Hadis Populer
Hadis Populer
DOSEN PENGAMPU:
AYU MENTARI
2022
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-
Nya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Umur Umat Islam, tak lupa juga
kami berterima kasih kepada Ustadzah Juli Julaiha sebagai Dosen kami dalam
pelajaran Hadis Populer, karena tanpa adanya beliau tidak mungkin tugas Makalah
ini terlaksana. Makalah ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai Ilmu
Makalah ini secara singkat agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi
dari makalah ini. Sekiranya makalah yang telah kami selesaikan dapat berguna bagi
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
Penulis
PEMAKALAH
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
Bab II Pembahasan
A. Umur Umat Islam 2
Bab III PENUTUP
Kesimpulan 7
Daftar Pustaka 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin yang
kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai sumber
hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum islam juga.
Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
sebagainya. sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya berbicara secara global dan umum,
yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga akan mendapat
kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan muhtamal, dan
sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau sunnah untuk menafsirkannya atau
menjelaskanya.
Pada pembahasan kali ini mengenai hadis popular tentang umur umat islam maka dari
pembahasan ini sedikit banyaknya dapat menambah pengetahuan kita, adapun rumusan
masalah dan tujuan masalah pada makalah sebagai berikut
B. Rumusan Masalah
1. Penjelasan tentang umur manusia
2. Penjelasan tentang ekstensi umur umat islam
3. Pandangan dari Ibnu Hajar
C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami umur manusia
2. Dapat memahami hadis yang berkaitan dengan ekstensi umur umat islam
BAB II
PEMBAHASAN
Waktu hidup secara keseluruhan memang dibatasi sampai kiamat. Tetapi secara
perorangan hanya iblis saja usianya yang panjang sampai hari kiamat, Sedangkan yang lain
mempunyai waktu yang terbatas sesuai usia masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari Hadits
Nabi:
Dalam Shahih Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah mengucapkan doa,
ِ الَّذِى الَ يَ ُموتُ َوا ْل ِج ُّن َو، َعوذ ُ بِ ِع َّزتِكَ الَّذِى الَ ِإلَهَ ِإالَّ أ َ ْنت
ُ اإل ْن
َس يَ ُموتُون ُ َأ
“Aku berlindung dengan keagungan-Mu yang tiada sesembahan yang berhak disembah
selain-Mu dan Engkau tidak mati, sementara jin dan manusia itu mati.” (HR. Bukhari no. 7383
dan Muslim no. 2717).
Ini menunjukkan bahwa jin pun bisa mati, termasuk di dalamnya setan. Usia Nabi
sebelum Nabi Muhammad saw dan umatnya bisa ratusan tahun, tetapi untuk umat Nabi
Nuhammad rata-rata 60-70 tahun. Rasulullah SAW sendiri pernah mengabarkan usia
kebanyakan umatnya dalam hadits sebagai berikut:
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku
(umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati
(angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi).
Meski jarang, tetapi umur sahabat ada yang sanpai ratusan tahun, seperti dialami
Salman Al Farisi. Tetapi tentu juga ada yang belum sampai 60 tahun usianya sudah meninggal
dunia. Untuk yang usia panjang ini, Rasulullah menyebutkan jika amalnya banyak akan
menjadi manusia yang terbaik. Ini tergambar dalam Hadits sebagai berikut:
اس َخي ٌْر قَا َل َم ْن ِ َّى النُّ َ َّللا أ ُ ع ْن أَبِي ِه أ َ َّن َر ُجالً قَا َل يَا َر
ِ َّ سو َل َ َ الرحْ َم ِن ب ِْن أ َ ِبى بَ ْك َرة َ ع ْن
َّ ع ْب ِد َ
ُ ع َملُهَ سا َءَ ع ُم ُرهُ َو َ اس ش ٌَّر قَا َل َم ْن
ُ طا َل ِ َّى الن ُّ َ ع َملُهُ قَا َل فَأَ َسن ُ ع ُم ُرهُ َو َح َ
ُ طا َل
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata,
“Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang
umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau
menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan
Al-Hâkim. Dishahihkan oleh Al-Albâni rahimahullah dalam Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb,
3/313, no. 3363, Maktabul Ma’arif, cet. 1, th 1421 H / 2000 M]
Dengan umur yang panjang dan amal yang banyak ini, bisa sebagai modal untuk
mendapatkan kesenangan yang tak terbatas di akhirat. Tentu ini lebih baik ketimbang
kesenangan di dunia yang terbatas.
Perlu diketahui, bahwa kedua hadits dalam Shahih Bukhari di atas, bukanlah dalam
konteks menjelaskan umur umat Islam, melainkan sekadar membuat perumpamaan. Hal ini
dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H): “Hadits ini disampaikan oleh Nabi
shallallaahu’alaihi wa sallam sekedar sebagai perumpamaan, dan perumpamaan itu cenderung
bersifat longgar.” (Fath Al-Bari, 4:341)
Dengan demikian, ketika Nabi menyerupakan eksistensi kita dibanding umat-umat
sebelumnya ialah seperti tempo antara masuknya waktu asar hingga terbenam matahari, maka
ini sekedar permisalan dengan maksud mubaalaghah (majas hiperbola) dalam menjelaskan
dekatnya terjadinya hari kiamat. Dan hal ini bukan berarti bahwa eksistensi umat akan
sesingkat itu. Dari sini, jelaslah bahwa Nabi tidak sedang menjelaskan umur umat Islam dalam
hadits tersebut, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian kalangan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ف
ِ ص ُ َمثَل ُ ُك ْم َو َمث َ ُل أ َ ْه ِل الْ ِكتَابَي ِْن َك َمث َ ِل َر ُج ٍل ا ْستَأ ْ َج َر أ ُ َج َرا َء فَقَا َل َم ْن يَ ْع َم ُل ِلى ِم ْن
ْ ِغدْ َوة َ إِلَى ن
ْ َصالَةِ ْالع
ص ِر َ ار إِلَى ِ ف النَّ َه
ِ صْ ِ ث ُ َّم قَا َل َم ْن يَعْ َم ُل ِلى ِم ْن ن، ُ ت الْيَ ُهود ِ َيراطٍ فَعَ ِمل َ ِعلَى ق َ ارِ النَّ َه
علَىَ س َّ يب ال
ُ ش ْم َ ص ِر إِلَى أ َ ْن ت َ ِغ ْ َ قَا َل َم ْن يَ ْع َم ُل ِلى ِمنَ ْالع، ارى ث ُ َّم ِ َيراطٍ فَعَ ِمل
َ َّت الن
َ ص َ ِعلَى ق َ
طا ًء قَا َل َ َوأَقَ َّل، ًع َمال
َ ع َ فَقَالُوا َما لَنَا أ َ ْكث َ َر، ارىَ صَ َّت ْاليَ ُهود ُ َوالن ِ فَغ، طي ِْن فَأ َ ْنت ُ ْم هُ ْم
ِ ََضب َ يرا
َ ِق
ض ِلى أُو ِتي ِه َم ْن أَشَا ُء
ْ َ قَا َل فَذَلِكَ ف. َصت ُ ُك ْم ِم ْن َح ِق ُك ْم قَالُوا ال
ْ َه َْل نَق
“Permisalan kalian dengan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) seperti permisalan
seseorang yang diberi upah. Ditanya, “Siapa yang mau bekerja dari pagi hingga pertengahan
siang (waktu zawal atau waktu Zhuhur,.) lalu mendapat upah satu qirath?” Lalu yang bekerja
ketika itu adalah orang Yahudi.
Kemudian ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari pertengahan siang hingga waktu
‘Ashar dengan mendapat upah satu qirath?” Lantas yang bekerja adalah Nashrani.
Lalu ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari ‘Ashar hingga matahari tenggelam,
upahnya dua qirath?” Itulah kalian umat Islam.
Yahudi dan Nashrani lantas marah. Mereka katakan, “Kami lebih banyak bekerja,
namun kenapa kami diberi sedikit?” Dijawab, “Apakah upah kalian dikurangi?” Mereka jawab,
“Tidak.” Lalu dijawab, “Itulah keutamaanku dan keutamaan yang diberi pada siapa saja yang
dikehendaki oleh Allah.” (HR. Bukhari, no. 2268)
Upah bagi Yahudi dan Nashrani tetap ada. Mereka tidak setuju lantaran mereka sudah
bekerja lebih lama namun kenapa hanya mendapatkan satu qirath. Sedangkan umat Islam yang
bekerja dalam waktu yang lebih singkat malah mendapatkan upah lebih besar yaitu dua qirath.
Satu qirath adalah ukuran 1/12 dirham atau 1/20 dinar. Dua ratus dirham itu sama
dengan nisab perak yaitu 5 juta rupiah. Berarti 1 dirham sama dengan 25.000, 1/12 dirham
sama dengan 2.083 rupiah. Gambarannya upah dengan qirath adalah upah yang sedikit.
Terbukti kalau amalan ringan dalam agama Islam bisa berpahala besar di sisi Allah.
Faedah dari Syaikh ‘Abdul Hadi Al-Umari dalam Daurah Makassar membahas kitab Fadhlul
Islam
Ibnu Rajab mengatakan, “Menentukan sisa waktu (umur) dunia dengan bersandar
kepada hadits-hadits seperti ini adalah sesuatu yang tidak dibenarkan karena hanya Allah-lah
yang mengetahui kapan terjadinya kiamat, dan tidak seorang pun yang diberitahu tentang
waktunya. Oleh karenanya, Nabi ketika ditanya tentang kapan terjadinya kiamat telah
menjawab, ‘Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya’.” Jadi, maksud dari
perumpamaan Nabi dalam hadits ini ialah sekedar mendekatkan waktu terjadinya hari kiamat,
tanpa menentukan waktunya. (Fathul Baari, Ibnu Rajab, 4:338).
Kesimpulan
Waktu hidup secara keseluruhan memang dibatasi sampai kiamat. Tetapi secara
perorangan hanya iblis saja usianya yang panjang sampai hari kiamat, Sedangkan yang lain
mempunyai waktu yang terbatas sesuai usia masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari Hadits
Nabi:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku
(umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati
(angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi).
Perlu diketahui, bahwa kedua hadits dalam Shahih Bukhari di atas, bukanlah dalam
konteks menjelaskan umur umat Islam, melainkan sekadar membuat perumpamaan. Hal ini
dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H): “Hadits ini disampaikan oleh Nabi
shallallaahu’alaihi wa sallam sekedar sebagai perumpamaan, dan perumpamaan itu cenderung
bersifat longgar.” (Fath Al-Bari, 4:341)
Ibnu Rajab mengatakan, “Menentukan sisa waktu (umur) dunia dengan bersandar
kepada hadits-hadits seperti ini adalah sesuatu yang tidak dibenarkan karena hanya Allah-lah
yang mengetahui kapan terjadinya kiamat, dan tidak seorang pun yang diberitahu tentang
waktunya. Oleh karenanya, Nabi ketika ditanya tentang kapan terjadinya kiamat telah
menjawab, ‘Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya’.” Jadi, maksud dari
perumpamaan Nabi dalam hadits ini ialah sekedar mendekatkan waktu terjadinya hari kiamat,
tanpa menentukan waktunya. (Fathul Baari, Ibnu Rajab, 4:338).
DAFTAR PUSTAKA
https://rumaysho.com/23085-umur-umat-islam-hanya-1500-tahun.html
https://www.republika.co.id/berita/qsk7u5366/allah-memperkenalkan-usia-manusia-
dan-iblis-part2