Anda di halaman 1dari 38

RESUME II RANGKAIAN LISTRIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

ARIEF GUTAMA 5115136237

AZELIA PUTERI 5115136228

FADZAL 511513

IVAN SUJANA 5115134260

NICHO ADISWARA 5115131420

ZAHRA FATIMAH 5115134321

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014
PENDAHULUAN
TUJUAN MATERI
MATERI

A. Penggunaan Alat Ukur

Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk
mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan,
Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt
Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter
sedangkan Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur,
misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai
Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital,
yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah
menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang
diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat
ukurnya.

I. BATAS UKUR (BU) pada Multimeter seperti berikut ini.


Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter
1. Paling kiri atas merupakan blok selektor DC Volt. Ini merupakan blok selektor yang
harus kita pilih saat melakukan pengukuran tegangan DC. Perlu diingat Ini merupakan
Batas Ukur (BU) yang harus kita perhatikan saat akan melakukan pengukuran. Bila
diketahui perkiraan nilai tegangan yang akan diukur maka Batas Ukur yang harus
dipilih harus berada diatas nilai perkiraan tersebut. Sebagai contoh bila kita akan
mengukur tegangan pada suatu rangkaian yang memiliki nilai tertera pada PCB
tersebut 9 volt DC maka kita boleh menggunakan batas ukur 10 volt DC.
2. Paling kiri atas merupakan blok selektor AC Volt. Ini merupakan blok selektor yang
harus kita pilih saat melakukan pengukuran tegangan AC. Demikian juga untuk
pengukuran teganganAC Batas Ukur yang harus dipilih harus berada diatas nilai
perkiraan tersebut tegangan AC tersebut. Contoh Bila akan mengukur tegangan Jala-
jala PLN seperti kita ketahui nilai tegangan PLN berkisar antara 220 Volt AC maka
harus dipilih batas ukur 250 volt AC.
3. Bawah kanan tertulis satuan Ohm untuk mengukur resistansi, ini tidak terlalu kritik
atau beresiko bila salah memilih selektor. Hanya akan berpengaruh pada ketelitian
dan cara kita menghitung nilai resistansi terukur.
4. Kiri bawah tertulis DC mA yang digunakan untuk mengukur Arus DC. Arus yang
terukur maksimal 250 milli Ampere DC. penggunaan batasn ukur harus diatas nilai
arus perkiraan yang ada pada rangkaian.
5. Bila tidak diketahui perkiraan nilai tegangan gunakan batas ukur yang paling besar
(bisa 1000 VoltDC atau 1000 VoltAC). Demikian juga untuk arus DC gunakan skala
batas ukur tertinggi. Yang paling penting pada pengukuran arus dan tegangan DC
polaritas colokan (probe) jangan terbalik. Kutup (-) terhubung colokan hitam dan (+)
terhubung colokan merah.
6. Bila dalam pengukuran terjadi kesalahan batas ukur ataupun polaritas colokan
terbalik sebaiknya cepat-cepat kita tarik colokan dari titik ukur yang kita lakukan. Hal
ini pada multimeter analog beresiko terhadap rusaknya alat ukur kita meskipun dalam
multimeter terdapat sekring pengaman.

II.SKALA MAKSIMUM
Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panelmeter
.

1. Pada Skala Maksimum paling atas merupakan skala yang dibaca saat mengukur
resistansi. Perlu diingat bahwa penunjukan jarum pada simpangan paling ujung kanan
merupakan nilai resistansi paling kecil. Sedang pada simpangan paling kiri untuk atau
jarum (bergerak sedikit) mengindikasikan nilai resistansi paling besar. Karena nilai
skala resistansi (ohm) paling kiri memiliki angka paling besar, sedangkan paling kanan
nilainya nol.
2. Pada gambar di bawah ini diperjelas untuk Skala Maksimum pengukuran arus,
tegangan AC ataupun DC.

Pada gambar diatas ada tiga nilai yang umumnya dipakai pada multimeter analog yaitu
skala
maksimum 10, 50, dan 250.

III. MENGUKUR RESISTANSI


1. Letakan selektor atau batas ukur (BU) resistansi yang paling sesuai.  Pilih batas ukur
resistansi sehingga mendekati tengah skala. Sebagai contoh: dengan skala yang
ditunjukkan dibawah dengan resistansi sekitar 50kohm pilih × 1kohm range.

2. Hubungkan kedua ujung probe (colokan) jadi satu. Bila jarum belum bisa menunjuk
skala pada titik nol putar ohm ADJ sampai jarum menunjukan nol (ingat skala 0 bagian
kanan!). jika tidak dapat diatur ke titik nol maka batteray didalam meter perlu diganti
.

3. Cara menghitung nilai resistansi yang terukur

R = BU x JP
R = resistansi yang terukur (ohm)
BU = Batas Ukur yang digunakan
JP = Penunjukan Jarum pada skala

sehingga pada contoh diatas dapat kita hitung resistansi yang terukur memiliki nilai :
BU = x 1K
JP = menunjuk pada angka 50 ohm
terhitung :
R = 1K x 50
R = 50K ohm

Keselamatan kerja 

1. Dalam menggunakan multimeter sebagai pengukur tegangan kita harus


memperhatikan manual book masing masing multimeter, yang dapat diringkas
sebagai berikut : Pasanglah probe sesuai dengan kedudukannya. Probe berwarna
merah dicolokkan pada terminal (+), dan probe berwarna hitam dicolokkan pada
terminal com (-). Ada beberapa multimeter yang memiliki probe include dengan
multimeternya sehingga tidak perlu susah-susah memasang. Jenis tegangan. Sebelum
melakukan pengukuran kita harus mengetahui jenis tegangan apa yang akan kita
ukur, apakah tegangan AC (alternating current) atau tegangan DC (direct current).
2. Dengan mengetahui jenis tegangannya kita dapat menentukan penempatan selector
pada bagian AC atau DC. Jika tegangan yang akan kita ukur adalah tegangan AC
arahkan selektor pada bagian AC. Jika tegangan yang akan kita ukur adalah tegangan
DC maka arahkanlah selektor pada bagian DC. Jika kita belum mengetahui jenis
tegangannya, supaya aman dalam pengukuran hendaknya arahkan selektor pada
bagian AC (karena tegangan DC sebenarnya bagian dari tegangan AC).

IV. Pengukuran arus dan tegangan DC dengan multimeter

1. Pilih jangkah ukur dengan lebih besar dari dengan pembacaan yang masih dapat
dilakukan.
2. Sambungkan meter, yakinkan sambungan pada sisi yang benar. Meter Digital akan
selamat pada penyambungan terbalik, tetapi meter analog mungkin menjadi rusak.
3. Jika pembacaan melampaui skala : sesegera mungkin lepaskan dan pilih jangkah ukur
yang lebih tinggi.
Multimeter sangat mudah rusak oleh perlakuan sembrono mohon diperhatikan hal ini:

1. Selalu melepas meter sebelum memindah jangkah ukur.


2. Selalu periksa letak jangkah sebelum dihubungkan kerangkaian.
3. Jangan membiarkan jangkah ukur pada pengukuran arus (kecuali saat pembacaan
ukuran).
4. Jangkah pengukur arus paling besar resiko kerusakannya karena berada pada
resistansi rendah .

Cara mengukur tegangan :

Hubungkan hitam ujung (negatif -) ke 0V, normalnya terminal negatif batteray atau catu


daya. merahujung (positif +) titik dimana anda menginginkan mengukur tegangan.

Pembacaan skala analog :


Perhatikan penempatan sakelar jangkah ukur pilih skala yang sesuai. Untuk beberapa
jangkah ukur anda perlu mengalikan atau membagi 10 atau 100 seperti ditunjukan
pembacaan dibawah ini. Untuk jangkah ukur teganagn AC gunakan tanda merah sebab
calibrasi skala sedikit geser.

Contoh pembacaan skala ditunjukan pada:


 Jangkah ukur DC 10V: 4.4V (baca langsung skala 0-10 )
 Jangkah ukur DC 50V: 22V (baca langsung skala 0-50 )
 Jangkah ukur DC 25mA : 11mA (baca 0-250 dan bagi dengan 10)
 Jangkah ukur AC 10V : 4.45V (gunakan skala merah, baca 0-10)

Rumus :

VDC= Tegangan DC
BU = Batas Ukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk

Cara menghitung :
Misalnya Batas Ukur yang digunakan 10 VDC dengan Skala Maksimum 10 VDC dan jarum
diatas menunjuk pada angka 4 lebih 2 kolom kecil masing-masing kolom kecil bernilai 0,2
karena antara angka 4 dan 5(tidak tertulis), terbagi jadi (5 kolom kecil) Sehingga JP=4,4

VDC = (BU/SM)JP
=(10/10)4,4
nilai terukur=4,4VDC

V. MENGUKUR TEGANGAN AC

Gunakan alas kaki kering terbuat dari bahan isolator sebagai pengaman minimal jika
terjadi kejutan listrik. Ini perlu dilakukan bila dilakukan pengukuran tegangan AC yang
dianggap besar. Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bisa
memperkirakan berapa besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan
menentukan Batas Ukur yang harus digunakan.Pemilihan batas ukur yang tepat
hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan yang diukur
contoh : untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis tegangan-nya adalah AC dan
besar tegangan adalah 220 VAC, sehingga batas ukur yang harus digunakan adalah 250
atau 1000. Jika tidak diketahui nilai tegangan yang akan diukur, pilih batas ukur tertinggi
.
 Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada
multimeter.
 Menentukan Batas Ukur pengukuran. Karena tegangan PLN secara teori adalah
220VAC maka kita arahkan selektor pada bagian VAC dengan Batas Ukur 250 atau
1000 (ingat Batas Ukur dipilih lebih besar dari pada tegangan yang akan diukur).
Untuk pembahasan kita kali ini kita akan menggunakan Batas Ukur 250.
 Dalam pengukuran tegangan AC posisi penempatan probe bisa bolak-balik.
 Hubungkan kedua ujung probe (colokan) multimeter masing-masing pada dua kutub
jalur tegangan PLN misalnya stop kontak.

 Perhatikan saat melakukan pengukuran, jangan sampai ujung probe merah dan hitam
saling bersentuhan, karena akan menyebabkan korsleting.
 Dari pengukuran tersebut diperoleh penunjukan jarum sebagai berikut.

 Cara menentukan pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan tidak berbeda saat
kita menghitung hasil ukur tegangan DC.
BU = Batas Ukur

SM = Skala maksimum yang dipakai

JP = Jarum Penunjuk

VAC = Tegangan terukur

Pada pengukuran kita di atas Batas Ukur yang digunakan adalah 250 Vc dan Skala
Maksimum yang digunakan 250, serta penunjukan jarum pada angka 200 lebih 4 kolom
kecil yang mana masing kolom bernilai 5 sehingga bila kita jumlah menunjuk angka 220.
dari data tersebut maka diketahui BU=250, SM=250 dan JP=220.
sehingga tinggal kita masukan ke rumus diatas sbb:

Vac = (250/250) 220


Vac = 220

Untuk penerapan pengukuran yang lain kita lakukan hal yang sama misalnya output trafo
step down yang merupakan tegangan AC. Untuk mengukurnya tentukan batas ukur
terlebih dahulu dengan mengacu pekiraan nilai yang tertera pada trafo tersebut.
Kemudian sentuhkan ujung probe multimeter ke masing-masing terminal outpu trafo
yang akan diukur. Tentu saja terminal trafo primer trafo harus terhubung tengangan
PLN. 

B. Rangkaian Seri

Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu daya lewat
satu rangkaian. Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian.
Contoh yang baik dari beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah lampu pohon Natal. (
kurang lebih 20 lampu dalam rangkaian seri ). Dua buah elemen berada dalam susunan seri
jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju elemen
pembawa arus pada suatu jaringan. Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan
tersebut disebut rangkaian seri. Dalam rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada
masing-masing elemen yang tersusun seri.
Jumlah hambatan total rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan tiap- tiap komponen (resistor).

E=IxR
RTotal = R1 + R2 + R3

Atau

Tegangan Drop setiap resistor


Sifat-sifat Rangkaian Seri

 Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.

 Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar tahanan sama.
Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing tahanan seri
adalah sama dengan tegangan total sumber tegangan.

 Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total rangkaian
menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir

 Dalam rangkaian arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar tahanan beban
dalam rangkaian.

 Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau putus, aliran arus
terhenti.

Contoh paling sederhana penerapan rangkaian listrik seri dalam kehidupan sehari-hari (di
rumah) :

1) Lampu hias pohon Natal model lama (yang baru pakai rangkaian elektronik & lampu
LED) merupakan rangkaian seri beberapa lampu (12V di-seri 20 pcs) sehingga dapat
menerima tegangan sesuai dengan jala-jala (220V).
2) Lampu TL (tube Lamp) atau orang bilang lampu neon, model lama yang masih memakai
ballast, di dalam box nya memakai rangkaian seri antara jala-jala dengan ballastnya.

3) Di dalam setrika listrik ada rangkaian seri dengan bimetal (temperatur kontrol), demikian
juga kulkas.

4) Sakelar/switch merupakan penerapan rangkaian seri dengan beban.

C. Rangkaian Listrik Paralel

Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen
berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel. Hal
inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian listrik menghabiskan biaya
yang lebih banyak (kabel penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan
tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun
kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang
lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya

Persamaan hambatan pengganti paralel dapat dicari dari persamaan awal, di mana beda
potensial di masing masing komponen adalah sama satu sama lain, sedangkan kuat arus
yang masuk titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus di masing masing
komponen. Untuk melihat persamaan hambatan pengganti paralel, tekanlah tombol
berikut

Berikut ini adalah simulasi fisis rangkaian paralel. Untuk melihatnya, tekanlah tombol
berikut.

Perhatikanlah nyala lampu ketika lampu tersebut dicabut dari tempatnya semula. Apakah
pemindahan lampu ini memiliki pengaruh terhadap lampu lainnya? Berikanlah alasan
terhadap jawaban anda

Rangkaian Paralel merupakan sebuah rangkaian listrik yang disusun dengan tidak


sebaris, dimana input untuk setiap komponen semuanya adalah dari sumber yg sama.
Inilah yang menjadi alasan mengapa rangkaian ini menjadi lebih mahal bila dibanding dgn
rangkaian seri.

Namun dibalik kekurangannya itu, rangkaian ini juga mempunyai kelebihan jika dibanding
dengan rangkaian  seri tersebut. Kelebihannya adalah apabila ada komponen yang rusak
ataupun dicabut, maka komponen lainnya yang masih baik atau masih terpasang akan
tetap berfungsi tanpa gangguan sama sekali. Rangkaian paralel dan rangkaian seri dapat
digabung sehingga menjadi rangkaian yang disebut dengan seri-paralel.

Di rangkaian paralel, aliran listrik dari power suply bisa berjalan ke tiap-tiap lampu yang
ada. Dalam beberapa rangkaian terdapat jalan-jalan yang berbeda tetapi tetap bisa dialiri
arus listrik, rangkaian ini juga disebut dengan rangka ian paralel.

Pada gambar rangkaian paralel diatas, kita bisa melihat dua buah resistor yang
susunannya adalah paralel. Setiap ujung dari kedua resistor tersebut secara langsung
berhubungan  dengan sumber tegangan secara bersamaan. Dengan demikian arus listrik
dapat mengalir melalui dua jalan berbeda hingga mencapai setiap resistor yang ada.

Resistensi total dalam suatu rangkaian paralel adalah sama jumlahnya dengan kebalikan
dari tiap resistansi. Hambatan tersebut jumlahnya lebih kecil dibanding dengan hambatan
setiap resistor pada ke-3 resitor yg telah dihubungkan secara paralel di rangkaian itu.
Besar dari hambatan pengganti akan berkurang karena ditempatkannya dua ataupun
lebih resistor di rangkai an paralel.

Hambatan paralel itu akan menurun sebab tiap-tiap resistor yang baru juga akan
menambah jalur arus yang baru, serta menaikkan jumlah arus yang beda potensialnya
tidaklah berubah. Yang pertama kali kita harus ketahui sebelum menghitung suatu
hambatan pengganti di rangkai an paralel adalah total arus yg mengaliri cabang.

Misalkan saja kita contohkan pada lampu lalu lintas yang merupakan rangkaian listrik
paralel. Prinsip kerja dari rangkaian listrik paralel di sebuah lampu lalu lintas adalah
terdapatnya tiga buah lampu yg saling terhubung secara paralel antara satu buah lampu
dengan lampu lainnya. Darisini dapat kita simpulkan bahwa rangkaian listrik paralel dapat
disebut juga dengan rangkaian bederet, yaitu terjadi pembagian beban yang sama antara
satu lampu dengan lampu yang lain dalam jajarannya tersebut. Demikian sobat artikel
rangkaian paralel kali ini.

Pada rangkaian paralel, arus listrik dari baterai dapat melalui setiap lampu. Suatu
rangkaian, dimana ada beberapa jalan berbeda yang dapat dialiri arus disebut rangkaian
paralel.
Pada gambar, tiga buah resistor disusun secara paralel dan ujung-ujung ketiga resistor
dihubungkan secara bersama-sama ke sumber tegangan, sehingga arus memiliki tiga
jalan yang berbeda untuk melewati tiap-tiap resistor.

Berapakah arus yang melalui tiap-tiap resistor? Ini bergantung pada hambatan setiap
resistor. Sebagai contoh yaitu, misal beda potensial setiap resistor adalah 12 V. Arus yang
melalui sebuah resistor diberikan oleh I = V/R, sehingga kita dapat menghitung arus yang
melalui resistor 48 Ω adalah I = (12 V)/(48 Ω ) = 0,25 A. Kuat arus yang melalui dua resistor
yang lain, dapat dihitung dengan cara yang sama.

Apakah yang akan terjadi jika hambatan 12 Ω diambil dari rangkaian? Apakah arus yang
melewati hambatan 48 Ω berubah? Apakah arus hanya bergantung pada beda potensial
dan hambatannya? Apakah kasus ini juga sama jika dilakukan pada hambatan 24 Ω.
Cabang sebuah rangkaian paralel tidak bergantung satu dengan yang lain. Lampu yang
lain tetap menyala, meskipun salah satu lampu dilepas.

Kuat arus total pada rangkaian paralel merupakan jumlah dari kuat arus masing-masing
jalur. Kuat arus total pada rangkaian itu adalah (0,25 A + 0,5 A + 1 A)

= 1,75 A.

Dalam sebuah rangkaian paralel, kebalikan, resistansi total adalah sama dengan jumlah
kebalikan tiap resistansi.

Hambatan pengganti pada rangkaian paralel dapat ditentukan dengan persamaan :

Catatan: hambatan ini adalah lebih kecil daripada hambatan tiap-tiap resistor dari ketiga
resistor yang dihubungkan secara paralel dalam rangkaian tersebut. Penempatan dua
atau lebih resistor dalam rangkaian paralel, selalu mengurangi besar hambatan pengganti
pada rangkaian tersebut. Hambatan tersebut menurun karena setiap resistor baru
menambah jalur arus baru, dan meningkatkan arus total karena beda potensial tidak
berubah. Untuk menghitung hambatan pengganti pada rangkaian paralel, pertama-tama
kita harus tahu bahwa arus total adalah jumlah arus yang melalui cabang.

Jika IA, IB, dan IC adalah arus yang melalui cabang dan I adalah arus total, maka I = IA + IB
+ IC.

Beda potensial diantara ujung-ujung tiap-tiap resistor adalah sama, sehingga arus yang
melalui tiap-tiap resistor, misalnya RA dapat ditentukan dari IA = V/RA.

Contoh

Resistor 4 Ω, resistor 6 Ω , dan resistor 12 Ω dihubungkan


secara paralel pada ujung-ujung baterai 3 V. Berapakah

hambatan ekivalen rangkaian tersebut? Berapakah besar

arus dalam rangkaian tersebut?

Langkah-langkah Penyelesaian

Apa yang diketahui?

RA = 4 Ω, RB = 6 Ω, dan RC = 12 Ω dirangkai paralel

Vsumber = 3 V

Apa yang ditanyakan?

- hambatan pengganti, R

- kuat arus, I

Jawab

a) Menentukan hambatan pengganti ketiga resistor

1 =  1 +   1 +   1

Rpar 4        6     12

1 =  3 +   2 +   1

Rpar 12    12     12

1 =   6

Rpar 12

Rpar = 12

Rpar = 2 Ω

b)Menentukan kuat arus pada rangkaian

I=V

R
I=3A

I = 1,5 A

Soal Latihan

1. Dua buah hambatan, masing-masing sebesar 10 Ω dan 15 Ω dirangkai paralel dan


dihubungkan dengan beda potensial 9 V. Tentukan hambatan penggantinya dan kuat
arus pada rangkaian!

2. Resistor 12 Ω, 15 Ω, dan 20 Ω dirangkai paralel  dan dihubungkan dengan beda potensial


12 V. Berapakah hambatan penggantinya? Berapakah kuat arus yang melalui hambatan
tersebut?

 BAB 3 METODE PEMBUATAN 3.1 Alat dan Bahan        3.2 2 buah baterai 1,5
volt 3 buah lampu LED beserta tempatnya Kabel listrik secukupnya Kawat
tembaga Isolasi 14 Penjepit listrik (7 penjepit merah) (7 penjepit hitam) Gunting
Langkah Kerja 1. Potong kabel menjadi 6 bagian. 2. Kupas sedikit masing-masing
ujung kulit kabel sehingga serabutnya terlihat. 3. Kabel pertama dan kedua
dipasang pada baterai dengan isolasi, kemudian ikatkan ujung kabel dengan 1
penjepit merah (-) dan 1 penjepit hitam (+). 4. Masing-masing ujung kabel ketiga,
keempat, kelima dan keenam diikatkan dengan sepasang penjepit merah (-) dan
sepasang penjepit hitam (+). 5. Pasangkan masing-masing lampu LED pada tempat
lampu tersebut.. lalu pasang kawat tembaga pada tempat lampu tersebut. 6. Jepit
kawat tembaga dengan kabel ketiga,keempat,kelima dan keenam tadi yang sudah
dipasangkan sepasang penjepit merah dan sepasang penjepit hitam. 7. Kemudian,
jepit kawat dengan penjepit kabel pertama dan kedua. (pasang sesuai dengan
negative (-) dan positif (+). 8. Amati apa yang terjadi pada ketiga lampu! 9. Apakah
yang terjadi saat salah satu lampu tersebut mati? Amatilah!
http://about.me/muafriz
 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan percobaan, ternyata kami
dapat menyimpulkan bahwa lampu yang dipasang secara parallel memiliki
keuntungan yang tidak dimiliki rangkaian seri yaitu, pada saat satu lampu mati,
yang lain tetap menyala, nyala lampu terang, dan hemat energi. Sedangkan
rangkaian seri, pada saat satu lampu mati, yang lain juga mati. Begitu juga pada
nyala lampunya, tidak terang (redup) dan energinya juga boros. Pemasangan
Lampu Secara Parallel Cahaya lampu Energi Tingkat kesulitan dalam pembuatan
Salah satu lampu mati Terang Hamat Rumit (membutuhkan kabel yang banyak)
Lampu yang lain tetap menyala Pemasangan Lampu Secara Seri Cahaya lampu
Energi Tingkat kesulitan dalam pembuatan Salah satu lampu mati Redup Boros
Sederhana (hemat kabel) Lampu yang lain mati http://about.me/muafriz
 BAB 5 PEMBAHASAN Pembuatan rangkaian listrik memerlukan kecermatan dan
ketelitian yang tinggi agar arus listrik pada suatu rangkaian dapat mengalir
dengan baik. Arus listrik adalah aliran muatan positif dari potensial tinggi ke
potensial rendah. Arus listrik dapat mengalir apabila ada beda potensial. Tidak
hanya ada beda potensial saja, arus listrik dapat mengalir apabila rangkaian
listriknya tertutup. Jadi ada dua syarat yang harus dipenuhi agar arus listrik dapat
mengalir dalam suatu rangkaian. Hambatan Kawat. Dari percobaan ini kami juga
menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi besar hambatan kawat. Faktor
yang pertama, semakin panjang kawat maka hambatan kawat semakin besar.
Hambatan kawat sebanding dengan panjang kawat. Faktor yang kedua, semakin
besar hambatan jenis kawat maka hambatan kawat semakin besar. Hambatan
kawat sebanding dengan hambatan jenis kawat. Faktor yang ketiga, semakin
besar luas penampang kawat maka hambatan kawat semakin kecil. Hambatan
kawat berbanding terbalik dengan luas penampang kawat. Hukum Ohm, jika beda
potensial diperbesar maka kuat arus listriknya juga turut membesar. Hukum I
Kirchoff, pada rangkaian tidak bercabang ( seri ) kuat arus listrik dimana-mana
sama dan pada rangkaian bercabang (Paralel) Jumlah kuat arus listrik yang masuk
pada titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang Σ
Imasuk = Σ Ikeluar. Dua hokum teori ini dapat dibuktikan dengan mengukur
tegangan dan arus listrik mengunakan voltmeter dan aperemeter Voltmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik ( tegangan ).
Pemasangan voltmeter dalam rangkaian listrik disusun secara parallel.
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Pemasangan amperemeter dalam rangkaian listrik disusun secara seri ( tidak
bercabang ). http://about.me/muafriz

 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Ada dua jenis rangkaian listrik,
yaitu : rangkaian seri dan paralel.  Rangkaian Seri Rangkaian seri adalah salah
satu rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri). Sifat khas rangkaian seri
adalah kuat arus di sepanjang rangkaian sama. Keuntungan rangkaian seri adalah
hemat kabel, dan rangkaiannya sederhana sehingga membuatnya pun mudah.
Kerugiannya pada saat satu lampu mati, yang lain juga mati. Begitu juga pada
nyala lampunya, tidak terang (redup). Energinya juga boros, karena digambarkan
1R+1R+1R.V1 : V2 : V3 = IR1 : IR2 : IR3  Rangkaian Paralel Rangakain listrik parallel
adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal dari
sumber yang sama. Sifat khas dari rangkaian parallel adalah beda potensial pada
masing-masing cabang adalah sama. Keuntungan rangkaian parallel adalah saat
satu lampu mati, yang lain tetap menyala, nyala lampu terang, hemat energi,
karena digambaarkan 1/R+1/R+1/R. Kerugian rangkaian parallel adalah
rangkaiannya yang rumit, sehingga relative sulit menyusunnya, dan membutuhkan
banyakkabel. I1 : I2 : I3 = I/R1 : I/R2 : I/R3 Rangkaian seri berlaku sebagai pembagi
tegangan, sedangkan rangkaian parallel berlaku sebagai pembagi arus 6.2 SARAN
Saran dari kami buatpraktikum-praktikum selanjutnya ataupun untuk pembaca,
supaya memperhatikan bahan-bahan yang digunakan seperti isolator dan
kuduktor yang baik. Dan dalam pemasangan baterai kabel atau kawatnya harus
diperhatikan supaya rangakaian tertutup. http://about.me/muafriz
 BAB 7 DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Rangkaian_seri_dan_paralel
http://id.wikipedia.org/wiki/Konduktor http://id.wikipedia.org/wiki/Isolator_listrik
http://fajarfaozathulkhikmah.blogspot.com/ http://about.me/muafriz

Sifat-sifat Rangkaian Paralel


 Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan sumber.
 Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian individu. Arus masing-
masing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang.
 Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian parallel, tahanan total rangkaian
mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total dari rangkaian parallel
adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil dalam rangkaian.)
 Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan terputus hanya pada
rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap bekerja tanpa terganggu
oleh rangkaian cabang yang terputus tersebut.
Contoh paling sederhana penerapan rangkaian listrik paralel dalam kehidupan sehari-hari
(di rumah) :
1)    Distribusi Listrik PLN kerumah-rumah adalah paralel.
2)    Stop contact merupakan rangkaian paralel dengan jala-jala.

PRAKTIKUM RANGKAIAN SERI DAN PARALEL

PRAKTIKUM RANGKAIAN BATERAI SERI DAN PARALEL a. Rangkaian baterai seri A.


Tujuan: Untuk mengetahui tingkat kecerahan nyala lampu tunggal dengan menggunakan
baterai yang dirangkai seri. B. Alat dan Bahan:  Baterai 1,5volt 2 buah  Lampu senter 1
buah  Kawat penghantar C. Cara Kerja; • Mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan. • Menyusun baterai dengan rangkaian seri dengan lampu tunggal, seperti
pada gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 • Mengamati
nyala lampu yang dihasilkan. • Mencatat hasil percobaan, menganalisis, dan menarik
kesimpulan. D. Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan yang telah saya lakukan, dapat
diketahui bahwa nyala lampu yang dihasilkan dari baterai yang dirangkai seri adalah
sangat terang. E. Analisis Berdasarkan hasil percobaan di atas dapat dianalisis bahwa dua
buah baterai yang dirangkai seri dengan satu lampu dapat menghasilkan nyala lampu
yang sangat terang.Hal ini dikarenakan oleh baterai yang memiliki tegangan 3volt hanya
digunakan untuk satu lampu. F. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan dan analisis di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa baterai yang dirangkai seri dengan satu lampu
dapat menghasilkan nyala lampu yang sangat terang, karena baterai yang bertegangan
3volt tersebut hanya digunakan untuk satu lampu. b. Rangkaian baterai paralel A. Tujuan:
Untuk mengetahui tingkat kecerahan nyala lampu tunggal dengan menggunakan baterai
yang dirangkai paralel. B. Alat dan Bahan • Baterai 1,5volt 2 buah • Lampu senter 1 buah
• Kawat penghantar C. Cara Kerja • Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. •
Menyusun baterai dengan rangkaian paralel dengan menggunakan lampu tunggal,

seperti pada gambar 1.2 di bawah ini. Gambar 1.2 •


Mengamati nyala lampu yang dihasilkan. • Mencatat hasil percobaan, menganalisis, dan
menarik kesimpulan. D. Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan yang telah saya lakukan,
dapat diketahui bahwa nyala lampu yang dihasilkan dari baterai yang dirangkai paralel
adalah terang. E. Analisis Berdasarkan hasil percobaan di atas dapat dianalisis bahwa dua
buah baterai yang dirangkai paralel dengan satu lampu dapat menghasilkan nyala lampu
terang. Hal ini dikarenakan oleh dua buah baterai yang dirangkai tersebut memiliki
tegangan 1,5 volt dan juga dikarenakan memiliki lebih banyak hambatan, sehingga nyala
lampu yang dihasilkan tidak seterang pada baterai yang dirangkai seri. F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa baterai yang
dirangkai paralel dengan satu lampu dapat menghasilkan nyala lampu yang terang, hal ini
dikarenakan oleh dua buah baterai yang dirangkai paralel tersebut memiliki tegangan
1,5volt dan juga karena memiliki banyak hambatan.. 2. RANGKAIAN LAMPU SERI DAN
PARALEL a. Rangkaian lampu seri A. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat kecerahan nyala
lampu pada lampu yang dirangkai secara seri dengan menggunakan dua buah baterai
yang dirangkai seri. B. Alat dan Bahan  Lampu senter 2 buah  Baterai 1,5volt 2 buah 
Kawat penghantar C. Cara Kerja • Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. •
Menyusun lampu dengan rangkaian seri dengan dua baterai yang dirangkai seri, seperti
pada gambar 1.3 di bawah ini. Gambar 1.3 • Mengamati
nyala lampu yang dihasilkan. • Mencatat hasil percobaan, menganalisis, dan membuat
kesimpulan. D. Hasil Percobaan Berdasarkan hasil percobaan yang telah saya lakukan
dapat diketahui bahwa dua buah lampu yang dirangkai secara seri dengan menggunakan
dua buah baterai yang dirangkai seri dapat menghasilkan nyala lampu yang satu sangat
terang dan yang satunya terang. E. Analisis Berdasarkan hasil percobaan di atas dapat
dianalisis bahwa perbedaan tingkat kecerahan pada kedua lampu tersebut disebabkan
oleh adanya perbedaan tegangan pada masing-masing lampu. F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lampu
yang dirangkai seri dengan menggunakan baterai yang dirangkai seri dapat menghasilkan
nyala lampu yang berbeda (sangat terang dan terang).Hal ini disebabkan karena
perbedaan tegangan pada kedua lampu tersebut. b. Rangkaian lampu paralel A. Tujuan:
Untuk mengetahui tingkat kecerahan nyala lampu yang dirangkai paralel dengan dua
buah baterai yang dirangkai secara seri. B. Alat dan Bahan • Baterai 1,5volt 2 buah •
Lampu senter 2 buah • Kawat penghantar C. Cara Kerja  Mempersiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan.  Menyusun lampu dengan rangkaian paralel menggunakan dua
buah baterai yang dirangkai seri, seperti pada gambar 1.4 di bawah ini.

Gambar 1.4 • Mengamati nyala lampu yang dihasilkan. •


Mencatat hasil percobaan, menganalisis, dan membuat kesimpulan. D. Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah saya lakukan dapat diketahui bahwa dua buah lampu yang
dirangkai paralel dengan menggunakan baterai yang dirangkai seri dapat menghasilkan
nyala yang sangat terang dari kedua lampu. E. Analisis Berdasarkan hasil percobaan di
atas dapat dianalisis bahwa kedua lampu yang dirangkai paralel tersebut memiliki
tegangan yang sama sehingga nyala yang dihasilkan oleh kedua lampu tersebut adalah
sama terang. F. Kesimpulan Dari hasil percobaan dan analisis di atas dapat disimpulkan
bahwa lampu yang dirangkai paralel dengan menggunakan baterai yang dirangkai seri
dapat menghasilkan nyala lampu yang keduanya sama terang. Hal ini karena tegangan
pada masing-masing lampu adalah sama besar. 3. RANGKAIAN BATERAI DAN LAMPU
SERI DAN PARALEL a. Rangkaian baterai dan lampu yang dirangkai seri. A. Tujuan: Untuk
mengetahui tingkat kecerahan nyala lampu yang dihasilkan oleh baterai yang dirangkai
seri dengan menggunakan lampu yang dirangkai seri. B. Alat dan Bahan • Baterai 1,5volt
2 buah • Lampu senter 2 buah • Kawat penghantar C. Cara Kerja • Mempersiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan. • Menyusun baterai dan lampu dengan rangkaian seri
seperti pada gambar 1.5 di bawah ini. Gambar 1.5 •
Mengamati nyala lampu yang dihasilkan. • Mencatat hasil percobaan, menganalisis, dan
membuat kesimpulan. D. Hasil Percobaan Dari percobaan yang telah saya lakukan dapat
diketahui bahwa lampu dan baterai yang dirangkai seri dapat menghasilkan nyala lampu
yang satu sangat terang dan yang satunya terang. E. Analisis Berdasarkan hasil
percobaan di atas dapat dianalisa bahwa perbedaan nyala lampu tersebut dikarenakan
adanya perbedaan tegangan pada masing-masing lampu tersebut. F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa lampu dan
baterai yang dirangkai seri dapat menghasilkan nyala lampu yang satu sangat terang dan
yang satunya terang.Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan tegangan pada
masing-masing lampu tersebut. b. Rangkaian baterai dan lampu yang dirangkai paralel. A.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat kecerahan nyala lampu pada rangkaian baterai dan
lampu yang dirangkai paralel. B. Alat dan Bahan • 2 buah baterai • 2 buah lampu senter •
Kawat penghantar C. Cara Kerja • Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. •
Menyusun baterai dan lampu dengan rangkaian paralel seperti pada gambar 1.6 di bawah
ini.

Gambar 1.6 • Mengamati nyala lampu yang dihasilkan. • Mencatat hasil percobaan,
menganalisis, dan membuat kesimpulan. D. Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan
yang telah saya lakukan dapat diketahui bahwa rangkaian baterai dan lampu paralel
dapat menghasilkan nyala kedua lampu yang redup. E. Analisis Berdasarkan hasil
percobaan di atas dapat dianalisa bahwa kedua lampu hanya dapat menyala redup
karena baterai yang dirangkai paralel hanya bertegangan 1,5volt sehingga nyala lampu
yang dihasilkan redup. F. Kesimpulan Dari hasil percobaan dan analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa lampu dan baterai yang dirangkai paralel dapat menyalakan kedua
lampu dengan redup.Hal ini dikarenakan baterai yang dirangkai paralel tersebut hanya
bertegangan 1,5volt sehingga nyala lampu yang dihasilkan redup. c. Lampu dengan
rangkaian seri dan baterai dengan rangkaian paralel A. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat
kecerahan nyala lampu dengan rangkaian lampu seri dan rangkaian baterai paralel. B.
Alat dan Bahan • 2 buah baterai • 2 buah lampu senter • Kawat penghantar C. Cara Kerja
• Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. • Menyusun baterai dengan
rangkaian paralel dan lampu dengan rangkaian seri, seperti pada gambar 1.7 di bawah ini.

Gambar 1.7 • Mengamati nyala lampu yang dihasilkan • Mencatat hasil percobaan,
menganalis, dan membuat kesimpulan. D. Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan yang
telah saya lakukan dapat diketahui bahwa baterai yang dirangkai paralel dan lampu yang
dirangkai seri dapat menghasilkan satu lampu menyala redup dan satu lampu yang lain
tidak menyala. E. Analisis Dari hasil percobaan di atas dapat dianalisa bahwa baterai yang
dirangkai paralel dan lampu yang dirangkai seri dapat menghasilkan satu lampu menyala
redup dan satu lampu yang lain tidak menyala, hal ini dikarenakan daya baterai hanya
mampu menyalakan satu lampu saja. F. Kesimpulan Dari hasil percobaan dan analisis di
atas dapat disimpulkan bahwa baterai yang dirangkai paralel dan lampu yang dirangkai
seri hanya dapat menyalakan satu lampu, karena daya baterai hanya mampu menyalakan
satu lampu.

D. Potensiometer

Fungsi, Jenis, Dan Kelebihan Potensiometer

Pertama kali Potensiometer diciptakan oleh Johann Christian Poggendorff (17961877)


pada tahun 1841.
Adapun pengertian secara umum potensiometer bisa didefinisikan sebagai sebuah
resistor tiga terminal dengan kontak geser yang membentuk pembagi tegangan yang
diatur. Jika hanya dua terminal yang digunakan (satu sisi dan wiper), bertindak sebagai
variabel resistor atau rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengontrol
perangkat listrik seperti kontrol volume pada peralatan audio. Potensiometer
dioperasikan oleh mekanisme yang dapat digunakan sebagai transduser posisi, misalnya,
dalam joystick.

Dalam kontruksi Potensiometer yaitu dibangun dengan melawan elemen yang dibentuk
menjadi sebuah busur lingkaran, dan salah satu kontak geser (wiper) bepergian atas
busur itu. Elemen resistif, dengan terminal pada satu atau kedua ujungnya, yang datar
atau miring, dan umumnya terbuat dari grafit, meskipun bahan lain dapat digunakan
tetapi wiper ini terhubung melalui kontak lain yang menggeser ke terminal
lain.sedangkan Pada potensiometer panel, wiper biasanya mempunyai terminal pusat
tiga. Untuk potensiometer tunggal-turn, wiper ini biasanya perjalanan
hanya di bawah satu revolusi di sekitar kontak yaitu "Multiturn" potensiometer juga ada,
dimana elemen resistor mungkin heliks dan wiper dapat bergerak 10, 20, atau lebih
revolusi lengkap, meskipun potentimeters multiturn biasanya dibangun dari elemen
dapat melawan konvensional menyeka melalui roda gigi cacing. Selain itu grafit, bahan
yang digunakan untuk membuat elemen resistif termasuk kawat penghambat, partikel
karbon dalam plastik, dan campuran / keramik logam yang disebut cermet.

Fungsi dan penggunaan potensiometer

Penggunaan alat bantu potensiometer banyak digunakan sebagai kontrol pengguna, dan
dapat mengontrol berbagai fungsi yang sangat luas peralatannya. tetapi meluasnya
dalam penggunaan potensiometer pada barang elektronik konsumen telah menurun
pada 1990-an, dengan adanya kontrol digital yang sekarang lebih umum digunakan.

Namun mereka tetap dalam banyak aplikasi, seperti kontrol volume dan sebagai sensor
posisi salah satu aplikasi yang penggunaanya paling umum untuk potensiometer rendah
daya modern adalah sebagai alat kontrol audio. Kedua potensiometer linier (juga dikenal
sebagai "fader") dan potensiometer putar (biasanya disebut tombol-tombol) secara
teratur digunakan untuk mengatur kenyaringan, redaman frekuensi dan karakteristik lain
dari sinyal audio dalam audio control.

The 'pot log' potensiometer juga digunakan sebagai kontrol volume di amplifier audio, di
mana ia juga disebut "lancip pot audio", karena respon amplitudo dari telinga manusia
juga logaritma. Memastikan bahwa, pada kontrol volume ditandai 0 hingga 10, misalnya,
pengaturan dari 5 suara setengah keras sebagai pengaturan 10. Ada juga sebuah pot anti-
log atau lancip audio sebaliknya yang hanya kebalikan dari potensiometer logaritmik. Hal
ini hampir selalu digunakan dalam konfigurasi mengeroyok dengan potensiometer
logaritmik, misalnya, dalam kontrol keseimbangan audio.

Adapun fungsi potensiometer sebagai kontrol nada atau equalizer dalam penggunaan
kombinasi dan jaringan filter, sebelumnya untuk televisi dipergunakan untuk mengontrol
kecerahan gambar, kontras, dan respon warna. Sebuah potensiometer sering digunakan
untuk mengatur "menahan vertikal", yang mempengaruhi sinkronisasi antara menyapu
sirkuit internal penerima (kadang-kadang multivibrator

a) dan sinyal gambar yang diterima.


Potensiometer juga sangat banyak digunakan sebagai bagian dari transduser
perpindahan karena kesederhanaan konstruksi dan karena mereka dapat memberikan
sinyal keluaran yang besar. untuk komputasi Dalam komputer analog, potensiometer
presisi tinggi digunakan untuk skala hasil antara oleh faktor konstan yang diinginkan,
atau untuk mengatur kondisi awal untuk perhitungan. Sebuah potensiometer bermotor
dapat digunakan sebagai generator fungsi, menggunakan kartu perlawanan non-linear
untuk memasok aproksimasi untuk fungsi trigonometri. Sebagai contoh, putaran poros
mungkin mewakili sudut, dan rasio pembagian tegangan dapat dibuat sebanding dengan
cosinus sudut.

Dalam televisi elemen potensiometer banyak sekali digunakan seperti untuk mengatur
kecerahan gambar kontras dan respon warna, dan sering digunakan untuk
Mengatur menahan vertikal yang mempengaruhi sinkronisasi antara menyapu sirkuit
internal penerima (kadang-kadang multivibrator ) dan sinyal gambar yang diterima.
Sedangkan dalam komputer (komputasi) analog menggunakan jenis-jenis potensiometer
presisi tinggi yang berfungsi untuk skala hasil antara oleh faktor konstan yang diinginkan,
atau untuk mengatur kondisi awal untuk perhitungan. Sebuah potensiometer bermotor
dapat digunakan sebagai generator fungsi, menggunakan kartu perlawanan non-linear
untuk memasok aproksimasi untuk fungsi trigonometri. Sebagai contoh, putaran poros
mungkin mewakili sudut, dan rasio pembagian tegangan dapat dibuat sebanding dengan
cosinus sudut.

Pada potensiometer ini tidak melakukan pengkalibrasian tetapi dengan menggunakan


salah satu jenis potensiometer presisi tinggi untuk mengtehui hasil skala antara faktor
komstan yang diinginkan atau untuk mengatur kondisi awal untuk perhitungan.

Cara yang paling umum bervariasi hambatan dalam sebuah rangkaian adalah dengan
menggunakan resistor variabel atau sebuah rheostat sejenis potensiometer, rheostat
adalah resistor variabel dua-terminal. Seringkali ini dirancang untuk menangani lebih
tinggi tegangan dan arus. Biasanya ini dibangun sebagai resistif kawat dibungkus untuk
membentuk kumparan toroida dengan wiper yang bergerak di atas permukaan atas
toroida, sliding dari satu putaran kawat ke depan. Kadang-kadang rheostat dibuat dari
kawat resistensi luka pada silinder panas-tahan dengan slider dibuat dari jumlah jari
logam yang ringan pegangan ke sebagian kecil ternyata kawat perlawanan. The "jari"
dapat dipindahkan sepanjang kumparan kawat resistensi oleh tombol geser sehingga
mengubah "menekan" titik. Mereka biasanya digunakan sebagai variabel resistor
pembagi potensial daripada variabel.
Gambar 2.2 cara yang paling umum gambar 2.3 komponen potensiometer.
Penggunaan Potensiometer.

Jenis-jenis potensiometer

- Potensiometer putar yang sering disebut potensiometer String. Potensiometer Ini


adalah multi-turn potensiometer dioperasikan oleh reel yang terpasang kawat berbalik
melawan pegas. Hal ini digunakan sebagai transduser posisi.

- Potensiometer linier slider, potensiometer ini sebagai mengatur fungsi kontrol didalam
sebuah elektronik bukan kontrol dial yang terdapat pada komponen alat potensiometer.
Dan Elemen resistifnya strip persegi panjang, tidak setengah lingkaran seperti pada
potensiometer putar. Karena slot pembukaan besar atau wiper, potensiometer jenis ini
memiliki potensi yang lebih besar untuk mendapatkan terkontaminasi.Potensiometer
dapat diperoleh dengan baik hubungan linier atau logaritmik antara posisi slider dan
ketahanan (potensiometer hukum atau "kemiringan"). Sebuah kode huruf ("A" lancip,
"B" lancip, dll) dapat digunakan untuk mengidentifikasi meruncing dimaksudkan, tetapi
definisi surat kode bervariasi dari waktu ke waktu dan antara produsen.

- Potensiometer tiga terminal alat ini dapat digunakan sebagai variabel resistor dua
terminal dengan tidak menghubungkan ke terminal ketiga. Praktek ini umum untuk
menghubungkan terminal wiper ke ujung yang tidak terpakai dari trek perlawanan untuk
mengurangi jumlah variasi resistensi yang disebabkan oleh kotoran di trek.
- potensiometer membran, dalam potensiometer membran ini menggunakan membran
konduktif yang cacat dengan elemen geser ke kontak resistor pembagi tegangan.
Linearitas dapat berkisar dari 0,5% sampai 5% tergantung pada desain, material dan
proses manufaktur. Keakuratannya biasanya antara 0.1mm dan 1.0mm dengan resolusi
secara teoritis tak terbatas. Kehidupan pelayanan jenis potensiometer biasanya 1-
2000000 siklus tergantung pada bahan yang digunakan selama manufaktur dan metode
aktuasi; contact dan contactless (magnetik) metode yang tersedia. Banyak variasi bahan
yang berbeda tersedia
seperti PET (foil), FR4, dan Kapton. manuafacturers potensiometer Membran
menawarkan variasi linier, berputar, dan aplikasi-spesifik. Versi linear dapat berkisar dari
9mm untuk 1000mm panjang dan versi putar berkisar dari 0 ° sampai 360 ° (multi-turn),
dengan masing-masing memiliki ketinggian 0.5mm. Membran potensiometer dapat
digunakan untuk posisi penginderaan.

- Potensiometer digital pada komponen elektronik ini merupakan alat yang meniru fungsi
potensiometer analog. Melalui sinyal input digital, perlawanan antara dua terminal dapat
disesuaikan, seperti dalam sebuah potensiometer analog.

Kelebihan dan kekurangan potensiometer

Salah satu keuntungan penggunaan dari pembagi potensial potensiometer, dengan


membandingkan dengan resistor variabel secara seri dengan sumber adalah bahwa,
sementara resistor variabel memiliki ketahanan maksimum di mana beberapa saat ini
selalu akan mengalir, pembagi dapat bervariasi tegangan output dari maksimum (VS) ke
ground (nol volt) sebagai wiper bergerak dari satu ujung potensiometer yang lain. Ada,
bagaimanapun, selalu sedikit resistansi kontak.Selain itu, tahanan beban sering tidak
dikenal dan karena itu hanya menempatkan resistor variabel secara seri dengan beban
bisa memiliki efek yang dapat diabaikan atau efek yang berlebihan, tergantung pada
beban.
Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan secara langsung kekuatan yang
signifikan (lebih dari watt a), karena kekuasaan merisau di potensiometer akan sebanding
dengan kekuatan dalam beban dikendalikan. Sebaliknya mereka digunakan untuk
mengatur tingkat sinyal analog (misalnya kontrol volume pada peralatan audio), dan
sebagai masukan kontrol untuk sirkuit elektronik. Sebagai contoh sebuah lampu dimmer
yang menggunakan potensiometer untuk mengontrol switching dari TRIAC dan sehingga
secara tidak langsung mengontrol kecerahan lampu.
Share this article :
Label: FNI

Pemasangan dan penjelasan kaki potensiometer .... bagi yang mengenal dunia
elektronika, kita mengenal resistor variabel atau biasa disebut potensiometer. Jika dilihat
dari simbolnya mungkin kita sekedar tahu jika potensiometer itu punya 2 kaki yaitu input
dan output sesuai yang tertera pada simbolnya. Tetapi jika kita melihat barang aslinya
dimana potensiometer punya 3 kaki maka kita tentunya akan kebingungan.
potensiometer ini hanya digunakan pada pemakaian daya sekitar 1 watt saja. untuk
resitor variabel yang berdaya dan tegangan yang lebih besar maka digunakan rheostat,
nah rheostat ini yang memiliki 2 masukan

yaitu input dan output. Simbol resistor variabel untuk rangkaian dalam potensiometer itu
sendiri itu sendiri kira-kira seperti diatas ini 

Nah , kira2 rangkaian ekivalennya kyk begini. Besar persentase resistansi tiap tahanan
bisa diatur dengan putaran yang ada pada potensiometer. Total resistansi yang terseri
sama dengan nilai resistansi yang tertera pada potensiometer. Misalnya misalnya
potensiometer diputar setelannya sehingga R antara kaki 1 dan 2  20% atau 20% x 100k =
20k maka resistansi antara kaki 2 dan 3 adalah 80% atau 80k . Jadi dengan kata lain,
potensiometer yang ada dipasaran memiliki 2 channel output kita bisa saja memilih
menggunakan 1 output saja atau menggunakan kedua outputnya semuanya tergantung
kebutuhan. untuk memilih mana kaki untuk input atau output bisa dipilih sembarang saja
misalnya jika inputnya 3 maka outputnya 1 dan 2. Jika inputnya 1 maka outputnya 2 dan 3.
Jika menginginkan 1 ouput saja kaki yang lain dibiarkan menggantung saja.

Potensiometer satu putaran yang umum

(EU)
Simbol

(US)

Tipe Komponen pasif

Kategori Komponen resistif

 l

 b

 s
Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk
pembagi tegangan dapat disetel.[1] Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu
terminal tetap dan terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel
atau Rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengendalikan peranti
elektronik seperti pengendali suara pada penguat. Potensiometer yang dioperasikan oleh
suatu mekanisme dapat digunakan sebagai transduser, misalnya sebagai sensor joystick.

1. Elemen resistif
2. Badan

3. Penyapu (wiper)

4. Sumbu

5. Sambungan tetap #1

6. Sambungan penyapu

7. Cincin

8. Baut

9. Sambungan tetap #2]]

Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan daya tinggi (lebih dari 1 Watt)
secara langsung. Potensiometer digunakan untuk menyetel taraf isyarat analog (misalnya
pengendali suara pada peranti audio), dan sebagai pengendali masukan untuk sirkuit
elektronik. Sebagai contoh, sebuah peredup lampu menggunakan potensiometer untuk
menendalikan pensakelaran sebuah TRIAC, jadi secara tidak langsung mengendalikan
kecerahan lampu.

Potensiometer yang digunakan sebagai pengendali volume kadang-kadang dilengkapi


dengan sakelar yang terintegrasi, sehingga potensiometer membuka sakelar saat
penyapu berada pada posisi terendah.

Konstruksi potensiometer

Sebuah potensiometer biasanya dibuat dari sebuah unsur resistif semi-lingkar dengan
sambungan geser (penyapu). Unsur resistif, dengan terminal pada salah satu ataupun
kedua ujungnya, berbentuk datar atau menyudut, dan biasanya dibuat dari grafit,
walaupun begitu bahan lain mungkin juga digunakan sebagai gantinya. Penyapu
disambungkan ke terminal lain. Pada potensiometer panel, terminal penyapu biasanya
terletak di tengah-tengah kedua terminal unsur resistif. Untuk potensiometer putaran
tunggal, penyapu biasanya bergerak kurang dari satu putaran penuh sepanjang kontak.
Potensiometer "putaran ganda" juga ada, elemen resistifnya mungkin berupa pilinan dan
penyapu mungkin bergerak 10, 20, atau lebih banyak putaran untuk menyelesaikan siklus.
Walaupun begitu, potensiometer putaran ganda murah biasanya dibuat dari unsur resistif
konvensional yang sama dengan resistor putaran tunggal, sedangkan penyapu
digerakkan melalui gir cacing. Disamping grafit, bahan yang digunakan untuk membuat
unsur resistif adalah kawat resistansi, plastik partikel karbon dan campuran keramik-
logam yang disebut cermet. Pada potensiometer geser linier, sebuah kendali geser
digunakan sebagai ganti kendali putar. Unsur resistifnya adalah sebuah jalur persegi,
bukan jalur semi-lingkar seperti pada potensiometer putar. Potensiometer jenis ini sering
digunakan pada peranti penyetel grafik, seperti ekualizer grafik. Karena terdapat bukaan
yang cukup besar untuk penyapu dan kenob, potensiometer ini memiliki reliabilitas yang
lebih rendah jika digunakan pada lingkungan yang buruk.

Potensiometer tersedia dengan relasi linier ataupun logaritmik antara posisi penyapu dan
resistansi yang dihasilkan (hukum potensiometer atau "taper").

Pembuat potensiometer jalur konduktif menggunakan pasta resistor polimer konduktif


yang mengandung resin dan polimer, pelarut, pelumas dan karbon. Jalur dibuat dengan
melakukan cetak permukaan papua pada substrat fenolik dan memanggangnya pada
oven. Proses pemanggangan menghilangkan seluruh pelarut dan memungkinkan pasta
untuk menjadi polimer padat. Proses ini menghasilkan jalur tahan lama dengan resistansi
yang stabil sepanjang operasi.

Pengetrim pasang PCB atau "trimpot", ditujukan untuk pengaturan yang jarang dilakukan

Potensiometer linier

Potensiometer linier mempunyai unsur resistif dengan penampang konstan,


menghasilkan peranti dengan resistansi antara penyapu dengan salah satu terminal
proporsional dengan jarak antara keduanya.. Potensiometer linier digunakan jika relasi
proporsional diinginkan antara putaran sumbu dengan rasio pembagian dari
potensiometer, misalnya pengendali yang digunakan untuk menyetel titik pusat layar
osiloskop.

Potensiometer logaritmik

Potensiometer logaritmik mempunyai unsur resistif yang semakin menyempit atau dibuat
dari bahan yang memiliki resistivitas bervariasi. Ini memberikan peranti yang
resistansinya merupakan fungsi logaritmik terhadap sudut poros potensiometer.
Sebagian besar potensiometer log (terutama yang murah) sebenarnya tidak benar-benar
logaritmik, tetapi menggunakan dua jalur resistif linier untuk meniru hukum logaritma. [2]
Potensiometer log juga dapat dibuat dengan menggunakan potensiometer linier dan
resistor eksternal. Potensiometer yang benar-benar logaritmik relatif sangat mahal.

Potensiometer logaritmik sering digunakan pada peranti audio, terutama sebagai


pengendali volume.

Potensiometer lilitan kawat daya tinggi. Potensiometer jenis apapun dapat digunakan juga
sebagai rheostat
JAWABAN SOAL PENGAYAAN
1. Diketahui : Vs = 20 V
R1= 20kΩ
R2= 10kΩ
Ditanyakan : IR2=…?
Jawab :
 Karena tersusun paralel, maka VR1=VR2=Vs= 20V
 Maka :
IR2 = V/R
= 20V / 10000Ω
= 0.002A
=2 Ma

2. Diketahui : E1 = 24 V
R1= 1kΩ
R2= 500Ω
Ditanyakan : EL=…?
Jawab :

= 8V

3. Diketahui : E1 = 24 V
R1= 1kΩ
R2= 500Ω
RL= 10k Ω
Ditanyakan : EL=…?
Jawab :


= 476,19 Ω

= 7,79 V

4. Diketahui : Vs = 25 V
R1= 100Ω
R2= 500Ω
R3= 200 Ω
Ditanyakan : VR3=…?
Jawab :

= 283,33

 Vs = Itotal . Rtotal
25= Itotal . 283,33
Itotal = 0,0882 A

 Karena R3 dipasang seri, maka I3 = Itotal


 VR3 = I3 . R3
= 0,0882 . 200
= 17,64 V
5. Lampu akan menyala redup, hal ini dikarenakan tegangan yang masuk pada kedua
lampu bukan 3V melainkan setengahnya. Turunnya tengangan ini disebabkan oleh
keadaan lampu yang di susun secara seri.

Anda mungkin juga menyukai