Anda di halaman 1dari 64

DKPP RI PENEGAK ETIK PENYELENGGARA PEMILU

UNTUK PEMILU BERMARTABAT

Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H., M.Si


(Anggota DKPP RI periode 2017-2022 & Guru Besar FH UPH Karawaci Tangerang)

23 JULI 2022
Teori Keadilan Bermartabat digagas oleh :
PROF. DR. TEGUH PRASETYO, S.H., M.Si

• Anggota DKPP RI (2017-2022)


• Guru Besar FH UPH Karawaci Tangerang
• Karya tulis buku yang telah diterbitkan sudah 46 judul
• Aktif menulis di jurnal nasional/internasional hukum
Buku yang telah diterbitkan berkaitan dengan Pemilu :
• Pada awalnya manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang
mulia/bermartabat, berfikir, hidup Bersama dengan sesamanya
dan bebas.
• Sebagai makhluk yang mulia manusia diberi kebebasan berfikir
atau homo sapiens.
• Hukum/aturan/norma itu ada pada saat ada manusia hidup dalam
masyarakat.
• Lahirnya hukum pada saat ada manusia di dalam masyarakat.
TEORI KEADILAN BERMARTABAT

Suatu usaha untuk memahami atau mendekati pikiran Tuhan. (Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H., M.Si)
Teori Keadilan Bermartabat sebagai Ilmu karena mempunyai:

1. Ortologis Yurisdiksi Taman Eden

Sebelum ada negara


Yurisdiksi Gunung Sinai

Hukum

Setelah ada negara


Arus atas/Pikiran Tuhan
Lex Aeterna

Keadilan Lahir Teori


Bermartabat Sistem Hukum
Keadilan
Pancasila
Bermartabat

Arus bawah/Nilai-nilai
Luhur
Volkgeist
Sila-sila dalam
Pancasila
Tahap-tahap lahirnya Teori Keadilan
Bermartabat melalui perenungan yang dalam
Meta teori→ Konsepsi→Preposisi
Teori Keadilan Bermartabat bukan devinisi tentang Keadilan
tetapi merupakan teori Hukum/Ilmu Hukum, maka teori
Keadilan Bermartabat mempunyai lapisan-lapisan dalam Ilmu
Hukum. Tidak hanya dari atas ke bawah tetapi dari bawah ke
atas juga yang merupakan umpan balik.
SKOPA TEORI KEADILAN BERMARTABAT

Lapisan-Lapisan dalam Ilmu Hukum

Filsafat Hukum
(Philosophy Of Law) Tidak menghendaki konflik, jika
terjadi konflik diselesaikan
Teori Hukum dengan berdialektika, berdebat
(Legal Theory) dengan sehat yang bermanfaat
bagi pembangunan pemikiran
Dogmatik Hukum hukum.
(Jurisprudence)

Hukum dan Praktik Hukum


(Law and Legal Practice)
KERANGKA KERJA TEORI KEADILAN BERMARTABAT

Dikte hukum
sebagai masukan

Proses legislasi dan


Diskresi, serta proses
Loloh Balik (Feedback) peradilan menurut hukum
acara sebagai konversi

Keluar (output)
Eksekusi/ peraturan,
Pelaksanaan keputusan, dan
putusan
PERIODE HUKUM

Periode kedua:
• Setelah negara terbentuk.
• Tertulis.
Periode Pertama: • Otoritas pembuat adalah Tuhan.
• Berlangsung di Taman Eden/ Sorga. • Karakter hukum tidak berubah
• Berbentuk lisan. (tetap sejumlah perintah dan
larangan).
CIRI-CIRI YANG SAMA ANTARA KEDUA PERIODE

Hukum sebagai peraturan tingkah laku manusia.

Adanya perintah dan larangan.

Adanya sanksi yang tegas apabila perintah dan larangan itu tidak dipatuhi.

Adanya otoritas pembuat hukum yang jelas keberadaannya, sehingga hukum


itu mempunyai kekuatan mengikat dan memperoleh legitimasi yang kuat.
Teori Keadilan Bermartabat berangkat dari
postulat sistem; bekerja mencapai tujuan yaitu
Keadilan Bermartabat. Keadilan yang
memanusiakan manusia, Keadilan yang nge
wong ke wong.
DALAM KEADILAN BERMARTABAT :

Pendekatan

• Hukum sebagai Filsafat Hukum, Teori Hukum, Dogmatik


Hukum dan Praktik Hukum; Berdialektika secara sistemik.

Tujuan
• Tujuan Hukum untuk memperoleh Keadilan yang di
dalamnya terdapat kepastian dan kemanfaatan atau
dikenal dengan Trilogi Tujuan Hukum.
PRINSIP-PRINSIP

Teori Keadilan Bermartabat


menawarkan postulat hukum Karakter teori Keadilan
sebagai suatu sistem dimana satu Bermartabat antara lain juga
ciri penting di dalamnya adalah adalah suatu sistem Filsafat
tidak dikehendaki adanya konflik. Teori Keadilan Bermartabat tidak Hukum yang mengarahkan atau
Yang dikehendaki adalah suatu sekedar mendasar dan radikal. memberi tuntunan serta tidak
perdebatan yang sehat, dialektika memisahkan seluruh kaidah dan
yang bermanfaat bagi asas atau substantive legal
pembangunan pemikiran hukum. disciplines.
Teori Keadilan Bermartabat dapat disebut
juga dengan suatu teori Sistem Hukum
berdasarkan Pancasila.
PANCASILA DASAR TEORI KEADILAN BERMATABAT

• Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah negara serta sumber dari segala
sumber hukum.
• Pancasila merupakan suatu sistem filsafat yang mempunyai sifat koheren, yakni
saling berhubungan satu dengan yang lain. Contohnya antara satu sila dengan
sila lainnya saling berkaitan dan tidak bertentangan serta saling menjiwai dan
dijiwai.
BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1 UUD 1945 :

(1) Negara Indonesia ialah Negara yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD.

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.


PEMILU/PILKADA
Pasal 18 Ayat 1 UUD 1945 : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang.”
Pemilu/Pilkada mekanisme pergantian Pimpinan Nasional dan atau Pimpinan Daerah secara
periodik, tertib, damai, dan bermartabat.
Untuk berkontestasi dalam Pemilu/Pilkada harus mendasarkan pada nilai-nilai dasar/prinsip-prinsip
dasar yang ada di dalam Pancasila.
Indonesia terbentuk atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, meskipun sebagai bangsa
yang plural atau jamak dilihat dari adat istiadat, budaya, golongan, agama, tradisi, tetapi
ada faktor yang menyatukan, kesadaran inilah yang muncul dalam SUMPAH PEMUDA.
Pilkada Bermartabat dibangun atas dasar Teori
Keadilan Bermartabat yang dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila yaitu Pilkada yang menjaga ; Nilai
Ketuhanan, Nilai Kemanusian, Nilai Persatuan, Nilai
Demokrasi, hikmah serta Nilai Kesejahteraan.
Indonesia sebagai negara kesatuan berdasar pasal 18 Ayat (1)
UUD 1945 yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai Pemerintahan daerah, yang
diatur dengan Undang-Undang” . Berdasarkan hal tersebut
mengarahkan kita pada PILKADA (Gubernur, Walikota/Bupati)
seperti yang akan dilaksanakan pada 09 Desember 2020 yang
akan datang untuk 270 wilayah yang terbagi atas 9 Prov. dan 261
Kab./Kota.
Pemuda/i Indonesia berikrar satu nusa satu bangsa
dan satu bahasa sebagai embrio Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Negara Indonesia terbentuk atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa melalui suatu proses yang Panjang baik dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Jadi, komitmen politik dalam sumpah ini nilai-nilainya harus dijaga keutuhannya.
PERUBAHAN PARADIGMA DEMOKRASI

Era Reformasi membawa perubahan paradigma, dimana


demokrasi yang dulunya merupakan Demokrasi
Perwakilan yakni rakyat memilih wakil-wakilnya kemudian
wakil-wakil rakyat yang duduk di MPR, DPR, DPRD memilih
pimpinan nasional dan pemimpin daerah menjadi Demokrasi langsung itu sendiri banyak dimaknai negatif
Demokrasi Langsung yaitu “One Man One Vote” untuk dikarenakan demokrasi langsung ini berasal dari barat
memenangkan suara terbanyak. yang kehidupan ekonominya bersifat kapital dan liberalis,
mewarnai juga demokrasi sekarang untuk menjadi kepala
daerah dan anggota dewan perwakilan dengan biaya
tinggi/ mahal.

Juga dalam berkontestasi digunakan cara-cara yang liberal


n kapital yaitu ujar kebencian, hoaks, isu sara serta money
politik.
FILSAFAT PEMILU
Indonesia sebagai bangsa telah ada ribuan tahun lalu, karena sebelum pemerintah Belanda datang sudah ada
peradaban yang ada di bumi Indonesia sekarang ini. Peradaban dan nilai-nilai itulah yang menjadikan bangsa
Indonesia meskipun plural beda-beda suku, ras, kepercayaan, adat istiadat tetapi mempunyai satu ikatan
persaudaraan sebagai satu bangsa. Kesadaran ini muncul dalam SUMPAH PEMUDA yaitu ada kesadaran rakyat
yang tinggal di Indonesia untuk mengikrarkan diri, kita beda agama, golongan, adat istiadat, tetapi satu, ikrarnya
adalah bertanah air satu, tanah air, berbangsa satu, berbahasa satu yaitu bangsa Indonesia. Inilah embrio dari
terbentuknya NKRI kemudian di Proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Jadi embrio berdirinya NKRI kemudian
dikristalisasi dalam proklamasi dan dalam UUD 1945 tidak akan mengganti UUD 1945 inilah yang menjadi
pijakan filosofis berdirinya NKRI. Pijakan filosofis inilah yang saya beri nama FILSAFAT PEMILU yang artinya
kita boleh berkontestasi tetapi harus berpijak pada nilai Pancasila. Jangan sampai kontestasi ini
menggoyangkan nilai NKRI ini, atas dasar pikiran filosofis yang menjadikan FILSAFAT PEMILU sebagai pijakan
untuk berkontestasi ini akan tercapai PEMILU BERMARTABAT yang merupakan manesvestasi dari nilai-nilai
Pancasila.
Dalam Pemilu atau Pilkada terjadi pergeseran paradigma yang dulu dipilih secara perwakilan, sekarang dipilih
secara langsung one man one vote. Tentu faktor ikutan dari one man one vote yaitu berasal dari negara asalnya
liberal dan kapital yaitu Pilkada Pemilu dengan biaya yang tinggi baik pencalonan maupun liberal yaitu berbagai
cara dilakukan seperti ujar kebencian, isu sara, hoax dst. Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus
karena di dalam berkontestasi baik Pemilu maupun Pilkada, negara harus mempunya pijakan atau pondasi untuk
berkontestasi supaya apapun kontestasi yang dilakukan tidak menggoyangkan nilai persatuan dan kesatuan.
Pondasi-pondasi itulah yang dikenal dengan FILSAFAT PEMILU.
Pijakan filosofis dalam Pemilu harus berlandaskan, berpegangan pada :
1. Nilai Ketuhanan
2. Nilai Kemanusiaan.
3. Nilai Kesatuan.
4. Nilai Demokrasi.
5. Nilai Keadilan Sosial.
Jadi dalam berkontestasi jangan menggoyangkan nilai-nilai berdirinya NKRI itu, jangan mengadu
domba, atau merusak nilai-nilai bagi berdirinya NKRI.
KODE ETIK
PENYELENGGARA PEMILU

suatu kesatuan asas moral, etika, dan


filosofi yang menjadi pedoman
perilaku bagi Penyelenggara Pemilu
berupa kewajiban atau larangan,
TINDAKAN DAN/ATAU UCAPAN YANG
PATUT ATAU TIDAK PATUT
DILAKUKAN OLEH PENYELENGGARA
PEMILU (PerDKPP Nomor 2/2017)
TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN DKPP

Tugas Wewenang Kewajiban


• Menerima, melakukan penyelidikan • Memanggil Penyelenggara Pemilu • Menerapkan prinsip menjaga keadilan,
dan verifikasi, serta pemeriksaan atas yang diduga melakukan pelanggaran kemandirian, imparsialitas, dan
aduan dan/atau laporan dugaan kode etik untuk memberikan transparansi;
adanya pelanggaran kode etik yang penjelasan dan pembelaan; • Menegakkan kaidah atau norma etika
dilakukan oleh penyelenggara • Memanggil pelapor, saksi, dan/atau yang berlaku bagi Penyelenggara
pihak lain yang terkait untuk dimintai Pemilu;
keterangan, termasuk untuk dimintai • Bersikap netral, pasif, dan tidak
dokumen atau bukti lain; memanfaatkan kasus yang timbul
• Memberikan sanksi kepada untuk popularitas pribadi; dan
Penyelenggara Pemilu yang terbukti • Menyampaikan putusan kepada pihak
melanggar kode etik; dan terkait untuk ditindaklanjuti.
• Memutus pelanggaran kode etik.

Pasal 159 UU 7 Tahun 2017 tentang Pemilu


TUJUAN

Kehormatan Kemandirian

Menjaga Kredibilitas
anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Integritas Pengaturan Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS,
PPLN, KPPSLN serta anggota
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kode Etik Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu
dan Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Pengawas TPS
Pedoman
Perilaku
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001tentang


Etika Kehidupan Berbangsa

Sumpah/janji Anggota sebagai Penyelenggara Pemilu

Asas Pemilu

Prinsip Penyelenggara Pemilu


1 • Tidak berpihak

2 • Praduga tak bersalah

3 • Persidangan terbuka untuk umum

4 • Persamaan di depan hukum

5 • Cepat, sederhana, dan tidak dipungut biaya

6 • Mendengarkan semua pihak

7 • Praduga beretika

8 • Tidak beropini dalam proses persidangan


Penyelenggara Pemilu Harus Berpegang pada:
Profesionalitas :
1. Berkepastian hukum
2. Aksesibilitas Integritas :
3. Tertib 1. Jujur
4. Terbuka 2. Mandiri
5. Proporsional
6. Profesional 3. Adil
7. Efektif 4. Akuntabel
8. Efisien
9. Kepentingan Umum

• Pasal 1 ayat (7) UU No. 7 Prinsip


• Tahun 2017 tentang Pemilu Penyelenggara
Pemilu
SISTEM ETIKA
1 PENYELENGGARA PEMILU
ETIKA
MATERIL
KODE ETIK

ETIKA
FORMAL
ACARA
KODE ETIK
PENANGANAN PELANGGARAN
2 KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU

PENGADUAN PERSIDANGAN

PUTUSAN
PENGADUAN DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK

1. ANGGOTA KPU, ANGGOTA KPU


PROVINSI/KIP, ANGGOTA KPU
KABUPATEN/KOTA/KIP KABUPATEN/KOTA.
1. Penyelenggara 2. ANGGOTA BAWASLU, ANGGOTA BAWASLU
PROVINSI, ANGGOTA BAWASLU
Pemilu; KABUPATEN/KOTA.
2. Peserta Pemilu; 3. SELURUH STAF SEKRETARIAT
PENYELENGGARA PEMILU PERMANEN
3. Tim Kampanye;
4. Masyarakat; ANGGOTA PPLN, KPPS LN KPU RI PENGADUAN/
dan/atau
5. Pemilih. PELAPORAN
ANGGOTA PANWASLU LN. BAWASLU RI
6. Rekomendasi
DPR (PUSAT) ANGGOTA PPK, PPS, KPPS DAN STAF KPU LAPORAN
SEKRETARIAT KABUPATEN/KOTA HASIL
PENANGANAN
ANGGOTA PANWAS KEC, PANWASLU PELANGGARAN
KEL/DESA, DAN PENGAWAS TPS DAN BAWASLU KODE ETIK KE
STAF SEKRETARIAT KABUPATEN/KOTA DKPP
PENANGANAN PENGADUAN/LAPORAN DUGAAN
PELANGGARAN KODE ETIK
DI DKPP RI

LANGSUNG
PENELITIAN
ADMINISTRASI
SIDANG
DKPP RI
VERIFIKASI
BMS
MATERIL

TMS
PENERUSAN DAN/ATAU
LAPORAN BAWASLU

TIDAK LANGSUNG
MEDIA ELEKTRONIK DAN
NON ELEKTRONIK
JENIS SANKSI
PERINGATAN

TEGURAN TERTULIS PEMBERHENTIAN


TETAP
PERINGATAN
KERAS

PUTUSAN
PEMBERHENTIAN DKPP
KEMUNGKINAN
SEMENTARA FINAL &
MENGIKAT
PEMBERHENTIAN DIAKTIFKAN
TETAP DARI KEMBALI
JABATAN KETUA
PEMBERHENTIAN
PEMBERHENTIAN
TETAP DARI
ANGGOTA
SIFAT PUTUSAN
UU NO. 7 TAHUN
2017 TENTANG
PEMILU, PASAL 458
AYAT (13)
PRESIDEN,
KPU, KPU
PROVINSI,
KPU PUTUSAN MK
FINAL DAN KABUPATEN Nomor 31/PUU-
MENGIKAT /KOTA, XI/2013
BAWASLU,
BAWASLU
PERATURAN DKPP NO. 3 PROVINSI
TAHUN 2017 TENTANG
PEDOMAN BERACARA
KODE ETIK
PENYELENGGARA
PEMILIHAN UMUM PASAL
39 AYAT (1)
PELAKSANAAN PUTUSAN
UU NO. 7 TAHUN PENYELENGGARA
2017 TENTANG PEMILU WAJIB
PEMILU, PASAL 458 MELAKSANAKAN
AYAT (14) PUTUSAN DKPP

WAJIB PENYELENGGARA
DILAKSANAKAN PEMILU

PERATURAN DKPP NO. 3


TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARA PEMILU
PEDOMAN BERACARA WAJIB MELAKSANAKAN
PUTUSAN DKPP PALING
KODE ETIK LAMA 7 (TUJUH) HARI
PENYELENGGARA TERHITUNG SEJAK
PEMILIHAN UMUM PASAL PUTUSAN DIBACAKAN.
39 AYAT (2)
PENGAWASAN PUTUSAN

PEMERIKSAAN TERHADAP
PENGADU ATAU PIHAK
TERKAIT PENYELENGGARA
KEPADA ATASAN PEMILU YANG TERBUKTI
PENYELENGGARA DALAM PERSIDANGAN
PEMILU MELANGGAR KODE ETIK

4 REKOMENDASI

TINDAKAN ETIK TERHADAP


PEJABAT PEMBINA PELANGGARAN KODE ETIK
KEPEGAWAIAN YANG DILAKUKAN OLEH
PEGAWAI PADA JAJARAN
SEKRETARIAT
PENYELENGGARA PEMILU
DKPP RI untuk menjaga, mengawal marwah etik bagi penyelenggara Pemilu telah
melakukan secara preventif dan represif berdasarkan pijakan Filsafat Pemilu yang
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila dalam perspektif Teori Keadilan Bermartabat yang
berdasarkan postulat sistem untuk mencapai tujuan dengan cara memanusiakan manusia,
artinya Penyelenggara Pemilu diberi pijakan Filsafat agar bekerja dengan benar sesuai
prinsip-prinsip etik penyelenggara Pemilu dengan menjaga dan menghargai hak-hak
individu, baik pasangan calon maupun hak individu dalam menggunakan haknya secara
jurdil (jujur adil).
PR O GRAM & KEGIATAN DKP P
TAHUN 2021
Utama
• Memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu

Penunjang
• Penguatan Kelembagaan DKPP (Rakor TPD dan penguatan kapasitas
SDM Sekretariat).
• Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Informasi Kode Etik
Penyelenggara Pemilu (SIETIK).
• Publikasi jurnal, buku, dan majalah.
• Kuliah Umum dan kerja sama dengan perguruan tinggi.
• Kerjasama antar Lembaga Negara untuk pelaksanaan sidang
pemeriksaan.
Data TPD 2021

GENDER
NO UNSUR L P

1. KPU 50 18
2. BAWASLU 51 16
3. MASYARAKAT 42 26
TOTAL: 203 143 (70%) 60 (30%)
Rekapitulasi Penanganan Perkara Tahun 2012-2021
Amar Putusan
Perkara Jumlah
Perkara Naik Perkar Sedang Teguran Berhen Teradu
No Tahun Pengaduan Berhenti Berhen
Sidang a Tertulis ti dari Ketetapan Diputu
Ditanga Rehabilitasi Sementar ti
Diputus (Peringata Jabatan
ni a Tetap s
n)
1 2012 99 30 30 0 20 18 0 31 0 3 72
2 2013 606 141 141 0 399 133 14 91 0 28 665
3 2014 879 333 333 0 627 336 5 188 3 122 1281
4 2015 478 115 115 0 282 122 4 42 2 13 465
5 2016 323 163 163 0 376 173 3 46 2 10 610
6 2017 304 140 140 0 276 135 19 50 8 5 493
7 2018 521 319 319 0 522 632 16 101 21 40 1332
8 2019 506 331 331 0 808 552 4 77 17 46 1504
9 2020 415 196 196 0 452 286 3 41 16 0 798
10 2021 292 172 169 3 397 205 2 13 5 11 633
Jumlah 4423 1940 1937 3 4159 2592 70 680 74 278 7853
Persentase 43,9% 52,9% 33,3% 0,8% 8,6% 0,9% 3,5% 100%

Keterangan PENGADUAN PERKARA PERKARA PERKARA TERADU TERADU TERADU TERADU TERADU TERADU TERADU
Data DKPP s.d. 4Desember2021
Diberikan sanksi: 47,1%
Data Pengaduan & Persidangan Tahun 2020 & 2021

Amar Putusan
Perkar Perkar Jumlah
Teguran Berhen
No. Tahun Pengaduan a Naik Perkar a Berhenti Berhen Teradu
a Rehabilitasi Tertulis ti dari Ketetapan
Sidang dalam Sementa ti Diputu
Diputus (Peringata Jabatan
Proses ra Tetap s
n)
196
1 2020 415 (47,2%) 196 0 452 286 3 41 16 0 798

172
2 2021 292 (58,9%) 169 3 397 205 2 13 5 11 633

Keterangan PENGADUAN PERKARA PERKARA PERKARA ORANG ORANG ORANG ORANG ORANG ORANG ORANG
Data DKPP s.d. 4Desember2021
Diberikan sanksi Direhabilitasi
2020: 43,3% 2020: 56,7%
2021: 37,2% 2021: 62,8%
P e n e r im a a n P e n ga d u a n
d i T a h u n 2021

Penerusan
No Jenis Pengaduan Jumlah %
1. Tidak Langsung (surat 173 59,2%
dan email)
Langsung
2. Pengaduan Langsung 103 35,3%
Tidak
3. Penerusan 16 5,5% Langsung
Bawaslu/KP
U
Total 292 100%
Pengaduan berdasarkan Unsur Pengadu
Tahun 2021

17,4% 11,6% 58,9% 2,3% 9,8%

Peserta Tim Masyarakat/ Partai Penyelenggara


Pemilu/Paslon Kampanye Pemilih Politik Pemilu
51 pengaduan 34 pengaduan 172 pengaduan 27 pengaduan
7 pengaduan

Dari total 292 pengaduan, Masyarakat/Pemilih menjadi unsur tertinggi yang mengajukan
pengaduan keDKPP, yaitu sebanyak172pengaduan atau 58,9% dari total jumlah pengaduan .
PETA SEBARAN WILAYAH PENGADUAN KE DKPP TAHUN 2021

Aceh
Kalimantan
Sumatera Utara
Utara Sulawesi
Utara Maluku
Utara
Riau Kep.Riau Kalimantan Kalimantan
Gorontalo
Barat Timur
Sumatera Sulawesi Papua
Barat Jambi Kep. Bangka Kalimantan
Sulawesi Tengah Barat
Belitung Tengah
Barat
Sumatera
Bengkulu Selatan Papua
Sulawesi Maluku
Kalimantan
Lampung Selatan
Selatan
DKIJakarta
Sulawesi
Jawa Jawa Tenggara
Banten Barat Tengah Jawa
Timur
D.I
Yogyakarta Bali NTT
Tingkat Pengaduan
NTB

Berdasarkan data DKPP Januari s.d. 4 Desember 2021


Metode Sidang Pemeriksaan

Metode Sidang Jumlah


Tatap Muka 96
Virtual (aplikasi daring) 117
Video conference 2
Total 215
Data Putusan Tahun 2021

Pilkada Pemilu 2019 Non-Tahapan

193 6 41

821 33 67
Teradu Teradu Teradu

Total: 240 putusan


- Pilkada: 193 putusan (80%)
- Pemilu: 6 putusan (3%)
- Non Tahapan: 41 putusan (17%) Data DKPP s.d. 4 Desember 2021
Teradu berdasarkan Tahapan Pemilu 2019

Jumlah
No Pemilu
Teradu
1. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara 13
Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih Tanpa Permohonan Perselisihan
2. 11
Hasil Pemilu
3. Pemungutan dan Penghitungan Suara 4
4. Pengawasan Tahapan Pemilu 3
Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
5. 2
Kabupaten/Kota (pasca)
Total 33
Teradu berdasarkan Tahapan Pilkada 2020
Jumlah Teradu
No. Pilkada (Lanjutan)
(orang)
Pelayanan Stakeholder pada Tahapan 13. Pelaksanaan Tugas Tidak Sesuai Peraturan 23
1. 172
Pemilihan
2. Pendaftaran Pasangan Calon 109 14. Pengawasan Tahapan Pemilihan 19

Penyelesaian Pelanggaran dan Sengketa 15. Rekapitulasi Penghitungan Suara 14


3. 79
Hasil Pemilihan
Pemberitahuan dan Pendaftaran Pemantau
4. Penelitian Syarat Calon 60 16. 10
Pemilihan
Penetapan Tata Cara dan Jadwal Tahapan
5. Penelitian Persyaratan Pencalonan 54 17. 7
Pelaksanaan Pemilihan
Penyerahan Daftar Penduduk Potensial
6. Pelaksanaan Pemungutan Suara 43 18. 7
Pemilih
Penyerahan Syarat Dukungan Bakal Pasangan
7. Penetapan Pasangan Calon 36 19. 6
Calon Perseorangan
8. Penetapan Calon Terpilih 36 20. Lain-Lain 5
Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pembentukan Panwas Kab./Kota, Panwas
9. 35 21. 2
Pemilih Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS
10. Pelaksanaan Kampanye 35 22. Pembentukan PPK, PPS, dan KPPS 1
11. Tindak Lanjut Rekomendasi Bawaslu 34
23. Pengumuman Pendaftaran Pasangan Calon 1
12. Verifikasi Dukungan Pencalonan 33 Total 821
Teradu berdasarkan Non-Tahapan

Non-Tahapan Jumlah Teradu(orang)


Kelembagaan 29
Pelanggaran Tertib Sosial 12
Rangkap Jabatan 5
Keberpihakan 4
Berafiliasi dengan Parpol 4
Pernyataan Kontroversial 3
Pelecehan Seksual/Asusila 3
Konflik Kepentingan 2
PAW PenyelenggaraPemilu 2
Politik Uang/Korupsi/Penyuapan 1
Rekrutmen Jajaran Bawaslu 1
Rekrutmen Jajaran KPU 1
Total 67
Kategori Modus Pelanggaran
Modus Pelanggaran Jumlah Teradu(orang)
Tidak Melaksanakan Tugas/Wewenang 82
Kelalaian pada Proses Pemilu/Pilkada 73
Pelanggaran Netralitas dan Keberpihakan 38
Perlakuan Tidak Adil 31
Pelanggaran Hukum 22
Tidak Adanya Upaya Hukum yang Efektif 21
Penyalahgunaan Kekuasaan/Konflik Kepentingan 15
Melanggar Tertib Sosial 12
Manipulasi Suara 9
Pelanggaran Hak Pilih 8
Kecurangan saat Pemungutan Suara 6
Penyuapan 3
Kerahasiaan Tugas Jabatan 3
Intimidasi dan Kekerasan 1
Konflik Internal Institusi 1
Total 325
Kategori Prinsip yang Dilanggar

Prinsip yang dilanggar Jumlah Teradu(orang)


Profesional 162
Berkepastian Hukum 75
Mandiri 20
Akuntabel 19
Adil 10
Terbuka 10
Kepentingan Umum 8
Jujur 6
Aksesbilitas 5
Tertib 5
Proporsional 3
Efisien 2
Total 325
Data Teradu Berdasarkan Unit Kerja
No. Lembaga Penyelenggara Jumlah Teradu
1 KPU RI 30
2 KPU Provinsi 64
3 KPU Kab/Kota 441
4 PPK 3
5 Bawaslu RI 1
6 Bawaslu Provinsi 75
7 Bawaslu Kab/Kota 307
8 Panwaslu Kecamatan 0
Total 921
PETA SEBARAN JUMLAH TERADU YANG DIVONIS DKPP TAHUN 2021

Aceh
Kalimantan
Sumatera Utara
Utara Sulawesi
Utara Maluku
Utara
Riau Kep.Riau Kalimantan Kalimantan
Gorontalo
Barat Timur
Sumatera Papua
Kalimantan Sulawesi
Barat Jambi Kep. Bangka Sulawesi
Tengah Barat
Belitung Tengah Barat
Sumatera
Bengkulu Selatan
Sulawesi Papua
Kalimantan Selatan Maluku
Lampung
Selatan
DKIJakarta
Sulawesi
Jawa Jawa Tenggara
Banten Barat Tengah Jawa
Timur
D.I
Yogyakarta Bali NTB NTT Tingkat Teradu yang Divonis

Berdasarkan data DKPP Januari s.d. 4 Desember 2021


Rekapitulasi Jumlah Pengaduan Berdasarkan Jenis
Pemilu dan Pemilihan
Rekapitulasi Pengaduan/atau Laporan terhitung sejak 4 Desember 2021
sampai dengan 31 Mei 2022
• Melakukan sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik.
• Melakukan kegiatan penunjang lainnya.
1.

• Melakukan BIMTEK untuk seluruh TPD yang tersebar di seluruh Indonesia.


• Dibagi ke-3 wilayah :Timur, Tengah, Barat berdasarkan pembagian regionalnya.
2.

• Menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.


• Universitas Hassanudin Makassar
• Universitas Pendidikan Nasional Bali
3.
• Universitas Khairun Ternate
• Universitas Pelita Harapan
• Dll.

• Melakukan kegiatan FGD internal maupun eksternal, webinar serta seminar nasional tentang kode etik.
4.

• Mendasarkan pada peraturan perundang-undangan dan fakta empiris dan kasus-kasus yang dihadapi dalam penegakan kode etik penyelenggara
pemilu (2012-2020) dimana 8 tahun DKPP berdiri terlihat bahwa putusan DKPP sifatnya final dan mengikat. Putusan ini dikuatkan dengan putusan
Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan mengikat pada penyelenggara pemilu yaitu KPU, Bawaslu dan Presiden. Sebagai putusan final dan
mengikat, seharusnya tidak ada ruang untuk mengoreksi putusan ini dalam peradilan lain, harusnya masuk sebagai peradilan etik yang final dan
5. mengikat, maka koreksi pada putusan ada pada Mahkamah Etik kalau itu dibentuk dalam konteks koreksi terhadap putusan peradilan etik DKPP.
Oleh sebab itu, untuk pelaksanaan penegakan kode etik di penyelenggara pemilu di konsep RUU pemilu yang akan datang perlu ditegaskan bahwa
sifat final dan mengikat adalah bersifat akhir sehingga terjadinya keadilan dan kepastian maupun kemanfaatan hukum berdasarkan filsafat hukum,
UU Pemilu dan Peraturan DKPP No. 2 dan 3.
Dalam catatan sejarah dan pemahaman saya, Pemilu di Indonesia merupakan pemilu yang sangat rumit
namun pada akhirnya selesai juga.
Terimakasih kepada penyelenggara pemilu yaitu Bawaslu, KPU dan DKPP yang telah mengawal Pilkada
maupun Pemilu serta mewujudkan Pemilu dan Pilkada yang bermartabat.
DKPP konsen bahwa supaya penyelenggara pemilu ini bisa menjaga kode etik dan menjaga nilai-nilai
etik kepemiluan yaitu dengan berpijak pada pondasi filsafat pemilu yang dijabarkan oleh nilai-nilai
Pancasila sehingga Pilkada mempunyai pijakan yang memperkuat NKRI, memperkuat persatuan,
mensejahterahkan berdasarkan hikmah suara rakyat,takut akan Tuhan dan menjunjung tinggi
kemanusiaan sebagaimana sila-sila yang ada dalam Pancasila. Dengan demikian, pilkada kedepan
maupun pemilu dengan berpijakan pada filsafat pemilu yang terus saya kembangkan, saya berikan
edukasi baik jajaran saya selaku dosen baik S1, S2, S3, para penyelenggara Pemilu mempunyai
pijakan/akar filsafat pemilu (yang terus saya kembangkan) agar tidak gampang/mudah tergoda.
Kiranya evaluatif dalam kegiatan ini sangat bermanfaat dalam menyusun regulasi UU Pemilu kedepan
atau sebagai bekal bagi penyelenggara pemilu, modal awal bagi penyelenggara pemilu untuk
melaksanakan Pilkada atau Pemilu yang Bermartabat.
SUMATERA
KALIMANTAN

IRIAN JAYA

JAVA

Anda mungkin juga menyukai