Anda di halaman 1dari 41

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DALAM TATANAN

RUMAH TANGGA

Oleh :

Larasati Gilang Puji Astuti, S. Ked

NIM. 1830912320024

Pembimbing :

dr. Farida Heriyani, M.P.H.

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM

BANJARMASIN

2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .... ……………………………3

B. PHBS dalam Tatanan Rumah Tangga ……............................... 3

C. Strategi Pembinaan PHBS ...................................................... 30

D. Pemantauan dan Evaluasi ...................................................... 35

BAB III PENUTUP……………………………………………………… 37

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu upaya menuju kearah perilaku sehat dengan melalui satu program

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.1

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 proporsi nasional Rumah tangga dengan

PHBS baik adalah 32,3%. Terdapat 20 Propinsi yang masih memiliki Rumah

Tangga dengan PHBS baik dibawah proporsi nasional. Proporsi tertinggi pada DKI

Jakarta (56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%). Terdapat 20 dari 33 provinsi

yang masih memiliki rumah tangga PHBS baik di bawah proporsi nasional.2,3

Berdasarkan data World Health Organization tahun 2018, diperkirakan

sebanyak 2,4 miliar atau 1 dari 3 penduduk dunia tidak memiliki jamban, dan tidak

membiasakan hidup bersih dan sehat , seperti mencuci tangan dengan sabun, dan

menggunakan air bersih, kurang dari 1 miliar penduduk masih buang air besar di

tempat terbuka. Hal tersebut mengakibatkan penyebaran berbagai penyakit, seperti

diare, schistosomiasis.4

Menurut data profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, Survei Kesehatan

Nasional menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi

IV) baru berkisar 39,22 %. Dengan presentase rumah tangga yang memiliki fasilitas

jamban keluarga (tempat buang air besar) tertinggi yaitu Daerah Khusus Ibukota

1
Jakarta (98,9%), Daerah Istimewa Yogyakarta (94,2%), Kepulauan Riau (93,7%),

Kalimantan Timur (93,7%). Dan persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas

jamban keluarga terdapat di provinsi Papua (29,5%), Kalimanan Selatan (32,3%),

Kalimantan Tengah (22,6%), Aceh (33,6%) dan Nusa Tenggara Timur (15,2%).5,6

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. Tujuan PHBS rumah tangga adalah untuk mencapai Rumah Tangga

Sehat, Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di

Rumah Tangga yaitu Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI

eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di

rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan

tidak merokok dalam rumah.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam

kegiatan – kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan

di masyarakat.7

PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk

menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada

keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat

untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.7

Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu berbagai tempat atau sistem sosial

dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap tatanan, faktor-faktor

individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial berinteraksi dan menimbulkan

dampak terhadap kesehatan. Oleh sebab itu dapat pula dikatakan bahwa suatu tatanan

adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga

menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya dibidang kesehatan.

Jelas bahwa setiap tatanan memiliki kekhasan, sehingga dengan demikian pembinaan

PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan.7

3
Telah disepakati adanya lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan

institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas

kesehatan. Tatanan PHBS yang akan dibahas dalam makalah ini adalah yang

dijumpai di tatanan rumah tangga.7

B. PHBS dalam Tatanan Rumah Tangga

PHBS di dalam tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS

di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga

sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap

anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang

kondusif untuk hidup sehat.1

Terdapat beberapa manfaat PHBS bagi rumah tangga1:

a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya

kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk

kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan,

pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan

keluarga.

Sedangkan manfaat PHBS bagi masyarakat1:

4
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.

b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah

kesehatan.

c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,

tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,

ambulans desa dan lain-lain.

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan

telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Ada

beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di tatanan

rumah tangga, yaitu:1

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya)1.

Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan karena:

a) Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu

persalinanan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin;

b) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke

Puskesmas atau rumah sakit;

c) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang

aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan

lainnya.3

5
Beberapa tanda-tanda persalinan yang perlu diketahui ibu:1

a) Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat;

b) Rahim terasa kencang bila diraba, terutama pada saat mulas;

c) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir;

d) Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir;

e) Merasa seperti mau buang air besar.

Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus dilakukan adalah: 1

1) Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter);

2) Tetap tenang dan tidak bingung;

3) Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui hidung dan

mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.

Ibu dan keluarga harus mengetahui tanda-tanda bahaya persalinan, yaitu: 1

1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas;

2) Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan;

3) Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir;

4) Tidak kuat mengejan;

5) Mengalami kejang-kejang;

6) Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas;

7) Air ketuban keruh dan berbau;

8) Setelah bayi lahir, ari-ari atau tembuni tidak keluar;

9) Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat;

10) Keluar darah banyak setelah bayi lahir. Bila ada tanda bahaya, ibu harus segera

dibawa ke bidan/dokter.3

6
Untuk PHBS dengan 2 indikator (persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

atau menimbang bayi dan balita), pada riskesdas 2010 di perkotaan mencapai

66,9%. Menurut tingkat ekonomi, rumah tangga ibu hamil dan ibu balita yang

melakukan PHBS tertinggi ada pada kuintil lima. Untuk individu yang melakukan

PHBS menurut jenis pekerjaan yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai pegawai

TNI atau Polri atau PNS atau BUMN. Bila dilihat dari sisi pendidikan, maka yang

melakukan PHBS terbanyak adalah individu yang duduk di Perguruan Tinggi. 8

2. Bayi diberi ASI eksklusif

Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6

bulan. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang

cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang

dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan

(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap

penyakit.1

Keunggulan yang dimiliki oleh ASI:1

1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan fisik serta kecerdasan;

2) Mengandung zat kekebalan;

3) Melindungi bayi dari alergi;

4) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam

keadaan segar;

7
5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan

saja dan di mana saja;

6) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Yang harus diketahui ibu mengenai kapan dan bagaimana ASI diberikan:1

1) Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan mendapat

dukungan dari keluarga;

2) Bayi segera diteteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah

melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan;

3) Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan ASI

sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi, dan berikan

ASI dari kedua payudara secara bergantian;

4) Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan,

selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk

makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan umur bayi;

5) Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.

Cara menyusui yang benar:1

1) Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangannya dengan

menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih;

2) Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah direndam terlebih

dahulu dengan air hangat;

3) Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan santai, pikiran

ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang);

4) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala;

8
5) Upayakan badan bayi menghadap kepada badan ibu, rapatkan dada bayi dengan

dada ibu atau bagian bawah payudara ibu;

6) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu;

7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan

lengan ibu bagian dalam;

8) Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke sebelah kanan sampai

bayi merasa kenyang;

9) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan

kapas yang telah direndam air hangat;

10) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap

bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan

diusap belakangnya sampai bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirinya.

Manfaat memberikan ASI:1

1. Bagi Ibu:

a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi;

b) Mengurangi pendarahan setelah persalinan;

c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu;

d) Menunda kehamilan berikutnya;

e) Mengurangi risiko terkena kanker payudara;

f) Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat bayi

membutuhkan.

2. Bagi Bayi:1

a) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng;

9
b) Bayi tidak sering sakit.

3. Bagi Keluarga:1

a) Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan

perlengkapannya;

b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula, misalnya merebus

air dan pencucian peralatan.

Cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI:1

a) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan sayuran dan buah-

buahan;

b) Makan lebih banyak dari biasanya;

c) Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari;

d) Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1-2 jam dan menjaga

ketenangan pikiran;

e) Susui bayi sesering mungkin dari kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian

hingga bayi tenang dan puas.

Yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif adalah dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat

diperlukan agar upaya pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan bisa berhasil.1

Bila ibu bekerja, ibu tetap bisa memberikan ASI Eksklusif pada bayi, caranya

adalah:1

a) Berikan ASI sebelum berangkat bekerja;

10
b) Selama bekerja, bayi tetap bisa diberi ASI dengan cara memerah ASI sebelum

berangkat kerja dan ditampung di gelas yang bersih dan tertutup untuk diberikan

kepada bayi di rumah;

c) Setelah pulang bekerja, bayi disusui kembali seperti biasa.

Cara menyimpan ASI di rumah:1

a) ASI yang disimpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam;

b) ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam;

c) ASI yang disimpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam;

d) ASI yang disimpan di freezer akan tahan selama 2 minggu.1

Cara memberikan ASI yang disimpan:1

1) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih;

2) Apabila ASI diletakkan di ruangan yang sejuk, segera berikan sebelum masa

simpan berakhir (8 jam);

3) Apabila ASI disimpan dalam termos atau lemari es, ASI yang disimpan dalam

gelas bersih tertutup dihangatkan dengan cara direndam dalam mangkok berisi air

hangat, kemudian ditunggu sampai ASI terasa hangat (tidak dingin);

4) ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot, karena

botol dan dot lebih sulit dibersihkan dan menghindari terjadinya bingung putting susu

pada bayi.

11
3. Penimbangan bayi dan balita setiap bulan

Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap

bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi

buruk. Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan

sampai 5 tahun di Posyandu.1

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita, setelah bayi dan

balita ditimbang, catat hasil penimbangan di Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak

naik (lihat perkembangannya). Naik, bila:1

a) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS;

b) Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.

Tidak naik, bila:1

a) Garis pertumbuhannya menurun;

12
b) Garis pertumbuhannya mendatar;

c) Garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna yang lebih muda.

Tanda-tanda balita gizi kurang yang harus diperhatikan ibu dan keluarga:1

a) Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus;

b) Mudah sakit;

c) Tampak lesu dan lemah;

d) Mudah menangis dan rewel.

Sedangkan gizi buruk pada balita ada 3 macam, yaitu: 1) Kwashiorkor; 2)

Marasmus; 3) Marasmus-Kwasihorkor1

Tanda-tanda balita gizi buruk:1

1. Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:

a) Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki);

b) Wajah bulat dan sembab;

c) Cengeng/rewel/apatis;

d) Perut buncit;

e) Rambut kusam dan mudah dicabut;

f) Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.

2. Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus:

a) Tampak sangat kurus;

b) Wajah seperti orang tua;

c) Cengeng/rewel/apatis;

d) Iga gambang, perut cekung;

e) Otot pantat mengendor;

13
f) Pengeriputan otot lengan dan tungkai.

Beberapa manfaat penimbangan balita setiap bulan di Posyandu yang perlu

diketahui ibu dan keluarga:1

1) Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat;

2) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita;

3) Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua

bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis

Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas;

4) Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi;

5) Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

4. Mencuci tangan dengan air dan sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab

penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman

dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit. Sedangkan

sabun dapat mengikat lemak, kotoran dan membunuh kuman. Tanpa sabun, kotoran

dan kuman masih tertinggal di tangan.1

Saat-saat harus mencuci tangan yang perlu diketahui anggota keluarga:1

a) Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,

berkebun, dll);

b) Setelah buang air besar.;

c) Setelah menceboki bayi atau anak;

14
d) Sebelum makan dan menyuapi anak;

e) Sebelum memegang makanan;

f) Sebelum menyusui bayi.

Manfaat mencuci tangan dengan air dan sabun:1

1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan;

2) Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typhus, kecacingan,

penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS);

3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar:1

1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun;

2) Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan;

3) Setelah itu keringkan dengan lap bersih.

Kebiasaan cuci tangan dengan sabun pada air mengalir mempengaruhi angka

kejadian diare pada anak. Hasil penelitian Awyono menunjukkan bahwa kejadian

diare cenderung terjadi pada perilaku cuci tangan yang buruk (64,3%) dibandingkan

dengan perilaku cuci tangan yang baik (14,8%).9 Nicholson et al., menjelaskan bahwa

perilaku cuci tangan secara teratur pada anak dapat berpengaruh mencegah angka

kesakitan keluarga dan mengurangi absen di sekolah.10 Contzen et al., juga

15
mengemukakan bahwa perilaku cuci tangan mampu mencegah penyakit infeksi

seperti diare pada anak.11 Selain itu, mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan

juga menjadi factor yang berhubungan dengan diare.12 Oleh karena itu, kebiasaan

cuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir haeus menjadi budaya anak

upaya peningkatan PHBS.13

5. Menggunakan air bersih

Air yang dipergunakan oleh keluarga sehari-hari untuk minum, memasak,

mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,

dan sebagainya haruslah bersih, agar anggota keluarga tidak terkena penyakit atau

terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita,

antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):1

a) Air tidak berwarna harus bening/jernih;

b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran

lainnya;

c) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit,

harus bebas dari bahan kimia beracun;

d) Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang.

Manfaat menggunakan air bersih:1

a) Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus,

kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan;

b) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

16
Anggota keluarga dapat memperoleh sumber air bersih dari:1

a) Mata air;

b) Air sumur atau air sumur pompa;

c) Air ledeng/perusahaan air minum;

d) Air hujan;

e) Air dalam kemasan

Cara menjaga kebersihan sumber air bersih:1

1) Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling

sedikit 10 meter;

2) Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran;

3) Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar

tidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan

sumur sebaiknya diberi penutup;

4) Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air,

tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/dinding sumur;

5) Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai

(ember/gayung digantung di tiang sumur).

Air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum, karena meski terlihat

bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada

suhu 100 derajat C (saat mendidih).1

17
6. Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher

angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya.1

Jenis-jenis jamban yang digunakan:1

a. Jamban cemplung

Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi

menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan

kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak

berbau.1

b. Jamban tangki septik/leher angsa

Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik

kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran

manusia yang dilengkapi dengan resapannya.1

Cara memilih jenis jamban:1

a) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air;

b) Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk: Daerah yang cukup air; daerah

yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu satu lubang

penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat

menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban); dan daerah pasang surut, tempat

18
penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari

permukaan air pasang.1

Setiap anggota rumaah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air

besar/buang air kecil, untuk:1

a) Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau;

b) Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya;

c) Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular

penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,

penyakit kulit, dan keracunan.

Syarat-syarat jamban sehat:1

1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan

lubang penampungan minimal 10 meter);

2) Tidak berbau;

3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus;

4) Tidak mencemari tanah disekitarnya;

5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan;

6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung,

7) Penerangan dan ventilasi cukup,

8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai,

9) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.1

Cara-cara memelihara jamban sehat:1

a) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air,

b) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih;

19
c) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat;

d) Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran;

e) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih);

f) Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.

Ketersediaan jamban sehat di setiap rumah warga merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang akhirnya akan meningkatkan

harapan hidup mencapai 72 tahun. Perilaku penggunaan jamban oleh masyarakat

mendapat perhatian berbagai kalangan baik pemerintah maupun masyarkat, karena

penggunaan jamban yang sembarangan dapat menimbulkan sejumlah penyakit,

terlebih jika sumber mata air dekat dengan pembuangan akhir tinja.6

7. Rumah bebas jentik

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan

pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk

(tempat-tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC,

vas bunga, tatakan kulkas, dll dan di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang,

ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur setiap

minggu.1

Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga terkait dengan pencegahan

penyakit demam berdarah dengue (DBD) yaitu memberantas jentik-jentik nyamuk di

rumah. Upaya pemberantasan penyakit DBD yang terus dilakukan saat ini adalah

20
usaha untuk memutus rantai dengan memberantas vector penularannya, yaitu nyamuk

Aedes aegypti dengan cara memberantas jentik nyamuk.14

Yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala adalah anggota rumah tangga,

kader kesehatan, juru Pemantau Jentik (Jumantik), tenaga pemeriksa jentik lainnya.1

Yang perlu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik, yaitu lakukan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus

Menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik,

dan kepompong nyamuk penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue,

Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat

perkembangbiakannya. 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN

yaitu:1

1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,

tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung;

2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol, lubang

pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan;

3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas

botol/gelas akua, plastic kresek,dll);

4) Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu dengan menggunakan kelambu ketika

tidur; memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk

bakar, semprot, oles/diusap ke kulit, dll; menghindari kebiasaan menggantung

pakaian di dalam kamar; mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai;

memperbaiki saluran dan talang air yang rusak; menaburkan larvasida (bubuk

21
pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di

daerah sulit air; memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air,

misalnya ikan cupang, ikan nila, dlll; menanam tumbuhan pengusir nyamuk

misalnya, Zodia, Lavender, Rosemerry, dll.

Manfaat Rumah Bebas Jentik:1

a) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara

nyamuk dapat dicegah atau dikurangi;

b) Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam

Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Chikungunya, atau Kaki Gajah;

c) Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.

Cara melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala:1

1) Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa

tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan

air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada

anggota rumah tangga;

2) Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik;

3) Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut

menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN melalui 3

M atau 3 M plus;

4) Memberikan penjelasan manfaat dan anjuran PSN kepada anggota rumah tangga;

5) Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang

ditinggalkan di rumah) dan pada Formulir pelaporan ke Puskesmas.

22
8. Makan buah dan sayur setiap hari

Adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang mengkomsumsi minimal 3

porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah

setiap hari sangat penting, karena:1

a) Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan

tubuh;

b) Mengandung serat yang tinggi.

Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah:1

a) Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata;

b) Vitamin D untuk kesehatan tulang;

c) Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda;

d) Vitamin K untuk pembekuan darah;

e) Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi;

f) Vitamin B mencegah penyakit beri-beri;

g) Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.

Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat

berfungsi untuk memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga

serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk

mengenyangkan tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi

tidak cepat lapar. Manfaat makanan berserat, yaitu:1

a) mencegah diabetes;

b) Melancarkan buang air besar;

c) Menurunkan berat badan;

23
d) Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi);

e) Membuat awet muda;

f) Mencegah kanker;

g) Memperindah kulit, rambut dan kuku;

h) Membantu mengatasi Anemia (kurang darah);

i) Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.

Banyaknya sayur dan buah dalam sehari harus kita makan:1

a) Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan

satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya

sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan

vitamin dan mineral;

b) Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan

setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu

biji atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat

gizi yang terkandung dalam buah.

Sayur dan buah yang bagus kita makan:1

a) Semua sayur bagus untuk dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua,

kuning dan oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk, wortel, kacang panjang,

selada hijau atau daun singkong;

b) Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning)

seperti mangga, pepaya, jeruk, jambu biji, atau apel lebih banyak kandungan vitamin

dan mineral serta seratnya;

24
c) Pilihlah buah dan sayur yang bebas pestisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya

ciri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap

segar.

Cara mengolah sayur dan buah dengan tidak merusak atau mengurangi

kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus.

Direbus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung

dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa

vitamin seperti vitamin C.1

Peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan sayur dan buah: a)

Manfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah; b) Menyediakan sayur dan

buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau; c) Perkenalkan sejak dini kepada

anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan malam; d) Manfaatkan setiap

kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan sayur dan

buah.1

25
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan aktivitas

fisik 30 menit setiap hari. Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari.1

Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan:1

a) Bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki, berkebun, kerja di taman,

mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa

belanjaan;

b) bisa berupa olah raga, yaitu: push-up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam,

bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/ berat.

Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari,

sehingga, dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika

kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan ke depan

akan terasa hasilnya.1

Cara melakukan aktivitas yang benar:1

1) Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat

dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap;

2) Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan;

3) Awali aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan;

4) Lakukan gerakan ringan dan secara perlahan ditingkatkan sampai sedang;

26
5) Jika sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30

menit setiap hari.

Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur:1

a) Terhindar dari Penyakit Jantung, Stroke, Osteoporosis, Kanker, Tekanan Darah

Tinggi, Kencing Manis, dll;

b) Berat badan terkendali;

c) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat;

d) Bentuk tubuh menjadi bagus;

e) Lebih percaya diri;

f) Lebih bertenaga dan bugar;

g) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

Beberapa tips dalam beraktivitas fisik:1

a. Jalan cepat: Perlu sepatu yang cukup enak dipakai agar kaki nyaman dan sehat,

apalagi untuk berjalan ke kantor atau naik tangga.

b. Renang, lakukan berenang secepat mungkin dengan napas yang dalam.

c. Senam atau peregangan sangat baik bagi otot-otot dan sendi-sendi yang kaku,

juga melenturkan otot serta melancarkan peredaran darah.

10. Tidak merokok dalam rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat

pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar

4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin,

Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak

27
jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO

menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel

tubuh akan mati.1

Perilaku merokok sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, keluarga dan

teman pergaulan. Faktor yang sangat berpengaruh orang dewasa terhadap kesulitan

berhenti merokok sampai saat ini adalah faktor reinforcing, diantaranya lingkungan

pergaulan, kecanduan dan peran keluarga. Beberapa penelitian memperlihatkan

bahwa teman memiliki pengaruh paling kuat terhadap perilaku merokok remaja

dibandingkan dengan media massa dan keluarga.15

Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan

sekecil apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang

menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara

menghisap rokok cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke

dalam paru-paru Sedangkan Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi

menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup

dengan orang yang sedang merokok. Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari

asap rokok. Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak menghirup

asap rokok.1

Bahaya perokok aktif dan perokok pasif:1

a) Menyebabkan kerontokan rambut;

b) Gangguan pada mata, seperti katarak;

c) Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok;

d) Menyebabkan penyakit paru-paru kronis;

28
e) Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap;

f) Menyebabkan stoke dan serangan jantung;

g) Tulang lebih mudah patah;

h) Menyebabkan kanker kulit;

i) Menyebabkan kemandulan dan impotensi;

j) Menyebabkan kanker rahim dan keguguran.

Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan

Mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk

melaksanakan cara tersebut.1

a. Seketika

Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin

perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok

mengandung zat adiktif.

b. Menunda

Perokok dapat menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap hari

sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut. Sebagai contoh : Seorang Perokok

biasanya merokok setiap hari pada pukul 07.00 pagi, maka pada:1

Hari 1 : pukul 09.00

Hari 2 : pukul 11.00

Hari 3 : pukul 13.00

Hari 4 : pukul 15.00

Hari 5 : pukul 17.00

Hari 6 : pukul 19.00

29
Hari 7 : pukul 21.00

c. Mengurangi

Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur

dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.

Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka si

perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan

jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari.1

Sebagai contoh:

Hari 1 : 24 batang Hari 4 : 12 batang

Hari 2 : 20 batang Hari 5 : 8 batang

Hari 3 : 16 batang Hari 6 : 4 batang

Hari 7 : 0 batang

C. STRATEGI PEMBINAAN PHBS

Strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi

kesehatan adalah advokasi,bina suasana, dan pemberdayaan.Ketiga strategi tersebut

dilaksanakan dalam bentuk tindakan / aksi sebagai :7

a. Healthy public policy ; mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan

b. Supportive environment ; menciptakan lingkungan yang mendukung

c. Community action ; memperkuat gerakan masyarakat

d. Personal skills ; mengembangkan kemampuan individu

e. Reorient health services ; menata kembali arah pelayanan kesehatan

30
Strategi pokok tersebut diformulasikan sebagai “gerakan pemberdayaan yang

didukung oleh bina suasana dan advokasi serta dilandasi oleh semangat

kemitraan”.7

1. Gerakan Pemberdayaan.

Pengertian Pemberdayaan merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan

dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam upaya promosi kesehatan.

Pemberdayaan merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki peran yang

besar dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang berkaitan dengan

kesehatan.7

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga

atau kelompok (sasaran) secara terus – menerus dan berkesinambungan mengikuti

perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah

dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek Knowledge), dari tahu menjadi

mau (aspek attitude),dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang

diperkenalkan(aspek practice).7

Sasaran pemberdayaan :

· Individu

· Keluarga

· Kelompok / masyarakat.

Dalam mengupayakan agar sasaran tahu dan sadar, kuncinya terletak pada

keberhasilan membuat sasaran tersebut memahami bahwa suatu masalah adalah

masalah baginya dan juga bagi masyarakat. Sepanjang sasaran yang bersangkutan

belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka

31
sasaran tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih lanjut. Saat

sasaran telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepanya harus diberikan

iinformasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.7

Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-

fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan

bahwa masalah tersebut bisa dicegah dana atau diatasi.7

Bilamana seorang individu atau keluarga sudah akan berpindah dari mau ke

mampu , boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada

yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yang seringkali

dipraktekkan adalah dengan mengajarkan kedalam proses pemberdayaan kelompok /

masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat (community development).

Individu dan keluarga yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk

bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Hal – hal yang akan diberikan

kepada masyarakat oleh program kesehatan dan program lain sebagai bantuan,

hendaknya disampaikan pada fase ini. Bantuan hendaknya sesuai dengan apa yang

dibutuhkan oleh masyarakat.7

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta

menggunakan merode yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga swadaya

masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan.

LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik diantara mereka maupun antara LSM

dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berguna dan

berhasilguna.7

32
2. Bina Suasana.

Pengertian Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila

lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa /

mahasiswa, serikat pekerja / karyawan, orang-orang yang menjadi panutan / idola,

kelompok arisan, mejelis agama dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau

mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu untuk memperkuat proses

pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke

fase mau, perlu dilakukan bina suasana.7

Terdapat tiga proses bina suasana :7

a. Bina Suasana Individu.

Bina suasana individu dilakukan oleh indvidu – individu tokoh masyarakat. Dalam

katagori ini tokoh – tokoh masyarakat menjadi individu – individu panutan dalam hal

perilaku yang sedang diperkenalkan.7

b. Bina Suasana Kelompok.

Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok – kelompok dalam masyarakat.

Kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang

diperkenalkan.7

c. Bina suasana Publik

Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan

kemitraan dan pemanfaatan media komunikasi. Dalam katagori ini media massa

peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.7

33
3. Advokasi.

Pengertian Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana

untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak – pihak terkait (stake

holeders).Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui

advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.7

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan :7

a. Mengetahui atau menyadari adanya masalah

b. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah

c. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai

alternatif pemecahan masalah

d. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif

pemecahan masalah

e. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan

Bahan – bahan advokasi harus disiapkan :7

a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

e. Dikemas secara menarik dan jelas

f. Sesuai dengan waktu yang tersedia

Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan efektif bila

dilaksanakan dengan prinsip kemitraan, yaitu dengan membentuk jejaring advokasi

atau forum kerjasama, dengan melibatkan kelompok – kelompok dalam masarakat.7

34
4. Kemitraan.

Kemitraan harus digalang dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana

dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan

demikian kemitraan perlu digalang.7

D. Pemantauan dan Evaluasi

a. Pemantauan

Sebagaimana disebutkan di atas, untuk melihat keberhasilan pembinaan

PHBS, yang diukur atau dievaluasi adalah PHBS di tatanan rumah tangga. Namun

demikian disadari bahwa hasil akhir ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil antara,

yaitu PHBS di berbagai tatanan lain. Oleh sebab itu, kemajuan dalam pembinaan

PHBS di tatanan lain tersebut dan di tatanan rumah tangga harus dipantau.

Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan lain dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

dengan memanfaatkan data dari sistem Informasi PHBS yang terintegrasi dalam

sistem Informasi Kementerian terkait. Hasil pengolahan data diumpan-balikkan untuk

tujuan perbaikan. 7

Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga dilaksanakan dengan

memanfaatkan kegiatan Lomba Desa dan Kelurahan yang berlangsung setiap tahun

dan berjenjang. Panitia Lomba Desa dan Kelurahan diberi tugas tambahan untuk

mengevaluasi pembinaan PHBS Di Rumah Tangga. Di samping itu juga melalui

pencatatan dan pelaporan PHBS dalam SIKNAS dari Kementerian Kesehatan dan

data profil Desa dari Kementerian Dalam Negeri.7

35
b. Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap dampak pembinaan PHBS, yaitu yang berupa

perubahan perilaku masyarakat di tatanan rumah tangga. Evaluasi dilakukan beberapa

tahun sekali dengan menyelenggarakan survai secara nasional terhadap masyarakat.

Oleh karena survai secara nasional memerlukan biaya yang cukup besar, maka

evaluasi terhadap keberhasilan pembinaan PHBS diintegrasikan dengan survai-survai

yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan yaitu Riset Kesehatan Dasar dan

oleh Badan Pusat Statistik seperti: Susenas, SDKI dan lain-lain. Frekuensi evaluasi

pembinaan PHBS dengan demikian mengikuti frekuensi penyelenggara survai-survai

tersebut.7

36
BAB III

PENUTUP

Salah satu upaya menuju kearah perilaku sehat dengan melalui satu program

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar

tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Tujuan PHBS rumah tangga adalah

untuk mencapai Rumah Tangga Sehat, Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga

yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu Persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air

bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,

memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas

fisik setiap hari, dan tidak merokok dalam rumah.

Strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi

kesehatan adalah advokasi,bina suasana, dan pemberdayaan. Selain itu, perlu adanya

pemantauan dan evaluasi untuk menilai keberhasilan pada PHBS Rumah Tangga.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2011. Panduan Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup Sehat
di Rumah Tangga Melalui Tim Penggerak PKK. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan Bekerja sama dengan Tim
Penggerak PKK Pusat Tahun 2011: Jakarta
2. Departemen Kesehatan. Riset kesehatan Dasar (RISKESDES). Departemen
Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik
Indonesia 2013: Jakarta
3. Gani H.A, Istiaji E., Pratiwi P.E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pada Tatanan Rumah Tangga Masyarakat Using. Bagian Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Jurnal
IKESMA. 2015; 11 (1).
4. World Health Organization. WHO guidelines on hand hygiene in health care
(advanced draft): global safety challenge 2018: clean care is safer care (No.
WHO/EIP/SPO/QPS/05.2 REV. 1). Geneva: World Health Organization.
5. Indonesia, K. K. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018.
6. Lubis A.H., Efendi I, Fitriani A.D., Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap
Perubahan Pengetahuan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jurnal Mutiara
Kesehatan Masyarakat. 2019; 4 (2): 122-131.
7. Kemenkes RI. Sekretariat Jendral Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kementerian Kesehatan RI. 2011
8. Astuti W.D., Khaqiqi Z., Lestari D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Dalam Rumah Tangga Ibu Hamil dan Ibu Pernah Hamil di Indonesia. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. 2011; 14 (4): 382-390.
9. Awyono. Gambaarn Perilaku Mencuci Tangan Pada Penderita Diare di Desa
Kintamani Kabupaten Bangli Bali Tahun 2015. Fakultas Kedokteran
Udayana. 2016; 7 (1): 67-70.

37
10. Nicholson, J.A., Naeeni, M., Hoptroff,M., et al. An Investigation of the effects
of a hand washing intervention on health outcomes and school absence using
a randomized trial in Indian Urban communities. Tropical Medicine and
International Health. 2014; 19 (3): 284-292.
11. Contzen,N. Changing handwashing behavior in southern Ethiopia: A
longitudinal study on infrastructural and commitment interventions. Social
Science and Medicine. 2015; 124: 103-114.
12. Iswari. Analisis factor-faktor risiko kejadian diare pada anak di bawah 2 tahun
di RSUD Kota Jakarta. Tesis: Tidak dipublikasikan. Depok: FIK UI. 2011.
13. Kusumawardani, L.H., Rekawati, E. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Melalui Metode Simulasi Praktik di Madrasah Ibtidaiyah Al
Islam Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Dinamika Jurnal.
2019; 1 (3): 9-16.
14. Ridwan, N.M., Asmarani, F.L., Suwarsi, S. Hubungan Tingkat Pengetahuan
PHBS di Rumah Tangga Dengan Pencegahan Penyakit DBD di Pedukuhan
Wonocatur Banguntapan Bantul Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respai
Yogyakarta. 2017; 4 (1): 118-123.
15. Natsir, M.F., Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah
Tangga Masyarakat Desa Parang Baddo. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan
(JNIK) LP2M UNHAS. 2019; 1 (3).

38

Anda mungkin juga menyukai