripada laki-
laki.
Laki-laki lebih
bersedia
berkontribusi
untuk
kepentingan
publik.

8. Robbins & State coercion, 1) State coercion Paksaan negara


Kiser (2020) moral attitudes 2) State berpengaruh
and tax reciprocity terhadap
compliance : 3) Moral kepatuhan
Evidence from a attitudes masyarakat.
national 4) Tax Timbal balik
factoria; survey compliance negara
experiment of 5) Tax evasion berpengaruh
income tax terhadap
evasion kepatuhan
masyarakat.
Sikap moral
menjadi penentu
untuk
menghindari
pajak dan
melakukan
penipuan pajak.

9. Pratama et al., Pengaruh Money 1) Etika uang Etika uang


(2020) Ethics, Etika 2) Etika berpengaruh
Wajib Pajak, 3) Religiusitas positif dan
Religiusitas intrinsik dan signifikan
Intrinsik dan ekstrinsik terhadap persepsi
Ekstrinsik dan 4) Moral Pajak wajib pajak
Tax Morale 5) Penggelapan mengenai
Terhadap pajak penggelapan
Persepsi Wajib pajak.
Pajak Mengenai Etika wajib
Tax Evasion pajak
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap persepsi
wajib pajak
mengenai
penggelapan
pajak.
Religiusitas
intrinsik dan
ekstrinsik
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap persepsi
wajib pajak
mengenai
penggelapan
pajak.
Moral pajak
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap persepsi
wajib pajak
mengenai
penggelapan
pajak.

10. Yurika (2016) Pengaruh 1) Kemungkinan Kemungkinan


Kemungkinan terdeteksinya terdeteksi
Terdeteksinya kecurangan kecurangan
Kecurangan, 2) Keadilan pajak berpengaruh
Keadilan Pajak, 3) Ketepatan negatif
Ketepatan pengalokasian signifikan
Pengalokasian pajak terhadap tax
Pajak, Teknologi 4) Teknologi evasion.
Sistem sistem Keadilan pajak
Perpajakan dan perpajakan berpengaruh
Tax Morale 5) Tax morale negatif
Terhadap Tax 6) Tax evasion signifikan
Evasion terhadap tax
evasion.
Ketepatan
pengalokasian
pajak tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
evasion
Teknologi sistem
perpajakan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
evasion.
Tax morale
berpengaruh
negatif terhadap
tax evasion.

11. Zirman (2015) Pengaruh 1) Penegakan Penegakan


Penegakan hukum hukum
Hukum dan 2) Gender berpengaruh
Gender 3) Moral Pajak positif terhadap
Terhadap 4) Penggelapan moral pajak.
Penggelapan Pajak Gender tidak
Pajak Dimediasi berpengaruh
Oleh Moral terhadap moral
Pajak pajak.
Moral pajak
terbukti
berpengaruh
negatif terhadap
penggelapan
pajak.
Moral Pajak
memediasi
secara penuh
hubungan
penegakan
hukum dengan
penggelapan
pajak.
Moral pajak
tidak terbukti
memediasi
pengaruh gender
terhadap
penggelapan
pajak.

12. Litina & Corruption, tax 1) Corruption Tingginya


Palivos (2016) evasion and 2) Tax evasion tingkat korupsi
social values 3) Social stigma berpengaruh
pada
penggelapan
pajak.
Pentingnya nilai-
nilai sosial dan
kepercayaan
pada kepatuhan.

13. Budiarti & Faktor Eksternal 1) Persepsi kasus Persepsi kasus


Sukartha dan Internal korupsi korupsi
(2015) yang 2) Gender berpengaruh
Memengaruhi 3) Norma moral negatif pada
Motivasi dalam 4) Motivasi motivasi dalam
Memenuhi dalam memenuhi
Kewajiban memenuhi kewajiban
Perpajakan kewajiban perpajakan.
perpajakan Gender
berpengaruh
pada motivasi
dalam memenuhi
kewajiban
perpajakan.
Norma moral
berpengaruh
positif pada
motivasi dalam
memenuhi
kewajiban
perpajakan.

14. Wibisono Analisis Persepsi 1) Persepsi Persepsi korupsi


(2017) Korupsi Pajak korupsi berpengaruh
dan Iklim 2) Iklim terhadap
Organisasi organisasi kepatuhan pajak.
Terhadap 3) Kepatuhan Iklim organisasi
Kepatuhan pajak berpengaruh
Wajib Pajak terhadap
Orang Pribadi kepatuhan pajak.
Karyawan

15. Irawan (2020) Pengaruh 1) Persepsi Persepsi korupsi


Persepsi Korupsi korupsi berpengaruh
Pajak dan 2) Persepsi pada kepatuhan
Persepsi keadilan pajak.
Keadilan Sistem sistem Persepsi keadilan
Perpajakan perpajakan sistem
Terhadap 3) Kepatuhan perpajakan
Kepatuhan pajak berpengaruh
Wajib Pajak pada kepatuhan
Orang Pribadi pajak.
dengan
Kepercayaan
Sebagai Variabel
Intervening

16. Kanagaretnam Societal Trust 1) Societal trust Kepercayaan


et al. (2018) and Corporate 2) Tax avoidance masyarakat
Tax Avoidance 3) Tax evasion berhubungan
4) Legal negatif dengan
institutions penghindaran
5) Capital market pajak.
pressure Ketika lembaga
hukum di suatu
negara lebih kuat
maka
kepercayaan dan
penghindaran
pajak rendah.
Ketika tekanan
pasar modal di
suatu negara
lebih kuat maka
kepercayaan dan
penghindaran
pajak tinggi.

17. Sitardja & Pengaruh Trust 1) Kepercayaan Kepercayaan


Waluyo (2020) Terhadap Tax 2) Penghindaran berpengaruh
Avoidance pajak secara negatif
terhadap
penghindaran
pajak.

18. Nurkholis et Tax Evasion and 1) Service quality Peningkatan


al. (2020) Service-Trust 2) Public trust kualitas
Paradigm : A 3) Tax Evasion pelayanan efektif
Metaanalysis untuk
mengurangi
tingkat
penggelapan
pajak.
Kepercayaan
publik dengan
penggelapan
pajak
berpengaruh
signifikan
negatif.

19. Ulfa (2015) Pengaruh 1) Kemungkinan Kemungkinan


Kemungkinan terdeteksinya terdeteksinya
Terdeteksinya kecurangan kecurangan
Kecurangan, 2) Teknologi dan secara parsial
Teknologi dan informasi berpengaruh dan
Informasi perpajakan signifikan
Perpajakan dan 3) Kepercayaan terhadap
Kepercayaan pada otoritas penggelapan
pada Otoritas pemerintah pajak.
Pemerintah 4) Penggelapan Teknologi dan
Terhadap pajak informasi
Penggelapan perpajakan
Pajak secara parsial
berpengaruh dan
signifikan
terhadap
penggelapan
pajak.
Kepercayaan
pada otoritas
pemerintah
secara parsial
berpengaruh dan
signifikan
terhadap
penggelapan
pajak.

20. Batrancea et Trust and Power 1) Trust Kepercayaan


al. (2019) Determinants of 2) Power pada otoritas
Tax Compliance 3) Tax meningkatkan
Across 44 compliance niat kepatuhan
Nations 4) Tax evasion pajak dan
mengurangi
penghindaran
pajak.
Kekuasaan pada
otoritas
meningkatkan
niat kepatuhan
pajak dan
mengurangi
penghindaran
pajak.

21. Faizal et al. Perception on 1) Distributive Persepsi keadilan


(2017) Justice, Trust justice (keadilan
and Tax 2) Procedural distributif,
Compliance justice keadilan
Behavior in 3) Restributive prosedural dan
Malaysia justice keadilan
4) Trust retributif)
5) Tax mempengaruhi
compliance pemenuhan
pajak.
Kepercayaan
terhadap otoritas
pajak
mempengaruhi
pemenuhan
pajak.

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa

Terhadap Niat Melakukan Penyelewengan Pajak

Ajaran Ki Hadjar Dewantara yaitu tri pantangan

Tamansiswa meliputi pantang menyalahgunakan kekuasaan

atau wewenang, pantang menyalahgunakan keuangan dan

pantang melanggar kesusilaan (Boentarsono, 2018). Tri

pantangan itu sangat penting untuk membina masyarakat

Tamansiswa, sebab dengan menganut pedoman tersebut,

akan selamat dalam menjalankan kehidupan dunia ini.

Tri pantangan yang pertama yaitu larangan

menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki. Menurut

Wijayanti (2018) larangan menyalahgunakan kekuasaan yang


dimiliki maksudnya adalah seseorang yang memiliki

kekuasaan atau wewenang atau menjabat suatu jabatan

tertentu, tidak diperbolehkan menyalahgunakan jabatan

tersebut untuk bertindak tidak jujur. Wajib pajak yang

memiliki kekuasaan atau wewenang akan merasa bahwa

dirinya tidak perlu membayar pajak. Hal ini dikarenakan

wajib pajak merasa banyak orang yang takut terhadap dirinya

karena kekuasaannya sehingga tidak ada yang berani untuk

menegurnya akibatnya wajib pajak memiliki niat untuk

melakukan penyelewengan pajak. Namun, dengan

memahami larangan ini maka seseorang akan dengan sadar

untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak.

Kedua, larangan penyelewengan keuangan. Menurut

Wijayanti (2018) larangan ini termasuk larangan tak tertulis,

bahwa ketua perguruan menjabat sebagai ketua bagian

perbendaharaan atau istri ketua perguruan menjabat sebagai

ketua bagian perbendaharaan. Hal ini berarti terdapat unsur

transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab yang

diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan, sehingga uang

dapat digunakan sebagaimana mestinya demi kesejahteraan

rakyat. Wajib pajak di masa mendatang tentu harus

melaporkan pajak dengan jujur, tidak diperkenankan

memiliki niat melakukan penyelewengan pajak, tindakan


korupsi serta melanggar hukum. Penyelewengan pajak tentu

akan menghambat perkembangan pembangunan nasional.

Ketiga, pantang melanggar kesusilaan atau larangan

pelanggaran kesusilaan. Menurut Wijayanti (2018) larangan

pelanggaran kesusilaan adalah seseorang yang berbudi

pekerti luhur sejogjanya menjunjung tinggi norma-norma

hidup termasuk norma kesusilaan. Seseorang tidak akan

melakukan kecurangan dalam bentuk apapun serta bertindak

merugikan orang lain apabila hidupnya berdasarkan norma.

Sebagai wajib pajak di masa yang akan datang dalam

pelaporan dan membayar pajak tidak boleh melanggar

kesusilaan dan harus mampu mengendalikan diri untuk

berperilaku jujur, agar dapat membayar pajak sesuai dengan

peraturan.

Tindakan korupsi dapat diatasi dengan adanya

pendidikan antikorupsi dalam pendidikan. Menurut Ki

Hadjar Dewantara pendidikan adalah upaya memajukan budi

pekerti, pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam

dan masyarakatnya, dalam Tamansiswa bagian ini tidak

boleh dipisah-pisahkan agar dapat memajukan kesempurnaan

hidup (Wijaya, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh

Burhanuddin (2017) bahwa pencegahan antikorupsi dan

pendidikan antikorupsi dapat dilakukan melalui tri model

pusat pendidikan Ki Hadjar Dewantara.


Faktor ini akan berpengaruh negatif jika mahasiswa

memahami betul tri pantangan Tamansiswa bahwa sebagai

calon wajib pajak di masa mendatang seharusnya tidak

memiliki niat untuk melakukan penyelewengan pajak dan

menjauhi perbuatan yang melawan hukum. Berdasarkan

kajian teoritis tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai

berikut :

H1 : Pemahaman tri pantangan Tamansiswa berpengaruh

negatif terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

2.3.2 Pengaruh Gender Terhadap Niat Melakukan

Penyelewengan Pajak

Menurut Nurachmi (2020) gender adalah suatu

konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi,

menggambarkan maupun menjelaskan perbedaan antara laki-

laki dan perempuan. Perempuan dan laki-laki memiliki

perbedaan dalam persepsi etis atau tidaknya suatu perilaku.

Laki-laki dan perempuan akan memberikan penilaian yang

berbeda dalam memberikan suatu penilaian terhadap etis atau

tidaknya suatu tindakan menurut pandangan psikologi.

Pada kasus persepsi etika penggelapan pajak, laki-laki

lebih banyak ditemukan berperilaku menyimpang dan

melanggar aturan serta tata cara perpajakan. Hal ini

dibuktikan bahwa seorang perempuan lebih berani


menunjukkan sikap yang etis dengan melawan penggelapan

pajak dibandingkan dengan laki-laki (Sofha & Utomo, 2018).

Menurut Ningrum et al. (2018) mengatakan bahwa

secara parsial gender berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance. Semakin banyaknya perempuan dalam

perusahaan maka perusahaan tidak akan melakukan praktik

tax avoidance. Sejalan dengan penelitian Jarboui et al. (2020)

mengatakan bahwa kehadiran perempuan di perusahaan

berdampak negatif pada penghindaran pajak. Perempuan

lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam membayar pajak,

karena perempuan lebih berani untuk melawan penggelapan

pajak. Berdasarkan kajian teoritis tersebut, maka dapat

ditarik hipotesis sebagai berikut :

H2 : Gender berpengaruh negatif terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak.

2.3.3 Pengaruh Sikap Moral Terhadap Niat Melakukan

Penyelewengan Pajak

Menurut Habibie (2017) sikap merupakan sebuah

perilaku yang diinginkan dengan evaluasi sebuah

kepercayaan atas perasaan positif maupun negatif dari

seseorang. Kata sikap sering diterjemahkan attitude yang

merupakan sikap perasaan, sikap yang disertai dengan


kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek

tadi (Muis, 2019). Sikap moral adalah motivasi atau tindakan

untuk membayar pajak atau kepercayaan dalam memberikan

kontribusi kepada masyarakat dengan membayar pajak.

Menurut Zirman (2015) bahwa sikap moral pajak

terbukti berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak.

Artinya semakin tinggi moral seseorang, maka semakin

patuh orang itu terhadap pajak dan tidak berniat melakukan

penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama et al. (2020)

dan Yurika (2016) juga menemukan bahwa moral pajak

berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Semakin

tinggi moral pajak yang dimiliki wajib pajak, maka

penggelapan pajak akan semakin rendah. Dengan kata lain,

wajib pajak akan menolak melakukan penggelapan pajak jika

mereka memiliki motivasi untuk membayar pajak.

Berdasarkan kajian teoritis tersebut, maka dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut :

H3 : Sikap moral berpengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak.

2.3.4 Pengaruh Persepsi Tindakan Korupsi Terhadap Niat

Melakukan Penyelewengan Pajak


Korupsi adalah cara memperkaya diri sendiri dengan

tindakan yang melawan hukum, sehingga menyebabkan

kerugian pada kas negara (Utami, 2016). Menurut Litina &

Palivos (2016) korupsi adalah tindakan yang menimbulkan

beberapa bentuk hukuman, seseorang yang terlibat mencoba

untuk menyembunyikan aktivitas korupsi mereka dan upaya

untuk menyembunyikan aktivitas dalam menyiratkan biaya.

Budiarti & Sukartha (2015) mengemukakan bahwa

persepsi kasus korupsi berpengaruh negatif pada motivasi

dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Semakin kecil

persepsi kasus korupsi maka akan memperbesar motivasi

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan tidak

melakukan penyelewengan pajak. Ketika wajib pajak merasa

bahwa pajak yang dibayarkan telah digunakan semestinya

untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan

segelintir koruptor maka wajib pajak akan patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Penelitian yang dilakukan Wibisono (2017)

mengatakan bahwa persepsi tindakan korupsi berpengaruh

pada kepatuhan wajib pajak. Ketika wajib pajak memiliki

persepsi yang baik terhadap pemerintah dalam hal ini fiskus

maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Pengelolaan

uang pajak yang dapat dipertanggungjawabkan, petugas

pajak yang kompeten dan tidak korupsi akan membuat wajib


pajak enggan untuk menggelapkan pajak. Selain itu, Mujiyati

et al. (2018) juga mengatakan bahwa sistem perpajakan

terhadap persepsi mengenai etika penggelapan menunjukkan

hasil negatif. Adanya sistem perpajakan yang baik

pengelolaan uang pajak yang dapat dipertanggungjawabkan,

petugas pajak yang kompeten dan tidak korupsi dan prosedur

yang mudah membuat wajib pajak enggan untuk

menggelapkan pajak. Berdasarkan kajian teoritis tersebut,

maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H4 : Persepsi tindakan korupsi berpengaruh negatif terhadap

niat melakukan penyelewengan pajak.

2.3.5 Pengaruh Tingkat Kepercayaan Terhadap Niat

Melakukan Penyelewengan Pajak

Nurkholis et al. (2020) mendefinisikan kepercayaan

(trust) merupakan faktor penting untuk meningkatkan

kepatuhan pajak dan mengurangi upaya penghindaran pajak.

Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan

oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya (Ulfa, 2015).

Pada penelitian yang dikemukakan Nurkholis et al.

(2020) bahwa trust berpengaruh negatif terhadap

penggelapan pajak. Penelitiannya menyimpulkan bahwa

peningkatan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah

dapat menjadi instrumen yang efektif untuk menghambat


penghindaran pajak. Semakin meningkatnya kepercayaan

maka akan menurunkan tindakan penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Sitardja & Waluyo

(2020) dan Kanagaretnam et al. (2018) juga mengatakan

bahwa trust berpengaruh negatif terhadap penghindaran

pajak. Hal ini berarti semakin tinggi trust, maka semakin

rendah tindakan penghindaran pajak yang dilakukan. Hal ini

memperkuat bahwa trust adalah hal yang penting bagi wajib

pajak karena membentuk kesan baik terhadap reputasi Dirjen

Pajak. Berdasarkan kajian teoritis tersebut, maka dapat

ditarik hipotesis sebagai berikut :

H5 : Tingkat kepercayaan berpengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian menggambarkan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini berusaha untuk

menjelaskan mengenai pengaruh pemahaman tri pantangan Tamansiswa,

sikap moral, gender, persepsi tindakan korupsi dan tingkat kepercayaan

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Maka secara skematis

kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Pemahaman Tri Pantangan


Tamansiswa (X1)
H1 (-)

Gender (X2)
H2 (-)

Sikap Moral (X3) Niat Melakukan


H3 (-) Penyelewengan Pajak (Y)

H4 (-)
Persepsi Tindakan Korupsi
(X4)
H5 (-)

Tingkat Kepercayaan (X5)

Pemahaman tri pantangan Tamansiswa berpengaruh negatif

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Hal tersebut terjadi

karena semakin tinggi pemahaman seseorang mengenai tri pantangan

Tamansiswa, maka semakin rendah niat melakukan peyelewengan

pajak. Semakin paham betul mahasiswa UST mengenai tri pantangan

Tamansiswa, maka mereka akan menganggap bahwa penyelewengan

pajak adalah tindakan yang melanggar tri pantangan Tamansiswa. Ki

Hadjar Dewantara telah mengajarkan bagaimana untuk bersikap jujur

sehingga memiliki sikap anti terhadap korupsi melalui ajaran tri

pantangan tersebut (Wijayanti, 2018).

Gender berpengaruh negatif terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak. Menurut Ningrum et al. (2018) dan Jarboui et al.

(2020) mengatakan bahwa perempuan lebih patuh dibandingkan laki-

laki dalam membayar pajak. Hal ini berarti perempuan cenderung untuk

patuh dalam membayar pajak dan tidak memiliki niat melakukan


penyelewengan pajak karena berani untuk melawan penggelapan pajak

dibandingkan laki-laki.

Sikap moral berpengaruh negatif terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak. Pratama et al. (2020) dan Yurika (2016)

mengatakan semakin tinggi moral pajak yang dimiliki wajib pajak, maka

penggelapan pajak akan semakin rendah. Hal ini berarti sebagai wajib

pajak di masa mendatang, ketika mahasiswa UST memiliki sikap moral

yang tinggi maka mereka tidak memiliki niat untuk melakukan

penyelewengan pajak.

Persepsi tindakan korupsi berpengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak. Wibisono (2017) mengatakan ketika

wajib pajak memiliki persepsi yang baik terhadap pemerintah dalam hal

ini fiskus maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Ketika

mahasiswa UST memiliki persepsi bahwa pengelolaan uang pajak dapat

dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang kompeten dan tidak korupsi

maka mereka enggan untuk menggelapkan pajak, karena mereka yakin

bahwa pajak telah digunakan sebagaiman mestinya.

Tingkat kepercayaan berpengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak. Nurkholis et al. (2020) mengatakan

bahwa semakin tinggi kepercayaan, maka semakin rendah tindakan

penggelapan pajak yang dilakukan. Ketika tingkat kepercayaan

mahasiswa UST kepada kinerja atau pemerintah tinggi maka akan

berkomitmen untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga dapat

menurunkan tindakan penggelapan pajak.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sifat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan

untuk menguji teori secara objektif dengan cara memeriksa atau

meneliti hubungan antar variabel-variabel (Supratiknya, 2015). Selain


itu, penelitian ini juga menggunakan desain survey. Menurut

Supratiknya (2015) mengemukakan desain survey merupakan salah satu

strategi dalam jenis penelitian kuantitatif untuk menghasilkan suatu

deskripsi numerik tentang pendapat, sikap atau tingkah laku sebuah

populasi. Hal tersebut dilakukan dengan cara meneliti salah satu atau

lebih sampel dari populasi tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji dan

menjelaskan pengaruh pemahaman tri pantangan Tamansiswa, gender,

sikap moral, persepsi tindakan korupsi dan tingkat kepercayaan

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Penelitian ini mengkaji

bagaimana keterkaitan suatu variabel dengan variabel lain. Sifat

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

menggunakan data primer. Data primer tersebut dikumpulkan dan

diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan

menyebar kuisioner kepada responden dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

3.2 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Menurut Hartono (2013) definisi operasi adalah menjelaskan

karakteristik dari objek (properti) kedalam elemen-elemen (element)

yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan

dioperasionalkan di dalam riset. Definisi operasional menjadi variabel

yang dapat diukur melalui penentuan construct.


Penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel bebas dan 1 (satu)

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman

tri pantangan Tamansiswa (X1), gender (X2), sikap moral (X3),

persepsi tindakan korupsi (X4) dan tingkat kepercayaan (X5).

Kemudian variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

niat melakukan penyelewengan pajak (Y).

3.2.1 Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa

Menurut Suratman (1984) dalam Lestari (2012) menyebutkan

bahwa tri pantangan Tamansiswa merupakan usaha preventif agar

suatu masyarakat tidak dilanda “bencana” keretakan hidup

kekeluargaannya. Tri pantangan Tamansiswa meliputi pantang

menyalahgunakan kekuasaan atau wewenang, pantang

menyalahgunakan keuangan dan pantang melanggar kesusilaan

(Boentarsono, 2018).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur pemahaman tri

pantangan Tamansiswa tersebut adalah pantang menyalahgunakan

kekuasaan, pantang menyalahgunakan keuangan dan pantang

melanggar kesusilaan. Indikator yang pertama yaitu pantang

menyalahgunakan kekuasaan, maksudnya adalah adanya nafsu

untuk berkuasa yang diwujudkan dengan keterlanjuran, maka

akan terjadilah penyalahgunaan wewenang. Indikator yang kedua

yaitu pantang menyalahgunakan keuangan, maksudnya adalah

secara kodrati manusia memang memiliki nafsu kebendaan, yang

bisa menjadi pendorong kearah penguasaan uang sebanyak-


banyaknya. Indikator yang ketiga yaitu pantang melanggar

kesusilaan, maksudnya adalah pelanggaran kesusilaan akan terjadi

apabila manusia sudah kehilangan kontrol atas dirinya atau tidak

mampu mengendalikan diri.

Variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa akan diukur

dengan skala likert 5 point yang dimulai dari sangat setuju, setuju,

netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Semakin responden

setuju mengenai pernyataan dalam kuesioner mengindikasikan

bahwa mahasiswa paham betul terhadap tri pantangan

Tamansiswa sehingga tidak memiliki niat melakukan

penyelewengan pajak dan sebaliknya.

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional
Pemahaman Tri pantangan 1. Pantang Likert
Tri Pantangan Tamansiswa Menyalahgunakan
Tamansiswa merupakan usaha Kekuasaan
(Lestari, preventif agar 2. Pantang
2012) suatu masyarakat Menyalahgunakan
tidak dilanda Keuangan
“bencana” 3. Pantang
keretakan hidup Melanggar
kekeluargaannya Kesusilaan
(Lestari, 2012)

3.2.2 Gender

Menurut Nurachmi (2020) gender adalah suatu konsep

analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi, menggambarkan


maupun menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan dalam persepsi etis

atau tidaknya suatu perilaku.

Menurut Nurachmi (2020) pada gender menggunakan

variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang

memerankan variabel gender, di mana konstruk nilai yang

digunakan adalah skala biner. Kode yang diberikan adalah 0

untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan.

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional
Gender Gender adalah Laki-laki = 0 Variabel
(Nurachmi, suatu konsep Perempuan = 1 Dummy
2020) analisis yang
digunakan untuk
mengidentifikasi,
menggambarkan
maupun
menjelaskan
perbedaan antara
laki-laki dan
perempuan
(Nurachmi, 2020)

3.2.3 Sikap Moral

Menurut Habibie (2017) sikap merupakan sebuah evaluasi

kepercayaan atas perasaan positif maupun negatif dari seseorang

jika akan melakukan perilaku yang diinginkan maupun

ditentukan. Menurut Robbins & Kiser (2020) sikap moral adalah

penilaian antara perilaku yang baik dan yang buruk yang

berfungsi sebagai motivasi atau tindakan.


Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap moral

diambil Habibie (2017) terdiri dari 4 (empat) indikator yaitu

melanggar etika, perasaan bersalah, prinsip hidup, dan melanggar

prosedur. Pada indikator yang pertama, yaitu melanggar etika

dalam perpajakan maksudnya adalah keadaan di mana mahasiswa

UST dapat mengetahui tindakan yang melanggar hukum, tindakan

tidak etis dan tidak bermoral, dikarenakan mereka telah

mengetahui akibat dari tindakan yang melanggar hukum,

sehingga muncul niat tidak melakukan penyelewengan pajak.

Pada indikator kedua yaitu perasaan bersalah dalam

perpajakan maksudnya adalah keadaan dimana mahasiswa UST

akan merasa bersalah atau menyesal ketika melakukan

penyelewengan pajak, dikarenakan mereka mengetahui bahwa

akibat dari melakukan penyelewengan pajak dapat mempengaruhi

penerimaan kas negara. Indikator yang ketiga yaitu prinsip hidup

dalam perpajakan maksudnya adalah suatu keadaan di mana

mahasiswa UST memiliki pegangan untuk hidup serta

berkomitmen untuk bersikap yang benar sesuai dengan petunjuk

dan aturan-aturan yang berlaku, karena dalam hal ini dapat

menghindari niat melakukan penyelewengan pajak.

Indikator yang keempat yaitu melanggar prosedur dalam

perpajakan maksudnya adalah suatu keadaan di mana setiap

melakukan pembayaran pajak pasti ada prosedur yang harus

diikuti, oleh karenanya sikap mahasiswa harus mampu memahami


dan mengikuti prosedur yang berlaku. Oleh karena itu, apabila

mahasiswa UST dapat mengakses 4 (empat) indikator tersebut

dapat dikatakan bahwa dalam diri mereka sendiri memiliki sikap

moral yang baik sehingga tidak akan memiliki niat melakukan

penyelewengan pajak.

Variabel sikap moral akan diukur dengan skala likert 5 point

yang dimulai dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan

sangat tidak setuju. Semakin responden setuju mengenai

pernyataan dalam kuesioner mengindikasikan bahwa mahasiswa

menganggap tingkat sikap moral tinggi sehingga tidak memiliki

niat melakukan penyelewengan pajak dan sebaliknya.

Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional
Sikap Moral Sikap moral 1. Melanggar etika Likert
(Robbins, 2020) adalah penilaian (Habibie, 2017)
moral atau 2. Perasaan
penilaian antara bersalah
perilaku yang (Habibie, 2017)
baik dan yang 3. Prinsip hidup
buruk yang (Habibie, 2017)
berfungsi sebagai 4. Melanggar
motivasi atau prosedur
tindakan (Habibie, 2017)
(Robbins, 2020)

3.2.4 Persepsi Tindakan Korupsi

Menurut Utami (2016) bahwa korupsi adalah cara

memperkaya diri sendiri dengan tindakan yang melawan hukum,

sehingga menyebabkan kerugian pada kas negara. Adanya

persepsi yang baik terhadap pemerintah dalam hal ini fiskus maka
kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Adanya pengelolaan uang

pajak yang dapat dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang

kompeten dan tidak korupsi dan prosedur yang mudah membuat

wajib pajak enggan untuk menggelapkan pajak.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi

tindakan korupsi diambil dari Utami (2016) yang memiliki 3

(tiga) indikator, yaitu pengetahuan atas kasus korupsi pajak,

kesadaran atas terjadinya kasus korupsi pajak dan penegakan

hukum atas kasus korupsi pajak. Pada indikator yang pertama

yaitu pengetahuan atas kasus korupsi pajak, maksudnya adalah

apabila mahasiswa UST paham betul terhadap pengetahuan

korupsi pajak maka mereka harus dapat menghindari perilaku

korupsi. Indikator yang kedua yaitu kesadaran atas terjadinya

kasus korupsi pajak maksudnya adalah mahasiswa UST harus

sadar bahwa jika melakukan tindakan korupsi dapat mengurangi

penerimaan pajak, sehingga mereka harus memiliki kesadaran

untuk tidak melakukan korupsi pajak. Indikator yang ketiga yaitu

penegakan hukum atas kasus korupsi pajak maksudnya adalah

adanya penegakan hukum yang kuat maka akan membuat

pemerintah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan

yang berlaku dan terhindar dari tindakan korupsi.

Variabel persepsi tindakan korupsi akan diukur dengan skala

likert 5 point yang dimulai dari sangat setuju, setuju, netral, tidak

setuju dan sangat tidak setuju. Semakin responden setuju


mengenai pernyataan dalam kuesioner mengindikasikan bahwa

mahasiswa menganggap tindakan korupsi rendah sehingga tidak

memiliki niat melakukan penyelewengan pajak dan sebaliknya.

Tabel 3.4 Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional
Persepsi Korupsi adalah 1. Pengetahuan atas Likert
Tindakan tindakan yang kasus korupsi
Korupsi (Utami, melawan hukum, pajak (Utami,
2016) dengan cara 2016)
memperkaya diri 2. Kesadaran atas
sendiri dan terjadinya kasus
merugikan pihak korupsi pajak
lain, serta (Utami, 2016)
menyebabkab 3. Penegakan
kerugian pada kas hukum atas kasus
negara (Utami, korupsi pajak
2016) (Utami, 2016)

3.2.5 Tingkat Kepercayaan

Menurut Kirchler, Hoelzl dan Wahl (2008) dalam Basri

(2013) mendefinisikan kepercayaan (trust) sebagai pendapat

umum individu dan kelompok sosial bahwa otoritas pajak yang

baik hati dan bekerja akan menguntungkan demi kebaikan

bersama. Penentu kepatuhan pajak yaitu kepercayaan terhadap

otoritas pemerintah dan kekuasaan dalam otoritas.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

kepercayaan diambil dari Kirchler (2007) dalam Basri (2013)

terdiri dari 3 (tiga) indikator yaitu keadilan, kepuasan, dan

tanggung jawab. Pada indikator pertama, yaitu keadilan dalam

perpajakan maksudnya adalah dalam membayar pajak, wajib

pajak harus dikenakan beban pajak yang sama dan proporsional


sesuai dengan manfaat dan kemampuan wajib pajak. Indikator

yang kedua yaitu kepuasan dalam perpajakan maksudnya adalah

bagaimana perasaan seseorang yang muncul setelah melakukan

perbandingan terhadap apa yang ia harapkan setelah membayar

pajak, baik itu rasa senang atau kecewa. Indikator yang keempat

yaitu tanggung jawab, maksudnya adalah bahwa lembaga

pemerintah telah bertanggung jawab dalam bertindak atas

kepentingan bersama.

Variabel tingkat kepercayaan akan diukur dengan skala likert

5 point yang dimulai dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Semakin responden setuju mengenai

pernyataan dalam kuesioner mengindikasikan bahwa mahasiswa

menganggap tingkat kepercayaan tinggi sehingga tidak memiliki

niat melakukan penyelewengan pajak dan sebaliknya.

Tabel 3.5 Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional
Tingkat Kepercayaan 1. Keadilan (Basri, Likert
Kepercayaan (trust) adalah 2013)
(Kirchler, Hoelzl sebagai pendapat 2. Kepuasan
dan Wahl (2008) umum individu (Basri, 2013)
dalam Basri dan kelompok 3. Tanggung
(2013)) sosial bahwa Jawab (Basri,
otoritas pajak yang 2013)
baik hati dan
bekerja akan
menguntungkan
demi kebaikan
bersama (Kirchler,
Hoelzl dan Wahl
(2008) dalam
Basri (2013))

3.2.6 Penyelewengan Pajak


Penyelewengan pajak (tax fraud) adalah sikap atau cara

mafia pajak yang melakukan proses menyimpang atau

penyalahgunaan dana yang dilakukan terhadap pajak yang dibayar

oleh wajib pajak (Irawan, 2013). Penyelewengan pajak (tax fraud)

adalah penghindaran pajak dengan cara ilegal adalah penggelapan

pajak (Fitriani, 2019).

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur niat

melakukan penyelewengan pajak diambil dari Irawan (2013) yang

memiliki 6 (enam) indikator yaitu informasi, peristiwa, penting,

menarik, fakta dan efek dari penyelewengan pajak. Pada indikator

yang pertama yaitu informasi, maksudnya adalah sekumpulan

data yang dikelola menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

penerimanya. Indikator yang kedua yaitu peristiwa, maksudnya

adalah kejadian mengenai tindakan yang melanggar hukum yang

pernah terjadi. Indikator yang ketiga yaitu penting, maksudnya

adalah tindakan penyelewengan pajak itu penting untuk diketahui,

karena dengan mengetahui bentuk tindakan tersebut dapat

mengurangi niat melakukan penyelewengan pajak. Indikator yang

keempat yaitu menarik, maksudnya adalah tindakan

penyelewengan pajak menarik untuk dipelajari dan dipahami.

Indikator yang kelima yaitu fakta, maksudnya adalah bahwa

tindakan penyelewengan pajak itu memang ada dan merupakan

sebuah kejadian yang terjadi. Indikator yang kelima yaitu efek

dari penyelewengan pajak, maksudnya adalah ketika mahasiswa


mengetahui efek atau dampak dari tindakan penyelewengan pajak

maka mahasiswa cenderung tidak memiliki niat melakukan

penyelewengan pajak, karena mereka sadar bahwa tindakan

tersebut akan merugikan semua pihak.

Variabel niat melakukan penyelewengan pajak akan diukur

dengan skala likert 5 point yang dimulai dari sangat setuju, setuju,

netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Semakin responden

setuju mengenai pernyataan dalam kuesioner mengindikasikan

bahwa mahasiswa menganggap niat melakukan penyelewengan

pajak rendah sehingga tidak memiliki niat melakukan

penyelewengan pajak dan sebaliknya.

Tabel 3.6 Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional
Niat Melakukan Penyelewengan 1. Informasi Likert
Penyelewengan pajak (tax fraud) (Irawan, 2013)
Pajak (Irawan, adalah sikap atau 2. Peristiwa
2013) cara mafia pajak (Irawan, 2013)
yang melakukan 3. Penting (Irawan,
proses 2013)
menyimpang atau 4. Menarik
penyalahgunaan (Irawan, 2013)
dana yang 5. Fakta (Irawan,
dilakukan 2013)
terhadap pajak 6. Efek dari
yang dibayar oleh penyelewengan
wajib pajak pajak (Irawan,
(Irawan, 2013) 2013)

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah

generalisasi (Sugiyono, 2019). Populasi yang digunakan adalah seluruh


mahasiswa aktif prodi akuntansi angkatan 2018 dan 2019 di Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta yaitu sebanyak 432 mahasiswa .

Sampel adalah bagian dari populasi yang jumlah dan

karakteristiknya dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2019).

Sampel yang digunakan adalah mahasiswa angkatan 2018 dan 2019

prodi akuntansi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa angkatan 2018 dan 2019

karena telah menempuh mata kuliah Ketamansiswaan 1 dan

Ketamansiswaan 2.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah convenience sampling termasuk dalam non-probability

sampling. Menurut Sekaran (2011) dalam Ulfa (2015) convenience

sampling adalah pengambilan sampel yang besarnya peluang elemen

untuk terpilih sebagai subjek tidak diketahui. Teknik ini merupakan

pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati

bersedia memberikannya. Penentuan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin yaitu

sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N e

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)


Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dilakukan dengan

perhitungan sebagai berikut :

432
n= 2
=81,203 atau 82
1+ 432(0,1)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka sampel penelitian

yang digunakan berdasarkan populasi diatas adalah sebanyak 82

mahasiswa angkatan 2018 dan 2019.

3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data

primer. Data primer tersebut merupakan sumber data yang langsung

dikumpulkan dan diperoleh oleh peneliti. Data primer tersebut

diperoleh dari hasil menyebarkan kuesioner kepada responden dengan

kriteria yang telah ditetapkan.

Metode pengumpulan data ini menggunakan kuesioner (angket).

Menurut Supratiknya (2015) kuesioner adalah instrumen atau alat

pengumpul data yang bertujuan menyajikan pertanyaan atau informasi

tertentu kepada responden baik tertulis maupun menggunakan gambar

yang selanjutnya responden akan memberikan jawaban secara tertulis,

dapat dengan cara membubuhkan tanda cek pada kolom di depan salah

satu jawaban, melingkari jawaban yang dipilih atau menuliskan sendiri

jawaban berupa sebuah kata, kalimat atau rangkaian kalimat tertentu.

Pertanyaan kuesioner terdiri dari 6 (enam) bagian yaitu pemahaman tri

pantangan Tamansiswa, gender, sikap moral, persepsi tindakan korupsi,

tingkat kepercayaan dan niat melakukan penyelewengan pajak.


Kuesioner ini akan diberikan kepada mahasiswa angkatan 2018 dan

2019 prodi akuntansi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Yogyakarta, lalu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah

diberikan sebagai alat untuk mengukur niat mahasiswa untuk

melakukan penyelewengan pajak yang ada di Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa.

3.5 Tempat dan Waktu Pengambilan Data

Tempat penelitian ini dilakukan di perguruan tinggi Fakultas

Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Waktu

pelaksanaan penelitian dilakukan selama satu bulan di tahun 2021.

3.6 Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2019). Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk menghasilkan data yang akurat. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2019). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

likert 5 poin. Skala ini digunakan untuk mengukur respons subjek ke

dalam 5 poin skala dengan interval yang sama (Hartono, 2013).

Tabel 3.7 Skor Skala Likert


Jawaban Skor Jawaban Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
Setuju 4 Setuju 2
Netral 3 Netral 3
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5
Sumber : Sugiyono (2019)

Pengembangan instrumen penelitian ini dapat dipermudah dengan

cara peneliti menggunakan kisi-kisi instrumen. Berikut merupakan tabel

kisi-kisi instrumen variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa,

sikap moral, persepsi tindakan korupsi, tingkat kepercayaan dan niat

melakukan penyelewengan pajak.

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Tri Pantangan


Tamansiswa
Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif
PemahamanTri 1. Pantang 2 1 2
Pantangan Menyalahgunakan
Tamansiswa Kekuasaan 3 4,5 3
2. Pantang
Menyalahgunakan 6,7 - 2
Keuangan
3. Pantang Melanggar
Kesusilaan

Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Sikap Moral


Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif
Sikap Moral 1. Melanggar etika 8,9 - 2
2. Perasaan bersalah 10,11 - 2
3. Prinsip hidup 12,13 - 2
4. Melanggar prosedur 15 14 2

Tabel 3.10 Persepsi Tindakan Korupsi


Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif
Persepsi 1. Pengetahuan atas kasus 16,17 18 3
Tindakan korupsi pajak
Korupsi 2. Kesadaran atas terjadinya 19 - 1
kasus korupsi pajak
3. Penegakan hukum atas 20,21.22 - 3
kasus korupsi pajak
Tabel 3.11 Tingkat Kepercayaan
Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif
Tingkat 1. Keadilan 23,24 - 2
Kepercayaan 2. Kepuasan 25,26 - 2
3. Tanggung jawab 27,28 - 2

Tabel 3.12 Niat Melakukan Penyelewengan Pajak


Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif
Niat Melakukan 1. Informasi 29 - 1
Penyelewengan 2. Peristiwa 30,31 - 2
Pajak 3. Penting 32 33 2
4. Menarik 34 35 2
5. Fakta 36 37 2
6. Efek dari penyelewengan 38,39 - 2
pajak

Dalam penelitian ini akan dilakukan pilot test sebelum melakukan

penelitian yang sebenarnya. Uji pilot test bertujuan untuk menemukan

apakah item pernyataan yang ada dalam kuesioner yang digunakan

sebagai alat ukur tersebut adalah item yang akurat dan dapat dipahami.

Pada uji pilot test, peneliti akan mengambil 40 responden. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui apakah item pernyataan dalam kuesioner

tersebut valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk penelitian

yang sebenarnya. Berikut ini adalah ringkasan uji validitas dan

reliabilitas pada uji pilot test menggunakan IBM SPSS Statistics 20.

Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Pilot Test


Corrected item -
Variabel Pernyataan r tabel Keterangan
Total Correlation
PTPT.1 0.684** 0.312 Valid
Pemahaman PTPT.2 0.792** 0.312 Valid
Tri Pantangan
PTPT.3 0.598** 0.312 Valid
Tamansiswa
(X1) PTPT.4 0.636** 0.312 Valid
PTPT.5 0.662** 0.312 Valid
PTPT.6 0.743** 0.312 Valid
PTPT.7 0.490** 0.312 Valid
Gender (X2)       Variabel dummy
SM.1 0.540** 0.312 Valid
SM.2 0.638** 0.312 Valid
SM.3 0.771** 0.312 Valid
Sikap Moral SM.4 0.775** 0.312 Valid
(X3) SM.5 0.711** 0.312 Valid
SM.6 0.784** 0.312 Valid
SM.7 0.678** 0.312 Valid
SM.8 0.755** 0.312 Valid
PTK.1 0.515** 0.312 Valid
PTK.2 0.684** 0.312 Valid
Persepsi PTK.3 0.589** 0.312 Valid
Tindakan PTK.4 0.532** 0.312 Valid
Korupsi (X4) PTK.5 0.677** 0.312 Valid
PTK.6 0.815** 0.312 Valid
PTK.7 0.662** 0.312 Valid
TK.1 0.736** 0.312 Valid
TK.2 0.812** 0.312 Valid
Tingkat TK.3 0.853** 0.312 Valid
Kepercayaan
(X5) TK.4 0.835** 0.312 Valid
TK.5 0.828** 0.312 Valid
TK.6 0.785** 0.312 Valid
NMPP.1 0.393* 0.312 Valid
NMPP.2 0.578** 0.312 Valid
NMPP.3 0.687** 0.312 Valid
NMPP.4 0.862** 0.312 Valid
Niat NMPP.5 0.625** 0.312 Valid
Melakukan
NMPP.6 0.675** 0.312 Valid
Penyelewenga
n Pajak (Y) NMPP.7 0.659** 0.312 Valid
NMPP.8 0.782** 0.312 Valid
NMPP.9 0.660** 0.312 Valid
NMPP.10 0.790** 0.312 Valid
NMPP.11 0.787** 0.312 Valid
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan hasil data primer yang diolah tersebut, hasil

pernyataan dalam variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa (X1),

sikap moral (X3), persepsi tindakan korupsi (X4), tingkat kepercayaan

(X5) dan niat melakukan penyelewengan pajak (Y) dapat dikatakan

valid. Hal ini terjadi karena seluruh nilai r hitung lebih besar dari r tabel

0.312. Nilai r tabel dilihat berdasarkan N = 40, df = N-2 = 38 dan α =

5%, maka didapat r tabel 0.312.


Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Jumlah Cronbach's
Variabel Keterangan
Item alpha
Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa (X1) 7 0.751 Reliabel
Gender (X2)     Variabel dummy
Sikap Moral (X3) 8 0.838 Reliabel
Persepsi Tindakan Korupsi (X4) 7 0.746 Reliabel
Tingkat Kepercayaan (X5) 6 0.893 Reliabel
Niat Melakukan Penyelewengan Pajak (Y) 11 0.872 Reliabel
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari uji reliabilitas

dimana variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa (X1), sikap

moral (X3), persepsi tindakan korupsi (X4), tingkat kepercayaan (X5)

dan niat melakukan penyelewengan pajak (Y) memiliki nilai

cronbach’s alpha lebih besar dai 0,70, sehingga semua variabel tersebut

dikatakan reliabel.

3.7 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dilakukan sebelum pengujian lain dilakukan

untuk menguji kelayakan data yang akan digunakan dalam penelitian,

yaitu kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode analisis data

dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20 dengan

menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu


yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan

dengan taraf signifikansi 0.05. Jika r hitung ≥ r tabel, maka Ho

tidak dapat ditolak atau r memang berkorelasi positif atau

indikator tersebut adalah valid (Ghozali, 2018).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2018).

Variabel atau konstruk dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0.70. Hal ini berarti bahwa instrumen

tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal

yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan

pengukuran ulang (Ghozali, 2018).

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diarahkan

untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian.

Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data

sehingga didapatkan dari suatu hasil analisis atau hasil uji.

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau


menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

atau generalisasi (Sugiyono, 2019). Statistik deskriptif bertujuan

untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2018).

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat dikatakan baik apabila

dalam pengujiannya terbebas dari asumsi klasik. Adapun uji

asumsi klasik yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi, variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa,

gender, sikap moral, persepsi tindakan korupsi dan tingkat

kepercayaan memiliki distribusi normal. Uji normalitas

dilakukan dengan melihat Normal Probability Plot.

Menurut Ghozali (2018) pada prinsipnya normalitas

dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat

histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model memenuhi asumsi


normalitas. Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari

diagonal dan atau tidak menunjukkan distribusi normal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Pengujian data berdistribusi normal jika nilai Asymp Sig

(2-tailed) yang dihasilkan dari unstandardized residual

lebih besar dari nilai alpha yaitu 0.05.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Cara

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model

regresi maka menggunakan penilaian Variance Inflation

Factor (VIF) dan Tolerance Value. Nilai yang digunakan

untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

Sebaliknya, jika tolerance ≥ 0.10 dan nilai VIF ≤ 10, maka

tidak terjadi multikolinearitas antara variabel independen

(Ghozali, 2018).

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian


dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas

atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji

heteroskedastisitas dapat diketahui degan menggunakan uji

glejser. Kriteria pengujiannya adalah jika probabilitas

signifikan masing-masing variabel independen > 0.05,

maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas

dalam model regresi, sebaliknya jika nilai probabilitas <

0.05 maka terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

3.8.3 Uji Hipotesis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda, yaitu suatu model yang digunakan untuk

menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen

terhadap satu variabel dependen. Dalam penelitian ini analisis

regresi linier diformulasikan dalam persamaan regresi sebagai

berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e

Keterangan :

Y = Niat melakukan penyelewengan pajak


α = Konstanta
β = Koefisien arah regresi
X1 = Pemahaman tri pantangan Tamansiswa
X2 = Gender
X3 = Sikap moral
X4 = Persepsi tindakan korupsi
X5 = Tingkat kepercayaan
a. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa

jauh pengaruh variabel independen dengan variabel

dependen. Cara mengetahui apakah terdapat pengaruh

signifikan dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen, maka nilai signifikan t

dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila sig

t > 0.05, maka Ho diterima. Sebaliknya, apabila sig t <

0.05, maka Ho ditolak (Ghozali, 2018).

b. Uji Statistik F

Uji goodness of fit (uji kelayakan model) dilakukan

untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam

menaksir nilai aktual secara statistik. Model goodness of

fit dapat diukur dari nilai statistik F yang menunjukkan

apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali (2018)

untuk menguji hipotesis digunakan statistik F dengan cara

membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F

menurut tabel. Apabila p-value < 0.05 dan nilai f hitung >f

, maka Ho ditolak dan menerima HA yang berari dapat


tabel

dikatakan signifikan dan dapat digunakan untuk menguji

hipotesis atau dapat dikatakan model tersebut sudah fit.


c. Koefisien determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan model dalam

menerangkan variabel dependen. Nilai R memiliki range

antara 0 sampai 1, sehingga semakin besar nilai R 2 maka

semakin baik model regresi yang digunakan. Apabila

Adjusted R2 bernilai 1 maka variabel independen dapat

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen. Namun,

jika Adjusted R2 bernilai lebih kecil berarti kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas (Ghozali, 2018).

BAB IV

HASIL DAN PEMABAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Deskripsi Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana data yang dihasilkan

akan berbentuk angka. Penelitian ini menggunakan data primer

dengan menyebarkan kuesioner kepada responden melalui google

form. Pengambilan data menggunakan metode convienence

sampling, dimana kuesioner dalam bentuk google form

diserahkan kepada para responden untuk diisi sebagai data dalam

melakukan penelitian. Data yang sudah diperoleh akan dianalisis

menggunakan program IBM SPSS Statistics 20. Kuesioner

disebarkan kepada mahasiswa aktif Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa (UST) Yogyakarta.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mahasiswa aktif Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Penyebaran

kuesioner pada penelitian ini dilakukan melalui aplikasi media

sosial yaitu WhatsApp.

4.1.2 Karakteristik Responden

Karateristik responden merupakan ragam latar belakang yang

dimiliki responden itu sendiri. Karakteristik yang digunakan

untuk mengetahui ragam latar belakang responden yaitu

berdasarkan jenis kelamin dan usia. Hal ini diharapkan dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi latar

belakang dari responden dan kaitannya dengan masalah dan


tujuan penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah rincian data

responden berdasarkan jenis kelamin dan usia sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 15 18.3%
Perempuan 67 81.7%
Total 82 100%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa

responden yang digunakan dalam penelitian ini yang paling

banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 67 orang atau 81.7%.

Sedangkan responden laki-laki sebanyak 15 orang atau 18.3%.

Tabel 4.2 Data Berdasarkan Usia


Tingkat Usia Jumlah Responden Persentase
19 0 0%
20 19 23.2%
21 37 45.1%
22 19 23.2%
23 6 7.3%
24 1 1.2%
Total 82 100%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa untuk

usia responden 19 tahun tidak ada atau 0%, usia responden 20

tahun yaitu sebanyak 19 orang atau 23.2%, usia responden 21

tahun yaitu sebanyak 37 orang atau 45.1%, usia responden 22

tahun yaitu sebanyak 19 orang atau 23.2%, usia responden 23

tahun sebanyak 6 orang atau 7.3% dan usia responden 24 tahun

sebanyak 1 orang atau 1.2%. Berdasarkan umur responden yang

digunakan dalam penelitian ini, paling banyak adalah responden

yang berumur 21 tahun yaitu sebanyak 37 orang atau 45.1%.


Tabel 4.3 Data Berdasarkan Tahun Angkatan
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
2018 51 62.2%
2019 31 37.8%
Total 82 100%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa

responden yang digunakan dalam penelitian ini yang paling

banyak adalah tahun angkatan 2018 yaitu sebanyak 51 orang atau

62.2%. Sedangkan responden tahun angkatan 2019 sebanyak 31

orang atau 37.8%.

4.2 Data Penelitian

4.2.1 Respon Rate Kuesioner

Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah pemahaman

tri pantangan Tamansiswa, gender, sikap moral, persepsi tindakan

korupsi dan tingkat kepercayaan dapat mempengaruhi niat

melakukan penyelewengan pajak. Data pada penelitian ini

dikumpulkan menggunakan google form yang dibagikan melalui

aplikasi media sosial yaitu WhatsApp. Kuesioner yang disebar

menggunakan google form adalah sebanyak 82 kuesioner,

sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak

82 reponden.

4.3 Hasil Analisis Data


4.3.1 Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Pemahaman Tri Pantangan 82 17.00 35.00 30.2561 3.20421
Tamansiswa (X1)
Gender (X2) 82 0.00 1.00 .8171 .38899
Sikap Moral (X3) 82 23.00 38.00 30.8537 4.03724
Persepsi Tindakan Korupsi 82 14.00 31.00 24.9268 3.61677
(X4)
Tingkat Kepercayaan (X5) 82 12.00 27.00 20.9512 2.35651
Niat Melakukan 82 31.00 4.00 38.2805 3.22519
Penyelewengan Pajak (Y)
Valid N (listwise) 82        
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa :

1. Variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa (X1) dengan

jumlah responden sebanyak 82 data memiliki nilai minimum

sebesar 17, nilai maksimum sebesar 35, nilai mean (rata-rata)

sebesar 30.2561 dan nilai standar deviasi sebesar 3.20421.

2. Variabel gender (X2) dengan jumlah responden sebanyak 82

data memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum

sebesar 1, nilai mean (rata-rata) sebesar 0.8171 dan nilai

standar deviasi sebesar 0.38899.

3. Variabel sikap moral (X3) dengan jumlah responden sebanyak

82 data memiliki nilai minimum sebesar 23, nilai maksimum

sebesar 38, nilai mean (rata-rata) sebesar 30.8537 dan nilai

standar deviasi sebesar 4.03724.

4. Variabel persepsi tindakan korupsi (X4) dengan jumlah

responden sebanyak 82 data memiliki nilai minimum sebesar


14, nilai maksimum sebesar 31, nilai mean (rata-rata) sebesar

24.9268 dan nilai standar deviasi sebesar 3.61677.

5. Variabel tingkat kepercayaan (X5) dengan jumlah responden

sebanyak 82 data memiliki nilai minimum sebesar 12, nilai

maksimum sebesar 27, nilai mean (rata-rata) sebesar 20.9512

dan nilai standar deviasi sebesar 2.35651.

6. Variabel penyelewengan pajak (Y) dengan jumlah responden

sebanyak 82 data memiliki nilai minimum sebesar 31, nilai

maksimum sebesar 43, nilai mean (rata-rata) sebesar 38.2805

dan nilai standar deviasi sebesar 3.22519.

Hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan bahwa N

adalah banyaknya sampel yaitu mahasiswa prodi akuntansi

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Nilai

minimum menunjukkan nilai terkecil dari setiap variabel,

sedangkan nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar dari setiap

variabel. Nilai mean menunjukkan nilai rata-rata pada setiap

varibel dan nilai standar deviasi menunjukkan besarnya

simpangan baku dan skor untuk setiap variabel.

4.3.2 Sebaran Frekuensi Data

Kategori pengukuran masing-masing variabel penelitian

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Sebaran Frekuensi Pemahaman Tri Pantangan


Tamansiswa
Kategori Rentang Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 17-20 1 1%
Rendah 21-24 3 4%
Sedang 25-28 22 27%
Tinggi 29-32 32 39%
Sangat Tinggi 33-36 24 29%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas, pemahaman tri

pantangan Tamansiswa berada pada kategori tinggi. Tingkat

kategori tinggi ini berada pada persentase 39%.

Tabel 4.6 Sebaran Frekuensi Sikap Moral


Kategori Rentang Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 23-25 10 12%
Rendah 26-28 14 17%
Sedang 29-31 13 16%
Tinggi 32-34 33 40%
Sangat Tinggi 35-38 12 15%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan pada tabel 4.6 diatas, sikap moral berada

pada kategori tinggi. Tingkat kategori tinggi ini berada pada

persentase 40%.

Tabel 4.7 Sebaran Frekuensi Persepsi Tindakan


Korupsi

Kategori Rentang Frekuensi Persentase


Sangat Rendah 14-17 3 4%
Rendah 18-21 12 15%
Sedang 22-25 26 32%
Tinggi 26-29 33 40%
Sangat Tinggi 30-33 8 10%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas, persepsi tindakan

korupsi berada pada kategori tinggi. Tingkat kategori tinggi ini

berada pada persentase 40%.

Tabel 4.8 Sebaran Frekuensi Tingkat Kepercayaan


Kategori Rentang Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 12-14 1 1%
Rendah 15-17 1 1%
Sedang 18-20 28 34%
Tinggi 21-23 45 55%
Sangat Tinggi 24-27 7 9%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas, tingkat kepercayaan

berada pada kategori tinggi. Tingkat kategori tinggi ini berada

pada persentase 55%.

Tabel 4.9 Sebaran Frekuensi Niat Melakukan Penyelewengan


Pajak
Kategori Rentang Frekuensi Persentase
Sangat Rendah 31-33 5 6%
Rendah 34-36 19 23%
Sedang 37-39 28 34%
Tinggi 40-42 20 24%
Sangat Tinggi 43-45 10 12%
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas, niat melakukan

penyelewengan pajak berada pada kategori sedang. Tingkat

kategori sedang ini berada pada persentase 34%.

4.3.3 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dilakukan sebelum pengujian lain

dilakukan untuk menguji kelayakan data yang akan digunakan

dalam penelitian. Pengujian kualitas data bertujuan untuk

mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel.

Hal ini dikarenakan kebenaran data yang diolah sangat

menentukan kualitas hasil penelitian.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikansi dilakukan


dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel.

Nilai r tabel diperoleh berdasarkan N = 82, degree of

freedom (df) = N-2 = 80 dan α = 0.05, maka didapat r tabel

0.2172. Jika r hitung ≥ r tabel, maka Ho tidak dapat ditolak

atau r memang berkorelasi positif atau indikator tersebut

adalah valid (Ghozali, 2018).

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Tri


Pantangan Tamansiswa

Corrected item-
Pernyataan r tabel Keterangan
Total Correlation
PTPT.1 0.733** 0.2172 Valid
PTPT.2 0.708**
0.2172 Valid
PTPT.3 0.586**
0.2172 Valid
PTPT.4 0.670**
0.2172 Valid
PTPT.5 0.696**
0.2172 Valid
PTPT.6 0.698**
0.2172 Valid
PTPT.7 0.482**
0.2172 Valid
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa

hasil pengujian validitas untuk pernyataan pada variabel

pemahaman tri pantangan Tamansiswa (X1) menunjukkan

bahwa semua item yang diuji dinyatakan valid. Hal tersebut

dapat dilihat dari nilai masing-masing item pernyataan yang

memiliki nilai r hitung > r tabel. Pernyataan PTPT.1 nilai r

hitung 0.733 > 0.2172 nilai r tabel maka dinyatakan valid,

begitu juga dengan pernyataan PTPT.2 (0.708 > 0.2172),

PTPT.3 (0.586 > 0.2172), PTPT.4 (0.670 > 0.2172), PTPT.5

(0.696 > 0.2172), PTPT.6 (0.698 > 0.2172) dan PTPT.7

(0.482 > 0.2172).


Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Moral
Corrected item-
Pernyataan r tabel Keterangan
Total Correlation
SM.1 0.738** 0.2172 Valid
SM.2 0.602** 0.2172 Valid
SM.3 0.779** 0.2172 Valid
SM.4 0.330 **
0.2172 Valid
SM.5 0.651** 0.2172 Valid
SM.6 0.785 **
0.2172 Valid
SM.7 0.821** 0.2172 Valid
SM.8 0.695** 0.2172 Valid
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa

hasil pengujian validitas untuk pernyataan pada variabel

sikap moral (X3) menunjukkan bahwa semua item yang diuji

dinyatakan valid. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai masing-

masing item pernyataan yang memiliki nilai r hitung > r

tabel. Pernyataan SM.1 nilai r hitung 0.738 > 0.2172 nilai r

tabel maka dinyatakan valid, begitu juga dengan pernyataan

SM.2 (0.602 > 0.2172), SM.3 (0.779 > 0.2172), SM.4 (0.330

> 0.2172), SM.5 (0.651 > 0.2172), SM.6 (0.785 > 0.2172),

SM.7 (0.821 > 0.2172) dan SM.8 (0.695 > 0.2172).

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi


Tindakan Korupsi
Corrected item-
Pernyataan r tabel Keterangan
Total Correlation
0.217
PTK.1 0.667 Valid
2
0.217
PTK.2 0.518** Valid
2
0.217
PTK.3 0.466** Valid
2
0.217
PTK.4 0.551** Valid
2
0.217
PTK.5 0.715** Valid
2
0.217
PTK.6 0.712** Valid
2
PTK.7 0.653 **
0.217 Valid
2
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa

hasil pengujian validitas untuk pernyataan pada variabel

persepsi tindakan korupsi (X4) menunjukkan bahwa semua

item yang diuji dinyatakan valid. Hal tersebut dapat dilihat

dari nilai masing-masing item pernyataan yang memiliki nilai

r hitung > r tabel. Pernyataan PTK.1 nilai r hitung 0.667 >

0.2172 nilai r tabel maka dinyatakan valid, begitu juga

dengan pernyataan PTK.2 (0.518 > 0.2172), PTK.3 (0.466 >

0.2172), PTK.4 (0.551 > 0.2172), PTK.5 (0.715 > 0.2172),

PTK.6 (0.712 > 0.2172) dan PTK.7 (0.653 > 0.2172).

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat


Kepercayaan
Corrected item-
Pernyataan r tabel Keterangan
Total Correlation
TK.1 0.647** 0.2172 Valid
TK.2 0.687** 0.2172 Valid
TK.3 0.721 **
0.2172 Valid
TK.4 0.595** 0.2172 Valid
TK.5 0.620 **
0.2172 Valid
TK.6 0.542** 0.2172 Valid
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa

hasil pengujian validitas untuk pernyataan pada variabel

tingkat kepercayaan (X5) menunjukkan bahwa semua item

yang diuji dinyatakan valid. Hal tersebut dapat dilihat dari

nilai masing-masing item pernyataan yang memiliki nilai r

hitung > r tabel. Pernyataan TK.1 nilai r hitung 0.647 >

0.2172 nilai r tabel maka dinyatakan valid, begitu juga


dengan pernyataan TK.2 (0.687 > 0.2172), TK.3 (0.721 >

0.2172), TK.4 (0.595 > 0.2172), TK.5 (0.620 > 0.2172) dan

TK.6 (0.542 > 0.2172).

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Niat Melakukan


Penyelewengan Pajak
Corrected item-
Pernyataan r tabel Keterangan
Total Correlation
NMPP.1 0.333** 0.2172 Valid
NMPP.2 0.529 **
0.2172 Valid
NMPP.3 0.461** 0.2172 Valid
NMPP.4 0.659 **
0.2172 Valid
NMPP.5 0.228* 0.2172 Valid
NMPP.6 0.545** 0.2172 Valid
NMPP.7 0.665 **
0.2172 Valid
NMPP.8 0.695** 0.2172 Valid
NMPP.9 0.504 **
0,2172 Valid
NMPP.10 0.606** 0.2172 Valid
NMPP.11 0.416** 0.2172 Valid
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa

hasil pengujian validitas untuk pernyataan pada variabel niat

melakukan penyelewengan pajak (Y) menunjukkan bahwa

semua item yang diuji dinyatakan valid. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai masing-masing item pernyataan yang

memiliki nilai r hitung > r tabel. Pernyataan NMPP.1 nilai r

hitung 0.333 > 0.2172 nilai r tabel maka dinyatakan valid,

begitu juga dengan pernyataan NMPP.2 (0.529 > 0.2172),

NMPP.3 (0.461 > 0.2172), NMPP.4 (0.659 > 0.2172),

NMPP.5 (0.228 > 0.2172), NMPP.6 (0.545 > 0.2172),

NMPP.7 (0.665 > 0.2172), NMPP.8 (0.695 > 0.2172),

NMPP.9 (0.504 > 0.2172), NMPP.10 (0.606 > 0.2172) dan

NMPP.11 (0.416 > 0.2172).


b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan uji Cronbach’s Alpha.

Kuisioner dikatakan reliabel bila bernilai positif dan lebih

besar dari 0.70. Berikut rincian dari hasil uji reliabilitas dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas

Jumlah Cronbach'
Variabel Keterangan
Item s alpha
Pemahaman Tri Pantangan
Tamansiswa (X1) 7 0.756 Reliabel
Gender (X2)     Variabel dummy
Sikap Moral (X3) 8 0.831 Reliabel
Persepsi Tindakan Korupsi
(X4) 7 0.720 Reliabel
Tingkat Kepercayaan (X5) 6 0.706 Reliabel
Niat Melakukan
Penyelewengan Pajak (Y) 11 0.725 Reliabel
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat hasil uji

reliabilitas dimana pemahaman tri pantangan Tamansiswa

memiliki cronbach’s alpha 0.756, sikap moral memiliki

cronbach’s alpha 0.831, persepsi tindakan korupsi memiliki

cronbach’s alpha 0.720, tingkat kepercayaan memiliki

cronbach’s alpha 0.706 dan niat melakukan penyelewengan

pajak memiliki cronbach’s alpha 0.725. Dengan demikian

semua variabel dalam penelitian menunjukkan reliabel

karena memiliki cronbach’s alpha lebih besar dari 0.70.


4.3.4 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov, yaitu dengan membandingkan

probabilitas p dengan α = 0.05. Apabila nilai probabilitas p ≥

0.05 maka asumsinya data normal sedangkan apabila nilai

probabilitas p ≤ 0.05 maka asumsinya data tidak normal.

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
  Residual
N 82
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.73207640

Most Extreme Differences Absolute .063


Positive .040
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .573
Asymp. Sig. (2-tailed) .897
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat dilihat hasil uji

normalitas dimana nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.897

lebih besar dari 0.05. Oleh karena itu, data berdistribusi

secara normal. Hasil analisis grafik dilihat melalui

penyebaran pada sumbu diagonal Normal Probability Plot

berikut ini :
Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot

Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa

grafik plot terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis

diagonalnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa data

tersebut berdistribusi secara normal.

b. Uji Multikoliniearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar


variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah

yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Hasil uji mutikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pemahaman Tri Pantangan .780 1.282
Tamansiswa (X1)
Gender (X2) .924 1.082
Sikap Moral (X3) .729 1.371
Persepsi Tindakan Korupsi .841 1.188
(X4)
Tingkat Kepercayaan (X5) .959 1.043
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat hasil uji

multikolinearitas dari masing-masing variabel independen

yang menunjukkan Variance Inflation Factor (VIF) nilai

tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance Value tidak kurang

dari 0.10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau


tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas

dapat diketahui melalui uji glejser berikut ini :

Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficient Coefficient t Sig.
B Std. Beta
Model Error
1 (Constant) 2.551 5.071 .503 .617
Pemahaman -.955 1.188 -.114 -.804 .424
Tri Pantangan
Tamansiswa
(X1)
Sikap Moral .756 .858 .123 .881 .382
(X3)
Persepsi .606 .760 .102 .797 .428
Tindakan
Korupsi (X4)
Tingkat -.914 .795 -.145 -1.149 .255
Kepercayaan
(X5)
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat dilihat hasil

uji heteroskedastisitas dimana nilai probabilitas masing-

masing variabel diatas 0.05, maka dapat disimpulkan

model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot


Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan gambar 4.3 diatas dapat dilihat

bahwa titik-titik menyebar secara acak diatas maupun

dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat pola

yang jelas pada penyebaran data tersebut. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.4. Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Statistik F

Uji goodness of fit (uji kelayakan model) dilakukan

untuk menunjukkan apakah salah satu variabel independen

yang dimasukkan dalam model berpengaruh terhadap variabel

dependen. Apabila p-value < 0.05 dan nilai f hitung lebih besar

dari f tabel maka Ho ditolak dan menerima HA yang berarti

dapat dikatakan signifikan dan dapat digunakan untuk menguji

hipotesis atau dapat dikatakan model tersebut sudah fit.

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik F


ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 237.945 5 47.589 5.982 .000b

Residual 604.604 76 7.955    


Total 842.549 81      
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa p sebesar

0.000 lebih kecil dari p value yaitu 0.05 dan f hitung 5.982 > f

tabel 2.33. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa salah


satu dari variabel independen berpengaruh terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak dan dalam penelitian ini

model dikatakan sudah fit.

4.4.2 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi (adjusted R2) digunakan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan model dalam

menerangkan atau mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisisen Determinasi (Adjusted R2)


Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .531a .282 .235 2.821

Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.20 nilai koefisien korelasi (R)

sebesar 0.531, nilai R2 (R-Square) sebesar 0.282 dan nilai

adjusted R square adalah 0.235. Berdasarkan nilai tersebut

maka pengaruh pemahaman tri pantangan Tamansiswa,

gender, sikap moral, persepsi tindakan korupsi dan tingkat

kepercayaan mampu menjelaskan niat melakukan

penyelewengan pajak sebesar 23.5%, sedangkan sisanya

sebesar 76.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar

variabel penelitian ini.

4.4.3 Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh signifikansi dari masing-masing variabel


independen terhadap variabel dependen. Apabila sig t > 0.05,

maka Ho diterima. Sebaliknya, apabila sig t < 0.05, maka Ho

ditolak. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.21 Hasil Uji Statistik t


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 48.652 4.717 10.314 .000
Pemahaman Tri -.271 .111 -.270 -2.451 .017
Pantangan
Tamansiswa (X1)
Gender (X2) .788 .838 .095 .940 .350
Sikap Moral (X3) -.261 .091 -.327 -2.874 .005
Persepsi Tindakan .190 .095 .212 2.002 .049
Korupsi (X4)
Tingkat .025 .136 .019 .186 .853
Kepercayaan (X5)
Sumber : Data Primer, 2021, diolah

Berdasarkan tabel 4.21 mengenai hasil uji statistik t dapat

disimpulkan bahwa :

1. Variabel pemahaman tri pantangan Tamansiswa (X1)

diperoleh t hitung sebesar 2.451, signifikansi kurang dari

0.05 yaitu 0.017 diperoleh t tabel (1.995) dan standardized

coefficient beta -0.270. Hal ini menunjukkan 2.451 > 1.995

dan 0.017 < 0.05, artinya pemahaman tri pantangan

Tamansiswa memiliki pengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak.

2. Variabel gender (X2) diperoleh t hitung sebesar 0.940 dan

signifikansi lebih dari 0.05 yaitu 0.350 diperoleh t tabel


(1.995). Hal ini menunjukkan 0.940 < 1.995 dan 0.350 >

0.05, artinya pemahaman gender tidak memiliki pengaruh

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

3. Variabel sikap moral (X3) diperoleh t hitung sebesar 2.874,

signifikansi kurang dari 0.05 yaitu 0.005 diperoleh t tabel

(1.995) dan standardized coefficient beta -0.327. Hal ini

menunjukkan 2.874 > 1.995 dan 0.005 < 0.05, artinya sikap

moral memiliki pengaruh negatif terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak.

4. Variabel persepsi tindakan korupsi (X4) diperoleh t hitung

sebesar 2.002, signifikansi kurang dari 0.05 yaitu 0.049

diperoleh t tabel (1.995) dan standardized coefficient beta

0.212. Hal ini menunjukkan 2.002 > 1.995 dan 0.049 < 0.05,

artinya persepsi tindakan korupsi memiliki pengaruh positif

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

5. Variabel tingkat kepercayaan (X5) diperoleh t hitung sebesar

0.186 dan signifikansi lebih dari 0.05 yaitu 0.853 diperoleh t

tabel (1.995). Hal ini menunjukkan 0.186 < 1.995 dan 0.853

> 0.05, artinya tingkat kepercayaan tidak memiliki pengaruh

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan penjelasan pada hasil olah data menggunakan

program IBM SPSS Statistics 20, dapat disimpulkan hasil dari

pengujian hipotesis sebagai berikut :


4.5.1 Pengaruh Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa

Terhadap Niat Melakukan Penyelewengan Pajak

Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menghasilkan

bahwa pemahaman tri pantangan Tamansiswa berpengaruh

negatif terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Hal

ini dibuktikan dengan nilai uji statistik t yang diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0.007 yang lebih kecil dari probabilitas

0.05 dengan nilai unstandardized coefficients sebesar -0.271.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H1 diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori persepsi yang

menjelaskan bahwa timbulnya persepsi oleh individu

dipengaruhi oleh stimulus-stimulus, salah satunya

pemahaman terhadap objek yaitu pemahaman tri pantangan

Tamansiswa, dimana wajib pajak akan cenderung

menghindari tindakan yang melanggar ketentuan apabila

pemahaman yang dimilikinya semakin baik. Pemahaman

akan pantang menyalahgunakan kekuasaan. Wajib pajak

yang memiliki kekuasaan atau wewenang akan merasa

bahwa dirinya tidak perlu membayar pajak. Hal ini

dikarenakan wajib pajak merasa banyak yang takut terhadap

dirinya karena kekuasaan yang dimiliki. Namun, dengan

memahami larangan ini maka wajib pajak akan dengan sadar

untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pajak tanpa

memanfaatkan kekuasaannya. Pemahaman akan pantang


menyalahgunakan keuangan. Seseorang yang paham betul

bahwa tindakan korupsi itu salah, maka mereka sebagai

wajib pajak akan melaporkan pajak dengan jujur, tidak

memiliki niat melakukan penyelewengan pajak, tindakan

korupsi serta melanggar hukum. Terakhir, pantang

melanggar kesusilaan. Apabila hidup seseorang berdasarkan

norma, maka sebagai wajib pajak di masa mendatang tidak

akan melanggar kesusilaan dan mampu mengendalikan diri

untuk berperilaku jujur, agar dapat membayar pajak sesuai

dengan peraturan.

Pendapat ini diperkuat dengan hasil analisis jawaban

responden yang menjawab setuju dengan persentase 65.9%

pada pernyataan yang berhubungan dengan sikap amanah

dalam pekerjaan, sangat setuju dengan persentase 52.4%

pada pernyataan yang berhubungan dengan kejujuran agar

tidak menyalahgunakan keuangan dan setuju dengan

persentase 53.7% pada pernyataan yang berhubungan dengan

mematuhi norma dan berperilaku jujur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Wijaya (2020) dan Burhanuddin (2017) yang

mengemukakan bahwa ketika mahasiswa memahami betul tri

pantangan Tamansiswa maka tindakan korupsi dapat diatasi

dengan adanya pendidikan antikorupsi.


4.5.2 Pengaruh Gender Terhadap Niat Melakukan

Penyelewengan Pajak

Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menghasilkan

bahwa gender tidak berpengaruh terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak. Hal ini dibuktikan dengan nilai uji

statistik t yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.350 yang

lebih besar dari probabilitas 0.05 dengan nilai

unstandardized coefficients sebesar 0.788. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa H2 tidak diterima.

Hasil penelitian ini didukung dengan teori perilaku

etis seseorang. Tidak berpengaruhnya gender terhadap

penggelapan pajak dikarenakan alam individu selain atribut

gender juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman,

budaya dan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku

etis mereka (Basri, 2015).

Hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa

gender tidak berpengaruh terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak. Hal ini berarti perbedaan gender tidak

mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku

penggelapan pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Basri (2015) dan Yuliana &

Puspitosari (2021) yang menyatakan bahwa gender tidak

berpengaruh terhadap persepsi penggelapan pajak.


4.5.3 Pengaruh Sikap Moral Terhadap Niat Melakukan

Penyelewengan Pajak

Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menghasilkan

bahwa sikap moral berpengaruh negatif terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak. Hal ini dibuktikan dengan

nilai uji statistik t yang diperoleh nilai signifikansi sebesar

0.005 yang lebih kecil dari probabilitas 0.05 dengan nilai

unstandardized coefficients sebesar -0.261. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa H3 diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan theory of planned

behavior yang mengatakan bahwa sikap moral

mempengaruhi perilaku individu. Perilaku individu tersebut

salah satunya adalah perasaan bersalah apabila melanggar

peraturan. Dimana seseorang akan merasa bersalah jika

memiliki niat untuk melakukan penyelewengan pajak.

Pendapat ini diperkuat dengan hasil analisis jawaban

responden yang menjawab setuju dengan persentase 47.6%

pada pernyataan yang berhubungan dengan perasaan bersalah

jika melakukan penyelewengan pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Zirman (2015), Pratama et al. (2020) dan Yurika

(2016) yang mengemukakan bahwa sikap moral berpengaruh

negatif terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.


4.5.4 Pengaruh Persepsi Tindakan Korupsi Terhadap Niat

Melakukan Penyelewengan Pajak

Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menghasilkan

bahwa persepsi tindakan korupsi berpengaruh positif

terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Hal ini

dibuktikan dengan nilai uji statistik t yang diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0.049 yang lebih kecil dari probabilitas

0.05 dengan nilai unstandardized coefficients sebesar 0.190.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H4 tidak diterima.

Hasil penelitian ini didukung dengan teori persepsi.

Teori ini menjelaskan bagaimana individu mengartikan

fenomena yang terjadi di lingkungan mereka, sehingga

pengartian yang dihasilkan individu dapat berbeda.

Masyarakat memiliki persepsi yang buruk terhadap lembaga

perpajakan dan memicu wajib pajak enggan untuk secara

sukarela membayar pajak dan melakukan penyelewengan

pajak (Utami, 2016).

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Litina

(2016) bahwa tingginya tingkat korupsi berpengaruh pada

penggelapan pajak. Jika wajib pajak berpersepsi bahwa

pemerintah melakukan korupsi maka wajib pajak cenderung

untuk tidak patuh dan melakukan penggelapan pajak. Hal ini

juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Utami (2016)

bahwa adanya petugas pajak yang melakukan tindakan


korupsi pajak membuat masyarakat enggan untuk membayar

pajaknya. Wajib pajak akan cenderung memiliki niat

melakukan penyelewengan pajak karena merasa pajak yang

dibayarkan digunakan untuk memperkaya diri mereka

sendiri.

4.5.5 Pengaruh Tingkat Kepercayaan Terhadap Niat

Melakukan Penyelewengan Pajak

Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menghasilkan

bahwa tingkat kepercayaan tidak berpengaruh terhadap niat

melakukan penyelewengan pajak. Hal ini dibuktikan dengan

nilai uji statistik t yang diperoleh nilai signifikansi sebesar

0.853 yang lebih besar dari probabilitas 0.05 dengan nilai

unstandardized coefficients sebesar 0.025. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa H5 tidak diterima.

Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa

meningkatkan kepercayaan terhadap pemerintah dalam hal

ini fiskus akan menurunkan penggelapan pajak seperti

asumsi theory of planned behavior. Bukti-bukti menunjukkan

bahwa penggelapan pajak yang dilakukan, lebih banyak

disebabkan karena masalah moral. Moral seseoranglah yang

sangat mempengaruhi kepatuhan pajak untuk berperilaku

patuh atau melakukan penyelewengan pajak (Basri, 2013).


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Wika (2018) bahwa trust to government tidak

berpengaruh terhadap penggelapan pajak. Selain itu,

penelitian ini juga sejalan dengan Awaludin (2021) yang

mengatakan bahwa kepercayaan kepada otoritas pemerintah

tidak berpengaruh terhadap penggelapan pajak, karena moral

wajib pajak yang mempengaruhi kepatuhan pajak. Artinya

percaya atau tidaknya wajib pajak kepada pemerintah tidak

akan mempengaruhi niat wajib pajak terhadap tindakan

penggelapan pajak.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa aktif program studi

akuntansi angkatan 2018 dan 2019 di Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa Yogyakarta sebanyak 82 responden. Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa

pemahaman tri pantangan Tamansiswa dan sikap moral berpengaruh

negatif terhadap niat melakukan penyelewengan pajak. Persepsi

tindakan korupsi berpengaruh positif terhadap niat melakukan

penyelewengan pajak. Gender dan tingkat kepercayaan tidak

berpengaruh terhadap niat melakukan penyelewengan pajak.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna

bagi wajib pajak khususnya mahasiswa Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa sebagai calon wajib pajak dimasa mendatang. Penelitian


ini mendapatkan hasil bahwa dengan pemahaman tri pantangan

Tamansiswa yang didapatkan di bangku kuliah mampu menurunkan

niat melakukan penyelewengan pajak dan sikap moral juga mampu

menurunkan niat melakukan penyelewengan pajak. Oleh karena itu,

diharapkan ajaran tri pantangan Tamansiswa ini dapat

diimplementasikan dan diterapkan ketika mahasiswa menjadi wajib

pajak dimasa mendatang.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong dan

memotivasi mahasiswa sebagai wajib pajak dimasa mendatang untuk

lebih meningkatkan kejujuran, kepatuhan dan mentaati peraturan yang

telah ditetapkan agar terhindar dari niat melakukan penyelewengan

pajak. Selain itu, penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada

Direktorat Jenderal Pajak serta pemerintah dalam hal ini fiskus untuk

lebih meningkatkan sosialisasi tentang pemahaman kepada wajib pajak

terhadap aturan pelaksanaan kewajiban perpajakan dan menyusun

kebijakan-kebijakan yang tepat guna menekan serendah mungkin

praktik penyelewengan pajak. Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak

dapat meningkatkan kepercayaan kepada wajib pajak bahwa pajak yang

mereka bayarkan benar-benar digunakan untuk kepentingan bersama

dan tidak dikorupsi, agar wajib pajak tidak memiliki niat melakukan

penyelewengan pajak sehingga patuh untuk membayar pajak.

5.3 Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen yaitu

pemahamn tri pantangan Tamansiswa, gender, sikap moral, persepsi

tindakan korupsi dan tingkat kepercayaan yang dapat mempengaruhi

niat melakukan penyelewengan pajak.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada mahasiswa aktif program studi

akuntansi angkatan 2018 dan 2019 di Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa Yogyakarta.

3. Penelitian ini menggunakan google formulir, dimana peneliti tidak

dapat mengontrol jawaban responden sehingga bisa saja saat

pengisian kuesioner responden tidak dapat berkonsentrasi penuh dan

memungkinkan terjadinya perbedaan penafsiran saat mengisi

kuesioner.

4. Penelitian ini dilakukan ketika pandemi Covid-19, sehingga

penyebaran kuesioner tidak dapat dilakukan secara langsung.

5.4 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan

peneliti kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa sebagai calon wajib pajak di masa mendatang

diharapkan untuk terhindar dari niat melakukan penyelewengan

pajak yang tentunya akan merugikan diri sendiri, negara dan

pembangunan nasional dengan menerapkan ajaran tri pantangan


Tamansiswa yang telah didapatkan selama kuliah di Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa.

2. Direktorat Jenderal Pajak diharapkan dapat meningkatkan

kepercayaan wajib pajak bahwa pajak yang mereka bayarkan benar-

benar digunakan untuk kepentingan bersama dan tidak dikorupsi,

agar wajib pajak tidak memiliki niat untuk melakukan

penyelewengan pajak sehingga patuh untuk membayar pajak.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel

independen dalam penelitian mengenai niat melakukan

penyelewengan pajak, misalnya pengetahuan pajak dan keadilan.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperbanyak jumlah

sampel dan memperluas jangkauan penelitian sehingga hasilnya

lebih dapat digeneralisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, H. (2021, March 11). Reformasi Tata Kelola Pajak, Ekonom :


Revolusi Digital Harus Jadi Fokus Utama. Bisnis.Com.
Alfada, A. (2019). The destructive effect of corruption on economic growth
in Indonesia: A threshold model. Heliyon, 5(10), e02649.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e02649
Ardian, N., Surya, R., & Silfi, A. (2017). Pengaruh Kecerdasan Spiritual,
Kinerja Pelayanan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus, Ketegasan
Sanksi Perpajakan, Penyelewengan Pajak, Dan Persepsi Kewajiban
Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakan. In Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Riau (Vol. 4, Issue 1).
Awaludin, A. (2021). Pengaruh Machiavellian, Teknologi Informasi
Perpajakan, Ketepatan Pengalokasian Dana Pajak, Kepercayaan
Kepada Pemerintah dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Persepsi
Etika Penggelapan Pajak.
Basri, Y. M. (2013). Kepercayaan dan Kekuasaan dalam Otoritas
Pemerintah Sebagai Determinan Tingkat Kepatuhan Pajak dan
Penggelapan Pajak : Pengujian Asumsi Kerangka Slippery Slope. 1–
31.
Basri, Y. M. (2015). Pengaruh Gender, Religiusitas Dan Sikap Love of
Money Pada Persepsi Etika Penggelapan Pajak Mahasiswa Akuntasi.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 10(1), 45–54.
Batrancea, L., Nichita, A., Olsen, J., Kogler, C., Kirchler, E., Hoelzl, E.,
Weiss, A., Torgler, B., Fooken, J., Fuller, J., Schaffner, M., Banuri, S.,
Hassanein, M., Alarcón-García, G., Aldemir, C., Apostol, O., Bank
Weinberg, D., Batrancea, I., Belianin, A., … Zukauskas, S. (2019).
Trust and power as determinants of tax compliance across 44 nations.
Journal of Economic Psychology, 74(July), 102191.
https://doi.org/10.1016/j.joep.2019.102191
Boentarsono. (2018). Buku Saku Tamansiswa (6th ed.). Aditya Media.
Bruner, D. M., D’Attoma, J., & Steinmo, S. (2017). The role of gender in
the provision of public goods through tax compliance. Journal of
Behavioral and Experimental Economics , 71, 45–55.
https://doi.org/10.1016/j.socec.2017.09.001
Budiarti, K. M., & Sukartha, P. D. Y. (2015). Faktor Eksternal dan Internal
yang Memengaruhi Motivasi dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.
E-Jurnal Akuntasi Universitas Udayana, 11(1), 29–43.
Burhanuddin, A. M. (2017). Anti-Corruption Education Based On Tradic
Center Education. Internstionsl Conference on Education and Science
(ICONS), Icons, 87–90.
Dhanayanti, K. M. (2017). Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak Dan Keadilan Sistem Perpajakan Pada Kepatuhan
Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 20(2), 1504–1533.
https://doi.org/10.24843/EJA.2017.v20.i02.p23
Dharma, L. (2016). Pengaruh Gender, Pemahaman Perpajakan dan
Religiusitas Terhadap Persepsi Penggelapan Pajak. Jurnal Online
MahasiswaFakultas Ekonomi, 3(JOM Fekon), 1–13.
Faizal, S. M., Palil, M. R., Maelah, R., & Ramli, R. (2017). Perception on
justice, trust and tax compliance behavior in Malaysia. Kasetsart
Journal of Social Sciences, 38(3), 226–232.
https://doi.org/10.1016/j.kjss.2016.10.003
Fitriani, I. (2019). Pengaruh Sanski Pajak, Sistem Pelayanan, Tax Amnesty
dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap
Peyelewengan Perpajakan.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 25 (IX). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Habibie, A. (2017). Pengaruh Moral Wajib Pajak, Sikap Wajib Pajak dan
Norma Subjektif terhadap Kepatuhan Pajak melalui Pemahaman
Akuntansi. 5(2), 80–96. https://doi.org/10.31227/osf.io/3h48e
Hartono, J. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis (Kelima). BPFE-
Yogyakarta.
Indrawati, S. M. (2020). APBN 2020.
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020
Irawan. (2020). Pengaruh Persepsi Korupsi Pajak Dan Persepsi Keadilan
Sistem Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dengan Kepercayaan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Aplikasi
Manajemen, 6(2017), 1–11.
Irawan, C. (2013). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan
Perpajakan, Penyelewengan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Atas
Kinerja Pelayanan Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam
Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Riau, 3.
https://www.yumpu.com/id/document/read/12318014/jurnal-candra-
irawan-pdf-repository-university-of-riau-
Jarboui, A., Kachouri Ben Saad, M., & Riguen, R. (2020). Tax avoidance:
do board gender diversity and sustainability performance make a
difference? Journal of Financial Crime, 27(4), 1389–1408.
https://doi.org/10.1108/JFC-09-2019-0122
Kamela, H. (2020). Pengaruh Faktor-Faktor Theory Planned Of Behaviour
( TPB ) Terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak : Studi Kasus KPP
Palembang Ilir Barat. 5(2), 201–209.
Kanagaretnam, K., Lee, J., Lim, C. Y., & Lobo, G. (2018). Societal trust
and corporate tax avoidance. Review of Accounting Studies, 23(4),
1588–1628. https://doi.org/10.1007/s11142-018-9466-y
Kogler, C., Batrancea, L., Nichita, A., Pantya, J., Belianin, A., & Kirchler,
E. (2013). Trust and power as determinants of tax compliance: Testing
the assumptions of the slippery slope framework in Austria, Hungary,
Romania and Russia. Journal of Economic Psychology, 34, 169–180.
https://doi.org/10.1016/j.joep.2012.09.010
Lestari, S. (2012). Pemikiran Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Jurnal Kewirausahaan & Bisnis, 10, 67.
Litina, A. (2016). Corruption, tax evasion and social values. Journal of
Economic Behavior and Organization, 124, 164–177.
https://doi.org/10.1016/j.jebo.2015.09.017
Muis, A. A. (2019). Studi Komparatif Tentang Sikap Dan Perilaku Moral
Antara Siswa Madrasah Ibtidaiyah Dan Sekolah Dasar. Jurnal Al-
Ibrah, VIII. http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/ibrah/article/view/20
Mujiyati, M., Rohmawati, F. R., & Ririn, W. H. (2018). Determinan
Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Riset
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 3(1), 1–12.
https://doi.org/10.23917/reaksi.v3i1.5551
Ningrum, A. K., Suprapti, E., & Hidayat Anwar, A. S. (2018). Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tax
Avoidance Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016). BALANCE: Economic, Business, Management and
Accounting Journal, 15(01). https://doi.org/10.30651/blc.v15i01.1260
Nurachmi, D. A. (2020). Pengaruh gender , religiusitas dan sikap love of
money terhadap persepsi etika penggelapan pajak. 400(1).
Nurkholis, N., Dularif, M., & Rustiarini, N. W. (2020). Tax evasion and
service-trust paradigm: A meta-analysis. Cogent Business and
Management, 7(1). https://doi.org/10.1080/23311975.2020.1827699
Pratama, P. A. S., Musmini, L. S., & Wahyuni, M. A. (2020). Pengaruh
Money Ethics, Etika Wajib Pajak, Religiusitas Instrinsik dan Ekstrinsik
dan Tax Morale Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Tax Evasion
( Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Singaraja ).
JIMAT Universitas Pendidikan Ganesha, 11(1), hlm: 44-55, ISSN:
2614-1930.
Prihatni, Y. dan T. D. (2020). Ketamansiswaan.
Resmi, S. (2019). PERPAJAKAN Teori & Kasus (11th ed.). Salemba Empat.
Rid. (2017, March 11). Kasus Dugaan Penyelewengan Pajak Dilimpahkan
ke Pengadilan Negeri Sleman. TribunJogja.Com.
https://jogja.tribunnews.com.amp/2017/11/30/kasus-dugaan-
penyelewengan-pajak-dilimpahkan-ke-pengadilan-negeri-sleman
Robbins, B. (2020). State coercion, moral attitudes, and tax compliance:
Evidence from a national factorial survey experiment of income tax
evasion. Social Science Research, 91(July).
https://doi.org/10.1016/j.ssresearch.2020.102448
Samroh. (2019). Analisis Pengaruh Religiusitas dan Gender Trhadap
Persepsi Etis Akuntan Publik dengan Love of Money Sebagai Variabel
Intervening. Skripsi Akuntansi Syariah, 8(5), 19–22.
Saputra, W., & Andi. (2014). Pengaruh Kepercayaan, Moral Dan Kekuasaan
Pemerintah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pajak Dan Penggelapan
Pajak Pada Kpp Pratama Kebon Jeruk Dua. Jurnal Ilmiah Niagara,
8(1), 1–12.
Sidanti, H., & Hatmawan, A. A. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Niat
Ketidakpatuhan Dalam Membayar Pajak Dengan Pendekatan Theory
Of Planned Behavior (TPB). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat UNIPMA, 1(1), 165–176.
Sitardja, M., & Waluyo, W. (2020). Pengaruh Trust Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Ekonomi : Journal of Economic, 11(2).
https://doi.org/10.47007/jeko.v11i2.3303
Sofha, D., & Utomo, D. (2018). Keterkaitan religiusitas , gender , lom dan
persepsi etika penggelapan pajak. Jurnal Ilmu Manajemen Dan
Akuntansi Terapan (JIMAT), 9(2), 43–61.
Stankevicius, E., & Leonas, L. (2015). Hybrid Approach Model for
Prevention of Tax Evasion and Fraud. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 213, 383–389.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.555
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitaif (Cetakan Ke). Alfabeta.
Supratiknya. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam
Psikologi.
Ulfa, A. (2015). Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan,
Teknologi dan Informasi Perpajakan dan Kepercayaan pada Otoritas
Pemerintahan Terhadap Penggelapan Pajak. 2, 1–15.
Utama, M. S. (2015). Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak Kementrian
Keuangan.
Utami, H. N. (2016). Pengaruh Persepsi Korupsi Pajak dan Kualitas
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Batu).
10(1), 1–8.
Wibisono, A. F. (2017). Analisis Persepsi Korupsi Pajak Dan Iklim
Organisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan.
Jurnal Riset Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha
Program Magister Manajemen, 4(2), 169–180.
https://doi.org/10.32477/jrm.v4i2.257
Wijaya, M. M. (2020). Sosialisasi Penanaman Mindset Pendidikan Anti
Korupsi Pada Anak Usia Dini Berdasarkan Peraturan Walikota Bogor
No. 28 Tahun 2019 Tentang Penyelengaraan Pendidikan Anti Korupsi.
Pakuan Law Review, 6(2), 123–146.
Wijayanti, D. (2018). Pendidikan Anti Korupsi Dalam Perspektif Ajaran Ki
Hadjar Dewantara. Jurnal PPKn, 6(1), 100–111.
Wika, D. I. (2018). Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Pengaruh
Keadilan, Sistem Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan Trust To
Goverment Terhadap Tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Jom
Feb, 1(28), 1–15.
Wiryapranoto, S. dkk. (2017). Ki Hajar Dewantara (D. Marihandono (ed.)).
Museum Kebangkitan Nasional Direktur Jenderal Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Yamin, L. (2009). Model Penyelewengan Pajak Menggunakan Faktur
Pajak Fiktif. 16, 1–7.
Yuliana, A., & Puspitosari, I. (2021). Ex Ante Ethical Perceptions Of
Individual Taxpayers Regarding Tax Evasion. Social Science Studies,
1(1), 001–012. https://doi.org/10.47153/sss11.1772021
Yurika, C. H. (2016). Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan,
Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi Sistem
Perpajakan dan Tax Morale Terhadap Tax Evasion. 05(02), 170–188.
Zirman. (2015). Pengaruh Penegakan Hukum Dan Gender Terhadap
Penggelapan Pajak Dimediasi Oleh Moral Pajak. Akuntabilitas, 8(2),
133–147. https://doi.org/10.15408/akt.v8i2.2768
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Yth. Bapak/Ibu/Saudara Responden
Saya Danis Tri Hastuti Istiani (2018017158) Mahasiswi Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta sedang melakukan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa, Gender, Sikap Moral, Persepsi
Tindakan Korupsi dan Tingkat Kepercayaan Terhadap Niat Melakukan
Penyelewengan Pajak (Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi
UST)”, sehingga untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaannya untuk
mengisi kuesioner berikut ini :
Karakteristik Responden
Berikan tanda () sesuai dengan data diri anda :
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Usia : 19 20 21
22 23
Lainnya

Program Studi : Akuntansi


Angkatan : 2018 2019
Ketamansiswaan 1 atau
Ketamansiswaan 2 atau : Sudah Menempuh Belum
Menempuh
Yang serupa

Seluruh informasi yang Bapak/Ibu/Sdr berikan hanya untuk


kepentingan akademik dan akan dijaga kerahasiannya. Saya ucapkan
terimakasih atas partisipasinya.
Hormat saya,

Danis Tri Hastuti Istiani


Data Penelitian
Bapak/Ibu/Sdr dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda () pada
kotak sesuai dengan apa yang Anda alami, dengan petunjuk sebagai
berikut :
STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju
N = Netral
Catatan : Tidak ada jawaban salah. Jawaban apapun yang diberikan tidak
akan mempengaruhi apapun terhadap Bapak/Ibu/Saudara/i karena jawaban
tersebut semata-mata digunakan untuk penelitian.
A. PEMAHAMAN TRI PANTANGAN TAMANSISWA
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya terdorong memanfaatkan orang
lain untuk kepentingan pribadi saya.
2. Saya bersikap amanah dalam
pekerjaan.
3. Saya akan menerapkan kejujuran, agar
tidak menyalahgunakan keuangan.
4. Kejujuran membuat saya tertekan.
5. Saya memiliki niat untuk melakukan
tindakan korupsi.
6. Sebagai wajib pajak, saya terdorong
untuk mematuhi norma dan
berperilaku jujur.
7. Saya setuju ketika orang melanggar
peraturan akan diberi sanksi.
Sumber : Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa (Lestari, 2012)

B. SIKAP MORAL
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Tidak membayar pajak merupakan
tindakan yang melanggar etika.
2. Patuh dengan hak dan kewajiban
perpajakan merupakan tindakan yang
tidak melanggar etika.
3. Ada perasaan bersalah dalam diri saya
jika melakukan penyelewengan pajak.
4. Ada perasaan bersalah dalam diri saya
jika tidak membayar pajak.
5. Saya melanggar prinsip hidup jika
tidak memenuhi kewajiban
perpajakan.
6. Ketika saya menjadi wajib pajak, saya
akan membayar pajak tepat waktu.
7. Saya berniat untuk menyalahi prosedur
dalam peraturan perpajakan.
8. Jika saya menjadi wajib pajak, saya
akan melaporkan pajak dengan benar.
Sumber : Sikap Moral (Habibie, 2017)

C. PERSEPSI TINDAKAN KORUPSI


No Pernyataan STS TS N S SS
1. Tindakan korupsi adalah perbuatan
yang melanggar hukum
2. Saya mengetahui bahwa tindakan
korupsi adalah perbuatan yang salah
3. Saya merasa hukuman bagi koruptor di
Indonesia sudah berat
4. Kurangnya kesadaran menjadi
pendorong untuk melakukan korupsi.
5. Hukuman yang berat pantas bagi
pelaku korupsi pajak.
6. Jika melakukan korupsi pajak, pantas
diberi sanksi pajak.
7. Pemberantasan tindak pidana korupsi
perlu ditingkatkan.
Sumber : Persepsi Tindakan Korupsi (Utami, 2016)

D. TINGKAT KEPERCAYAAN
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya merasa timbal balik pemerintah
dari pajak sudah dialokasikan secara
adil.
2. Saya merasa struktur tarif pajak yang
berlaku sudah adil sehingga saya patuh
membayar pajak.
3. Saya percaya dengan pengalokasian
pajak yang digunakan untuk
kepentingan rakyat.
4. Saya percaya dengan pengalokasian
pajak yang digunakan untuk
pembangunan.
5. Saya percaya dengan sistem
pemerintah dalam perpajakan.
6. Saya percaya dengan hukum yang
ditetapkan dalam perpajakan.
Sumber : Tingkat Kepercayaan (Basri, 2013)

E. NIAT MELAKUKAN PENYELEWENGAN PAJAK


No Pernyataan STS TS N S SS
1. Informasi mengenai tindakan
penyelewengan pajak dapat dijumpai
dimana saja.
2. Saya mengetahui bahwa tindakan
penyelewengan pajak benar-benar
terjadi.
3. Hukum yang lemah menjadi penyebab
adanya penyelewengan pajak
4. Pengetahuan mengenai
penyelewengan pajak penting untuk
diketahui.
5. Pengetahuan mengenai
penyelewengan pajak tidak penting
untuk diketahui.
6. Saya tidak berniat melakukan
penyelewengan pajak.
7. Saya berniat untuk melakukan
penyelewengan pajak.
8. Penyelewengan pajak merupakan
tindakan yang melanggar hukum.
9. Saya akan melakukan penyelewengan
pajak apabila hukum yang ada lemah.
10. Saya sadar bahwa melakukan
penyelewengan pajak akan merugikan
negara.
11. Saya sadar bahwa melakukan
penyelewengan pajak akan
menghambat pembangunan nasional.
Sumber : Niat Melakukan Penyelewengan Pajak (Irawan, 2013)
LAMPIRAN 2 : DATA PENELITIAN
1. Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa (X1)
Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa (X1)
No PTPT. PTPT. PTPT. PTPT. Total.PTP
PTPT.3 PTPT.6 PTPT.7
1 2 4 5 T
1 4 4 4 4 4 4 4 28
2 5 4 4 5 5 5 5 33
3 4 4 4 4 5 4 4 29
4 5 5 5 5 5 4 4 33
5 2 4 4 4 4 4 5 27
6 4 4 4 4 5 4 4 29
7 4 4 5 5 5 5 4 32
8 5 5 5 5 5 5 5 35
9 4 4 4 2 4 4 5 27
10 4 4 1 5 5 4 5 28
11 4 4 4 4 4 5 2 27
12 5 5 5 4 3 5 4 31
13 1 1 3 3 3 3 3 17
14 5 5 5 5 5 5 5 35
15 5 5 5 5 5 5 5 35
16 4 5 5 4 5 5 5 33
17 4 4 4 4 5 4 5 30
18 5 5 5 4 5 5 5 34
19 4 5 4 3 4 4 4 28
20 5 4 5 5 5 4 5 33
21 4 4 5 5 5 5 5 33
22 4 4 5 5 5 5 5 33
23 4 4 4 4 5 4 4 29
24 5 5 5 4 5 4 4 32
25 4 4 5 4 4 5 5 31
26 4 4 4 4 4 4 4 28
27 4 4 4 4 4 4 2 26
28 4 5 5 5 5 5 5 34
29 5 5 5 4 5 5 5 34
30 5 5 5 4 5 5 1 30
31 5 4 1 5 5 5 4 29
32 2 4 4 4 4 4 5 27
33 4 4 5 4 4 5 5 31
34 4 4 4 3 5 4 5 29
35 4 4 5 5 5 5 4 32
36 4 4 4 4 4 4 4 28
37 4 4 5 4 5 5 5 32
38 4 5 5 5 5 5 1 30
39 5 4 5 4 5 5 5 33
40 4 4 5 4 4 4 4 29
41 4 4 4 4 4 4 4 28
42 4 5 4 5 5 4 4 31
43 4 3 4 3 4 4 2 24
44 2 4 5 2 2 5 4 24
45 5 5 5 5 5 5 5 35
46 5 4 4 4 5 4 4 30
47 5 5 5 5 5 5 5 35
48 5 4 4 4 5 4 4 30
49 4 4 4 4 4 4 4 28
50 4 4 4 4 4 4 4 28
51 2 4 4 2 4 4 4 24
52 2 4 4 4 4 4 5 27
53 4 5 5 5 5 5 5 34
54 4 4 5 4 4 4 4 29
55 5 4 4 4 5 4 4 30
56 5 4 5 5 5 4 5 33
57 5 5 5 5 5 5 5 35
58 4 5 5 4 5 5 5 33
59 4 4 4 4 5 4 5 30
60 5 5 5 4 5 5 5 34
61 4 4 4 4 4 4 4 28
62 4 4 4 4 4 4 4 28
63 4 4 4 5 5 4 4 30
64 2 4 4 4 5 4 4 27
65 3 4 4 4 4 4 4 27
66 4 4 5 4 4 4 4 29
67 5 4 5 5 5 5 4 33
68 4 4 4 4 4 4 4 28
69 4 5 5 4 5 5 4 32
70 4 4 5 4 5 4 4 30
71 5 4 5 4 5 5 5 33
72 4 4 4 4 4 4 4 28
73 4 3 5 5 5 5 5 32
74 5 4 5 4 5 5 4 32
75 5 5 5 4 4 5 4 32
76 4 4 4 4 5 4 4 29
77 5 5 5 4 5 4 4 32
78 4 4 5 4 4 5 5 31
79 4 4 4 4 4 4 4 28
80 4 5 5 5 5 5 5 34
81 5 5 5 5 5 5 5 35
82 4 4 4 2 4 4 5 27

2. Gender (X2)
N Gender (X2)
o G Total.G
1 1 1
2 1 1
3 1 1
4 1 1
5 1 1
6 1 1
7 1 1
8 1 1
9 1 1
10 1 1
11 1 1
12 0 0
13 0 0
14 0 0
15 1 1
16 1 1
17 1 1
18 0 0
19 0 0
20 0 0
21 0 0
22 0 0
23 1 1
24 1 1
25 1 1
26 1 1
27 1 1
28 1 1
29 1 1
30 1 1
31 0 0
32 1 1
33 0 0
34 1 1
35 1 1
36 1 1
37 1 1
38 0 0
39 1 1
40 1 1
41 1 1
42 1 1
43 1 1
44 0 0
45 1 1
46 1 1
47 1 1
48 1 1
49 1 1
50 1 1
51 1 1
52 1 1
53 1 1
54 1 1
55 1 1
56 1 1
57 1 1
58 1 1
59 1 1
60 0 0
61 1 1
62 1 1
63 1 1
64 1 1
65 1 1
66 0 0
67 1 1
68 0 0
69 1 1
70 1 1
71 1 1
72 1 1
73 1 1
74 1 1
75 1 1
76 1 1
77 1 1
78 1 1
79 1 1
80 1 1
81 1 1
82 1 1
3. Sikap Moral (X3)
Sikap Moral (X3)
No
SM.1 SM.2 SM.3 SM.4 SM.5 SM.6 SM.7 SM.8 Total.SM
1 3 3 3 3 3 3 3 3 24
2 3 3 3 3 3 3 3 3 24
3 3 3 3 3 3 3 3 3 24
4 3 3 5 3 3 3 3 3 26
5 2 4 4 2 2 4 4 4 26
6 2 2 4 4 2 4 4 4 26
7 3 5 4 4 3 5 4 4 32
8 5 5 5 3 5 5 5 5 38
9 4 4 4 4 2 4 2 4 28
10 4 5 5 3 5 4 5 5 36
11 5 3 4 3 2 5 4 5 31
12 3 5 3 3 3 3 3 3 26
13 3 5 3 3 3 3 3 3 26
14 5 5 4 4 2 4 4 4 32
15 4 2 5 3 5 5 5 5 34
16 4 4 4 4 4 4 4 4 32
17 4 4 4 4 4 4 5 5 34
18 5 5 5 4 4 5 5 5 38
19 3 3 3 3 3 3 3 3 24
20 5 1 3 3 3 3 2 5 25
21 3 3 3 3 3 5 5 5 30
22 3 2 3 3 3 3 3 3 23
23 3 3 3 3 3 3 3 5 26
24 4 4 5 4 4 4 4 4 33
25 4 4 5 4 4 4 4 5 34
26 4 4 4 4 2 4 4 4 30
27 4 4 4 4 4 4 4 4 32
28 4 4 5 4 5 4 5 5 36
29 4 4 4 4 3 4 5 5 33
30 4 5 5 3 4 5 5 5 36
31 3 3 3 5 5 3 3 3 28
32 4 3 4 4 3 3 3 3 27
33 4 4 3 4 4 4 4 4 31
34 3 4 4 4 3 4 4 4 30
35 4 2 4 4 4 4 3 4 29
36 4 4 4 4 4 4 4 4 32
37 5 4 4 3 4 5 4 5 34
38 5 5 5 3 5 4 4 4 35
39 3 3 3 3 3 3 3 3 24
40 3 3 5 3 3 3 3 3 26
41 3 3 3 3 3 3 3 3 24
42 3 3 3 3 3 3 3 5 26
43 3 3 3 3 3 3 3 3 24
44 3 5 3 3 3 3 2 5 27
45 3 3 5 3 3 5 5 5 32
46 3 3 3 3 3 3 3 3 24
47 5 5 5 3 5 5 5 5 38
48 4 4 4 4 3 4 4 4 31
49 4 4 4 4 4 4 4 4 32
50 4 4 4 4 3 4 5 4 32
51 3 4 3 3 3 4 4 4 28
52 4 5 5 3 5 4 4 5 35
53 5 5 5 3 5 5 5 5 38
54 4 4 4 4 2 4 4 4 30
55 4 4 4 4 4 4 4 4 32
56 4 4 5 4 4 4 4 4 33
57 4 2 5 3 5 5 5 5 34
58 4 4 4 4 4 4 4 4 32
59 4 4 4 4 4 4 5 5 34
60 5 5 5 4 4 5 5 5 38
61 4 4 4 4 3 4 4 4 31
62 4 4 4 4 4 4 4 4 32
63 4 4 4 4 4 4 4 4 32
64 4 4 4 4 4 4 4 4 32
65 4 4 4 4 4 4 4 4 32
66 4 4 5 4 4 4 4 4 33
67 4 4 4 4 3 5 4 5 33
68 4 4 4 4 4 4 4 4 32
69 4 4 4 4 4 5 4 5 34
70 4 4 4 4 4 4 4 4 32
71 4 4 4 4 4 4 4 4 32
72 4 3 4 3 3 4 4 4 29
73 4 3 4 4 2 5 4 5 31
74 4 4 4 4 2 5 4 4 31
75 4 4 4 4 4 4 4 4 32
76 4 3 3 3 3 3 4 5 28
77 4 4 5 4 4 4 4 4 33
78 4 4 5 4 4 4 4 5 34
79 4 4 4 4 2 4 4 4 30
80 4 4 5 4 5 4 5 5 36
81 5 5 5 3 5 5 5 5 38
82 4 4 4 4 5 4 5 4 34
4. Persepsi Tindakan Korupsi (X4)
Persepsi Tindakan Korupsi (X4)
N
o PTK. PTK. PTK. PTK. PTK. Total.PT
PTK.6 PTK.7
1 2 3 4 5 K
1 4 3 3 3 3 3 3 22
2 4 4 4 4 3 3 3 25
3 4 4 3 4 4 2 4 25
4 4 3 4 4 3 4 4 26
5 4 3 3 2 4 2 4 22
6 4 4 4 2 4 4 4 26
7 4 4 2 4 4 4 2 24
8 3 2 1 3 3 3 3 18
9 4 4 4 4 3 4 2 25
10 3 3 3 3 3 4 4 23
11 2 4 4 2 4 2 2 20
12 3 4 4 3 4 3 3 24
13 3 3 3 3 3 3 3 21
14 3 3 3 5 3 3 5 25
15 3 4 4 4 4 3 4 26
16 5 4 4 4 3 3 3 26
17 3 4 4 3 4 3 3 24
18 4 4 4 3 3 4 4 26
19 4 3 4 3 3 3 3 23
20 2 2 4 4 2 2 2 18
21 2 2 2 2 2 2 2 14
22 3 3 3 3 2 2 2 18
23 4 4 3 4 3 3 4 25
24 3 3 4 4 3 4 4 25
25 2 4 4 4 3 4 2 23
26 4 4 4 4 4 4 4 28
27 4 4 4 4 4 4 4 28
28 2 2 4 4 4 3 2 21
29 4 2 4 2 2 4 5 23
30 3 4 3 4 3 4 4 25
31 3 4 4 3 3 4 3 24
32 3 4 3 3 3 3 3 22
33 3 3 4 4 4 4 4 26
34 4 4 4 4 3 3 3 25
35 4 4 4 4 5 4 2 27
36 4 4 3 2 4 4 4 25
37 4 3 4 4 3 4 4 26
38 2 2 3 3 2 3 2 17
39 3 3 3 4 3 3 2 21
40 2 3 4 3 4 4 4 24
41 3 3 3 3 3 3 4 22
42 5 4 2 4 4 4 4 27
43 4 4 2 4 4 4 5 27
44 5 2 5 4 2 2 2 22
45 3 3 3 2 2 2 2 17
46 4 3 3 3 4 3 3 23
47 4 2 2 3 3 3 3 20
48 4 4 2 4 4 4 4 26
49 4 4 4 2 4 4 4 26
50 4 4 4 4 4 4 5 29
51 4 4 5 3 4 4 3 27
52 4 5 5 4 4 4 4 30
53 5 4 4 4 2 5 5 29
54 5 4 4 4 4 4 5 30
55 4 4 4 4 4 4 4 28
56 5 4 5 5 4 2 2 27
57 5 2 2 5 4 5 5 28
58 5 3 3 4 5 5 5 30
59 4 3 5 5 4 3 3 27
60 5 2 5 5 4 5 2 28
61 4 4 4 4 4 4 4 28
62 4 4 4 4 4 4 4 28
63 4 3 3 4 4 4 4 26
64 5 3 3 3 3 4 5 26
65 4 4 4 4 4 4 4 28
66 4 4 3 4 5 5 5 30
67 3 3 3 3 3 4 4 23
68 4 4 4 4 4 4 4 28
69 5 3 5 4 5 4 5 31
70 4 4 3 4 4 4 5 28
71 4 4 4 4 3 5 4 28
72 4 4 3 3 2 2 3 21
73 4 3 2 4 2 2 4 21
74 3 3 3 4 3 5 4 25
75 4 3 2 4 2 2 4 21
76 4 4 2 4 4 4 4 26
77 4 4 4 5 4 4 4 29
78 3 3 2 3 3 3 3 20
79 4 4 4 4 4 4 4 28
80 5 3 4 4 5 4 5 30
81 5 3 5 4 5 4 5 31
82 4 4 4 4 5 4 5 30
5. Tingkat Kepercayaan (X5)
Tingkat Kepercayaan (X5)
N
o TK. TK. TK. TK. TK. TK. Total.T
1 2 3 4 5 6 K
1 3 4 5 3 4 4 23
2 5 5 5 3 4 4 26
3 5 5 5 4 3 4 26
4 4 3 3 3 3 4 20
5 3 3 4 4 4 4 22
6 4 3 3 4 4 4 22
7 3 4 3 3 4 4 21
8 3 5 3 3 3 3 20
9 5 5 5 5 4 3 27
10 3 3 3 4 4 4 21
11 4 4 4 3 3 3 21
12 3 4 4 3 4 4 22
13 3 3 3 4 3 3 19
14 4 4 4 3 3 4 22
15 3 3 3 3 3 5 20
16 4 4 4 3 3 3 21
17 3 3 3 3 3 3 18
18 2 2 3 3 4 4 18
19 3 4 4 4 3 4 22
20 4 4 4 3 3 3 21
21 3 3 3 4 4 4 21
22 3 4 3 3 4 4 21
23 3 3 3 3 3 3 18
24 3 3 4 4 4 4 22
25 4 4 3 3 3 4 21
26 3 4 4 3 4 4 22
27 3 3 3 3 3 3 18
28 3 3 4 4 4 4 22
29 3 3 3 3 4 4 20
30 3 3 3 3 4 4 20
31 3 3 3 3 3 3 18
32 3 3 3 3 3 3 18
33 3 4 3 4 4 3 21
34 3 3 3 3 3 3 18
35 2 2 3 3 2 3 15
36 4 4 4 4 3 3 22
37 4 4 4 3 3 3 21
38 4 3 4 3 3 3 20
39 3 3 3 3 4 4 20
40 4 4 3 3 3 3 20
41 4 4 3 3 3 3 20
42 3 4 4 3 3 3 20
43 3 3 3 3 3 3 18
44 4 3 3 5 4 5 24
45 4 4 4 3 3 5 23
46 3 4 4 4 4 4 23
47 2 3 3 3 3 4 18
48 4 4 4 3 3 4 22
49 3 3 4 4 4 4 22
50 3 4 4 4 4 4 23
51 2 3 3 3 3 4 18
52 4 4 4 3 4 4 23
53 3 4 4 3 4 4 22
54 4 4 3 4 4 4 23
55 4 4 3 4 4 4 23
56 3 4 4 4 4 4 23
57 3 4 5 3 3 5 23
58 4 4 4 4 4 4 24
59 3 3 3 3 3 3 18
60 2 3 3 3 3 4 18
61 3 3 4 4 3 4 21
62 4 4 4 4 4 4 24
63 3 3 4 3 3 3 19
64 3 4 3 3 3 4 20
65 3 3 4 4 4 4 22
66 3 4 4 4 4 5 24
67 4 4 4 4 4 3 23
68 4 4 4 3 3 4 22
69 3 4 4 4 4 4 23
70 4 4 3 3 4 4 22
71 3 3 3 3 3 3 18
72 3 4 3 3 4 4 21
73 3 4 4 4 3 4 22
74 3 4 4 4 4 4 23
75 3 4 3 3 4 4 21
76 3 3 3 3 3 3 18
77 3 4 3 4 3 4 21
78 4 4 3 4 3 3 21
79 3 3 3 5 4 3 21
80 3 3 4 4 4 4 22
81 3 5 3 3 3 3 20
82 2 2 2 2 2 2 12

6. Niat Melakukan Penyelewengan Pajak (Y)


Niat Melakukan Penyelewengan Pajak (Y)
No NMP NMP NMP NMP NMP NMP NMP NMP NMP NMP NMP Total
P P P P P P P P P P P NMP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 P
1 4 4 4 4 5 3 3 4 3 4 4 42
2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 37
3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 39
4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 36
5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 39
6 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 42
7 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 38
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 34
9 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
1
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 35
0
1
4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 40
1
1
4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 39
2
1
3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 36
3
1
2 3 4 3 2 3 3 3 4 3 5 35
4
1
4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 39
5
1
4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 36
6
1
3 4 4 4 5 3 3 4 2 4 4 40
7
1
3 4 3 3 5 3 3 3 4 3 3 37
8
1
4 4 3 3 5 4 4 4 4 3 4 42
9
2
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
0
2
2 4 3 4 5 2 4 3 4 3 3 37
1
2
3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 38
2
2
3 4 4 4 5 4 3 4 3 4 3 41
3
2
4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 39
4
2
4 4 3 3 5 3 4 3 4 3 3 39
5
2
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 41
6
2
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
7
2
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 34
8
2
4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 36
9
3
3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 37
0
3
3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 35
1
3
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 35
2
3
3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 38
3
3
4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 39
4
3
4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 38
5
3
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
6
3
4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 38
7
3
3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 35
8
3
4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 40
9
4
4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 37
0
4
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
1
4
4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 41
2
4
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 42
3
4
4 4 3 2 1 3 2 3 2 3 4 31
4
4
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 34
5
4
3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 39
6
4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
7
4
4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 37
8
4
3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 41
9
5
2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 34
0
5
3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 40
1
5
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
2
5
4 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 31
3
5
2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 37
4
5
4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 41
5
5
4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 41
6
5
4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 39
7
5
4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 36
8
5
3 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 38
9
6
3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 35
0
6
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 42
1
6
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
2
6
4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 37
3
6
4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 39
4
6
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
5
6
4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 40
6
6
4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 1 35
7
6
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
8
6
4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 37
9
7
3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 40
0
7
4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 35
1
7
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
2
7
4 4 4 3 3 4 3 3 3 1 1 33
3
7
4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 41
4
7
3 3 3 4 3 2 3 2 3 4 4 34
5
7
3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 39
6
7
4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 39
7
7
4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 37
8
7
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 41
9
8
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 34
0
8
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
1
8
4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 42
2

LAMPIRAN 3 : Deskripsi Responden


1. Jenis Kelamin

2. Usia

3. Tahun Angkatan

LAMPIRAN 4 : Statistik Deskriptif


LAMPIRAN 5 : Hasil Uji Validitas
1. Uji Validitas Variabel Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa

2. Uji Validitas Variabel Sikap Moral


3. Uji Validitas Variabel Persepsi Tindakan Korupsi

4. Uji Validitas Variabel Tingkat Kepercayaan


5. Uji Validitas Variabel Niat Melakukan Penyelewengan Pajak
LAMPIRAN 6 : Hasil Uji Reliabilitas
1. Uji Reliabilitas Variabel Pemahaman Tri Pantangan Tamansiswa

2. Uji Reliabilitas Variabel Sikap Moral

3. Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Tindakan Korupsi

4. Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Kepercayaan

5. Uji Reliabilitas Variabel Niat Melakukan Penyelewengan Pajak

LAMPIRAN 7 : Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

LAMPIRAN 8 : Analisis Regresi Linear Berganda


LAMPIRAN 9 : Uji Hipotesis
1. Uji Statistik t

2. Uji Statistik F

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Anda mungkin juga menyukai