Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di rumah

sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stres pada klien yang baru

mengalami rawat inap di rumah sakit. Hospitalisasi pada anak merupakan

proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan

anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangan kembali kerumah (Supartini, 2014). Perasaan cemas

merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena

menghadapi stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Perasaan

tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum

pernah dialami sebelumnya, rasa tidak nyaman dan merasakan sesuatu

yang menyakitkan (Supartini, 2014).

Kecemasan merupakan perasaan paling umum yang dialami oleh

pasien anak terutama usia prasekolah. Potter & Perry (2015) menyatakan

usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3-6

tahun. Pada usia ini, perkembangan motorik anak berjalan terus-menerus.

Reaksi terhadap kecemasan yang ditunjukkan anak usia prasekolah yaitu

menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan,

dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2014).

Dampak dari hospitalisasi dan kecemasan yang dialami anak usia

prasekolah berisiko dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan

proses penyembuhan pada anak (Wong, 2014). Anak usia prasekolah

1
2

memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan.

Ketika anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan dilarang

untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut

tentunya akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan

kecemasan pada anak (Samiasih, 2017).

Adapun data anak pra sekolah yang dirawat di Rawat Inap Anak

Puskesmas Proppo Pamekasan tiga bulan terakhir adalah, pada bulan

Maret 2022 sebanyak 10 anak, kemudian bulan April 2022 sebanyak 12

anak. Diperoleh keterangan bahwa anak yang menjalani perawatan

biasanya menunjukkan persoalan kecemasan yang ditunjukkan dengan

menangis ketika akan dilakukan tindakan medis atau tindakan

keperawatan, bersandar pada orang tuanya, anak tidak mau menjawab

pertanyaan bidan atau orang baru yang ditemuinya, anak terlihat takut

pada petugas yang datang karena trauma dengan tindakan invasif yang

dilakukan pada hari sebelumnya. Hal ini membuat bidan cukup kesulitan

dalam melakukan tindakan pada anak. Selain itu juga di Rawat Inap Anak

Puskesmas Proppo Pamekasan belum ada ruang khusus untuk terapi

bermain bagi pasien anak sehingga terapi bermain untuk anak belum dapat

dilakukan.

Bidan memegang posisi kunci untuk membantu orang tua

menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya

dirumah sakit karena perawat berada disamping pasien selama 24 jam.

Untuk itu berkaitan dengan upaya mengatasi masalah yang timbul baik

pada anak maupun orang tua selama anaknya dalam perawatan di rumah
3

sakit, untuk mengurangi ketakutan anak yang harus mengalami rawat inap

di rumah sakit dapat dilakukan beberapa cara salah satunya adalah dengan

terapi bermain. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak,

apapun bentuknya harus berlandaskan pada asuhan yang terapeutik karena

bertujuan sebagai terapi bagi anak.

Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau

pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan Terapi Bermain

(Tedjasaputra, 2018). Karena pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan

mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti

cemas. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi

perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2014).

Hasil pengkajian asuhan kebidanan pada An. A di ruang Rawat

Inap Anak Puskesmas Proppo Pamekasan pasien menanyakan kapan dia

sembuh, kapan bisa pulang, pasien menangis, pasien hanya diam, skor

kecemasan 22 (kecemasan sedang), maka penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus tentang terapi bermain mewarnai gambar pada pasien Dengue

Haemorraghic Fever (DHF). Karena pada kasus ini pasien mengalami

kecemasan sedang dan pasien kurang kooperatif saat ditanya oleh bidan.

Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi

verbal dengan mengucapkan kata – kata marah, tidak mau bekerja sama

dengan bidan. Apabila kondisi ini terus menerus terjadi maka akan

mempengaruhi proses perawatan saat di rumah sakit. Setelah anak

dilakukan terapi bermain mewarnai gambar di rumah sakit tidak hanya

memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
4

mengekspresikan perasaan, pikiran, cemas, takut, sedih, tegang, nyeri

(Barokah A, dkk 2012). Sehingga penulis tertarik untuk mengaplikasikan

terapi bermain mewarnai gambar pada pasien Dengue Haemorraghic

Fever (DHF) untuk mengurangi tingkat kecemasan yang mengalami

hospitalisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti dapat

merumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Pemberian Terapi

Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Asuhan

Keperawatan Dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF) An. A yang

Mengalami Hospitalisasi di Rawat Inap Anak Puskesmas Proppo “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melaporkan pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap

tingkat kecemasan pada An. A dengan Dengue Haemorraghic

Fever (DHF) yang mengalami hosptalisasi di ruang Rawat Inap

Anak Puskesmas Proppo Pamekasan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1). Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. A dengan Dengue

Haemorraghic Fever (DHF)

2). Penulis mampu menginterpretasi data dasar pada An. A dengan

Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

3). Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa pada An. A dengan

Dengue Haemorraghic Fever (DHF)


5

4). Penulis mampu mengidentifikasi dan menentukan tindakan segera

pada An. A dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

5). Penulis mampu menyusun rencana tindakan pada An. A dengan

Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

6). Penulis mampu melakukan rencana yang telah disusun pada

An. A dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

7). Melakukan evaluasi yang berkesinambungan pada An. A dengan

Dengue Haemorraghic Fever (DHF).

1.4 Ruang Lingkup

Pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada An A dilaksanakan pada tgl

17 -19 Mei 2022 di Ruang Rawat Inap UPT Puskesmas Proppo yang

berfokus pada Anak dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF).

1.5 Manfaat

1. Bagi Instansi Pelayanan

Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk lebih meningkatkan

pelayanan kebidanan khususnya pada An. A dengan Dengue

Haemorraghic Fever (DHF) di ruang Rawat Inap Anak Puskesmas

Proppo Pamekasan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar

tentang asuhan kebidanan terapi bermain mewarnai gambar terhadap

tingkat kecemasan pada An. A dengan Dengue Haemorraghic Fever

(DHF) yang mengalami hosptalisasi di ruang Rawat Inap Anak

Puskesmas Proppo Pamekasan.


6

1. Bagi Tenaga Kesehatan ( Bidan)

Mampu memberikan asuhan Kebidanan secara komprehensif

kepada pasien dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF).

2. Penulis

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan

pengalaman yang lebih khususnya di bidang Kebidanan pada pasien

dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF).

1.6 Sumber Data

Penulis mengumpulkan data dalam penyusunan penelitian dengan

tiga cara yaitu :

1. Primer yaitu penulis melakukan pengkajian langsung dengan ibu

pasien dan dengan pasien.

2. Data Sekunder didapatkan dari Rekam Medis Pasien

Anda mungkin juga menyukai