Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9

Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

PENGARUH PENGELOLAAN ARSIP SERAT KEKANCINGAN


TERHADAPPENGATURAN HAKATAS TANAH BERSTATUS MAGERSARI
PASKA PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG PERTANAHAN
DAN AGRARIA (UUPA)1960
(STUDI KASUS ARSIP SERAT KEKANCINGAN
DI KOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
Oleh : Rina Rakhmawati, Dra. Ngesti Lestari M.Si*, Drs. Agus Supriyono, M.A*

Email :archiva_08@yahoo.com

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang

Abstrak

Sengketa tanah banyak terjadi karena minimnya pengetahuan dalam pengelolaan bukti kepemilikan tanah,
termasuk sengketa sultan ground. Meski hak milik ada di pihak keraton, sultan ground dapat diberikan
kepada abdi dalem yang berjasa, berikut para ahli warisnya. ArsipSerat Kekancingan merupakan bukti
kepemilikan sekaligus pemanfaatan sultan ground dengan status penghuni Magersari.Beberapa sultan
ground berada di kawasan pariwisata dengan ragam wisatawan dalam maupun luar negeri. Namun
pengaturannya masih belum memiliki kejelasan hukum, terutama dalam hal administrasi arsip serat
kekancingan.Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa sistem kearsipan serat kekancingan belum
memenuhi standar pengelolaan yang baik dan benar sehingga berpengaruh pada rumitnya penyelesaian
beragam konflik yang terjadi di masyarakat, seperti sengketa di Jalan Suryowijayan, Jalan Brigjen Katamso
Gondomanan dan Hotel Ambarukmo Kabupaten Sleman.

Kata Kunci : Serat Kekancingan, Magersari, Tanah

Abstract

Many land’s controversies occur because of the lack of knowledge in the records management of land
ownership, including the controversies of Sultan Ground. Although the right property is in the keraton, the
Sultan Ground can be given to meritoriousabdi dalem, following his heirs. Kekancingan’s records is a proof
of ownership as well as the utilization of Sultan Ground with Magersari’s resident status. Some Sultan
Groundsis in the area of tourism with a variety of domestic and foreign travelers. However,their management
still do not have the legal clarity, especially in the case of records administration. The result ofthis research is
that records management system of kekancinganis far from a best standard of records management.It will
impact on the complexity of the various conflict resolution in the community, such as controversies in
Suryowijayan Street, Brigjen Katamso Street of Gondomanan andHotel Ambarukmo in Sleman.

Keywords : Serat Kekancingan, Magersari, Land

*Dosen Pembimbing

1. Pendahuluan
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan Presiden Soekarno.Melalui pemberlakuan


dominasi wilayahnya yang diliputi laut, faktanya undang-undang nomor 13 tahun 2012, salah satu
memiliki persoalan tanah yang terbilang rawan. pengakuan keistimewaan Yogyakarta ada pada
Setiap tahun dapat ditemui beberapa kasus pengelolaan tanah.
sengketa tanah, baik antar warga, warga dengan
perusahaan, bahkan warga dengan negara. Yogyakarta, dalam perjanjian Giyanti 1755
Sengketa tanah tersebut seringkali dilatar merupakan salah satu wilayah pecahan Kerajaan
belakangi oleh tiadanya alat bukti dokumen yang Mataram Islam.Pada masa sebelum reorganisasi
sah di pihak masyarakat awam atau alat bukti tanah sekitar tahun 1918, tanah dibawah kuasa
dokumen ganda dengan objek tanah yang sama. penuh sultan (raja).Hal ini didasarkan pada
Sumber sengketa yang berkaitan dengan konsep kerajaan Jawa bahwa sultan (raja) adalah
dokumen, dapat dilihat dari kesadaran dan sumber satu-satunya dari segenap kekuatan dan
kepahaman dalam pengelolaan arsip pertanahan di kekuasaan, dan dialah pemilik segala sesuatu di
lembaga pertanahan. Kesadaran dan kepahaman dalam kerajaan, dan karena itu dia diidentikkan
timbul dari pengetahuan tentang pentingnya arsip dengan kerajaan [Soemardjan, 1981: 28].
dan pengelolaannya.
Posisi rakyat pada masa sebelum reorganisasi
Pada mulanya, arsip dipahami sebagai kumpulan 1918 hanya sebagai penggarap tanah lungguh.
naskah. Perkembangan teknologi informasi dan Mereka hanya dikenakan hak anggaduh atau hak
direvisinya undang-undang kearsipan, pengertian pakai, istilah lain dari kerja wajib, juga membayar
arsip mengalami perluasan. Dalam undang- pajak. Ketika sejumlah perusahaan swasta
undang nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan memasuki Yogyakarta dan melakukan transaksi
menegaskan: sewa atas tanah lungguh, para kapitalis
Arsip adalah rekaman kegiatan atau mendapatkan hak atas tanah beserta
peristiwa dalamberbagai bentuk dan penggarapnya. Oleh karena pada awalnya hanya
media sesuaidengan perkembangan sebagai penggarap, rakyat yang kemudian
teknologi informasi dan komunikasi dijadikan buruh perusahaan, tidak mendapatkan
yang dibuat dan diterima oleh upah. Hal ini menimbulkan kesulitan hidup yang
lembaga negara,pemerintahan daerah, bertambah bagi rakyat penggarap tanah.Pada
lembaga pendidikan, perusahaan, tahun 1912, para pejabat keraton dan Belanda
organisasi politik,organisasi sepakat untuk memberikan perlindungan hukum
kemasyarakatan, dan perseorangan kepada penduduk pedesaan yang berlaku pada
dalam pelaksanaan kehidupan tahun 1918, atau masa landreform.
bermasyarakat,berbangsa, dan
bernegara [ANRI, 2010: 4]. Paska reorganisasi 1918 yang juga ditandai
Menurut undang-undang tersebut, arsip diartikan dengan pembentukan desa/kelurahan sebagai
sebagai rekaman peristiwa dalam bentuk tekstual badan hukum, diberikan pula hak andarbe atau
dan non-tekstual yang diciptakan oleh beberapa hak milik atas tanah dalam wilayahnya, kecuali
kelompok sosial, baik milik negara, daerah, tanah-tanah yang dibawah kendali langsung
swasta, perseorangan hingga swadaya kerajaan [Departemen Kehakiman, 1977: 296].
masyarakat.Selain pemahaman terhadap tata Namun hak rakyat secara individu atas tanah
kelola arsip, perlu juga diketahui dan dipahami masih berupa hak anggadhuh atau hak pakai,
bentuk arsip yang menjadi alat bukti kuat dalam meski secara turun-temurun atau dapat
pengaturan tanah, khususnya di daerah-daerah diwariskan. Pada masa ini, tanah lungguh
yang memiliki kekhususan administrasi dihapuskan, dan berdasarkan RK (Rijksblaad
pemerintahan.Meskipun secara umum alat bukti Kasultanan) nomor 16/1918 pasal 4 jo pasal 7 dan
kuat pemanfaatan tanah oleh perseorangan RPA (Rijksblaad Pakualaman) nomor 18/1918
dan/atau lembaga dapat melalui akta atau bahwa tanah-tanah yang kemudian diserahkan
sertifikat tanah, tidak demikian halnya yang kepemilikannya kepada desa diperuntukkan
berlaku di Daerah Istimewa Yogyakarta.Sebelum sebagai :
diberlakukannya undang-undang keistimewaan 1. Tanah bengkok (gaji) bagi pejabat-
nomor 13 tahun 2012, Yogyakarta sudah diakui pejabat desa yang masih aktif;
sebagai daerah istimewa pada masa pemerintahan
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

2. Tanah pangarem-arem (pensiun) bagi yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan


pejabat-pejabat desa yang telah berhenti Nasional. Sementara itu, dalam pengelolaan tanah
dengan hak mendapat pensiun; keraton, arsip yang mendapat prioritas pertama
3. Tanah kas desa (kekayaan desa) untuk adalah kepemilikan serat kekancingan, selain juga
membiayai administrasi dan pengesahan dari Kantor Pertanahan Kota
pembangunan desa). [Departemen Yogyakarta.
Kehakiman, 1977: 297].
Kondisi pertanahan tersebut berlangsung hingga Arsip serat kekancinganmerupakan salah satu
dikeluarkannya Peraturan Daerah Istimewa jenis arsip vital. Hal ini tersirat dari pernyataan
Yogyakarta bidang agraria yang mengubah hak pengageng Paniti Kismo KGPH Hadiwinoto
rakyat atas tanah dari hak anggadhuh atau hak bahwa pihak keraton menerbitkan serat
pakai turun temurun menjadi hak andharbe atau kekancingan hanya satu kali kepada yang terlebih
hak milik turun-temurun dalam ikatan desa. dahulu mengajukan permohonan. Menurut
Dengan demikian, penggunaan tanah di desa undang-undang nomor 43 tahun 2009 tentang
berdasarkan PDIY nomor 5 tahun 1954 pasal 6 kearsipan disebutkan bahwa arsip vital adalah
ayat 3 yaitu: arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan
1. Lungguh; dasar bagi kelangsungan operasional pencipta
2. Pangarem-arem; arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak
3. Kas desa tergantikan apabila rusak atau hilang. Penekanan
4. Kepentingan umum. pengelolaan arsip vital terdapat pada metode
perlindungan dan penyusutan, sedangkan pada
Magersari berbeda secara harfiah dengan tanah tahap penciptaan hingga pendistribusian termasuk
lungguh. Status magersari diberikan karena dalam rangkaian pengelolaan arsip dinamis.
seorang abdi dalem dianggap telah berprestasi
terhadap kerajaan (keraton). Prawiroatmodjo
dalam “Bausastra Jawa-Indonesia” mengartikan 2. Tinjauan Pustaka
magersari sebagai orang yang menumpang di
halaman para bangsawan atau orang lain Fokus dokumen keraton lebih dilihat pada cabang
[Prawiroatmodjo, 1957 : 322]. Hal ini ilmu tentang manuskrip, baik berupa babad, kitab
mengindikasikan bahwa magersari bukanlah dan lain sebagainya. Meski termasuk dalam jenis
status tanah, namun status penghuni atau arsip vital, pengelolaan arsip serat kekancingan
penggarap tanah yang merupakan bagian dari pun belum memenuhi standar pengamanan seperti
sultan ground. Pernyataan bahwa magersari yang direkomendasikan oleh beberapa literatur
merupakan bagian dari sultan ground dijelaskan kearsipan.Oleh karena itu, penulis mengacu pada
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam dua buku yang membahas program arsip vital
pengantar “Naskah Sumber Arsip seri 3: dengan sederhana agar mudah dipahami.
Ngindung di Tanah Kraton Yogyakarta” terbitan
Kantor Arsip Daerah Yogyakarta, bahwa hak Buku pertama adalah “Penyusutan dan
magersari diberikan kepada penghuni sultan Pengamanan Arsip Vital Dalam Manajemen
ground karena adanya ikatan historis, Kearsipan” yang ditulis oleh Boedi Martono dan
diperuntukkan bagi WNI asli dengan jangka diterbitkan Pustaka Sinar Harapan. Boedi
waktu selama mereka menghuni, juga berkaitan Martono, dalam buku ini, menjelaskan
dengan prestasi kepada keraton [Kantor Arsip manajemen kearsipan sebagai bab pengantar.
Daerah Yogyakarta, 2010 : xiii].Setelah Selain itu, dijelaskan pula ruang lingkup
pemberlakuan Undang-Undang Pertanahan dan manajemen kearsipan dan lembaga pengelola
Agraria nomor 5 tahun 1960, terjadi dualisme arsip, seperti ANRI dan unit kearsipan di masing-
hukum pertanahan di wilayah Yogyakarta, masing organisasi pencipta arsip.Program
khususnya terkait dengan pengelolaan sultan penyusutan arsip menjadi prioritas kedua yang
ground yang di dalamnya terdapat penghuni dibahas oleh Boedi Martono.Program arsip vital
berstatus hak magersari. Kondisi tersebut juga difokuskan pada pembahasan tentang
berdampak dalam pendokumentasian kepemilikan pengamanan dan pemeliharaan, baik fisik maupun
tanah. Pada umumnya, pendokumentasian hak informasi yang terekam dalam arsip vital.Teori
atas tanah hanya berupa sertifikat atau akta tanah daur hidup arsip yang digunakan Boedi Martono
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

dalam setiap pembahasan memang telah banyak hanya berupa minimalisasi upacara-upacara adat
ditinggalkan sebagian besar organisasi dan keraton, tetapi juga struktur pemerintahan hingga
praktisi kearsipan.Namun jika melihat kembali masalah hak-hak pertanahan. Selo Soemardjan
pada kondisi sistem kearsipan keraton, maka pun membahas keterkaitan kehidupan petani
pembahasan dalam buku ini masih relevan. dengan tanah garapannya yang menjadi dominasi
Sayangnya, pembahasan seputar arsip vital yang sosial masyarakat Yogyakarta.Penulis mengambil
hanya terfokus pada masalah pengamanan dan fokus pada bab-bab yang membahas dinamika
pemeliharaan, meninggalkan satu point penting pemerintahan Kasultanan Yogyakarta pada masa
dalam program arsip vital yang diamanatkan penjajahan Belanda hingga bergabung dengan
undang-undang nomor 43 tahun 2009, yaitu Republik Indonesia.Perubahan pemerintahan yang
identifikasi, perlindungan dan pengamanan, dan terjadi dalam kurun waktu yang cukup cepat tentu
penyelamatan dan pemulihan. Meski demikian, berpengaruh pada persoalan penataan tanah
diperlukan adanya analisis lebih fokus dan sebagai simbol batas-batas kewilayahan.Selain
disesuaikan dengan kondisi kearsipan keraton.Hal itu, penulis juga mengambil bab tentang
ini karena William Saffady lebih memfokuskan kehidupan petani sebagai dominasi masyarakat
pada manajemen kearsipan yang ada di Yogyakarta di masa awal berdirinya Kasultanan
lingkungan perusahaan. Yogyakarta dan pengaruhnya terhadap pengaturan
tanah. Meski Selo Soemardjan membahas secara
Buku kedua adalah “Records and Information komprehensif perubahan sosial dan imbasnya
Management : Fundamentals of Professional terhadap pola pertanahan di Yogyakarta, namun
Practicekarya William Saffady yang diterbitkan masih terdapat hal-hal yang terperinci, terutama
oleh Association of Records Managers and pada masalah tanah milik keraton. Untuk menutup
Administrators. William Saffady, dalam buku ini, kekurangan buku ini, penulis mengambil buku
menjelaskan beberapa aspek mendasar dari yang membahas tanah keraton dari tim ahli
manajemen kearsipan, terutama manajemen arsip hukum keraton.
dinamis. Apabila Boedi Martono menjelaskan
secara garis besar manajemen kearsipan, maka Buku keempat berjudul “Hak Sri Sultan Atas
William Saffady merinci lebih lengkap dan fokus. Tanah di Yogyakarta” karya KPH Notoyudo yang
Buku ini terbagi dalam tujuh bab, dan bab yang diterbitkan pada tahun 1975. Buku ini membahas
relevan sebagai penunjang utama dalam penelitian secara komprehensif seputar hasil penelitian tim
ini adalah bab enam (Vital Records), bab tujuh ahli hukum keraton yogyakarta tentang hak-hak
(Managing Active Records I : Document Filing menyangkut tanah yang ada pada sri sultan. KPH
Systems) dan bab delapan (Managing Active Notoyudo membahas seputar sejarah tanah
Records II : Automated Document Storage and keraton dari berbagai penelitian yang dilakukan
Retrieval). bangsa Barat, seperti Rouffaer dan de la
Faille.Buku ini juga membahas bagaimana
Buku ketiga adalah “Perubahan Sosial di seorang sultan mendapatkan hak pertanahan di
Yogyakarta” karya Selo Soemardjan. wilayah Yogyakarta.Selain itu juga dilengkapi
Perkembangan sosial masyarakat Yogyakarta dengan beberapa lampiran perundang-undangan
dibandingkan masyarakat lain di Indonesia untuk memperkuat beberapa pernyataan hukum
memang terbilang unik. Upaya mempertahankan yang dibahas.Persoalan keistimewaan Yogyakarta
adat budaya asli di tengah gempuran berbagai juga disinggung dalam buku karya KPH
ideologi dan budaya luar yang masuk ke Notoyudo ini. Oleh karena tidak dilengkapi peta
Yogyakarta secara damai maupun penindasan wilayah maka pembaca awam akan kesulitan
patut menjadi contoh. Meski demikian, memahami perubahan kondisi tanah keraton.
masyarakat Yogyakarta dalam perkembangannya Buku ini juga masih belum fokus pada tanah
tidak secara kaku bertahan dengan adat budaya dengan penghuni berstatus magersari.
yang berakar dari pusat kerajaan (keraton). Ada
beberapa bentuk penyesuaian agar tidak terjadi
shock culture, terutama setelah Sri Sultan 3. Metode Penelitian
Hamengkubuwono IX bertahta, dan keputusan
untuk bergabung jadi bagian Negara Kesatuan Desain penelitian yang digunakan adalah
Republik Indonesia. Perubahan tersebut tidak penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

bermaksud untuk memahami fenomena tentang operations will be curtailed or discontinued, with
apa yang dialami subjek penelitian, misalnya a resulting adverse impact on the organization
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- [Saffady, 2004 : 123].
lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu Arsip kekancingan yang ada di Paniti Kismo
konteks khusus yang alamiah dan dengan disusun berdasarkan geografi (wilayah) dan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah [Moelong, kronologis. Namun alat penyimpanan hanya
2013: 6]. Oleh karena keberagaman jenis dari menggunakan map (folder) dan lemari kayu.
desain penelitian kualitatif, penulis mengambil Arsip-arsip yang ada di filing cabinet pun disusun
jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan secara tertumpuk vertikal.Penamaan wilayah
mengambil permasalahan keterkaitan antara seperti Sleman, Bantul, Kota Yogyakarta hanya
pengelolaan arsip serat kekancingan dengan berupa kertas yang ditempatkan di bagian depan
pengaturan hak sewa tanah di lingkungan tanah pintu lemari simpan.Beberapa arsip juga sudah
magersari.Untuk menajamkan analisis, dalam bentuk terikat dengan tali raffia.Kondisi
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penyimpanan ini berdampak pada waktu temu
oral history atau sejarah lisan yaitu usaha balik yang membutuhkan waktu hingga lebih dari
merekam kenangan yang dapat disampaikan oleh tiga hari.Dampak buruk lainnya adalah
pembicara sebagai pengetahuan tangan pertama, kemungkinan arsip hilang pun tinggi. Selain itu,
melalui wawancara terencana [Baum, 1982 : 1]. surat yang didistribusikan di setiap lini struktur,
Teknik yang digunakan dalam pendekatan oral bukanlah surat asli, tetapi salinan (tedakan) yang
history adalah wawancara topical narrative, yaitu ditulis kembali sesuai dengan isinya [Maskunah,
pewawancara mengarahkan narasumber pada 2013 : 27]. Buruknya sistem pemberkasan
topik yang sudah ditentukan, dalam kaitannya diperparah dengan minimnya pemahaman SDM
dengan penelitian ini adalah tanah magersari. pengelola tentang manajemen
kearsipan.Penempatan tenaga arsiparis yang
diperbantukan dari Badan Perpustakaan dan Arsip
4. Hasil dan Pembahasan Daerah Yogyakarta hanya ada di bagian arsip
statis Tepas Banjar Wilapa Perpustakaan Widya
Pengelola serat kekancingan tidak hanya di Tepas Budaya Keraton Yogyakarta.
Paniti Kismo maupun arsip keraton (setelah
memasuki masa statis), tetapi juga disimpan oleh Sistem pemberkasan geografi yang digunakan
masing-masing pemegang hak magersari.Keraton dalam penataan arsip kekancingan adalah sistem
Yogyakarta, sebagai bentuk birokrasi tradisional penyimpanan arsip dinamis berdasarkan nama
telah menetapkan pedoman tata naskah dinas lokasi koresponden yang disusun secara abjad dan
untuk naskah serat kekancingan. Hal ini karena dikelompokkan menurut berbagai susunan, seperti
kekancingan tidak hanya diperuntukkan pada negara, provinsi, kabupaten atau kotamadya
bidang pertanahan, tetapi juga pada bidang bahkan menurut nama jalan. Oleh karena
kepegawaian (abdi dalem) dan perihal pemegang hak magersari tersebar di berbagai
keturunan.Keberadaan pedoman tersebut juga wilayah di Yogyakarta, baik kotamadya maupun
menghindari tindak pemalsuan kekancingan kabupaten, maka arsip dikelompokkan
pertanahan yang dapat berakibat pada jual beli berdasarkan kabupaten atau kotamadya. Misalnya
illegal tanah kraton berstatus Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan
magersari.Kecurigaan pihak keraton terkait seterusnya. Kemudian dalam satu kelompok
pemalsuan serat kekancingan sempat tersiar wilayah, dikelompokkan kembali berdasarkan
dalam kasus sengketa tanah di Kabupaten tahun dikeluarkannya kekancingan.Setelah itu
Kulonprogo yang melibatkan kerabat diurutkan kembali berdasarkan abjad pertama
keraton.Oleh karena arsip serat kekancingan pemegang kekancingan.
termasuk dalam arsip vital, maka dampak yang
dapat ditimbulkan dari pemalsuan arsip akan
merugikan pihak keraton. Hal ini tersirat dalam
pernyataan William Saffady, if vital records are
lost, damaged, destroyed or otherwise rendered
unavailable or unuseable, mission-critical
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

4.1 Pengaruh Pengelolaan Arsip Masalah mendasar dalam kasus Jalan Brigjen
Kekancingan terhadap Pengaturan Hak Katamso tidak berbeda dengan kasus Jalan
Penggunaan Tanah Berstatus Magersari Suryowijayan, yaitu tidak tertibnya administrasi
arsip kekancingan. Pemegang hak magersari dapat
mewariskan haknya kepada ahli waris (satu
Sebagian kalangan yang memiliki kemampuan keluarga) yang disebut dengan lintir, maupun
materi lebih dan/atau memiliki kedekatan khusus kepada pihak di luar ahli waris keluarga yang
dengan lingkaran dalam keraton, dapat dengan disebut liyer.Apabila pemegang hak awal hendak
mudah mendapatkan hak penggunaan tanah me-lintir atau me-liyer hak magersarinya, maka
keraton meski jalan yang ditempuh secara tidak harus dengan sepengetahuan pihak keraton. Hal
langsung merugikan keraton sendiri.Sementara itu ini agar memudahkan dalam proses pendataan dan
bagi rakyat menengah ke bawah yang hidup keraton tidak serta merta kehilangan aset tanahnya
dalam kondisi serba terbatas dan tidak memiliki secara tidak langsung. Namun pada umumnya,
kedekatan khusus dengan para bangsawan pemegang hak magersari yang beberapa kali me-
keraton, maka perolehan hak untuk menggunakan lintir atau me-liyer akhirnya tidak lagi
tanah keraton selalu dipermasalahkan hingga ke mengkomunikasikan tindakannya kepada pihak
ranah hukum.Kasus sengketa tanah berstatus keraton. Akibatnya, tidak hanya pihak keraton
magersari di Jalan Suryowijayan mengindikasikan yang dirugikan, tetapi juga dapat menimbulkan
kelemahan pengelolaan arsip serat kekancingan sengketa jika keraton menerbitkan kekancingan
sebagai bukti pemanfaatan tanah. Bukti apabila atas nama pihak lain dengan tanah yang sama.
pihak tergusur pernah mengajukan permohonan
kekancingan hak magersari, seharusnya dapat Tidak tertibnya penyimpanan arsip dan
ditelusuri melalui buku agenda surat masuk. kelambanan dalam pemutakhiran data menjadi
Selain itu, juga perlu diketahui keberadaan fisik titik lemah pihak keraton sebagai pihak yang
arsip surat permohonan tersebut. Fisik arsip surat berhak menerbitkan kekancingan.Hal ini dapat
permohonan dapat ditemukan kembali dengan mengakibatkan pihak keraton kesulitan dalam
cepat dan tepat hanya jika sistem pemberkasan melacak pihak-pihak yang sudah mendapat hak
sudah baik. Namun melihat pada kenyataan magersari melalui kekancingan dan pihak-pihak
bahwa sejak tahun 1970-an hingga dilakukannya yang belum mendapatkan kekancingan.Alasan
penggusuran, tidak diketahui keberadaan fisik mendasar inilah yang kemudian menjadi gugatan
arsip surat permohonan, maka kemungkinan keraton oleh pihak LBH Yogyakarta.
secara aspek kearsipan adalah :
1. Fisik arsip surat permohonan hak Berbeda dengan dua kasus sebelumnya, kasus
magersari hilang (ketlingsut) karena Hotel Ambarukmo di Kabupaten Sleman bermula
penataan fisik berkas yang tidak ketika Raden Mas Triyanto Pranowo selaku ahli
memenuhi kriteria pemberkasan arsip waris dan perwakilan trah Hamengku Buwono
yang baik dan benar; VII mengeluarkan serat kekancingan dengan kop
2. Tidak tercatat dalam buku agenda surat surat bukan atas nama Paniti Kismo. Selain itu
masuk meski sudah pernah mengajukan juga dituduh melakukan pemungutan uang dalam
permohonan; pengurusan kekancingan tersebut.Lahan yang
3. Pihak tergusur tidak menggandakan surat menjadi sengketa yaitu tempat berdirinya Hotel
permohonan yang sudah dibuat sehingga Ambarukmo di Kabupaten Sleman.
sulit untuk dilakukan pembuktian terbalik.
Dalam kasus ini, peran tata naskah dinas menjadi
Meski ketiga kemungkinan tersebut membuat faktor utama. Apabila pihak keraton yang diwakili
pihak keraton memenangkan perkara, sistem Paniti Kismo telah memiliki pedoman dan tata
kearsipan yang sudah diterapkan perlu diperbaiki tertib dalam penerbitan serat kekancingan, maka
secara bertahap. Hal ini sebagai upaya antisipasi dapat dipastikan kasus yang sama dapat
jika terjadi kasus serupa, maka dapat diminimalisasi. Selain itu, pengkomunikasian
menghasilkan solusi yang adil, bagi pihak keraton pedoman penerbitan kekancingan juga perlu
maupun pihak pemegang hak magersari. dimasifkan di setiap tepas atau keraton dan juga di
internal kerabat keraton sehingga dapat
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

meminimalisasi kesalahpahaman dalam u yangmudahterbakar dan diikat menjadi


penerbitan kekancingan. satu dengan tali rafia.Selainitu, tidak ada
penentuanjadwalretensiarsipdanprosedurp
Ketiga jenis studi kasus tersebut mengindikasikan enyusutanarsip yang
bahwa pengaruh pengelolaan arsip serat baiksehinggakemungkinan
kekancingan dalam pengaturan tanah dengan adanyakerusakandankehilangansecarafisik
penghuni berstatus magersari, cukup kuat.Apabila maupuninformasiarsip masih tinggi.
ada salah satu tata kelola arsip yang tidak sesuai 3. Pengaruh buruknyapengelolaan
dengan kaidah kearsipan, maka kekuatan legalitas arsipkekancinganterhadap pengaturan hak
dan otentisitas arsip serat kekancingan dapat magersari atas tanah keraton antara lain:
diragukan.Jika kekuatan legalitas dan otentisitas a. Salahsatufaktorpemicurumitnyapeny
arsip serat kekancingan diragukan, maka hak elesaiansengketatanahmagersari
magersari yang dikenakan dapat terancam untuk yang seringterjadi, baik di
dicabut. tingkatkotamaupunkabupaten di
DIY. Di
5. Simpulan tingkatkotaterdapatbeberapacontohk
1. Seratkekancinganmerupakansuratkeputus asussengketatanah,
an yang dikeluarkanolehKeraton diantaranyasengketa di
Yogyakarta. Salah satukekancingan, JalanSuryowijayandanJalanBrigjenK
yaituseratkekancingandibidangpertanahan atamso.
. Sengketainidipicusalahsatunyaolehm
Kekancinganpertanahandikeluarkanolehpi asalahadministrasiarsipkekancingan.
hakPanitiKismo yang Di
merupakanbuktitentangperjanjianpihakker tingkatkabupatenlebihbanyaklagidite
atondenganpihak yang muikasusserupa, diantaranya di
diberihakmagersariuntukmenghunitanahm KabupatenSlemandengankasus Hotel
ilik Ambarukmo. Sengketa yang
sultan.Hakmagersaridiberikankarenajasas melibatkankerabatKeraton
eseorangkepadakeraton, Yogyakarta
dandapatdiwariskankepadakerabatdanketu salahsatupenyebabnyayaitudugaanpe
runan (liyer) ataupihak lain malsuankekancingan.Ketigacontohk
(lintir).Meskitelahbanyakmenerbitkankek asustersebutseharusnyadapatdiminim
ancingan, tetapisistemkearsipan yang alisasisalahsatunyadenganpembenah
dilaksanakanmasihburuk. Periode awal ansistemkearsipankeratonsecaraberta
penggunaan arsip serat kekancingan hapdanberkelanjutan.Apalagikekanci
sebagai bukti legalitas pemegang hak ngantelahdiakuiolehpihakBadanPert
magersari belum diketahui secara pasti, anahanNasional Kota Yogyakarta
namun arsip kekancingan tertua yang untukmendaftarkanhakpenggunatana
sudah diinventarisasi bagian arsip di h;
Perpustakaan Widya Budaya Keraton b. Banyaknyatanahkeraton yang
Yogyakarta berada pada periode 1942 – diperjual-belikansecara ilegal
1946. sehinggaasettanahkeratonmenjadiber
2. Arsipkekancingandikategorikansebagaiars kurang. Hal ini karena ketidak-
ip vital.Apabilaarsipkekancinganhilang, sinambungan inventarisasi tanah
rusakatauterimbasberbagaibencanalainnya yang dimiliki keraton. Adapun dasar
, dari inventarisasi tanah keraton
makarodaoperasionalPanitiKismoakanters adalah arsip kekancingan. Jika
endat, bahkanberhenti total. pengelolaan arsip kekancingan tidak
Penataanarsipkekancinganhanyadidasarka sesuai prosedur tata kearsipan, maka
npadasistemgeografiatauperwilayah dapat dipastikan, inventarisasi tanah
dansistemkronologi. Arsip- keraton dapat terhambat.
arsiptersebutjugadisimpandalamlemarikay
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

4. Hak masyarakat menengah ke bawah Pusat Pendidikan dan Pelatihan ANRI. 2007.
untuk dapat memperoleh kebijakan sewa Sistem-Sistem Pemberkasan. Jakarta:
tanah keraton menjadi terhambat karena ANRI.
kacaunya sistem administrasi yang dipicu Saffady, William. 2004. Records and Information
oleh pengelolaan arsip kekancingan yang Management: Fundamentals of
belum sesuai prosedur tata kearsipan yang Professional Practice. Lenexa: ARMA
baik dan benar. International.
Soekanto, Soerjono. 1983. Kamus Sosiologi.
Daftar Pustaka Jakarta: Rajawali
Atmakusumah (ed.). 2011. Takhta untuk Rakyat : Soemardjan, Selo. 1981. Perubahan Sosial di
Celah-Celah Kehidupan Sultan Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada
Hamengku Buwono IX. Jakarta: Gramedia Univeristy Press.
Pustaka Utama. Sudarsono. 2007. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka
Baum, Willa K. 1982. Sejarah Lisan untuk Cipta.
Masyarakat Sejarawan Setempat. Jakarta: Yayasan Indonesia Buku. 2011. Ngeteh di
ANRI. Patehan: Kisah Beranda Belakang
Bull, Victoria (ed.). 2011. Oxford Learner’s Keraton Yogyakarta. Yogyakarta:
Pocket Dictionary. Oxford: Oxford IBOEKOE.
Univerisity Press.
Departemen Kehakiman. 1977. Simposium Sumber Data
Undang-Undang Pokok Agraria dan 1. Majalah dan Surat Kabar
Kedudukan Tanah-Tanah Adat Dewasa Lapian, A.B. 1981.Metode Sejarah Lisan (Oral
Ini. Jakarta: Bina Cipta. History) dalam Rangka Penulisan dan
Departemen Pendidikan Nasional.2001.Kamus Inventarisasi Biografi Tokoh-Tokoh
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Nasional. Lembaran Berita Sejarah Lisan,
Pustaka. 7, Februari 1981: 18-27.
Hoopes, James. 1944. Oral History: an Introduce Widiyanto, Thomas Pudjo. “Magersari, Layanan
for Students. Chapel Hill: The University Publik Keraton”, Kompas, 24 Maret
of North Caroline Press. 2012: 24-25.
Kantor Arsip Daerah Yogyakarta. 2011. Naskah Parani, Yuliani L. Sejarah Tata Kearsipan di
Sumber Arsip Seri 3: Ngindung di Tanah Indonesia. Berita ANRI, 1, Maret 1978:
Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Kantor 1-4.
Arsip Daerah DIY.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. 2. Thesis dan Tugas Akhir (TA) Diploma
2004. Pedoman Umum Tata Naskah Churiyatul Maskunah, Vita Nur Fatimah, dan Rini
Dinas. Jakarta: Kementerian Agustina.(2013). “Pengolahan Arsip
Pendayagunaan Aparatur Negara. Statis di KHP Widya Budaya Keraton
Martono, Boedi. 1992. Penataan Berkas dalam Yogyakarta (Periode Sri Sultan
Manajemen Kearsipan. Jakarta: Sinar Hamengku Buwono IX)”.Tugas Akhir
Harapan. Diploma Universitas Gadjah Mada.
Martono, Boedi. 1994. Penyusutan dan Setiawati, Nur Aini. (2000). “Dari Tanah Sultan
Pengamanan Arsip Vital dalam Menuju Tanah Rakyat: Pola Pemilikan,
Manajemen Kearsipan. Jakarta: Sinar Penguasaan dan Sengketa Tanah di Kota
Harapan. Yogyakarta Setelah Reorganisasi Tanah
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian 1917”. Thesis Magister Universitas
Kualitatif. Bandung: Rosda. Gadjah Mada.
Notoyudo.1975. Hak Sri Sultan atas Tanah di Setyaningrum, Ari. (2010). “Kerelaan Menyewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Keraton Tanah: Studi Tanah Magersari Keraton
Yogyakarta. Yogyakarta”. Thesis Magister Universitas
Prawiroatmodjo, S. 1957. Bausastra Jawa- Gadjah Mada.
Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. Widiyastuti.(1999). “Aspek Legal Formal Tanah
Lungguh di Kasultanan Yogyakarta 1831-
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9
Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

1918”.Thesis Magister Universitas http://www.tempo.co/read/news/2013/01/


Gadjah Mada. 31/058458251/Keraton-Yogya-Tolak-
Magersari-Warga-
3. Internet Suryowijayan[diunggah: 31 Januari 2013,
Krisna, Cakra Prabu. (November 2008). diakses: 7 Mei 2013]
“Keluarga: Ketika Silsilah Keluarga ----. (Maret 2012).“Keturunan HB III Adukan
Dianggap Penting”. Adik Sultan HB X ke
http://cakrakrisna.wordpress.com/2008/11 Polisi”.http://regional.kompas.com/read/2
/22/tepas-darah-silsilah-keluarga/[ 012/03/06/02553424/Keturunan.HB.III.A
diunggah: 22 November 2008, diakses: 31 dukan.Adik.Sultan.HB.X.ke.Polisi
Januari 2013] [diunggah: 6 Maret 2012, diakses: 7 Mei
Dwi Mardjianto, Fx.Lilik. (Desember 2013]
2010).“Yogyakarta dalam Ancaman Marajo, Asril Sutan. (Mei 2010). “Ahli Waris HB
Kisruh Pengelolaan VII Gugat BPN
Tanah”.http://www.antaranews.com/berit Sleman”.http://suaramerdeka.com/v1/inde
a/1291877753/yogyakarta-dalam- x.php/read/news/2010/05/18/54758
ancaman-kisruh-pengelolaan-tanah [diunggah: 18 Mei 2010, diakses: 7 Mei
[diunggah: 9 Desember 2010, diakses: 31 2013]
Januari 2013] ----. (Maret 2013).“Berharap Keraton Merevisi
Suryanto, Desi. (September 2011). “Wisuda Abdi Surat
Dalem”. Kekancingan”.http://www.radarjogja.co.i
http://www.solopos.com/2011/09/14/wisu d/berita/utama/29032-berharap-keraton-
da-abdi-dalem-238676 [diunggah: 14 merevisi-surat-kekancingan.html
September 2011, diakses: 31 Januari [diunggah: 20 Maret 2013, diakses: 9 Mei
2013] 2013]
----. (Maret 2012).“Keraton Laporkan Penipuan Ahmad, Fauzan. (Maret 2013).“LBH Jogja Minta
SG ke Keraton Tinjau Ulang Pemberian Surat
Polisi”.http://www.radarjogja.co.id/berita/ Kekancingan”.http://www.jogjatv.tv/berit
jogja-raya/24319-keraton-laporkan- a/19/03/2013/lbh-jogja-minta-keraton-
penipuan-sg-ke-polisi.html [diunggah: tinjau-ulang-pemberian-surat-
diunggah: 1 Maret 2012, diakses: 7 Mei kekancingan [diunggah: 19 Maret 2013,
2013] diakses: 9 Mei 2013]
----. (Maret 2012).“RM Triyanto Tak Takut ----. (Maret 2012). “Kerabat Pecah, HB X Harus
Dilaporkan ke Turun Tangan”.
Polisi”.http://www.radarjogja.co.id/berita/ http://www.radarjogja.co.id/kulon-progo-
jogja-raya/24389-rm-triyanto-tak-takut- dan-gunung-kidul/24374-kerabat-pecah-
dilaporkan-ke-polisi.html [diunggah: 3 hb-x-harus-turun-tangan.html [diunggah:
Maret 2012, diakses: 7 Mei 2013] 3 Maret 2012, diakses: 10 Mei 2013]
Wibowo, Suryo. (Januari 2013). “Keraton Yogya
Tolak Magersari Warga Suryowijayan”.

Anda mungkin juga menyukai