Anda di halaman 1dari 10

Artikel Penelitian doi: 10.12973/eu-jer.9.4.

1605

European Journal of
Educational Research Volume 9, Issue 4,
1605-1614.
ISSN: 2165-8714
http://www.eu-jer.com/

Menyelidiki Pengaruh Kepemimpinan Wirausaha terhadap Niat


Wirausaha Siswa: Teacherpreneurship Sebagai Variabel Mediasi
Muhammad Suyudi* Suyatno Azam Syukur Yogyakarta, INDONESIA
Institut Agama Islam Sunan Giri Universitas Ahmad Dahlan, Rahmatullah Yulia Rachmawati
Ponorogo, INDONESIA INDONESIA Universitas Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan,
INDONESIA

Diterima: 2 April 2020 Revisi : 12 Agustus 2020 Diterima : 29 September 2020


Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha siswa serta
dampaknya terhadap teacherpreneurship. Desain yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode ex post facto menggunakan
Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menguji hipotesis. Pengambilan sampel menggunakan teknik
stratified random sampling dengan responden sebanyak 70 guru dan 285 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas masing-masing variabel menunjukkan nilai Cronbach's
Alpha, dan Composite Reliability lebih tinggi dari 0,6 (standar minimum), sedangkan nilai average variance extract (AVE) lebih tinggi
dari 0,50 (standar minimum validitas). Hipotesis yang diuji dengan menggunakan koefisien jalur diterima jika t-statistik di atas 1,96
dan p-value lebih kecil dari 0,05. Hasil koefisien jalur dan pengaruh tidak langsung di atas 1,96 dan di bawah 0,05 untuk t-statistik
dan p-value, masing-masing. Oleh karena itu, ketiga hipotesis diterima. Pertama, kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh positif
dan signifikan langsung terhadap teacherpreneur, dengan nilai t-statistik 18,057 dan p-value 0,000. Kedua, begitu pula,
teacherpreneur berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha siswa, dengan nilai t-statistik 3,558 dan p-value
0,000. Ketiga, kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap niat berwirausaha yang dimediasi oleh
teacherpreneur. Dengan kata lain, teacherpreneur memediasi pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha,
dengan nilai t-statistik 3,282 dan p-value 0,0001. Temuan ini merekomendasikan pentingnya kepemimpinan kewirausahaan dan
teacherpreneur dalam membangun niat kewirausahaan siswa.
Kata kunci: Kepemimpinan kewirausahaan, teacherpreneurship, niat berwirausaha.
Mengutip artikel ini: Suyudi, M., Suyatno, Rahmatullah, AS, & Rachmawati, Y. (2020). Investigasi pengaruh kepemimpinan
kewirausahaan pada niat kewirausahaan siswa: Teacherpreneurship sebagai variabel mediasi. Jurnal Penelitian Pendidikan Eropa,
9(4), 1605-1614. https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.4.1605

Pendahuluan
Industri 4.0 membutuhkan pengembangan sumber daya manusia, mendorong mereka untuk berpikir kritis dan menjadi
kreatif, inovatif, komunikatif, dan kolaboratif untuk menghadapi tantangan abad ke-21 abad. Salah satu caranya adalah
dengan menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada siswa, membekali mereka dengan kecakapan hidup yang
diperlukan. Hal ini ditegaskan oleh Obschonka (2014), yang menyatakan bahwa nilai dan perilaku kewirausahaan dapat
membantu siswa berhasil di abad 21.
Setiap lembaga pendidikan harus menerapkan pendidikan kewirausahaan. Penelitian Malach dan Kristova (2017)
menemukan bahwa budaya kewirausahaan bermanfaat dalam membentuk semangat, pemikiran, dan iklim
kewirausahaan di sekolah. Pendidikan kewirausahaan berbasis fungsi kewirausahaan akan berpengaruh positif
terhadap sikap dan niat siswa. Selain itu akan membangun persepsi positif mahasiswa tentang kewirausahaan (Baidi &
Suyatno, 2018; Boldureanu et al., 2020).
Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan perlu persiapan yang matang. Keberhasilannya tergantung pada kurikulum,
sarana dan prasarana, serta lembaga pendidikan yang mendukung. Selanjutnya akan mencapai hasil yang lebih baik
dengan dukungan kepala sekolah dengan kepemimpinan kewirausahaan. Park (2012) dan Pihie et al. (2014)
mengungkapkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan mempengaruhi budaya sekolah inovatif, terutama dari guru.
Kepemimpinan kewirausahaan merupakan jawaban untuk membentuk organisasi yang sukses dalam mengembangkan
kewirausahaan (Fernald et al., 2005). Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan dapat meningkatkan
pengetahuan dan semangat guru
*
Penulis koresponden:
Muhammad Suyudi, Institut Agama Islam Sunan Giri, Jalan Batoro Katong, No. 32, Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. suyudi.insuri@gmail.com © 2020

Penulis.Akses Terbuka- Artikel ini berada di bawah lisensi CC BY (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).

1606SUYUDIET AL. / Menyelidiki Pengaruh Kepemimpinan Wirausaha

(teacherpreneurship), memungkinkan mereka untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam mengembangkan proses
pembelajaran dan dengan demikian menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada siswa. Berry (2013) menyatakan
bahwa teacherpreneur adalah seorang guru yang dapat menjalankan proses pengajaran secara efektif; mereka dapat
menumbuhkan keterampilan dan kreativitas siswa, sebuah model pendidikan abad ke-21.
Lebih lanjut Buckley dan Kisito (2016) menegaskan bahwa seorang teacherpreneur terbukti mampu menyebarkan
nilai-nilai kewirausahaan kepada siswa dan masyarakat. Manfaatnya mendorong siswa untuk mengembangkan niat dan
semangat berwirausaha. Oleh karena itu, jelas bahwa kepemimpinan kewirausahaan kepala sekolah dan
teacherpreneur merupakan dua variabel penting dalam membentuk niat berwirausaha siswa. Memang, yang terakhir
memiliki dampak langsung pada niat kewirausahaan siswa. Teacherpreneurs menjadi faktor eksternal yang
mempengaruhi mahasiswa untuk berwirausaha. Sedangkan kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh tidak
langsung. Oleh karena itu, hubungan antara kepemimpinan kewirausahaan, teacherpreneur, dan intensi berwirausaha
siswa menarik untuk diteliti.
Penelitian sebelumnya telah membahas hubungan antara kepemimpinan kewirausahaan, teacherpreneurship, dan niat
kewirausahaan. Puni dkk. (2018) menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan mempengaruhi niat kewirausahaan,
dimediasi oleh self-efficacy. Penelitian oleh Bae et al. (2014) menyimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan
berkorelasi dengan niat berwirausaha. Ferreira dkk. (2017) dan Gerba (2012) mengungkapkan bahwa siswa yang
memperoleh pengetahuan kewirausahaan melalui pendidikan meningkatkan niat kewirausahaan mereka. Penelitian
difokuskan pada pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha melalui penelitian kuantitatif
dengan instrumen kuesioner. Fokus dan temuan tidak menunjukkan variabel yang mempengaruhi niat berwirausaha.
Oleh karena itu, diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha siswa
serta dampaknya terhadap teacherpreneurship di tiga sekolah (Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan SMK) yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Alkamal Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Di Indonesia, sekolah dikelola oleh
dua kementerian yang berbeda: kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian agama. Yang pertama
mengelola sekolah umum (SD, SMP, dan SMA/SMK), sedangkan yang kedua menyelenggarakan Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Kurikulum yang digunakan berbeda. Yang diterapkan di
madrasah lebih menekankan pada mata pelajaran agama, sedangkan sekolah umum lebih menekankan pada mata
pelajaran umum. Namun, kepala sekolah masing-masing institusi telah melakukan beberapa upaya untuk
mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan siswa dengan mendirikan beberapa program sekolah berbasis
kewirausahaan, seperti budidaya jamur, berjualan di pasar, bertani hidroponik, dan sentra bisnis yang dikelola oleh
siswa. Penelitian ini memaparkan secara rinci variabel-variabel dalam pendidikan kewirausahaan yang mempengaruhi
niat berwirausaha siswa. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat mendorong tepatnya agen pembelajaran
utama, seperti kepala sekolah dan guru, untuk mengembangkan niat kewirausahaan siswa.

Tinjauan Pustaka
1. Menanamkan jiwa wirausaha kepada santri
Pesantren, salah satu lembaga pendidikan Islam, berperan penting dalam mempersiapkan generasi muslim yang
memiliki nilai-nilai kewirausahaan. Selama ini, lembaga tersebut diakui penekanannya pada aspek akhirat dan
pengabaian kecakapan hidup, sehingga menimbulkan prasangka bahwa lulusannya tidak dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menanamkan niat berwirausaha kepada santri di pesantren
merupakan salah satu jawaban atas pertanyaan tentang proses pendidikan di madrasah, yang tidak hanya
menitikberatkan pada akhirat tetapi juga mempersiapkan lulusan yang dapat berkembang seiring dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Menanamkan niat berwirausaha menjadi hal yang signifikan dalam membentuk perilaku berwirausaha siswa. Niat
berwirausaha didefinisikan sebagai motivasi yang mendorong perilaku berwirausaha serta cerminan dari visi
pemimpin organisasi dan budaya organisasi. Tiga faktor yang mempengaruhi niat: sikap individu terhadap
kewirausahaan, norma-norma sosial yang mempromosikan kepercayaan keluarga, dan efikasi diri (Ambad, et al., 2016;
Chen, 2019; Krueger, et al., 2000). Demikian pula, Fragoso et al. (2020) menyatakan bahwa kepribadian, efikasi diri, dan
sikap merupakan prediktor kuat bagi niat berwirausaha siswa. Di bidang pendidikan, penelitian Turker dan Selcuk
(2009) mengungkapkan dua faktor yang menentukan niat siswa. Yang pertama adalah dukungan dari lingkungan dan
proses pembelajaran yang diberikan oleh sekolah, yang bertujuan untuk menginspirasi para siswa. Kedua, dukungan
struktural, yaitu dorongan yang komprehensif dan kolaboratif dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Pendidikan kewirausahaan yang diberikan di sekolah dapat meningkatkan niat berwirausaha siswa (Agbim et al., 2010;
Ferreira et al., 2017; Hattab, 2014). Namun, niat juga dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, teman sebaya,
keterampilan, dan usia (Agbim et al., 2010).
2. Kepemimpinan Wirausaha dan Niat
Berwirausaha Siswa Kepemimpinan Wirausaha adalah yang memberikan visi pengembangan organisasi, produk, dan
layanan berbasis kewirausahaan. Individu dengan tipe kepemimpinan ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
keterbukaan pikiran, pengalaman baru, dan kesiapan menghadapi hal-hal yang tidak terduga (Butler, 2017). Mereka
selalu berusaha menciptakan peluang, mengembangkan program yang tepat, membangun keterampilan, dan
membimbing organisasi melalui transformasi (Leih & Teece, 2016). Kepemimpinan wirausaha umumnya dimiliki oleh
para pendiri-pemimpin (Renko et al., 2015).
Jurnal Penelitian PendidikanFernald1607

et al. (2005) menjelaskan bahwa kepemimpinan kewirausahaan mencakup lima aspek: visioner, berani mengambil
risiko, berorientasi pada pencapaian, memotivasi, serta kreatif, fleksibel, dan sabar. Sedangkan menurut Leonard
(2013), kepemimpinan kewirausahaan di sekolah adalah upaya untuk mempromosikan nilai-nilai kreatif di bidang
akademik, sosial, atau ekonomi. Penelitian Scott dan Webber (2013) menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang
memiliki semangat berwirausaha memiliki beberapa karakteristik. (a) Dia menunjukkan perilaku inovatif melalui
keterampilan dalam organisasi, optimisme, dan komunikasi yang efektif. (b) Ia memanfaatkan jaringan untuk
mengembangkan organisasi. (c) Ia menggunakan Internet dan teknologi untuk memfasilitasi komunikasi. (d) Ia
membangun perspektif budaya lokal dan global untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kerjasama
secara umum. (e) Ia menyusun konsep organisasi sebagai sumber bagi siswa, guru, dan warga sekolah. (f) Ia
mengembangkan pembelajaran berbasis IT. Ide-ide tersebut membuktikan bahwa kepemimpinan kewirausahaan
memberikan pengetahuan kewirausahaan bagi guru dan siswa, menciptakan inovasi dan kreativitas di sekolah. Temuan
empiris dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh
menguntungkan yang signifikan terhadap perilaku inovatif karyawan (Bagheri, 2017; Li et al., 2020; Park, 2012).
Perilaku inovatif guru menginspirasi dan memotivasi siswa untuk menciptakan inovasi serupa, khususnya di bidang
kewirausahaan.
3. Teacherpreneur dan Niat Kewirausahaan
Siswa Teacherpreneur didefinisikan sebagai guru dengan semangat berwirausaha yang ditandai dengan kinerja kreatif
dalam membangun pengalaman kreatif dan memulai pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa (Feriady et al.,
2020). Guru yang berjiwa wirausaha (teacherpreneur) adalah guru yang memiliki jiwa kepemimpinan, pengetahuan,
strategi, dan keterampilan untuk memberikan pendidikan yang unggul bagi siswanya. Selain itu, mereka berkomitmen
untuk berbagi keterampilan mereka dengan orang lain (Berry & Moore, 2010). Teacherpreneur berfungsi untuk
menyebarkan budaya inovatif dan kreatif di bidang pendidikan (Berry, 2011). Teori-teori tersebut menunjukkan bahwa
teacherpreneur adalah sosok yang aktif, kreatif, inovatif, dan inspiratif. Teacherpreneurs memiliki tiga kompetensi yaitu
keterampilan teknis, keterampilan konseptual, dan keterampilan pribadi (Rohmah et al., 2017). Yang pertama meliputi
kemampuan menerapkan keterampilan, memahami penggunaan metode dan media pembelajaran. Yang kedua
berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan menciptakan sesuatu. Yang terakhir meliputi
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, memahami siswa, dan memotivasi siswa untuk lebih produktif. Kompetensi
menentukan cara teacherpreneur memberikan pendidikan kewirausahaan kepada siswa, membentuk perilaku
kewirausahaan mereka berkontribusi pada niat mereka.
Berdasarkan teori, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.
H1.1: Kepemimpinan kewirausahaan mempengaruhi
teacherpreneur H1.2: Teacherpreneur mempengaruhi niat berwirausaha siswa
H1.3: Teacherpreneur memediasi pengaruh kepemimpinan wirausaha terhadap niat kewirausahaan siswa
Korelasi antara variabel penelitian disajikan dalam skema berikut.
Ilustrasi 1. Hubungan Antar Variabel Penelitian

Wirausaha Jenis Penelitian Metodologi


Kepemimpinan Niat Berwirausaha
Teacherpreneur
(X) (Y)
(Z)

Penelitian ini bersifat kuantitatif ex post facto dengan jenis korelasi yang hipotesisnya diuji dengan menggunakan
Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Ex post facto dengan tipe korelasi dipilih karena untuk
mengamati pengaruh dan korelasi beberapa variabel di lapangan, tanpa memanipulasinya. Populasi meliputi seluruh
guru dan siswa dari tiga lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al Kamal Gombong
Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Mereka adalah 70 guru dan 1010 siswa yang terdiri dari 600 siswa MTs, 180
Madrasah Aliyah, dan 230 siswa SMK. Guru dipilih melalui sampling jenuh karena jumlahnya di bawah 100. Sedangkan
siswa dipilih secara stratified random sampling menggunakan rumus Slovin, dengan tingkat kesalahan 0,05. Rumus
tersebut memilih 171 Madrasah Tsanawiyah, 50 Aliyah, dan 65 SMK. Demografi responden disajikan pada Tabel 1 dan
2.
1608SUYUDIET AL. / Menyelidiki Pengaruh Kepemimpinan Wirausaha

Tabel 1. Demografi Guru


Deskripsi Profil Persentase
Jenis Kelamin Guru Laki-laki 41%
Perempuan 59%
Pengalaman Mengajar 0 – 5 tahun 37%
6 – 10 tahun 23%
11 – 15 tahun 13%
16 – 20 tahun 14%
> 20 tahun 13%
Tingkat pendidikan D3 0,03%
S1 87%
S2 10%

Demografi Siswa

Tingkat Persentase
Pria Wanita
SMP 50% 50%
SMK 32% 68%
MA 24% 76%

Teknik pengumpulan data


Variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu kepemimpinan wirausaha (X), variabel terikat yaitu niat berwirausaha
siswa (Y), dan variabel perantara yaitu teacherpreneur (Z). Data empiris variabel dikumpulkan melalui kuesioner yang
dibagikan kepada seluruh responden. Kuesioner tertutup dibuat menjadi tiga: kepemimpinan kewirausahaan dan
teacherpreneur diisi oleh guru; dan niat berwirausaha oleh siswa. Kuesioner yang digunakan mengacu pada kerangka
teori yang dikembangkan oleh peneliti. Sebelum digunakan, instrumen tersebut melewati dua tahap pengujian. Yang
pertama adalah uji validitas konstruk melalui expert judgement, dan yang kedua adalah uji validitas empiris dan
reliabilitas. Setiap kuesioner menggunakan model skala Likert dengan skor 1 sampai 4, sehingga menghasilkan data
interval. Kuesioner positif memiliki skor 1 untuk 'sangat tidak setuju', 2 'tidak setuju', 3 'setuju', dan 4 'sangat setuju'.
Sedangkan angket negatif adalah sebaliknya: 4 untuk 'sangat tidak setuju', 3 untuk 'tidak setuju', 2 untuk 'setuju', dan 1
untuk 'sangat setuju'.

Teknik
Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan metode SEM (Structural Equation Modelling) yang berfungsi untuk
menguji dan menganalisis hipotesis menggunakan software smartPLS versi 3.30. Analisis terdiri dari dua langkah:
mengevaluasi model pengukuran dan menganalisis menggunakan model struktural. Yang pertama digunakan untuk
menguji validitas dan reliabilitas model (validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabilitas). Sedangkan langkah
analisis model struktural adalah menguji hipotesis yang diajukan. Permutasi juga dilakukan untuk menganalisis data
karena sampelnya berbeda. Hal ini untuk menentukan koefisien jalur dari dua kelompok sampel untuk melihat
perbedaan yang signifikan. Jika perbedaan tidak ditemukan, dapat diasumsikan bahwa kedua kelompok identik untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Perbedaan tersebut didasarkan pada nilai p yang seharusnya lebih dari 0,05 (Chin &
Dibbern, 2010).

Pengujian Indikator
Konstruk Reliabilitas dan Uji Validitas

Tabel 3. Hasil Konstruk Reliabilitas dan Validitas

Variabel Cronbach's

Alpa rho_A CompositeReliability AVE Predikat


Niat Berwirausaha 0,837 0,891 0,873 0,501 Reliabel dan valid Entrepreneurial Leadership 0,941 0,955 0,947
0,508 Reliabel dan valid 0,963 0,958 valid Teacherpreneur 0,963 valid

Konstruk penelitian dikatakan reliabel jika skor Cronbach's Alpha dan Composite Reliability minimal mencapai 0,60
(Budhiasa, 2016). Suatu konstruk valid jika nilai average variance extracts (AVE) di atas 0,50 (Hair et al., 2011). Tabel
tersebut menunjukkan bahwa setiap indikator variabel penelitian telah memenuhi persyaratan uji reliabilitas dan
validitas
Journal of Educational Research1609European

. Indikator tersebut terdiri dari 18 butir soal kepemimpinan kewirausahaan, 20 butir soal teacherpreneur, dan 7 butir
soal niat berwirausaha. Nilai validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa masing-masing indikator dapat menjelaskan
validitas variabel.

Uji Validitas Diskriminan Validitas


diskriminan digunakan untuk menentukan korelasi reflektif antar konstruk, artinya jika terpenuhi, konstruk akan
menjadi ukuran yang tepat untuk variabel. HTMT (heterotrait-monotrait) merupakan salah satu metode untuk menguji
validitas diskriminan, yang mensyaratkan skor di bawah 0,9 (Henseler et al., 2014).

Tabel 4.
Variabel Rasio HTMT Niat Berwirausaha Kepemimpinan Wirausaha
Kepemimpinan Wirausaha
0,188 Teacherpreneur 0,157 0,826

Berdasarkan tabel 4, setiap korelasi antar variabel memiliki rasio HTMT di bawah 0,9 sehingga menghasilkan korelasi
reflektif antar konstruk dan setiap konstruk dianggap sebagai pengukuran yang baik.

Temuan / Hasil
Semua variabel penelitian (kepemimpinan kewirausahaan, teacherpreneur, dan niat kewirausahaan) diperiksa
berdasarkan skor responden. Masing-masing variabel diukur menggunakan indikator kuesioner yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya menggunakan SEM dengan software smartPLS. Evaluasi formatif mengikuti evaluasi
reflektif untuk menentukan signifikansi korelasi antar variabel dan untuk menguji hipotesis.
Pengujian hipotesis
Mengevaluasi skor R-square

Tabel5. R-Square
Variabel R-Square R-Square Disesuaikan
Niat Berwirausaha 0,026 0,023
Teacherpreneur 0,688 0,687

Kemampuan variabel eksogen menjelaskan variabel endogen yang dinyatakan dalam R-square dari variabel laten
endogen (Juliandi, 2018). Kriteria rasio R-square memiliki beberapa kategori: jika R-square 0,75, modelnya substansial
(kuat); jika R-square adalah 0,50, itu sedang (sedang), dan jika R-square adalah 0,25, itu lemah (Hair et al., 2011). Hasil
evaluasi skor R-square yang disajikan pada tabel 3 menunjukkan dua fakta. Pertama, kepemimpinan kewirausahaan
dapat menjelaskan variabel teacherpreneur sebanyak 0,688 (68,8%), dikategorikan substansial. Kedua, kepemimpinan
kewirausahaan dan teacherpreneur dapat menjelaskan variabel kewirausahaan sebanyak 0,026 (2,6%), dikategorikan
sangat lemah.
Koefisien Jalur/Efek Langsung
Hipotesis diterima atau ditolak yang dianalisis dengan SEM PLS ditentukan oleh hasil bootstrap dari analisis koefisien
jalur jika t-statistik di atas 1,96 dan p-value di bawah 0,05 (Low et al., 2017).

Tabel 6. Koefisien Jalur


Asli Sampel Standar
sampel Rata-rata Deviasi t statistik nilai p Hipotesis
EL → T 0,830 0,842 0,046 18,057 0,000 Diterima T → EI 0,162 0,200 0,046 3,558 0,000 Diterima Catatan: EL
(kepemimpinan wirausaha); T (teacherpreneur); EI (niat berwirausaha)

Hasil koefisien jalur yang disajikan pada tabel 6 mengungkapkan dua fakta. Pertama, pengaruh kepemimpinan
kewirausahaan terhadap teacherpreneur menunjukkan nilai t-statistik sebesar 18,057 dan p-value 0,000, artinya
hipotesis H1.1 (kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh pada teacherpreneur) diterima. Hubungan antara
teacherpreneur dan intensi berwirausaha menghasilkan t-statistik sebesar 3,558 dan p-value 0,000, artinya hipotesis
H1.2 (teacherpreneur berpengaruh langsung terhadap intensi berwirausaha) diterima.
1610SUYUDIET AL. / Menyelidiki Pengaruh Kepemimpinan Wirausahawan

Analisis Pengaruh Tidak Langsung

Tabel 7. Pengaruh Tidak Langsung


Asli Sampel Standar
sampel Rata-rata Deviasi t statistik nilai p Hipotesis
EL 0,1350,169 0,041 3,282 0,001 Signifikan

Analisis pengaruh tidak langsung berfungsi untuk menguji pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen yang
dimediasi oleh variabel intervening. Dalam penelitian ini variabel eksogen adalah intensi berwirausaha, variabel
intervening adalah teacherpreneur, dan variabel endogen adalah intensi berwirausaha. Kriteria signifikansi serupa
dengan koefisien jalur: t-statistik adalah 18,057, dan nilai-p di bawah 0,005. Tabel 7 menunjukkan bahwa
kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh tidak langsung tetapi signifikan terhadap niat berwirausaha karena
t-statistik di atas 1,96 dan p-value di bawah 0,05 (Low et al., 2017). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hipotesis
H1.3 (teacherpreneur memediasi pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha) diterima.

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tiga hipotesis. Pertama, kepemimpinan kewirausahaan mempengaruhi
teacherpreneur (H1.1). Kedua, teacherpreneur berpengaruh terhadap niat berwirausaha siswa (H1.2). Ketiga,
teacherpreneur memediasi pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha siswa (H1.3). Dari
hasil analisis diketahui bahwa semua hipotesis diterima. Kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh positif dan
signifikan langsung terhadap teacherpreneur, dengan t-statistik sebesar 18,057 dan p-value 0,000. Teacherpreneur
berpengaruh positif dan signifikan langsung terhadap niat berwirausaha, dengan t-statistik sebesar 3,558 dan p-value
0,000. Kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap niat berwirausaha yang dimediasi
oleh teacherpreneur. Nilai t-statistik mencapai skor 3,282 dan p-value 0,001.
Temuan pertama menunjukkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh langsung yang signifikan
terhadap teacherpreneur. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa kepemimpinan
kewirausahaan kepala sekolah mempengaruhi pengembangan diri guru. Beberapa penelitian lain menyimpulkan bahwa
kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif karyawan (Bagheri,
2017; Li et al., 2020; Park, 2012) dan budaya inovatif sekolah (Pihie et al., 2014). Selain itu, penelitian Wibowo dan
Saptono (2018) menegaskan bahwa kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh langsung terhadap kreativitas
guru yang mengarah pada perilaku inovatif. Kreativitas dan inovasi guru merupakan salah satu ciri guru yang antusias
dengan kewirausahaan (teacherpreneur). Senada dengan yang dikemukakan oleh Mokaya et al. (2012), yang
menyatakan bahwa kewirausahaan melibatkan kreativitas dan inovasi. Inovasi individu merupakan salah satu unsur
kewirausahaan (Drucker, 2014). Seorang kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan kewirausahaan dapat
menciptakan manajemen yang merangsang niat berwirausaha warga sekolah. Selain itu juga akan menambah wawasan
dan inspirasi bagi para guru untuk mengembangkan kewirausahaan, sehingga terciptalah teacherpreneur. Akibatnya,
guru akan lebih inovatif dan produktif dalam proses pengajaran.
Kedua, teacherpreneur berpengaruh langsung dan signifikan terhadap niat berwirausaha siswa. Teacherpreneur terdiri
dari kepemimpinan, pengetahuan, strategi, dan keterampilan untuk mengembangkan pendidikan yang unggul bagi
siswa. Seorang teacherpreneur juga berkomitmen untuk menggunakan keterampilan mereka untuk berkontribusi pada
penyebaran budaya inovatif dan kreativitas dalam pendidikan (Berry, 2011; Berry & Moore, 2010). Teori tersebut
mengungkapkan bahwa guru yang berjiwa entrepreneurship akan selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar, sehingga
mampu menginspirasi siswa. Guru yang mengembangkan organisasi dapat berkontribusi untuk meningkatkan faktor
internal siswa, yang meliputi efikasi dan kebutuhan untuk berprestasi (Feriady et al., 2020). Shelton dan Archambault
(2018) menjelaskan bahwa kewirausahaan guru dapat meningkatkan praktik mengajar dan kepemimpinan di kelas.
Aspek tersebut dapat mendorong siswa untuk melakukan hal yang sama. Guru dengan praktik mengajar dan
kepemimpinan yang baik dapat menginspirasi siswa melalui ide dan tindakan. Siswa yang terinspirasi akan meniru
kreativitas dan inovasinya, sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan semangat berwirausaha. Penelitian
Souitaris et al. (2007) menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis kewirausahaan dan inspirasi yang diperoleh siswa
dapat berkontribusi pada niat berwirausaha mereka. Selain itu, keterampilan sosial yang dimiliki seorang
teacherpreneur dapat memotivasi dan meningkatkan budaya produktif siswa, merangsang mereka untuk
mengembangkan niat berwirausaha (Rohmah et al., 2017).
Ketiga, kepemimpinan kewirausahaan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap niat berwirausaha siswa yang
dimediasi oleh teacherpreneur. Temuan menegaskan kesimpulan oleh Feriady et al. (2020), menyebutkan bahwa
teacherpreneur memediasi pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha siswa. Kepemimpinan
kepala sekolah menciptakan proses manajemen dan pendidikan kewirausahaan, yang meningkatkan pengetahuan
warga sekolah, terutama para guru. Dengan cara ini, mereka dapat memainkan perannya dan berinteraksi dengan siswa
melalui proses pembelajaran berbasis kewirausahaan, seperti yang diatur oleh guru dan kepala sekolah. Hal ini terbukti
mampu membangkitkan sikap positif terhadap kewirausahaan. Ini mempengaruhi efikasi diri siswa dan niat
kewirausahaan mereka (Bazan et al., 2020; Saeed et al., 2015; Xuan et al., 2020). Penelitian oleh Ferreira et al. (2017),
Gerba (2012) dan Lackeus
Journal of Educational ResearchEuropean1611

(2015), menyimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan yang dialami siswa dapat meningkatkan niat kewirausahaan
mereka. Selanjutnya, penelitian oleh Boldureanu et al. (2020) mengungkapkan bahwa pendidikan kewirausahaan yang
melibatkan guru dengan semangat yang sama berpengaruh positif terhadap sikap dan kemauan siswa. Oleh karena itu,
perlu adanya teacherpreneur untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kewirausahaan dengan niat
berwirausaha siswa. Namun, kepemimpinan wirausaha tidak akan efektif jika tidak dimediasi oleh seorang
teacherpreneur.
Temuan penelitian ini secara umum mendukung rekomendasi penelitian sebelumnya tentang peran vital pemerintah
dan lembaga pendidikan untuk merancang program yang memfasilitasi kewirausahaan siswa, memungkinkan mereka
untuk mengubah pola pikir, sikap, dan niat mereka. tentang kewirausahaan. Diharapkan perubahan tersebut akan
bermanfaat bagi masa depan mereka (Burmansah et al., 2020; Xuan et al., 2020). Program dan pelatihan yang diikuti
oleh siswa di sekolah akan meningkatkan niat kewirausahaan mereka (Ozaralli & Rivenburgh, 2016). Pengaruh teman
sebaya dan lingkungan mereka juga dapat berkontribusi pada niat (Latsch, 2018; Patuelli et al., 2020) . Karakteristik
pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang mengajarkan kemandirian kepada santri, juga mendukung niat
berwirausaha santri.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis, penelitian menyimpulkan beberapa hasil. Pertama, kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap teacherpreneur. Kedua, teacherpreneur berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat
berwirausaha siswa. Ketiga, teacherpreneur memediasi pengaruh kepemimpinan kewirausahaan terhadap niat
berwirausaha. Temuan menunjukkan perlunya menerapkan kepemimpinan kewirausahaan di sekolah; Hal ini untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi warga sekolah, merangsang tumbuhnya jiwa wirausaha, khususnya siswa.

Saran
Temuan penelitian ini merekomendasikan pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dan guru-guru untuk
menanamkan niat kepada siswa. Kepala sekolah dan guru dengan semangat berwirausaha dapat menularkan semangat
kepada siswa. Dalam konteks lembaga pendidikan di bawah organisasi pesantren, populasi penelitian, ide-ide
penanaman jiwa wirausaha kepada santri masih memiliki momentum. Citra lembaga pendidikan Islam yang
menitikberatkan kurikulum hanya pada aspek akhirat sehingga menghasilkan lulusan yang tidak mampu bersaing
dalam kehidupan modern harus direspon secara proporsional.

Keterbatasan
Dua hal membatasi penelitian ini. Pertama, jumlah penduduk, yang hanya melibatkan tiga sekolah/madrasah di bawah
satu pondok pesantren, sehingga tidak dapat mencerminkan keragaman karakteristik banyak lembaga. Therefore, the
next research is expected to include a broader scope of Islamic educational institutions to represent the entire Islamic
educational institution in Indonesia. Second, the research employed a quantitative study with a cross-sectional design. It
is expected that the next research uses similar variables but with a longitudinal research design. Indeed, qualitative
research examining the phenomena of entrepreneurial education is also crucial to provide in-depth understanding. For
example, it can study the perception of the principal and the teachers of the importance of developing the
entrepreneurial intentions of the students.
Acknowledgements
The researchers express their greatest gratitude to Sunan Giri Islamic Institute of Ponorogo, Universitas Ahmad Dahlan,
and Universitas Muhammadiyah Yogyakarta for supporting the collaborative research among three universities.

References
Agbim, KC, Oriarewo, GO, & Owocho, M. (2010). Factors influencing entrepreneurial intentions among graduates of
Nigerian tertiary institutions. International Journal of Business and Management Invention, 2(4), 36–44.
Ambad, SNA, & Damit, DHD (2016). Determinants of entrepreneurial intention among undergraduate students in
Malaysia. Procedia Economics and Finance, 37(16), 108–114. https://doi.org/10.1016/S2212-5671(16)30100-9
Bae, TJ, Qian, S., Miao, C., & Fiet, JO (2014). The relationship between entrepreneurship education and entrepreneurial
intentions: A meta-analytic review. Entrepreneurship: Theory and Practice, 38(2), 217–254.
https://doi.org/10.1111/etap.12095
Bagheri, A. (2017). The impact of entrepreneurial leadership on innovation work behavior and opportunity recognition
in high-technology SMEs. Journal of High Technology Management Research, 28(2), 159–166.
https://doi.org/10.1016/j.hitech.2017.10.003
1612⏐SUYUDI ET AL. / Investigating the Influence of Entrepreneurial Leadership

Baidi, & Suyatno. (2018). Effect of entrepreneurship education, self efficacy and need for achievement toward students'
entrepreneurship intention: Case study in FEB, IAIN Surakarta, Indonesia. Journal of Entrepreneurship Education,
21(2), 1–16.
Bazan, C., Gaultois, H., Shaikh, A., Gillespie, K., Frederick, S., Amjad, A., Yap, S., Finn, C., Rayner, J., & Belal, N. (2020). A
systematic literature review of the influence of the university's environment and support system on the
precursors of social entrepreneurial intention of students. Journal of Innovation and Entrepreneurship, 9(1), 4.
Berry, B. (2011). Teacherpreneurs: A more powerful vision for the teaching profession. Phi Delta Kappan, 92(6), 28–33.
https://doi.org/10.1177/003172171109200606
Berry, B. (2013). Teacherpreneurs : A bold brand of teaching and learning. Science, 340(19), 309–310.
https://doi.org/10.1126/science.1230580
Berry, B., & Moore, R. (2010). The teachers of 2030. Educational Leadership, 67(8), 36–39.
Boldureanu, G., Alina, M., Bercu, A., Boldureanu, D., & Bedrule-grigorut, MV (2020). Entrepreneurship education through
successful entrepreneurial models in higher education institutions. Journal Sustainability, 12, 1–33.
https://doi.org/10.3390/su12031267
Buckley, AP, & Kisito, F. (2016). Teacherpreneurs : From vocation to innovation teacherpreneurs. In K. Grant & S.Wise
(Eds.), Proceedings of the 4th International Conference on Innovation and Entrepreneurship (pp. 21-36). ACPIL.
Budhiasa, S. (2016). Analisis statistik multivariate dengan aplikasi SEM PLS SMARTPLS 3.2.6. Udayana University Press.
Burmansah, B., Rugaiyah, R., Mukhtar, M., Nabilah, S., Ripki, AJH, & Fatayan, A. (2020). Mindful leadership: The ability of
the leader to develop compassion and attention without judgment-a case study of the leader of Buddhist higher
education institute. European Journal of Educational Research, 9(1), 51-65.
Butler, T. (2017). Hiring an entrepreneurial leader: What to look for. Harvard Business Review, 95(2), 85–93.
Chen, L. (2019). IT entrepreneurial intention among college students: An empirical study. Journal of Information
Systems Education, 24(3), 233-243.
Chin, WW, & Dibbern, J. (2010). An introduction to a permutation based procedure for Multi-Group PLS Analysis. In H.
Wang (Ed.), Handbook of partial least squares (7th ed., pp. 171-193). Peloncat. https://doi.org/10.1007/978-3-
540-32827-8
Drucker, PF (2014). Innovation and entrepreneurship. Routledge Press
Feriady, M., Harnanik, & Santoso, A. (2020). Teacherpreneurship determination toward teacher innovation and
competitive advantage in the disruption era: Application of strategic entrepreneurship theory in educational
institutions. In IFS Wahyuningrum (Ed.), Proceedings of the International Conference on Economics, Business and
Economic Education 2019 (pp. 787–797). KnE Publishing. https://doi.org/10.18502/kss.v4i6.6642
Fernald, LW Jr, Solomon, GT, & Tarabishy, A. (2005). A new paradigm: Entrepreneurial leadership. Southern Business
Review, 30(2), 257–276.
Ferreira, JJ, Fernandes, CI, & Ratten, V. (2017). The influence of entrepreneurship education on entrepreneurial
Intentions. Global Journal of Management and Business Research, 10(6), 19–34. https://doi.org/10.1007/978-3-
319-47949-1_2
Fragoso, R., Rocha-Junior, W., & Xavier, A. (2020). Determinant factors of entrepreneurial intention among university
students in Brazil and Portugal. Journal of Small Business & Entrepreneurship, 32(1), 33–57.
Gerba, DT (2012). Impact of entrepreneurship education on entrepreneurial intentions of business and engineering
students in Ethiopia. African Journal of Economic and Management Studies, 3(2), 258–277.
https://doi.org/10.1108/20400701211265036
Hair, JF, Ringle, CM, & Sarstedt, M. (2011). PLS-SEM: Indeed a silver bullet. Journal of Marketing Theory and Practice,
19(2), 139–152. https://doi.org/10.2753/MTP1069-6679190202
Hattab, HW (2014). Impact of entrepreneurship education on entrepreneurial intentions of university students in
Egypt. Journal of Entrepreneurship, 23(1), 1–18. https://doi.org/10.1177/0971355713513346
Henseler, J., Ringle, CM, & Sarstedt, M. (2014). A new criterion for assessing discriminant validity in variance-based
structural equation modeling. Journal of the Academy of Marketing Science, 43(1), 115–135.
https://doi.org/10.1007/s11747-014-0403-8
Juliandi, A. (2018). Session 1 Presentation: Structural equation model based partial least square (SEM-PLS)[Course
Presentation]. Batam University.https://www. zenodo.org
European Journal of Educational Research⏐1613
Krueger, NF, Reilly, MD, & Carsrud, AL (2000). Competing models of entrepreneurial intentions. Journal of Business
Venturing, 15(5), 411–432. https://doi.org/10.1016/S0883-9026(98)00033-0
Lackeus, M. (2015). Entrepreneurship in education (What, Why, When, How).OECD
Latsch, A. (2018). The interplay of emotional instability and socio-environmental aspects of schools during adolescence.
European Journal of Educational Research, 7(2), 281-293.
Leih, S., & Teece, D. (2016). Campus leadership and the entrepreneurial university: A dynamic capabilities perspective.
Academy of Management Perspectives, 30(2), 182–210.
Leonard, J. (2013). Innovation in the schoolhouse [Entrepreneurial leadership in education]. Rowman& Littlefield
Education.
Li, C., Makhdoom, HUR, & Asim, S. (2020). Impact of entrepreneurial leadership on innovative work behavior:
Examining mediation and moderation mechanisms. Psychology Research and Behavior Management, 13, 105–118.
https://doi.org/10.2147/PRBM.S236876
Low, MP, Ong, SF, & Tan, PM (2017). Would internal corporate social responsibility make a difference in professional
service industry employees' turnover intention? A two-stage approach using PLS-SEM. Global Business &
Management Research, 9(1), 24–41.
Malach, J., & Kristova, K. (2017). The impact of school education and family environment on pupils' entrepreneurial
spirit and attitude to entrepreneurship. New Educational Review, 49(3), 101–114.
https://doi.org/10.15804/tner.2017.49.3.08
Mokaya, SO, Namusonge, M., & Sikalieh, D. (2012). The concept of entrepreneurship ; in pursuit of a Universally
Acceptable Definition. International Journal of Arts and Commerce, 1(6), 128–135.
Obschonka, M. (2014). Entrepreneurship as 21st century skill: Taking a developmental perspective. In M. Coetzee (Ed.),
Psycho-social career meta-capacities: Dynamics of contemporary career development(pp. 293-306). Penerbitan
Internasional Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-00645-1
Ozaralli, N., & Rivenburgh, NK (2016). Entrepreneurial intention: antecedents to entrepreneurial behavior in the USA
and Turkey. Journal of Global Entrepreneurship Research, 6(3), 1-32.
Park, JH (2012). The effects of principal's leadership style on support for innovation: Evidence from Korean vocational
high school change. Asia Pacific Education Review, 13(1), 89–102. https://doi.org/10.1007/s12564-011-9182-9
Patuelli, R., Santarelli, E., & Tubadji, A. (2020). Entrepreneurial intention among high-school students: the importance of
parents, peers and neighbors. Eurasian Business Review, 10(2), 225–251.
Pihie, ZAL, Asimiran, S., & Bagheri, A. (2014). Entrepreneurial leadership practices and school innovativeness. South
African Journal of Education, 34(1), 1–11. https://doi.org/10.15700/201412120955
Puni, A., Anlesinya, A., & Korsorku, PDA (2018). Entrepreneurial education, self-efficacy and intentions in Sub Saharan
Africa. African Journal of Economic and Management Studies, 9(4), 492–511. https://doi.org/10.1108/AJEMS-09-
2017-0211
Renko, M., El Tarabishy, A., Carsrud, AL, & Brannback, M. (2015). Understanding and measuring entrepreneurial
leadership style. Journal of Small Business Management, 53(1), 54–74.
Rohmah, W., Nurjanah, AM, & Hayati, DN (2017). Kepemimpinan kewirausahaan kepala sekolah dalam meningkatkan
teacherpreneurship di era MEA [Principal's entrepreneurial leadership in improving teacherpreneurship in the
MEA era] In HJ Prayitno et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
[Proocedings of the National Seminar on PGSD UMS & HDPGSDI Java Region Education] (pp. 522-535).
Muhammadiyah Surakarta University.
Saeed, S., Yousafzai, SY, Yani‐De‐Soriano, M., & Muffatto, M. (2015). The role of perceived university support in the
formation of students' entrepreneurial intention. Journal of Small Business Management, 53(4), 1127–1145.
Scott, S., & Webber, CF (2013). Entrepreneurialism for canadian principals: Yesterday, today, and tomorrow. Journal of
Research on Leadership Education, 8(1), 113–116. https://doi.org/10.1177/1942775112443438
Shelton, C., & Archambault, L. (2018). Discovering how teachers build virtual relationships and develop as professionals
through online teacherpreneurship. Journal of Interactive Learning Research, 29(4), 579–602.
Souitaris, V., Zerbinati, S., & Al-laham, A. (2007). Do entrepreneurship programmes raise entrepreneurial intention of
science and engineering students ? The effect of learning , inspiration and resources. Journal of Business Venturing
22, 22(4), 566–591. https://doi.org/10.1016/j.jbusvent.2006.05.002
1614⏐SUYUDI ET AL. / Investigating the Influence of Entrepreneurial Leadership

Turker, D., & Selcuk, SS (2009). Which factors affect entrepreneurial intention of university students? Journal of
European Industrial Training, 33(2), 142–159. https://doi.org/10.1108/03090590910939049
Wibowo, A., & Saptono, A. (2018). Does entrepreneurial leadership impact on creativity and innovation of elementary
teachers? Journal of Entrepreneurship Education, 21(2), 1–9.
Xuan, H., Trung, T., Ngọ c, H., Phuong, L., Cong, D., & Quynh, T. (2020). The effect of educational background on
entrepreneurial intention. Management Science Letters, 10(1), 91–102.

Anda mungkin juga menyukai