Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang Sekolah Menengah

Pertama dan sederajat telah sampai pada tataran yang kompleks dan melibatkan

berbagai aspek yang saling berkaitan. Lingkup materi mata pelajaran bahasa

Indonesia mencakup tiga aspek yaitu bahasa, sastra, dan literasi. Sajian materi

pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada pengembangan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang tercermin dalam empat kompetensi inti (KI). KI I

dan II terkait atas pengembangan sikap keagamaan dan sosial. KI III berkaitan

dengan pengembangan pengetahuan, sedangkan KI IV berkaitan dengan

pengembangan keterampilan.

Keempat kompetensi inti tersebut selanjutnya dijabarkan dalam

beberapa kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan secara utuh melalui

kegiatan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan

mencipta. Sementara itu, karakteristik pada pembelajaran bahasa Indonesia

Kurikulum 2013 adalah menekankan proses ilmiah dengan pendekatan saintifik

yang dikembangkan melalui kegiatan 5M. Selain menggunakan pendekatan

tersebut, pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 juga dilengkapi dengan

metode-metode pembelajaran seperti metode yang dianjurkan dalam Standar

Proses meliputi metode inquiry dan discover learning (pembelajaran penemuan),

project based learning (pembelajaran berbasis proyek), dan problem based

learning (pembelajaran berbasis masalah).


Karakteristik lainnya pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran bahasa

Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks baik lisan maupun tulis yang

diaplikasikan melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk mendorong peserta

didik. Pada jenjang SMP, terdapat tiga genre teks yang termuat sebagai materi.

Pertama, genre cerita yang berupa teks cerita pendek, teks cerita moral, teks

cerita biografi, dan teks narasi. Kedua, genre faktual yang terdiri atas teks

prosedur, teks hasil observasi dan teks eksplanasi. Ketiga, genre tanggapan yang

terdiri atas teks tanggapan deskriptif, teks eksposisi, teks diskusi, dan teks ulasan.

Keseluruhan teks tersebut dilatarbelakangi oleh konteks budaya, norma serta

konteks sosial.

Teks cerita pendek adalah salah satu materi yang terdapat dalam silabus

kelas IX. Teks cerpen muncul pada KD 3.5 yaitu mengidentifikasi unsur

pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar, 4.5

yaitu menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang

mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar, 3.6 menelaah struktur

dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca dan didengar, dan 4.6

mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan

memperhatikan struktur dan kebahasaan.

Cerita pendek adalah sebuah karya sastra yang sangat populer di

kalangan masyarakat. Suyanto, (2012:46) mengartikan cerita pendek sebagai

cerita berbentuk prosa yang pendek. Pendek memiliki arti yang sangat relatif,

dalam hal ini bisa diartikan habis dibaca sekali duduk. Sesuai dengan namanya,

Priyatni (2010:126) mengungkapkan bahwa cerpen memiliki sifat yang serba


pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi, cerita, jumlah pelaku, dan jumlah

kata yang lainnya. Perbandingan tersebut apabila dikaitkan dengan bentuk prosa

yang lainnya, misalnya novel.

Cerita pendek sebagai karya sastra memiliki peranan penting dalam

mencapai berbagai aspek dari tujuan pendidikan dan pengajaran secara umum.

Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek pendidikan, sosial, perasaan, sikap

penilaian, dan keagamaan. Tujuan penggunaan karya sastra dalam pembelajaran

adalah agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang sastra, mampu

mengapresiasi sastra, bersikap posistif terhadap nilai sastra, karena sastra adalah

cerminan kehidupan serta dapat mengembangkan kesusatraan Indonesia.

Kegiatan pembelajaran bersastra dalam hal ini terkait teks cerpen tidak

lepas dari peran seorang guru. Guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang

menarik dan inovatif dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang

terbaru sehingga memudahkan siswa dalam menangkap maksud dari materi.

Terlebih di dalam kompetensi, siswa dituntut agar dapat memproduksi teks

cerpen, yang notabenenya membutuhkan daya imajinasi. Dalam hal ini, guru

harus menerapkan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan kegiatan belajar

siswa.

Endraswara (2005:194), mengungkapkan bahwa tanpa strategi yang

matang, pengajaran sastra hanya akan membuang waktu. Kemungkinan besar,

pengajaran sastra tidak berdampak apa-apa bagi peserta didik. Karena itu, tujuan,

tata cara pemilihan bahan, penyajian, sampai evaluasi hendaknya tertata rapi. Jika
terdapat satu unsur yang ditinggalkan, maka hasil pengajaran akan kurang

memuaskan.

Dalam proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 terdapat tiga

tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan

pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat

penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan

oleh guru dan siswa. Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan bentuk

implementasi dari RPP. Tahap ini terdiri atas tiga kegiatan yaitu kegiatan

pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran dengan baik sangat

penting dilakukan oleh seorang guru agar apa yang sudah direncanakan dapat

sampai dan diterima oleh siswa.

Tahap terakhir adalah penilaian. Penilaian adalah rangkaian kegiatan

untuk memeroleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil

belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan

(Daryanto, 2014:111). Penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan

penilaian otentik yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar

secara utuh.

Dari ketiga tahap tersebut, pihak pengajar maupun pembelajar harus

berkolaborasi agar pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan. Namun


tidak selalu pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Munculnya fenomena Coronavirus Disease adalah salah satu bentuk nyata yang

membuat pembelajaran terhambat. Pembelajaran tidak dapat dilakukan seperti

biasanya secara tatap muka karena kemunculan pandemic tersebut.

Merebaknya Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) di awal tahun

2020 yang berasal dari Provinsi Wuhan, Tiongkok membuat dunia gempar tidak

terkecuali Indonesia. Hingga saat ini, 216 negara terkonfirmasi terjangkit virus

tersebut. Sementara itu, sebanyak 18.142.718 jiwa dilaporkan telah positif virus

dengan korban meninggal sebanyak 691.013 jiwa (data WHO, 4 Agustus 2020).

Di Indonesia jumlah pasien positif Covid-19 kian bertambah. Sebaran data kasus

Covid per tanggal 4 Agustus 2020 sebanyak 115.056 terkonfirmasi positif covid-

19 dengan kasus kematian 5.388 jiwa.

Penyebaran COVID-19 yang hampir menjangkau seluruh wilayah

provinsi Indonesia dengan jumlah kasus dan kematian yang semakin meningkat

menimbulkan dampak signifikan di berbagai sektor salah satunya pendidikan.

Mengacu pada peraturan PSBB, kegiatan belajar tidak dilakukan secara tatap

muka. Hal itu sesuai dengan Panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun

ajaran 2020/2021 di masa pandemic COVID-19 yang menyatakan bahwa

pembelajaran dilaksanakan tanpa tatap muka atau Belajar Dari Rumah (BDR).

Pelaksanaan BDR hanya diperuntukkan bagi wilayah yang masuk dalam zona

kuning, oranye, dan merah. Adapun untuk wilayah zona hijau dan kuning dapat

melakukan pembelajaran tatap muka setelah mendapatkan izin dari pemerintah

daerah.
SMP Negeri 2 Wates adalah salah satu dari sekian banyak sekolah yang

mengalami dampak dari pandemic COVID-19. Sekolah ini terletak di kecamatan

Bendungan, kabupaten Kulon Progo yang masih berstatus zona oranye atau

dengan risiko sedang. Sejak Maret 2020, pembelajaran telah dilaksanakan secara

jarak jauh (daring). Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di awal diketahui

bahwa selama pembelajaran jarak jauh, pihak sekolah menerapkan kurikulum

darurat/kondisi khusus sesuai dengan arahan dari pemerintah. Kurikulum darurat

adalah penyederhanaan kompetensi dasar yang mengacu pada kurikulum 2013.

Selain itu, terjadi banyak kendala yang ditemukan terkait dengan sistem

pembelajaran jarak jauh.

Berangkat dari situasi pandemic COVID-19, peneliti tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian terkait dengan pelaksanaan pembelajaran teks

cerpen di masa pandemic COVID-19 pada kelas IX di SMP Negeri 2 Wates.

Penelitian difokuskan pada proses pembelajaran teks cerpen yang mecakup

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada pelaksanaan pembelajaran akan

difokuskan pada materi, metode, dan media yang digunakan serta kendala yang

dihadapi selama pandemic COVID-19.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang muncul sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran Teks Cerpen sesuai dengan kurikulum darurat yang

mengacu pada kurikulum 2013 selama selama masa Pandemi COVID-19.


2. Perencanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2 Wates

selama masa Pandemi COVID-19.

3. Pelaksanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2 Wates

selama masa Pandemi COVID-19 yang terdiri atas metode, materi, dan media

yang digunakan.

4. Penilaian yang diterapkan dalam pembelajaran teks cerpen selama masa

pandemic COVID-19 di SMP Negeri 2 Wates.

5. Kendala yang dialami dalam proses pembelajaran teks cerpen selama masa

pandemi COVID-19 di SMP Negeri 2 Wates.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan tersebut,

ditentukan batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2 Wates

selama masa pandemic COVID-19.

2. Pelaksanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2 Wates

selama masa pandemic COVID-19.

3. Penilaian pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2 Wates selama

masa pandemic COVID-19.

4. Kendala yang dialami selama proses pembelajaran teks cerpen kelas IX di

SMP Negeri 2 Wates selama masa pandemic COVID-19.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diketahui, dapat ditentukan

rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2

Wates selama masa pandemic COVID-19?

2. Bagaiaman pelaksanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri 2

Wates selama masa pandemic COVID-19?

3. Bagaimana penilaian dalam pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP

Negeri 2 Wates?

4. Bagiamana kendala yang dialami selama proses pembelajaran teks cerpen

kelas IX di SMP Negeri 2 Wates?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

ditentukan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP

Negeri 2 Wates selama masa pandemic COVID-19.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP

Negeri 2 Wates selama masa pandemic COVID-19.

3. Mendeskripsikan penilaian dalam pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP

Negeri 2 Wates.

4. Mendeskripsikan kendala yang dialami selama proses pembelajaran teks

cerpen kelas IX di SMP Negeri 2 Wates.


F. Manfaat penelitian

Berdasarkan judul yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, dan peneliti.

1. Bagi sekolah yang diteliti

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran, khususnya

pembelajaran teks cerpen pada kelas IX di SMP Negeri 2 Wates selama masa

pandemic COVID-19. Gambaran tersebut diharapkan dapat memberikan acuan

bagi pihak sekolah dalam mengambil kebijakan terkait pembelajaran bahasa

Indonesia.

2. Bagi guru bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran teks cerpen kelas IX di SMP Negeri

2 Wates selama masa pandemic COVID-19. Diharapkan guru menjadikan

penelitian ini sebagai bahan refleksi dalam pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan

tentang pembelajaran teks cerpen selama masa pandemic COVID-19 serta dapat

dijadikan referensi untuk mengelola pembelajaran bahasa Indonesia dalam

rangka menyiapkan diri sebagai pendidik yang professional.

G. Batasan Istilah
Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penyusun dan pembaca,

maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut.

1. Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik serta

sumber belajar dalam suatu lingkungan yang didalamnya terjadi transfer ilmu

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta memperoleh perubahan

perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

2. Teks cerpen adalah karya sastra prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam

sekali duduk dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam

diri pembaca.

3. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran, serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. BDR (Belajar Dari Rumah) adalah salah satu program dalam rangka

pencegahan COVID-19 yang dilakukan instansi pendidikan dalam hal ini

sekolah baik di tingkat dasar maupun menengah. BDR adalah pembelajaran

jarak jauh dimana siswa dan guru melaksanakan pembelajaran secara non

tatap muka dengan media atau alat yang sudah dipersiapkan sebelumnya

seperti handphone, laptop, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai