Nurhata
STKIP Pangeran Dharma Kusuma Segeran Juntinyuat Indramayu
Jl. KH. Hasyim Asyari, Ds. Segeran Kidul, Kec. Juntinyuat, Kab. Indramayu
e-mail: muhammadnurhata@gmail.com
Naskah Diterima: 16 September 2018 Naskah Direvisi:25 Desember 2018 Naskah Disetujui: 27 Maret 2019
DOI: 10.30959/patanjala.v11i1.441
Abstrak
Penelitian ini akan menguraikan salah satu naskah (manuscript) akta jual beli tanah sawah
yang ditemukan di Desa Srengseng, Indramayu. Akta yang menjadi objek penelitian ini adalah
yang paling tua, ditulis dengan menggunakan aksara Jawa, bahasa Jawa. Dilihat dari kandungan
isinya, surat tersebut tergolong surat penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melacak
kandungan isi surat sebagai representasi zamannya. Metode yang digunakan adalah filologi.
Beberapa pihak yang tercatat dalam surat adalah nama penjual dan pembeli, juru tulis, kuwu, dan
saksi-saksi, termasuk mengenai luas tanah dan lokasinya juga dijelaskan, sebagaimana surat jual
beli tanah pada umumnya, baik yang dikenal pada awal abad ke-20 atau pada saat ini. Adapun
kandungan isinya berupa keterangan bahwa Bapak Salinah membeli sebidang tanah sawah
kepada seorang mantan kuwu, Bapak Kadam, pada tanggal 10 November 1915, seharga 32
rupiah. Surat tersebut menegaskan bukti sah kepemilikan atas sebidang tanah sawah pada awal
abad ke-20.
Kata kunci: akta jual beli, sawah, Indramayu.
Abstract
This study describes one of the manuscripts about the deed of sale and purchase of rice
field that had been found in Srengseng Village, Indramayu. The deed that is finally used as the
data is the oldest one. The chosen manuscript is written in Javanese scripts. Referring to its
content, the letter is classified as an important letter. The purpose of this research is to investigate
the content of the old deed. Furthermore, the method which is applied is philology. As a research
of this research is there are some parties written in the old deed, namely seller`s and buyer`s
name, a clerk`s name, village chief, and a couple of witnesses or more. Beside that, some modern
deed elements such as the size of the area and the location, as commonly known nowadays, also
exist. Regarding the story of the content, the manuscripts tells about Mr. Salinah who purchased a
rice field from and ex village chief, named Mr. Kadam, at November 10th, 1915, for 32 Indonesian
rupiah. Finally this deed manuscript can be regarded as an ownership legitimisation of a rice
field in the early of 20th century.
Keywords: Deed of Sale and Purchase, rice field, Indramayu.
gadai, dan surat pajak. Sebagian besar Sementara itu, tanah perorangan diperoleh
surat ditulis dengan aksara Jawa, hanya dengan cara membuka lahan sendiri atau
beberapa saja yang ditulis dengan aksara membabat hutan untuk kepentingan
latin. keluarga sendiri (dalam Suhendar, 1995:
Semula saya menduga, sebelum 9).
menyaksikan langsung, catatan-catatan Selain itu, ada yang disebut dengan
lama itu berupa naskah kuna yang berisi tanah partikelir, yang sebetulnya tidak jauh
cerita-cerita babad, teks-teks keagamaan, berbeda dari tanah milik perorangan.
primbon, dan lain-lain (meskipun surat- Kemunculannya ketika memasuki era
surat itu juga dapat disebut dengan naskah kolonial Belanda. Di Indramayu, terutama
kuna). Temuan sebelumnya, sejak tahun di bagian barat, tanah partikelir menjadi
2013 sampai tahun 2016,1 Indramayu salah satu faktor penyebab atas meletupnya
(terutama di bagian barat) memang pemberontakan pada awal abad ke-19 dan
menjadi kantong penyimpanan naskah awal abad ke-20. Kisah pemberontakannya
dengan aneka macam genre. Ternyata, digambarkan begitu dramatis dalam naskah
semuanya berisi dokumen pribadi keluarga Babad Darmayu (koleksi Dalang Ahmadi)
yang dibuat pada era kolonial Belanda dan naskah Sedjarah Kuntjit. (koleksi Ki
pada awal abad ke-20. Masta).
Dokumen-dokumen itu adalah Persoalan kepemilikan tanah di
cerminan sejarah dan budaya suatu Hindia Belanda tidak dapat dilepaskan dari
kelompok masyarakat, yang tentunya Undang-undang Agraria (Agrarische Wet),
berguna bagi kajian agraria pada umumnya yang dibuat pada tahun 1870. Undang-
atau sejarah kepemilikan tanah pada undang tersebut bertujuan memberikan
khususnya. Di Indonesia, kajian penelitian ruang kepada swasta (pihak asing) supaya
agraria dimulai sejak Raffles, diuraikan bisa menyewa tanah. Pada saat yang
dalam dua jilid History of Java, lalu bersamaan, undang-undang itu juga
dimatangkan oleh bawahannya John memiliki tujuan melindungi tanah milik
Crawfurd dalam History of Indian penduduk pribumi. Namun demikian,
Archipelago (1820) sebanyak 3 jilid. tanah-tanah yang tidak memiliki surat
Penelitiannya menguraikan tata cara resmi, baik yang dimiliki secara komunal
bercocok tanam, tentang kehidupan maupun perorangan, akan dianggap
agraria, serta peran penting sektor agraria sebagai tanah milik negara (domein
bagi peningkatan pendapatan publik dan verklaring). Hal tersebut telah
perdagangan internasional (Farid, 2017: 1- mengakibatkan sejumlah penduduk
2). kehilangan tanah, diambil alih oleh
Berkenaan dengan kepemilikan pemerintah, dan menjadi tanah pemerintah
tanah khususnya di Jawa Barat, Boomgard, Hindia Belanda (Suhendar, 1995: 12).
secara tradisional, membaginya menjadi Undang-undang Agraria berdampak
dua yaitu tanah perorangan dan tanah serius bagi struktur sosial yang ada.
komunal. Tanah komunal muncul ketika Selama tiga per empat abad undang-
sekelompok orang membuka lahan hutan, undang itu telah menciptakan hierarki
yang kelak digunakan secara bersama- dalam penguasaan tanah, yaitu tuan tanah
sama atau digunakan secara bergilir. (pemilik tanah luas), pemilik tanah sedang,
Mereka hanya memiliki hak pakai. pemilik tanah kecil, dan petani tanpa tanah.
Tuan tanah ada yang mengerjakan
1
Dalam “Kearifan Lokal dalam Naskah-naskah tanahnya sendiri, menyewakannya kepada
Pesisir Indramayu: Pengembangan Budaya orang lain, atau membiarkannya kosong.
Pesisir melalui Knowledge Management Pemilik sawah sedang, sebagian ada yang
System” (Christomy, T dan Nurhata 2013) dan menggarapnya sendiri atau
Katalog Naskah Indramayu (Christomy, T dan menyewakannya kepada orang lain.
Nurhata, 2016).
Naskah Surat Akta Jual Beli Tanah…(Nurhata) 35
Sementara pemilik sawah kecil, biasanya 51% petani di Jawa Barat adalah keluarga
menggarap tanahnya sendiri sembari penggarap pertanian milik orang lain de-
mengerjakan tanah milik orang lain ngan cara bagi hasil (tunakisma). Dari
(maro). Sedangkan yang tidak memiliki jumlah tersebut, 67% di antaranya
tanah, akan menjadi buruh tani atau memiliki lahan kurang dari satu bau (0,7
sembari maro. Di samping itu, ada pula hektar), tetapi sebanyak 7% lainnya justru
yang hanya sebagai buruh tani totok berhasil menghimpun tanah dalam jumlah
(Hardjosudarmo, 1967, dalam Suhendar, besar hingga lebih dari 6 bau (4.2 hektar).
1995: 20-21). Bahkan di wilayah Priangan pada tahun
Para tuan tanah tentu saja mampu 1905, tanah seluas lebih dari 30 bau hanya
membeli tanah dalam jumlah besar kepada dikuasai oleh 559 keluarga, dan pada tahun
petani sedang atau petani kecil. Para petani 1925, yang memiliki tanah seluas itu
kecil yang tidak mampu mempertahankan meningkat menjadi 1226 keluarga (Mears,
tanahnya maka akan dijual kepada tuan dalam Suhendar 1995: vi).
tanah, terutama karena masalah himpitan Senada dengan penjelasan Mumuh
ekonomi. Pada awalnya menggadaikan (2011: 394-395), bahwa lahan di pedesaan
tanahnya ke petani besar, lambat laun Priangan yang sebagian besar berupa
menjualnya, seperti yang terjadi di persawahan memang dimiliki secara
Cirebon.2 Oleh karena mereka tidak pribadi. Sebanyak 101 desa dari 105 desa
memiliki tanah akhirnya hanya menjadi (96%), sebagian besar wilayahnya adalah
buruh tani atau sembari maro ‗bagi hasil‘. tanah sawah, yang mana itu menjadi hak
Hal ini telah menciptakan garis demarkasi milik perorangan. Sebagai tanah milik
antara tuan tanah dan buruh tani. perorangan maka pemiliknya dapat
Faktor lain yang memicu menggarapnya sendiri, memberikan ke
ketimpangan kepemilikan lahan yaitu anak keturunannya, atau menjualnya
karena adanya sistem waris ⎯sebidang kepada pihak lain.
tanah dipecah lalu dibagi kepada keluarga Di Indramayu bagian barat, selama
yang memiliki hak waris sehingga luas setengah abad (1885-1935), karena
lahan yang dimiliki oleh generasi tanahnya sangat subur dan produktivitas
berikutnya semakin sempit. Selain itu juga padi sangat tinggi, pemilik sawah enggan
adanya lahan guntai, yakni lahan yang melepaskan tanahnya. Namun keadaan
pemiliknya berasal dari luar desa atau justru terbalik, kemiskinan merajalela,
absente (Winarso, 2012: 143). karena masyarakat terlilit hutang kepada
Kondisi semacam itu umum terjadi para tengkulak (sejak tahun 1880an).
di Jawa Barat. Pada tahun 1905, dalam Penyebabnya gaya hidup masyarakat
Mindere Welvaart Onderzoek, sebanyak sangat konsumtif. Upaya pemerintah
kolonial mengalami kegagalan dalam
2
Wakil Inspektur Urusan Agraria (1918-1925), menyelesaikan masalah itu. Pemerintah
J.W. Meijer Ranneft, dalam arsip pribadinya tidak mampu membeli padi dengan harga
memberikan ulasan sewaktu melakukan normal kepada petani pada saat panen
perjalanan dinas ke wilayah utara Cirebon pada melimpah dan harganya sedang anjlok.
tahun 1919. Menurutnya, peningkatan jumlah Ketika panen berhasil, petani lebih
penduduk dan masalah hutang telah memilih menjualnya kepada tengkulak,
mengakibatkan perekonomian warga semakin
meskipun dengan harga murah. Semuanya
buruk. Tanah yang digadaikan tidak sanggup
melunasinya sehingga tidak sedikit yang
tidak dalam kendali pemerintah kolonial
diambil oleh pihak pemberi pinjaman. Masalah sehingga kondisi masyarakat dalam
itu, menurutnya dapat diatasi dengan keadaan memprihatinkan (Fernando,
mengembalikan tanah kepada penduduk, 2010).
mendaftar ulang, mencatat semua hutang, serta Keadaan itu berbeda dari Indramayu
membentuk aturan pelunasannya (Anrooij, bagian timur, khususnya wilayah
2014: 44).
36 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 33 - 48
6 7
Benda cagar budaya adalah: (a) benda buatan Bahwa haji lebih dari sekedar
manusia, bergerak atau tidak bergerak yang menyempurnakan rukun Islam, tetapi sekaligus
berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian- sebagai alat legitimasi politik, terlihat sejak
bagian atau sisa-sisanya, yang berumur masa awal perkembangan Islam. Hal ini
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, tampak pada kisah perjalanan Walangsungsang
atau mewakili masa gaya yang khas dan beserta adiknya, Rarasantang, ke tanah suci
mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 pada abad ke-15. Sepulang dari sana, Pangeran
(lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai Walangsungsang menjadi kuwu (yang lebih
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dikenal dengan Kuwu Sangkan atau Mbah
dan kebudayaan; (b) benda alam yang Kuwu), yang dengannya mendapatkan karpet
dianggap mempunyai nilai penting bagi merah dari masyarakat muslim pesisir, terlebih
sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. lagi Walangsungsang adalah putra mahkota
Situs adalah lokasi yang mengandung atau Pajajaran. Demikian pula Banten, dalam
diduga mengandung benda cagar budaya Sajarah Banten yang ditulis pada abad ke-17,
termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi status haji memiliki fungsi sebagai alat
pengamanannya. legitimasi politik (Bruinessen, 1995: 42).
Naskah Surat Akta Jual Beli Tanah…(Nurhata) 41
3. Surat Akta Jual Beli Sawah pada awal abad ke-20, surat jual beli tanah
a. Tentang Surat asal Desa Srengseng memiliki kemiripan,
Naskah akta jual beli sawah ditulis bahkan keduanya sama-sama
dengan aksara Jawa, menggunakan bahasa menggunakan aksara Jawa. Kandungan
Jawa. Alas tulis menggunakan kertas isinya sama-sama menjelaskan luas tanah,
bergaris. Tulisan sangat rapi sehingga teks batas tanah, harga sawah, yang
mudah dibaca. Pola penulisannya menggadaikan (atau yang menjual), nama
mengikuti garis. Teks beraksara latin pembeli, saksi-saksi, dan titimangsa.
hanya pada penulisan angka (nomor dan Hanya saja bahasa yang digunakan telah
penanggalan) serta nama seseorang disesuaikan. Surat dari Indramayu ditulis
(sekretaris I), selebihnya tertulis dengan dengan bahasa Jawa, sedangkan surat dari
aksara Jawa. Tinta yang digunakan Priangan ditulis dengan bahasa Sunda
berwarna hitam. Surat ini hanya satu (Ruhaliah, 2010: 57).
lembar; teks tertulis hanya pada satu sisi
halaman. Jumlah baris 22. Beberapa baris 2. Alih Aksara
terakhir ditulis menjorok ke tepi kanan. Format alih aksara atau transliterasi
pada surat jual beli sawah di bawah ini
tetap mempertahankan struktur atau pola,
agar memperoleh gambaran yang sedekat
mungkin dengan yang aslinya. Berkenaan
dengan konsonan h pada awal kata, juga
tetap dipertahankan, seperti kata hingkang,
hing, dan habdi.
No. 19 Sréngséng/
Katrangan/
Hingkang nandha hasta hing ngandhap
punika kahula nami/ Kadam Ramlah. Kula
sampun rumahos gadha yasa/ rupi sabin
dateng Blok Bédhéng, persil 87, klas/ IV.
Wiyaripun sabin 198 bata. Katrangan/
Gambar 2. Surat Jual Beli Sawah tangga sabin, wétan sabiné Sakar
tahun 1915 Dukujati,/ kidul sabiné8 Tariyah, kulon
Sumber: Nurhata, 2017. sabiné Sakar,/ helor sabiné Rasden.
Meskipun kondisi surat sudah lapuk Punika sabin kula wa/dé lepas, kaliyan
dan kusam, akan tetapi keseluruhan teks regi telung puluh roro f32/ rupiyah pérak.
masih terbaca. Surat-surat lainnya pun, Hingkang tumbas sabin puniki/ nami
yang tersimpan dalam satu koleksi, Salinah, saha bayar kontan dhuwit/ kang
kondisinya seperti itu. Penyebab umum telung puluh loro rupiyah.
yang melatarainya karena pemilik naskah Tandha hasta kahulah hingkang/ wadé
tidak memahami bagaiamana semestinya sabin
merawat atau memperlakukan naskah. kasebut/ hing ngigil punika wahu/ nami
Pemilik juga kurang berhati-hati ketika Kadam.
membukakan surat-surat yang tergulung
dalam tabung kaleng. Akibatnya, tepi Saksi Dhusun Sréngséng
halaman banyak yang rusak, tersobek Habdi Kuwu Sréngséng
menjadi serpihan kecil dan berjatuhan ke Kaji Marsiti
tanah.
Bila dibandingkan dengan surat
8
kepemilikan tanah di Priangan yang dibuat Dalam naskah tertulis sabané, seharusnya
sabiné.
42 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 33 - 48
Srengseng juga. Ia juga memiliki sawah di Redisan seluas 342 bata dengah
Blok Glagarjuna Srengseng, berbatasan harga 80 rupiah.
dengan sawah milik Bapak Mursid.9 2. Tanggal 4 Agustus 1920, Bapak
Banyak faktor yang melatari me- Salinah membeli sawah milik Ibu
ngapa Bapak Kadam dan Ibu Ramlah Wader seluas 282 bata dengan harga
menjual sawahnya, ditengarai karena 80 rupiah.
masalah kebutuhan ekonomi. Hal ini 3. Tanggal 7 November 1923, Bapak
dipertegas dengan adanya sebuah laporan Salinah membeli sawah seluas 198
seorang Wakil Inspektur Urusan Agraria bata milik Bapak Kaswi dan Ibu
(1918-1925), J.W. Meijer Ranneft sewaktu Murtala dengan harga 50 rupiah.
melakukan perjalanan dinas ke wilayah 4. Tanggal 31 Oktober 1924, Bapak
utara Cirebon serta penelitian Armando Salinah membeli sawah seluas 260
(2010) di Indramayu bagian berat (1885- ru atau sekitar setengah bau lebih
1935). (500 ru = 1 bau) milik Ibu Salmi
Pada surat tersebut, hanya seharga 210 rupiah.
disebutkan nama Bapak Kadam: Tandha 5. Tanggal 3 Agustus 1931, Bapak
hasta kahulah hingkang wadé sabin Salinah membeli sawah milik Ibu
kasebut hing ngigil punika wahu nami Sanip seluas 262 bata dengan harga
Kadam “Tanda tangan saya yang menjual 65 rupiah.
sawah tersebut di atas bernama Kadam”. Jadi, total luas sawah yang dimiliki
Nama Ibu Ramlah tidak tertera. Tanda Bapak Salinah 2600 bata atau sekitar 3.66
tangan penjual juga tidak ada, hanya ada hektar.10 Jumlah ini belum termasuk tanah
tanda yang menyerupai huruf “XXX” yang pekarangan, yang jika diakumulasikan
mungkin maksudnya dikosongkan. Bahkan lebih luas lagi ukurannya.
tanda tangan kuwu, saksi, dan stempel pun Sejumlah surat akta jual beli tanah
tidak tertera. Belum dapat dipastikan, milik Bapak Salinah seakan menegaskan
apakah surat semacam itu pada masanya bahwa ia adalah seorang tuan tanah.
dianggap lazim dan memiliki kekuatan Sawahnya tersebar luas di Dusun
hukum atau memang masih dalam proses Srengseng. Hampir setiap dua tahun ia
(belum selesai). membeli sawah yang berada di area desa
itu. Informasi ini senada dengan yang
e. Nama Pembeli disampaikan oleh pemilik surat, Mas
Pada mulanya saya menduga, Johan, bahwa Bapak Salinah memang
pembeli sawah yang bernama Salinah betul adalah tuan tanah.11 Kepemilikan
adalah perempuan, tetapi ternyata laki-laki. tanah perorangan dalam jumlah besar ini
Ini dinyatakan dalam surat lain yang ditulis adalah salah satu dampak dari Undang-
sesudahnya. Menurut pemilik naskah pun undang Agraria (Agrarische Wet)
seperti itu, bahwa Salinah adalah seorang sebagaimana telah disebutkan di atas.
laki-laki yang memiliki banyak sawah.
Boleh dibilang pemerolehan tanah didapat f. Tanda Tangan
dengan cara membeli. Berikut di bawah ini Di dalam surat yang dialihkasarakan
tanggal pembeliannya: sebagaimana diuraikan di atas, tidak
1. Tanggal 11 September 1918, Bapak memuat tanda tangan cap jempol dan
Salinah membeli sawah dari Ibu
10
Ini data sementara. Dari dua gulungan yang
dimasukkan dalam dua kaleng, hanya sebagian
9
Keterangan tetangga sawah milik Kasni yang surat yang saya baca, masih banyak surat yang
djual ke Bapak Mursid pada tanggal 3 Maret belum dibaca. Jika diakumualasikan jumlahnya
1917: timur, sawahnya Haji Hartiyah; selatan, lebih besar lagi, bisa mencapai dua kali lipat.
11
tetangga Ibu Masijem; barat, Kaji Kadam, Wawancara dengan pemilik arsip, Mas Johan
mantan kuwu; utara, tetangga salon. (40).
Naskah Surat Akta Jual Beli Tanah…(Nurhata) 45
Gambar 5. Stempel
Sumber: Nurhata, 2017.
h. Saksi-saksi
Orang-orang yang terlibat dalam
penjualan sawah adalah Kuwu Dusun
Gambar 4. Cap Jempol dan Stempel
Srengseng Haji Marsiti, sebagai pihak
Sumber: Nurhata, 2017.
yang mengetahui. Di bawahnya disebutkan
dua orang saksi, yakni Pancakaki yang
g. Stempel
bernama Rayem dan Juru Tulis yang
Surat berstempel sebetulnya hanya
bernama Ratna (Juru Tulis I). Biasanya,
ada dua: tertanggal 3 September 1917 dan
juru tulis yang bertugas membuat surat
tertanggal 4 Oktober 1923. Dalam stempel
penting seperti akta jual beli. Keterlibatan
tertulis serangkaian huruf melingkar,
pihak desa sangat penting, untuk
berupa huruf kapital aksara latin:
mengantisipasi timbulnya perselisihan di
“SRENGSENG NO. 19. DIST.
antara kedua belah pihak.
KARANGAMPEL”. Pada bagian tengah
Ratna termasuk orang yang
lingkaran terdapat gambar mahkota. Di
berpengalaman dalam urusan administrasi
bagian bawah mahkota terdapat gambar
desa. Pada masa kuwu H. Marsiti, Ratna
dua ekor singa dengan posisi berdiri, tetapi
menduduki jabatan juru tulis atau
tidak begitu jelas. Stempel dengan gambar
sekretaris I, nama sekretaris II tidak
semacam itu biasa dipakai untuk urusan
disebutkan. Masa kuwu H. Daklan, Ratna
yang berkaitan dengan administrai
juga menjabat sekretaris I, bersama
pemerintah Hindia Belanda pada awal
Mustarah sebagai sekretaris II. Masa Kuwu
abad ke-20.
H. Kusen, Ratna masih menjadi sebagai
Ini menginformasikan kedudukan
sekretaris I, sedangkan yang menjadi
Dusun Srengseng kala itu sebagai wilayah
sekretaris II adalah Klawud. Namun,
yang berada di bawah Distrik
periode pemerintahan Kuwu H. Kusen,
Karangampel, melalui Onderdistrik
jabatan sekreteris I dan II diganti:
Krangkeng. Berbeda dari hierarki
sekretaris I diganti menjadi H. Yahya
pemerintahan saat ini, Karangampel dan
sementara sekreteris II diganti menjadi
Krangkeng memiliki kedudukan sejajar,
Kasmirah.
keduanya sebagai kecamatan yang berada
Adapun nama-nama jabatan yang
di bawah Pemerintahan Kabupaten
ada di Dusun Srengseng, menurut
Indramayu.
46 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 33 - 48
Naskah Akta Surat Jual Beli Sawah, dibuat 21. Depok: Fakultas Sastra Universitas
tahun 1916, koleksi Mas Johan (40 Indonesia.
tahun).
Purwanti, Sri. ―Akibat Hukum dari Pembuatan
Naskah AktaSurat Jual Beli Sawah, dibuat Akta Jual Beli Tanah yang tidak Sesuai
tahun 1917, koleksi Mas Johan (40 dengan Tata Cara Pembuatan Akta
tahun). PPAT‖ dalam Repertorium Vol. 3 No.
2. Juli-Desember 2016.
Naskah AktaSurat Jual Beli Sawah, dibuat
tahun 1920, koleksi Mas Johan (40 Ruhaliah. "Jejak Penjajahan pada Naskah
tahun). Sunda: Studi Kasus pada Surat Tanah"
dalam Jumantara Vol. 1 No. 1. Tahun
Naskah AktaSurat Jual Beli Sawah, dibuat
2010.
tahun 1923, koleksi Mas Johan (40
tahun). Winarso, Bambang. ―Dinamika Pola
Penguasaan Lahan Sawah di Wilayah
Naskah AktaSurat Jual Beli Sawah, dibuat
Pedesaan di Indonesia" dalam Jurnal
tahun 192, koleksi Mas Johan (40
Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12
tahun).
No. 3. Tahun 2012.
Naskah Akta Surat Jual Beli Sawah, dibuat
tahun 1931, koleksi Mas Johan (40 3. Buku
tahun). Abdullah, Taufik. 2010.
Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta:
Naskah Akta Surat pernyataaan penguasaan
UGM Press.
fisik bidang tanah, 1991, arsip pribadi
(40 tahun). Baried, Siti Baroroh dkk. 1985.
Pengantar Teori Filologi. Pusat
2. Jurnal dan Laporan Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Christmoy, Tommy dan Nurhata. 2016. Departemen Pendidikan dan
―Kearifan Lokal dalam Naskah-naskah Kebudayaan, Jakarta.
Pesisir Indramayu: Pengembangan Christmoy, Tommy dan Nurhata. 2016.
Budaya Pesisir melalui Knowledge Katalog Naskah Indramayu. Jakarta:
Management System‖. DRPM. UI. WWS.
Fernando, M.R. ―The Worst of Both Worlds: Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Commercial Rice Production in West Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Indramayu, 1885–1935‖ dalam of IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Southeast Asian Studies, Vol. 41 / Issue
03 / October 2010, pp 421 - 448. Farid, Hilmar. 2017.
“Prolog: Menuju Sejarah/ Geografi
Krihanta. ―Akreditasi Lembaga Kearsipan Agraria”. dalam Sejarah/Geografi
Provinsi dalam Rangka Meningkatkan Agraria Indonesia. Sleman: STPN
Layanan kepada Masyarakat‖ dalam Press.
ANRI Jurnal Kearsipan Vol. 3 No.1.
Desember Tahun 2008. Hornby, A. S. 2000.
Oxford Advanced Learner’s Dictionary.
Magetsari, Nurhadi. ―Organisasi dan Layanan Oxford: Oxford University Press.
Kearsipan‖ dalam ANRI Jurnal
Kearsipan Vol. 3 No.1. Desember Priyadi, Sugeng. 2012.
Tahun 2008. Sejarah Lokal: Konsep, Metode, dan
Tantangannya. Yogyakarta: Ombak.
Muhsin Z, Mumuh. 2011. ―Struktur Sosial,
Politi, dan Pemilikan Tanah di Priangan Saputra, Karsono, H. 2008.
Abad ke-19‖ dalam Patanjala Vol. 3 Pengantar Filologi Jawa. Jakarta:
No. 3. September 2011. WWS.
Mulyadi, Sri Wulan Rujiati. 1994. Suhendar, Endang. 1995.
―Kodikologi Melayu di Indonesia‖, Ketimpangan Penguasaan Tanah di
dalam Lembaran Sastra edisi khusus. Jawa Barat. Akatiga: Bandung.
48 Patanjala Vol. 11 No. 1 Maret 2019: 33 - 48
5. Informan
Mas Johan (40 tahun). 2015.
Desa Srengseng, Kec. Krangkeng, Kab.
Indramayu. Wawancara, Indramayu 22
Januari 2015.