Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Anak Remaja Dengan HIV AIDS


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan HIV/AIDS
Dosen Pengampu: Sodikin, M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh :
1. Ajeng Ciptaning DAM (108116004)
2. Hana Fahrun Nisa (108116009)
3. Keke Kartika (108116025)
4. Anton Budi Nugroho (108116028)
5. Isnaeni Romayanti (108116030)
6. Sukma Wardhana (108116031)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak Remaja Dengan
HIV AIDS” untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada nara sumber yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam tahap
belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk
menambah wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang.
Terima kasih.

Cilacap, 22 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Definisi ............................................................................................ 3
B. Etiologi ............................................................................................ 3
C. Patofisiologi .................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala ........................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis........................................................................... 7
F. Komplikasi ...................................................................................... 8
G. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................ 8
H. Penatalaksanaan Medis ................................................................. 9
I. Pencegahan ................................................................................... 10
J. Insiden ........................................................................................... 11
K. Dampak HIV pada Anak dan Remaja ....................................... 13
L. Diagnosis Dini HIV pada Anak dan Remaja............................. 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................ 15
A. Pengkajian .................................................................................... 15
B. Diagnose ........................................................................................ 19
C. Intervensi ...................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS
menurut beberapa ahli antara lain : AIDS adalah infeksi oportunistik yang
menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi
klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Anwar
Hafis,2014)
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenapati(LAV), adalah suatu retrovirus manusia
sitopatik dari famili lentivirus. Retrivirus mengubah asam ribonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksirilbonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel
pejamu. HIV -1 dan HIV -2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.(Anwar Hafis,2014).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi HIV/AIDS?
2. Bagaimana Etiologi HIV/AIDS?
3. Bagaimana Patofisiologi HIV/AIDS?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala HIV/AIDS?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis HIV/AIDS?
6. Bagaimana Komplikasi HIV/AIDS?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Medis HIV/AIDS?
9. Bagaimana Pencegahan HIV/AIDS?
10. Bagaimana Insiden HIV/AIDS?
11. Bagaimana Dampak HIV pada Anak dan Remaja?

1
12. Bagaimana Diagnosis Dini HIV/AIDS pada Anak dan Remaja?
13. Bagaimana Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada Anak dan Remaja?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Definisi HIV/AIDS
2. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Etiologi HIV/AIDS
3. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Patofisiologi HIV/AIDS
4. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Tanda dan Gejala HIV/AIDS
5. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis HIV/AIDS
6. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Komplikasi HIV/AIDS
7. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik
HIV/AIDS
8. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Medis HIV/AIDS
9. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Pencegahan HIV/AIDS
10. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Insiden HIV/AIDS
11. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Dampak HIV pada Anak dan
Remaja
12. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Diagnosis Dini HIV/AIDS pada
Anak dan Remaja
13. Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan HIV/AIDS
pada Anak dan Remaja?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau
kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014)
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Anwar Hafis,2014)

B. Etiologi
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenapati(LAV), adalah suatu retrovirus manusia
sitopatik dari famili lentivirus. Retrivirus mengubah asam ribonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksirilbonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel
pejamu. HIV -1 dan HIV -2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia (Anwar Hafis, 2014).
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap
aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki
perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan
virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan
infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dri protein lain,
Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama
kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat(Warga
Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya
kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1. (Anwar Hafis, 2014).
Cara penularan AIDS antara lain sebagai berikut :
1. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual. (Anwar Hafis, 2014)
2. Melalui darah,yaitu :

3
a. Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%.
b. Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,003%
c. Terpapar mukosa yang mengandung HIV, risiko penularan 0,0051%
3. Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan,risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu (ASI) 14%. (Anwar Hafis, 2014)

C. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang
disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembang biak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
(Anwar Hafis, 2014).
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein
yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah
marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia,
terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya
disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan tubuh
(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV
menyebabkan hancurnya limfosit T penolong., sehingga terjadi kelemahan
sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. (Anwar
Hafis, 2014).

4
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang
sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%, selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV
kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam
darah. Meskipun tubuh berusaha melaw virus, tetapi tubuh tidak mampu
meredakan infeksi. setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikal virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit pada orang lain terus berlanjut.
Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah
membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi
menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika keduanya mencapai 200 sel/Ml darah, maka
penderita menjadi rentan terhadap infeksi. (Anwar Hafis, 2014).
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
Produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk
melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. (Anwar Hafis,
2014).
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6
bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif . fase ini disebut “periode
jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang
selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten). Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan
sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi

5
AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari
10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Anwar Hafis, 2014).

D. Tanda dan Gejala


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui
pada penderitaan AIDS :
1. Panas lebih dari 1 bulan
2. Batuk-batuk
3. Sariawan dan nyeri menelan
4. Badan menjadi kurus sekali
5. Diare
6. Sesak napas
7. Pembesaran kelenjar getah bening
8. Kesadaran menurun
9. Penurunan ketajaman penglihatan
10. Bercak ungu kehitaman di kulit. (Anwar Hafis, 2014)
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati,
karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di
Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tifoid atau
tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah
tertular AIDS, maka orang tersebut dianjurkan untuk tes darah HIV. (Anwar
Hafis,2014)
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1-
2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi
imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,keringat
dimalam hari, penurunan berat badan, diare,neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bervariasi 1-
5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),

6
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain
termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Anwar Hafis, 2014):
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Akut
Gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu,mengantuk, nyeri sendi,sakit kepala, diare,
sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari
3 bulan. Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Anwar Hafis, 2014).

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri
(sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi opurtunistik, atau kanker
yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap
berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4. (Anwar Hafis, 2014).
1. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gejala infeksi netroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran
klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatosplenomegali,
nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili,ulkus pada mukokutan,
diare, leukopenia, dan limfosit atipik, sindrom Gillian Barre, atau
psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.
(Anwar Hafis, 2014).
2. Masa Asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut
juga masa jendela (window period). (Anwar Hafis, 2014).

7
3. Masa gejala dini
Pada masa ini jumlah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul
adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan,
herpez zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkulosis paru. Masa ini dulu
disebut AIDS Related Complex(ARC). (Anwar Hafis, 2014)
4. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4, di bawah 200. Penurunan daya tahan ini
menyebabkan resiko tinggi rendahnya infeksi opurtunistik berat atau
keganasan. (Anwar Hafis, 2014)

F. Komplikasi
Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara
lain :
1. Pneumonia pneumocystis(PCP)
2. Tuberculosis(TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk penderita AIDS. (Anwar Hafis, 2014) :
1. Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait.jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.

8
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosit total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan
jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma,
serologi sitomegalovirus, serologi PMS,hepatitis, dan papsmear. Sedangkan
pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4.Bila >500 maka
pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka
diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia
pneumocystis carinii.pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada
jumlah CD4. (Anwar Hafis, 2014)
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan. (Anwar
Hafis, 2014)
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensis atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus
CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8. (Anwar Hafis, 2014)

H. Penatalaksanaan Medis
1. Apabila terinfeksi Human Immunodefeciency Virus(HIV), maka
terapinya yaitu (Anwar Hafis,2014) :
a. Pengendalian infeksi oportunistik
b. Terapi AZT(Azidotimidin)
c. Terapi antiviral baru
d. Vaksin dan rekonstruksi(Anwar Hafis,2014)
2. Diet
a. Tujuan umum diet penyakit HIV/AIDS
Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap
dini penyakit infeksi HIV.
b. Tujuan khusus diet penyakit HIV/AIDS
Mengatasi gejala diare, intoleransi, laktosa, mual dan muntah.

9
c. Syarat-syarat diet HIV/AIDS
Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan
faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan
energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu 1oC. (Anwar
Hafis, 2014)
d. Jenis diet dan indikasi pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
yaitu kepada pasien dengan :
1) Infeksi HIV positif tanpa gejala
2) Infeksi HIV dengan gejala(misalnya panas lama, batuk)
3) Infeksi HIV dengan TBC
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu
secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral
sebaiknya dievaluasi secara rutin, bila tidak mencukupi, dianjurkan
pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai
makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu diet AIDS I, II, dan III.
(Anwar Hafis, 2014).

I. Pencegahan
Beberapa pencegahan HIV AIDS menurut (Koes Irianto, 2012) yaitu:
1. Usaha-usaha yang dapat dilakukan terhadap AIDS adalah tindakan
pencegahan agar tidak terjangkit penyakit AIDS. Sebenarnya HIV
mudah mati bila dipanaskan atau bila terkena antiseptik seperti alkohol,
fenol. Oleh karena itu semua cairan tubuh dan darah penderita AIDS
yang tercecer harus didisinfeksi secara sempurna.
2. Jarum atau jarum suntik sebaiknya satu kali pakai saja atau bila akan
digunakan kembali harus betul-betul dipanaskan hingga steril. Hindari
hubungan seks dengan partner bila partner tersebut sering berganti
pasangan.hindari hubungan homoseksual atau anak seks (melalui anus)
karena resiko lecet atau terluka lebih besar sehngga memudahkan
terinfeksi HIV. Gunakanlah kondom bila ragu-ragu.

10
3. Wanita yang terken HIV sebaiknya jangan mengandung karena HIV
dapat ditularkan ke janin melalui plasenta. Orang-orang yang di duga
terkena HIV tidak diperkenankan menyumbang darah dan organ-organ
tubuhnya untuk transplantasi.
4. Telah diupayakan pembuatan vaksin tetapi masih dalam taraf penelitian
dan percobaan yang belum selesai.

J. Insiden penularan HIV pada Anak dan Remaja


Salah satu faktor risko penularan HIV (Human Immunodeficiency
Virus) adalah penularan dari ibu pengidap HIV kepada anak, baik selama
kehamilan, persalinan maupun selama menyusui. Hingga saat ini kejadian
penularan dari ibu ke anak sudah mencapai 2,6 persen dari seluruh kasus
HIV-AIDS yang dilaporkan di Indonesia. Ada tiga faktor utama yang
berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu,
bayi/anak, dan tindakan obstetrik.
1. Faktor Ibu
a. Jumlah virus (viral load) Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat
menjelang atau saat persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu
ketika ibu menyusui bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV
dari ibu ke anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika
kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika
kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml.
b. Jumlah sel CD4 Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko
menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4
risiko penularan HIV semakin besar.
c. Status gizi selama hamil Berat badan rendah serta kekurangan
vitamin dan mineral selama hamil meningkatkan risiko ibu untuk
menderita penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah virus
dan risiko penularan HIV ke bayi.
d. Penyakit infeksi selama hamil Penyakit infeksi seperti sifilis,
infeksi menular seksual,infeksi saluran reproduksi lainnya,
malaria,dan tuberkulosis, berisiko meningkatkan jumlah virus dan
risiko penularan HIV ke bayi.

11
e. Gangguan pada payudara Gangguan pada payudara ibu dan
penyakit lain, seperti mastitis, abses, dan luka di puting payudara
dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui ASI.
2. Faktor Bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir Bayi lahir prematur
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih rentan tertular HIV
karena sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya belum
berkembang dengan baik.
b. Periode pemberian ASI Semakin lama ibu menyusui, risiko
penularan HIV ke bayi akan semakin besar.
c. Adanya luka di mulut bayi Bayi dengn luka di mulutnya lebih
berisiko tertular HIV ketika diberikan ASI.
3. Faktor obstetrik Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu
di jalan lahir. Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan risiko
penularan HIV dari ibu ke anak selama persalinan adalah:
a. Jenis persalinan Risiko penularan persalinan per vaginam lebih
besar daripada persalinan melalui bedah sesar (seksio sesaria).
b. Lama persalinan Semakin lama proses persalinan berlangsung,
risiko penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi, karena
semakin lama terjadinya kontak antara bayi dengan darah dan
lendir ibu.
c. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan
risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban
pecah kurang dari 4 jam.
d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan
risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi.
Penyebaran HIV pada usia muda makin memprihatinkan. Fakta ini
menunjukkan bahwa penderita AIDS paling banyak menyerang para remaja
yang masih berusia produktif. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dri
13 tahun sampai 16 tahun, dan akhir usia remaja bermula dari usia 16 tahun
sampai 18 tahun. Artinya, pada usia-usia tersebut, remaja sangat rentan
terkena penaruh-pengaruh dari luar, seperti penyalah gunaan narkoba, salah

12
memilih teman dalam pergaulan yang berujung pada ergaulan bebas. Masih
banyak remaja zaman sekarang yang belum mengetahui bahaya-bahaya
yang ditimbulkan akibat melakukan seks diluar nikah atau melakukan seks
secara tidak sehat. HIV/AIDS dapat menular kepada siapa saja. Maka dari
itu, banyak orang yang salah persepsi atau menganggap bahwa seseorang
yang terkena penyakit HIV/AIDS sangat berbahaya. Bahkan mereka tidak
segan-segan untuk mencaci maki, mengolok-olok, menghina bahkan
mengusir penderita HIV/AIDS dari tempat tinggalnya.

K. Dampak HIV pada Anak dan Remaja


1. Menurunnya fungsi kekebalan tubuh manusia.
2. Mudah terkena tumor.
3. Pemberlakuan hokum sosial bagi penderita HIV/AIDS ,seperti tindakan
penghindaran, pengasingan, penolakan, dan dikriminasi.
4. Banyak penderita HIV/AIDS pada usia produktif yang meninggal pada
usia muda.
5. Kehilangan teman

L. Diagnosis dini Infeksi pada Anak dan Remaja


Diagnosis infeksi HIV virologis secara dini pada anak dan remaja:
1. Memungkinkan ditentukan secara dini mereka yang terinfeksi HIV,
sebagai langkah pertama dalam menyediakan pengobatan dan
perawatan untuk mereka.
2. Memungkinkan ditentukan mereka yang terpajan HIV tetapi tidak
terinfeksi, untuk memudahkan tindak lanjut dengan perawatan dan
langkah pencegahan untuk membantu memastikan mereka tetap tidak
tertular.
3. Membantu penggunaan sumber daya esensial secara efektif dengan
mengutamakan ketersediaan ART pada anak yang membutuhkannya.
4. Memperbaiki kesejahteraan psiko-sosial keluarga dan anak, mengurangi
kemungkinan timbulnya stigma, diskriminasi dan kesukaran psikologis

13
untuk anak yang tidak terinfeksi HIV dan meningkatan kemungkinan
mereka diasuh sebagai anak yatim-piatu;
5. Memudahkan perencanaan kehidupan untuk orang tua dan/atau anak
yang terinfeksi

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data Awal Pengkajian:
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa
perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
1. Demam dan diare yang berkepanjangan
2. Tachipnae
3. Batuk
4. Sesak nafas
5. Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
1. Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
2. Diare lebih dan satu bulan
3. Demam lebih dan satu bulan
4. Mulut dan faring dijumpai bercak putih
5. Limfadenopati yang menyeluruh
6. Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
7. Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
8. Dermatitis yang menyeluruh
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari
orang yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual.
Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
1. Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan
obat
2. Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV
3. Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
4. Adanya penularan pada proses melahirkan
5. Terjadinya kontak darah dan bayi.

15
6. Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
7. Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrifeS)
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
1. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
2. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
3. Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
4. Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
5. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril
6. Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
1. Gagal tumbuh
2. Berat badan menurun
3. Anemia
4. Panas berulang
5. Limpadenopati
6. Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit,
jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas
selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke
esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll.

Pemeriksaan Fisik:
1. Pemeriksaan Mata
a. Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
b. Retinitis sitomegalovirus
c. Khoroiditis toksoplasma
d. nfeksi pada tepi kelopak mata.
e. Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
f. Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple

16
2. Pemeriksaan Mulut
a. Adanya stomatitis gangrenosa
b. Peridontitis
c. Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998)
3. Pemeriksaan Telinga
a. Adanya otitis media
b. Adanya nyeri
c. Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
a. Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
b. Sesak nafas
c. Tachipnea
d. Hipoksia
e. Nyeri dada
f. Nafas pendek waktu istirahat
g. Gagal nafas
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
a. Berat badan menurun
b. Anoreksia
c. Nyeri pada saat menelan
d. Kesulitan menelan
e. Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
f. Faringitis
g. Kandidiasis esophagus
h. Kandidiasis mulut
i. Selaput lendir kering
j. Hepatomegali
k. Mual dan muntah
l. Pembesaran limfa

17
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
a. Suhu tubuh meningkat
b. Nadi cepat, tekanan darah meningkat
c. Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena
HIV
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
a. Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
b. Haemorargie
c. Nyeri panas serta malaise
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
a. Didapatkan air seni yang berkurang
b. Annuria
c. Proteinuria
d. Adanya pembesaran kelenjar parotis
e. Limfadenopati
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
a. Adanya sakit kepala
b. Somnolen
c. Sukar berkonsentrasi
d. Perubahan perilaku
e. Nyeri otot
f. Kejang-kejang
g. Encelopati
h. Gangguan psikomotor
i. Penururnan kesadaran
j. Delirium
k. Keterlambatan perkembangan
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
a. Nyeri persendian
b. Letih, gangguan gerak
c. Nyeri otot ( Bates Barbara 1998

18
Pemeriksaan Laboratorium:
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan
adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun
bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer., tes anti
body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau
dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks,
Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang
terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan
tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24
(dengan polymerase chain reaction - PCR). Kulit dideteksi dengan tes
antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV ).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV /
AIDS antara lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Gangguan intregitas kulit

19
C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Resiko Tujuan : 1. Pertahankan teknik
terjadinya Bebas dari septik dan antiseptik
infeksi pada infeksi (cuci tangan sebelum
anak dengan oportuniskit dan sesudah tindakan)
HIV /AIDS Kriteria Hasil : 2. Pantau TTV kaji
berhubungan Mencapai masa frekuensi atau
dengan adanya penyembuhan kedalaman pernafasan
penurunan luka atau lesi, 3. Perhatikan batuk
system imun Tidak demam spasmedik kering pada
tubuh dan bebas dari inspirasi dalam
pengeluaran 4. Periksa adanya luka ,
atau sekresi dan tanda–tanda
purulen dan inflamasi.
tanda-tanda lain 5. Gunakan sarung tangan
dari infeksi. dan APD selama
kontak langsung yang
akresi atau sekresi
6. Pantau studi
laboratorium, JDL dan
periksa kultur atau
sensivitas lesi, darah,
urine dan spuntum
7. Berikan antibiotic atau
agen antimikroba

2. Nutrisi kurang Tujuan: 1.Kaji BB dasar


dari kebutuhan Kebutuhan 2.Observasi koordinasi
tubuh nutrisi pada menghisap dan refleks
berhubungan anak terpenuhi menelan

20
dengan Kriteria Hasil : 3.Inspeksi rongga mulut
anoreksia Terlihat adanya 4.Anjurkan pemberian
pertumbuhan makan alternatif dan
BB anak. konsulkan ibu
Nila-nilai mengenai resiko
laboratorium menyusui
dalam batas 5.Tinjau ulang diet sesuai
normal usia dan tambahan
Bebas dari tanda makanan padat dan
malnutrisis atau kemampuan
gagal untuk perkembanan
tumbuh (GUT) 6.Berikan makanan
enteral atau parenteral
dengan tepat.

3 Gangguan Tujuan : 1. Kaji tiap hari, catat


integritas kulit Integritas kulit warna, turgor, sirkulasi
berhubungan kembali normal dan sensori.
dengan defisit Kriteria Hasil : 2. Pertahankan higiene
imunologis, resti Tidak ada lagi kulit mis : masase
: penurunan lesi dengan lotion dan krim
tingkat aktivitas, Permukaan kulit 3. Atur posisi secara
perubahan normal. teratur, ganti seprei
sensasi, sesuai kebutuhan
malnutrisi, 4. Bersihkan area
perubahan status perianal
metabolisme. 5. Gunting kuku anak
secara teratur
6. Berikan obat – obatan
topikal atau sistemik
sesuai indikasi.

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Usaha-usaha yang dapat dilakukan terhadap AIDS adalah
tindakan pencegahan agar tidak terjangkit penyakit AIDS. Telah diupayakan
pembuatan vaksin tetapi masih dalam taraf penelitian dan percobaan yang
belum selesai. (Koes Irianto,2012)

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan dosen pembimbing
apabila terdapat kesalahan pada makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/354430985/askep-hiv-aids Diakses Pada


Tanggal 22 April 2019 Pukul 20.00 WIB

23

Anda mungkin juga menyukai