Anda di halaman 1dari 11

VUMUR UMAT ISLAM

DOSEN PENGAMPU:

Ustadzah Juli Julaiha

DISUSUN OELH: KELOMPOK 1

NAMA : MUHAMMAD FARIZ GHIFARI

HASBULLAH FAUZAN RAMBE

AYU MENTARI

FAKULTAS : USHULUDDIN & STUDI ISLAM

KELAS : ILMU HADITS / IH-VII B

MATA KULIAH : HADIS POPULER

JURUSAN ILMU HADITS

PROGRAM STUDI S1 ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN & STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-

Nya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Umur Umat Islam, tak lupa juga

kami berterima kasih kepada Ustadzah Juli Julaiha sebagai Dosen kami dalam

pelajaran Hadis Populer, karena tanpa adanya beliau tidak mungkin tugas Makalah

ini terlaksana. Makalah ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai Ilmu

Tauhid Dan Ruang Lingkupnya

Makalah ini secara singkat agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi

dari makalah ini. Sekiranya makalah yang telah kami selesaikan dapat berguna bagi

kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan, 13 September 2022

Penulis

PEMAKALAH
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
Bab II Pembahasan
A. Umur Umat Islam 2
Bab III PENUTUP
Kesimpulan 7
Daftar Pustaka 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin yang
kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai sumber
hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum islam juga.
Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
sebagainya. sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya berbicara secara global dan umum,
yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga akan mendapat
kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan muhtamal, dan
sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau sunnah untuk menafsirkannya atau
menjelaskanya.
Pada pembahasan kali ini mengenai hadis popular tentang umur umat islam maka dari
pembahasan ini sedikit banyaknya dapat menambah pengetahuan kita, adapun rumusan
masalah dan tujuan masalah pada makalah sebagai berikut

B. Rumusan Masalah
1. Penjelasan tentang umur manusia
2. Penjelasan tentang ekstensi umur umat islam
3. Pandangan dari Ibnu Hajar

C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami umur manusia
2. Dapat memahami hadis yang berkaitan dengan ekstensi umur umat islam
BAB II
PEMBAHASAN

Waktu hidup secara keseluruhan memang dibatasi sampai kiamat. Tetapi secara
perorangan hanya iblis saja usianya yang panjang sampai hari kiamat, Sedangkan yang lain
mempunyai waktu yang terbatas sesuai usia masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari Hadits
Nabi:
Dalam Shahih Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah mengucapkan doa,

ِ ‫ الَّذِى الَ يَ ُموتُ َوا ْل ِج ُّن َو‬، َ‫عوذ ُ بِ ِع َّزتِكَ الَّذِى الَ ِإلَهَ ِإالَّ أ َ ْنت‬
ُ ‫اإل ْن‬
َ‫س يَ ُموتُون‬ ُ َ‫أ‬
“Aku berlindung dengan keagungan-Mu yang tiada sesembahan yang berhak disembah
selain-Mu dan Engkau tidak mati, sementara jin dan manusia itu mati.” (HR. Bukhari no. 7383
dan Muslim no. 2717).
Ini menunjukkan bahwa jin pun bisa mati, termasuk di dalamnya setan. Usia Nabi
sebelum Nabi Muhammad saw dan umatnya bisa ratusan tahun, tetapi untuk umat Nabi
Nuhammad rata-rata 60-70 tahun. Rasulullah SAW sendiri pernah mengabarkan usia
kebanyakan umatnya dalam hadits sebagai berikut:

‫ار أ ُ َّمتِي َما‬


ُ ‫عن أبي هريرة رضي هللا تعالى عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أ َ ْع َم‬
‫س ْب ِعينَ َوأَقَلُّ ُه ْم َم ْن يَ ُج ْو ُز ذَلِكَ رواه الترمذي‬
َّ ‫بَيْنَ السِتِينَ إلَى ال‬

Artinya, “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku
(umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati
(angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi).

Meski jarang, tetapi umur sahabat ada yang sanpai ratusan tahun, seperti dialami
Salman Al Farisi. Tetapi tentu juga ada yang belum sampai 60 tahun usianya sudah meninggal
dunia. Untuk yang usia panjang ini, Rasulullah menyebutkan jika amalnya banyak akan
menjadi manusia yang terbaik. Ini tergambar dalam Hadits sebagai berikut:
‫اس َخي ٌْر قَا َل َم ْن‬ ِ َّ‫ى الن‬ُّ َ ‫َّللا أ‬ ُ ‫ع ْن أَبِي ِه أ َ َّن َر ُجالً قَا َل يَا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َ َ ‫الرحْ َم ِن ب ِْن أ َ ِبى بَ ْك َرة‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
ُ ‫ع َملُه‬َ ‫سا َء‬َ ‫ع ُم ُرهُ َو‬ َ ‫اس ش ٌَّر قَا َل َم ْن‬
ُ ‫طا َل‬ ِ َّ‫ى الن‬ ُّ َ ‫ع َملُهُ قَا َل فَأ‬َ َ‫سن‬ ُ ‫ع ُم ُرهُ َو َح‬ َ
ُ ‫طا َل‬

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata,
“Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang
umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau
menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan
Al-Hâkim. Dishahihkan oleh Al-Albâni rahimahullah dalam Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb,
3/313, no. 3363, Maktabul Ma’arif, cet. 1, th 1421 H / 2000 M]

Dengan umur yang panjang dan amal yang banyak ini, bisa sebagai modal untuk
mendapatkan kesenangan yang tak terbatas di akhirat. Tentu ini lebih baik ketimbang
kesenangan di dunia yang terbatas.

 Hadits lain Tentang Umur Umat Islam


Dalam Shahih, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu’anhu. Terjemahan hadits ini ialah: “Perumpamaan eksistensi kalian (umat Islam)
dibanding umat-umat sebelum kalian ialah seperti waktu antara salat asar hingga tenggelam
matahari. Ahli Taurat (Yahudi) diberi kitab Taurat, lalu beramal sehingga tatkala mencapai
tengah hari (zuhur) mereka tak sanggup lagi beramal, lalu diberi pahala seqirat-seqirat.
Kemudian ahli Injil (Nasrani) diberi Injil, lalu beramal hingga masuk waktu salat asar, lalu
tidak sanggup melanjutkan, lalu diberi pahala seqirat-seqirat. Kemudian kita diberi Al–Qur’an,
dan kita beramal (dari asar) hingga tenggelam matahari, dan kita diberi pahala dua qirat-dua
qirat. Maka, kedua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) bertanya, ‘Wahai Rabb kami, (mengapa)
Engkau beri mereka (muslimin) pahala dua qirat, dan kami (hanya) satu qirat, padahal kami
lebih banyak amalnya?’ ‘Apakah Aku mengurangi pahala (yang kujanjikan) bagi kalian?’ tanya
Allah. ‘Tidak,’ jawab mereka. ‘Itulah keutamaan yang kuberikan kepada siapa yang
kukehendaki,’ jawab Allah.”
Selain itu Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Abu Musa Al–Asy’ari, bahwa Nabi
shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Perumpamaan kaum muslimin, Yahudi,
dan Nasrani ialah seperti seseorang yang menyewa suatu kaum agar bekerja hingga malam.
Maka kaum tersebut bekerja hingga tengah hari dan mengatakan, ‘Kami tak butuh kepada
upahmu.’ Lalu, orang tersebut mengupah kaum lainnya dan berkata, ‘Lanjutkanlah waktu yang
tersisa dari hari ini dan kalian akan mendapat upah yang kusyaratkan.’ Maka, mereka pun
bekerja hingga tiba waktu salat asar dan berkata, ‘Jerih payah kami untukmu (tidak minta
upah).’ Kemudian, orang tersebut menyewa kaum lainnya dan kaum tersebut bekerja mengisi
sisa waktu hari itu hingga tenggelam matahari dan mereka mendapat upah sebanyak upah
kedua kaum sebelumnya.”
Artinya, walau tempo kerja mereka paling singkat, namun upahnya setara dengan upah
yang disyaratkan bagi kedua kaum sebelum mereka, yang bekerja dari pagi hingga sore.

Perlu diketahui, bahwa kedua hadits dalam Shahih Bukhari di atas, bukanlah dalam
konteks menjelaskan umur umat Islam, melainkan sekadar membuat perumpamaan. Hal ini
dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H): “Hadits ini disampaikan oleh Nabi
shallallaahu’alaihi wa sallam sekedar sebagai perumpamaan, dan perumpamaan itu cenderung
bersifat longgar.” (Fath Al-Bari, 4:341)
Dengan demikian, ketika Nabi menyerupakan eksistensi kita dibanding umat-umat
sebelumnya ialah seperti tempo antara masuknya waktu asar hingga terbenam matahari, maka
ini sekedar permisalan dengan maksud mubaalaghah (majas hiperbola) dalam menjelaskan
dekatnya terjadinya hari kiamat. Dan hal ini bukan berarti bahwa eksistensi umat akan
sesingkat itu. Dari sini, jelaslah bahwa Nabi tidak sedang menjelaskan umur umat Islam dalam
hadits tersebut, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian kalangan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ف‬
ِ ‫ص‬ ُ ‫َمثَل ُ ُك ْم َو َمث َ ُل أ َ ْه ِل الْ ِكتَابَي ِْن َك َمث َ ِل َر ُج ٍل ا ْستَأ ْ َج َر أ ُ َج َرا َء فَقَا َل َم ْن يَ ْع َم ُل ِلى ِم ْن‬
ْ ِ‫غدْ َوة َ إِلَى ن‬
ْ َ‫صالَةِ ْالع‬
‫ص ِر‬ َ ‫ار إِلَى‬ ِ ‫ف النَّ َه‬
ِ ‫ص‬ْ ِ‫ ث ُ َّم قَا َل َم ْن يَعْ َم ُل ِلى ِم ْن ن‬، ُ ‫ت الْيَ ُهود‬ ِ َ‫يراطٍ فَعَ ِمل‬ َ ِ‫علَى ق‬ َ ‫ار‬ِ ‫النَّ َه‬
‫علَى‬َ ‫س‬ َّ ‫يب ال‬
ُ ‫ش ْم‬ َ ‫ص ِر إِلَى أ َ ْن ت َ ِغ‬ ْ َ‫ قَا َل َم ْن يَ ْع َم ُل ِلى ِمنَ ْالع‬، ‫ارى ث ُ َّم‬ ِ َ‫يراطٍ فَعَ ِمل‬
َ َّ‫ت الن‬
َ ‫ص‬ َ ِ‫علَى ق‬ َ
‫طا ًء قَا َل‬ َ ‫ َوأَقَ َّل‬، ً‫ع َمال‬
َ ‫ع‬ َ ‫ فَقَالُوا َما لَنَا أ َ ْكث َ َر‬، ‫ارى‬َ ‫ص‬َ َّ‫ت ْاليَ ُهود ُ َوالن‬ ِ ‫ فَغ‬، ‫طي ِْن فَأ َ ْنت ُ ْم هُ ْم‬
ِ َ‫َضب‬ َ ‫يرا‬
َ ‫ِق‬
‫ض ِلى أُو ِتي ِه َم ْن أَشَا ُء‬
ْ َ‫ قَا َل فَذَلِكَ ف‬. َ‫صت ُ ُك ْم ِم ْن َح ِق ُك ْم قَالُوا ال‬
ْ َ‫ه َْل نَق‬

“Permisalan kalian dengan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) seperti permisalan
seseorang yang diberi upah. Ditanya, “Siapa yang mau bekerja dari pagi hingga pertengahan
siang (waktu zawal atau waktu Zhuhur,.) lalu mendapat upah satu qirath?” Lalu yang bekerja
ketika itu adalah orang Yahudi.
Kemudian ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari pertengahan siang hingga waktu
‘Ashar dengan mendapat upah satu qirath?” Lantas yang bekerja adalah Nashrani.
Lalu ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari ‘Ashar hingga matahari tenggelam,
upahnya dua qirath?” Itulah kalian umat Islam.
Yahudi dan Nashrani lantas marah. Mereka katakan, “Kami lebih banyak bekerja,
namun kenapa kami diberi sedikit?” Dijawab, “Apakah upah kalian dikurangi?” Mereka jawab,
“Tidak.” Lalu dijawab, “Itulah keutamaanku dan keutamaan yang diberi pada siapa saja yang
dikehendaki oleh Allah.” (HR. Bukhari, no. 2268)

Upah bagi Yahudi dan Nashrani tetap ada. Mereka tidak setuju lantaran mereka sudah
bekerja lebih lama namun kenapa hanya mendapatkan satu qirath. Sedangkan umat Islam yang
bekerja dalam waktu yang lebih singkat malah mendapatkan upah lebih besar yaitu dua qirath.
Satu qirath adalah ukuran 1/12 dirham atau 1/20 dinar. Dua ratus dirham itu sama
dengan nisab perak yaitu 5 juta rupiah. Berarti 1 dirham sama dengan 25.000, 1/12 dirham
sama dengan 2.083 rupiah. Gambarannya upah dengan qirath adalah upah yang sedikit.
Terbukti kalau amalan ringan dalam agama Islam bisa berpahala besar di sisi Allah.
Faedah dari Syaikh ‘Abdul Hadi Al-Umari dalam Daurah Makassar membahas kitab Fadhlul
Islam

 Penjelasan Imam Ibnu Hajar


Dalam syarahnya yang berjudul Fathul Baari (jilid 4 hal 566 cet. Daarul Kutub Al–
Ilmiyyah), Ibnu Hajar mengatakan sebagai berikut yang artinya: “Hadits ini dijadikan dalil
bahwa eksistensi umat ini mencapai lebih dari seribu tahun, sebab konsekuensi dari hadits ini
ialah bahwa eksistensi Yahudi setara dengan gabungan eksistensi (umur) Nasrani dan
muslimin. Sedangkan ahli sejarah telah sepakat bahwa tenggang waktu yang dilalui umat
Yahudi hingga diutusnya Nabi adalah lebih dari 2000 tahun, sedangkan tempo yang dilalui
Nasrani hingga diutusnya Nabi adalah 600 tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang dari
itu, sehingga tempo yang akan dilalui kaum muslimin pasti lebih dari seribu tahun.”
Ini berarti bahwa Ibnu Hajar sekadar menukil pendapat sebagian kalangan dalam
menafsirkan hadits tersebut tanpa menyebut siapa orang yang berpendapat. Dengan kata lain,
ini pendapat yang bersumber dari orang misterius yang agaknya bukan tergolong ulama
panutan. Andai saja orangnya tergolong ulama panutan, pastilah namanya layak untuk
disebutkan. Jadi, Ibnu Hajar sendiri sama sekali tidak bisa dianggap menyetujui pendapat
tersebut karena beliau sendiri menukilnya dengan shighat mabni lil majhul, yang identik
dengan shighat tamridh, dan shighat tamridh mengesankan lemahnya pendapat yang dinukil.
Ibnu Hajar juga mengatakan sebelumnya sebagai berikut: “Hadits ini juga mengandung
isyarat akan singkatnya umur dunia yang tersisa. Jadi, kalkulasi umur umat Islam sama dengan
umur Yahudi dikurangi umur Nasrani, alias 2000 lebih sedikit dikurangi 600 tahun, yakni 1400
tahun lebih sedikit.”

Ibnu Rajab mengatakan, “Menentukan sisa waktu (umur) dunia dengan bersandar
kepada hadits-hadits seperti ini adalah sesuatu yang tidak dibenarkan karena hanya Allah-lah
yang mengetahui kapan terjadinya kiamat, dan tidak seorang pun yang diberitahu tentang
waktunya. Oleh karenanya, Nabi ketika ditanya tentang kapan terjadinya kiamat telah
menjawab, ‘Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya’.” Jadi, maksud dari
perumpamaan Nabi dalam hadits ini ialah sekedar mendekatkan waktu terjadinya hari kiamat,
tanpa menentukan waktunya. (Fathul Baari, Ibnu Rajab, 4:338).

Allah Ta’ala berfirman,

‫عةَ ت َ ُكو ُن قَ ِريبًا‬


َ ‫سا‬ ِ َّ َ‫ع ِة ۖ قُ ْل ِإنَّ َما ِع ْل ُم َها ِع ْند‬
َّ ‫َّللا ۚ َو َما يُدْ ِريكَ لَعَ َّل ال‬ َ ‫سا‬
َّ ‫ع ِن ال‬ ُ َّ‫يَسْأَلُكَ الن‬
َ ‫اس‬
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai
Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al-Azhab: 63)

Dalam hadits Jibril disebutkan,

َّ ‫ قَا َل ” َما ال َم ْسئ ُ ْو ُل ِبأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال‬, ‫ع ِة‬


‫سا ِئ ِل‬ َ ‫سا‬ َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْرنِي‬, ‫قَا َل‬
َّ ‫ع ِن ال‬
Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang kiamat.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,” Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
(HR. Muslim, no. 8)
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Waktu hidup secara keseluruhan memang dibatasi sampai kiamat. Tetapi secara
perorangan hanya iblis saja usianya yang panjang sampai hari kiamat, Sedangkan yang lain
mempunyai waktu yang terbatas sesuai usia masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari Hadits
Nabi:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku
(umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati
(angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi).
Perlu diketahui, bahwa kedua hadits dalam Shahih Bukhari di atas, bukanlah dalam
konteks menjelaskan umur umat Islam, melainkan sekadar membuat perumpamaan. Hal ini
dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H): “Hadits ini disampaikan oleh Nabi
shallallaahu’alaihi wa sallam sekedar sebagai perumpamaan, dan perumpamaan itu cenderung
bersifat longgar.” (Fath Al-Bari, 4:341)
Ibnu Rajab mengatakan, “Menentukan sisa waktu (umur) dunia dengan bersandar
kepada hadits-hadits seperti ini adalah sesuatu yang tidak dibenarkan karena hanya Allah-lah
yang mengetahui kapan terjadinya kiamat, dan tidak seorang pun yang diberitahu tentang
waktunya. Oleh karenanya, Nabi ketika ditanya tentang kapan terjadinya kiamat telah
menjawab, ‘Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya’.” Jadi, maksud dari
perumpamaan Nabi dalam hadits ini ialah sekedar mendekatkan waktu terjadinya hari kiamat,
tanpa menentukan waktunya. (Fathul Baari, Ibnu Rajab, 4:338).
DAFTAR PUSTAKA

 https://rumaysho.com/23085-umur-umat-islam-hanya-1500-tahun.html
 https://www.republika.co.id/berita/qsk7u5366/allah-memperkenalkan-usia-manusia-
dan-iblis-part2

Anda mungkin juga menyukai