Anda di halaman 1dari 20

ACARA 3

DETEKSI TERPENOID PADA BERBAGAI JARINGAN TUMBUHAN

Nama : Mutiara Tri Wulandari

NIM : 20/454757/BI/10452

Hari/Kel : Jum’at/7

Asisten : Diany Kencono Laksmi

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
ACARA 3

DETEKSI TERPENOID PADA BERBAGAI JARINGAN TUMBUHAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mendeteksi dan mengetahui jaringan
terpenoid/minyak atsiri dalam jaringan tumbuhan dengan menggunakan metode
histokimia

II. DASAR TEORI


Terpenoid merupakan kelompok senyawa metabolit sekunder. Terpenoid di alam
dijumpai dalam bentuk glikosida, glikosil ester dan iridoid. Terpenoid juga
merupakan komponen utama penyusun minyak atsiri (Kristianti, 2019). Terpenoid
dibuat dari unit isoprena (C5), dan, menurut jumlah unit diklasifikasikan sebagai
hemi- (C5), mono- (C10), sesqui- (C15), di- (C20), sester- (C25), tri- (C30), tetra-
(C40), atau politerpen ((C5)n; n > 8). Terpenoid tersebar dalam tanaman sebagai
bahan aktif yang berfungsi dalam anti-inflamasi, anti-karsinogenesis dan
perlindungan saraf (Kiyama, 2017). Sintesis dan pelepasan terpenoid adalah proses
fisiologis penting yang biasanya menyertai fotosintesis bagi tanaman (Yang et al.,
2021).
Gambar 1. Struktur senyawa terpenoid (Kiyama, 2017).

Beberapa dari karakteristik terpenoid yaitu beberapa jenis tanaman yang diketahui
mengandung senyawa bioaktif seperti terpenoid dapat bersifat sebagai insektisida
contohnya capsaicin pada cabai rawit dapat membunuh serangga atau larvasida nabati,
karena capsaicin merupakan golongan terpenoid (Hidana dan Anisa, 2015). Senyawa
terpenoid yang bersifat polar seperti senyawa forbol ester akan larut dalam pelarut seperti
metanol dengan uji fitokimia (Siadi, 2012). Terpenoid disintesis pada tanaman melalui dua
jalur: jalur mevalonat (MVA) dan jalur methylerythritol phosphate (MEP). Isoprena,
monoterpen, diterpen, dan politerpen (seperti karotenoid dan plastokuinon) disintesis melalui
jalur MEP dan terjadi di kloroplas dan plastida pada tumbuhan (Yang et al., 2021).

Macam-macam terpenoid (Kristianti, 2019):


1. Hemiterpenoid adalah kerangka senyawa isopren tetapi tidak mempunyai kaitan
biogenetik dengan terpenoid contohnya isoamil alkohol dan asam angelat.
2. monoterpen terbentuk dari dua satuan isopren dan membentuk struktur siklik atau
rantai terbuka, merupakan komponen utama minyak atsiri. berbentuk cair, tidak
berwarna, tidak larut dalam air, berbau harum dan beberapa bersifat optis aktif
3. seskuiterpen berasal dari tiga satuan isopren, merupakan komponen minyak atsiri
memiliki kerangka senyawa monosiklik, bisiklik, dan trisiklik
4. diterpen berasal dari empat satuan isopren. senyawa ini terdapat dalam damar dan
getah berupa gom
5. Triterpen dalam tumbuhan dijumpai dalam bentuk glikosidanya
6. tetraterpen yang dikenal adalah golongan karotenoid yang memiliki pigmen berwarna
kuning sampai merah dan terdapat pada tumbuhan dalam berbagai jaringan
7. politerpen dari golongan karet berfungsi sebagai zat pembawa dalam biosintesis
polisakarida tertentu dalam jaringan tanaman
Gambar 2. Reaksi terpenoid (Mujaizah, 2019)

Reaksi diatas merupakan reaksi terpenoid dengan pereaksi liebermann-burchard yang


menghasilkan warna merah. Senyawa terpenoid apabila bereaksi pasti akan berubah menjadi
elektrofi/karbokation. adanya adisi dari hidrofilik akan melepaskan hidrogen sehingga gugus
hidrogen dan elektronnya akan mengakibatkan senyawa mengalami perpanjangan knjugasi
dan akan menjadikan munculnya warna merah-ungu (Mujaizah, 2019).

Teknik histokimia memungkinkan identifikasi dan lokalisasi dari substansi spesifik dalam
jaringan. Metode histokimia bergantung pada reaksi kimia antara reagen dengan jaringan
tumbuhan untuk identifikasi dan lokalisasi. Uji histokimia dilakukan untuk mengetahui adanya
metabolit primer dan sekunder sehingga teknik deteksi ini akan bergantung pada reagen untuk
menunjukkan adanya senyawa terpenoid. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur
anatomi dan senyawa amilum, protein, lipid, alkaloid, flavonoid dan tanin (Trimanto et al.,
2018).

Minyak atsiri merupakan minyak aromatik yang dikeluarkan oleh tumbuhan dengan ciri
mudah menguap dan dapat digunakan dalam berbagai manfaat (Damayanti&Fitriana, 2012).
Minyak ini merupakan salah satu hasil dari metabolisme sekunder tanaman yaitu melalui
proses persenyawaan kimia yang bereaksi dengan air. Peran paling utama dari minyak atsiri
terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dan bunga
rusak) serta sebagai pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya (Murni&Octoria, 2017).
Minyak atsiri selain dihasilkan alami dari tumbuhan juga dapat terbentuk dari hasil degradasi
trigliserida oleh enzim.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat

Pada praktikum kali ini alat yang dibutuhkan yaitu berupa gelas benda, gelas penutup,
pipet, jarum preparat, mikroskop, silet, dan optilab.

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ni yaitu batang Piper sp., rhizome Zingiber
officinale, daun Muntingia calabura L., dan reagen baljet.

IV. CARA KERJA

Pada batang Piper sp., dua irisan melintang pada batang dibuat. Selanjutnya,
hasil irisan diletakkan pada gelas benda kemudian ditetesi dengan reagen Baljet dan
diamkan selama beberapa menit untuk perlakuan dan ditetesi dengan air untuk preparat
kontrol. Lalu, hasil diamati dengan mikroskop senyawa terpenoid yang terpulas
oranye/merah. Pengamatan dilakukan dari perbesaran lemah hingga kuat.

Untuk rhizome Zingiber officinale, dua irisan melintang pada rhizome Zingiber
officinale dibuat. Kemudian hasil irisan diletakkan pada gelas benda lalu ditetesi
dengan reagen Baljet diamkan selama beberapa menit untuk perlakuan dan ditetesi
dengan air untuk preparat kontrol Lalu, hasil diamati dengan mikroskop senyawa
terpenoid yang terpulas oranye/merah. Pengamatan dilakukan dari perbesaran lemah
hingga kuat.

Pada daun Muntingia calabura L., dua irisan pada daun Muntingia calabura L.
dibuat. Selanjutnya, hasil irisan diletakkan pada gelas benda lalu ditetesi dengan reagen
Baljet, diamkan selama beberapa menit untuk perlakuan dan ditetesi dengan air untuk
preparat kontrol. Kemudian, hasil diamati dengan mikroskop senyawa terpenoid yang
terpulas oranye/merah. Pengamatan dilakukan dari perbesaran lemah hingga kuat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


PREPARAT 1: Batang Piper sp.

Jaringan gabus

Kelenjar sekretori

Parenkim
Empulur
Korteks
Sklerenkim

Berkas pengangkut

Pada preparat ini digunakan batang Piper sp. yang merupakan batang dikotil. struktur
anatomi dari luar ke dalam batang ini yaitu epidermis, korteks, floem, kambium, dan xylem.
Letak senyawa terpenoid dari batang Piper sp. terletak di bagian parenkimnya karena parenkim
merupakan zat penimbun senyawa metabolit sekunder. Tipe jaringan sekretori pada batang
Piper sp. ini yaitu sizogen, tipe ini berarti adanya ruang yang terjadi akibat menjauhnya satu sel
dengan sel yang lain (Nugroho, 2021). sementara itu, perbedaan dari kelenjar sekretori dengan
sel sekretori nya yaitu apabila kelenjar sekretori yaitu kumpulan sel yang mengelilingi ruang
yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder sedangakn sel sekretori merupakan sel yang
mengandung senyawa metabolit sekunder yang berbeda dengan sel disekelilingnya.
Preparat 2: Rhizome Zingiber officinale

Sel idioblas

Periderm

Parenkim

Berkas
pengangkut

Struktur anatomi dari luar ke dalam yaitu periderm tersusun atas beberapa lapis sel
pengganti epidermis untuk melindungi jaringan dibawahnya, korteks terdiri dari
beberapa jaringan yaitu parenkim, sel minyak dan berkas pengangkut, terdapat
endodermis karena terjadi anomali pada rhizome untuk penyerapan, bagian
dalamnya dinamakan stelar dan bagian luar dinamakan cortical, lalu cortical
vascular bundle, dan parenkim. Terpenoid terpulas lebih kuning dan terdeteksi di
sel idioblas dan cortical vascular bundle berbentuk sel sekretori. Jaringan
pengangkut paling banyak di stele dan Sel sekretori mengandung cairan terpenoid
dan menyebar di jaringan parenkim, stele dan korteks, bentuknya lebih mengkilap
karena mengandung minyak. Sel sekretorinya berupa minyak atsiri

preparat 3. Daun Muntingia calabura L.

Berkas Costa
pengangkut

Parenkim

Epidermis

Epidermis
Daun Muntingia calabura L. memiliki struktur anatomi dari luar ke dalam secara
berurutan yang paling terluar ialah trikoma, epidermis, costa, parenkim, dan yang
terdalam berupa berkas pengangkut. Di dalam costa terdapat 2 jenis trikoma yaitu;
trikoma glanduler dan trikoma non-glanduler. Trikoma glanduler merupakan
trikoma yang di dalamnya terdapat kelenjar. Kelenjar tersebut berisikan sekresi dari
metabolisme sekunder. Trikoma glanduler ini terdiri atas tangkai dan kepala bersel
satu atau bersel banyak yang berfungsi sebagai penghasil sekret. Sedangkan
trikoma non-glanduler merupakan trikoma yang tidak memiliki kelenjar, sehingga
tidak menghasilkan sekret dari tumbuhan.
Daun Muntingia calabura L. memiliki sel sekretori yang menyebar pada jaringan
parenkim serta pada bagian trikoma (khusunya pada trikoma glanduler). Sel
sekretori mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri tersusun atas senyawa
terpenoid. Senyawa terpenoid ini sendiri terletak pada bagian parenkim dan
trikoma. Adapun tipe jaringan sekretori trikoma ialah eksternal. Senyawa sekret
yang dihasilkan Daun Muntingia calabura L. berupa minyak atsiri yang memiliki
harum dan mengandung anti bakteri.

VI. KESIMPULAN

Preparat

A B C

NO. Jaringan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan


(+) (+) (+)

1. Periderm - - V V - -

2. Jaringan V V - - - -
gabus

4. Sklerenkim V V - - - -

5. Parenkim - V V V - V
6. Saluran - V - - - -
sekretori

7. Korteks V V V V - -

8. Berkas V V - V V V
pengangkut (Cortical
vascular
bundle)
9. Empulur V V - - - -

10. Sel idioblas - - - V - -

12. Trikoma - - - - - V

13. Costa - - - - V V

14. Epidermis - - - - V V

Keterangan :

A : Penampang melintang batang Piper sp.

B : Penampang melintang rhizome Zingiber officinale

C : Penampang melintang daun Muntingia calabura L.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, A., & Fitriana, E. A. (2012). Pemungutan minyak atsiri mawar (rose oil) dengan
metode maserasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1(2).
Hidana, R. and Anisa, D., 2015. EFEKTIVITAS EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum
frustecens L) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes albopictus. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan
Farmasi, 14(1), pp.119-122.
Kiyama, R., 2017. Estrogenic terpenes and terpenoids: Pathways, functions and applications.
European Journal of Pharmacology, 815, pp.405-415.
Kristanti, A.N. ed., 2019. Fitokimia. Airlangga University Press.
Mujaizah, A. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri dan Karakterisasi Komponen Penyusun Minyak
Atsiri Kulit Buah Lemo Cuco (Citrus Sp.) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Alauddin.Makassar).
Murni, S., Pujiastuti, S. S., & Octoria, D. (2017). Improving the production quality of atsiri oil
industry through the introduction of equipment and diversification of raw materials. Review of
Integrative Business and Economics Research, 6, 32.
Nugroho, L. H. (2021). Struktur dan Produk Jaringan Sekretori Tumbuhan. UGM PRESS.
Siadi, K., 2012. Ekstrak bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai biopestisida yang
efektif dengan penambahan larutan NaCl. Indonesian Journal of Mathematics and Natural
Sciences, 35(1): 77-83.
Trimanto, T., Dwiyanti, D. and Indriyani, S., 2018. MORFOLOGI, ANATOMI DAN UJI
HISTOKIMIA RIMPANG Curcuma aeruginosa Roxb; Curcuma longa L. DAN Curcuma
heyneana Valeton dan Zijp. Berita Biologi, 17(2), pp.123-133.
Yang, W., Cao, J., Wu, Y. and Kong, F., 2021. Review on plant terpenoid emissions worldwide
and in China. Science of The Total Environment, p.147454.
ACARA 4

DETEKSI LIGNIN PADA BERBAGAI JARINGAN TUMBUHAN

Nama : Mutiara Tri Wulandari

NIM : 20/454757/BI/10452

Hari/Kel : Jum’at/7

Asisten : Diany Kencono Laksmi

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021

ACARA 4
I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan lignin dalam jaringan
tumbuhan dengan metode histokimia
II. DASAR TEORI

Lignin merupakan polimer hidrokarbon kompleks yang tersusun atas gugus alifatik
dan aromatik. Lignin merupakan heteropolimer aromatis kompleks yang berasal dari tiga
monomer alkohol hydroxycinnamyl dan bergantung pada tingkat methoxylation, yaitu
p-coumary, conifery, dan sinapyl alcohol (Zhong & Ye, 2015). Lignin dapat dibagi
menjadi beberapa kelas menurut unsur-unsur strukturnya, yaitu lignin p-hidroksifenil (H),
lignin guaiasil (G), dan lignin guaiasil-siringil (S) (Simatupang dkk., 2012). Jaringan
sklerenkim terdiri dari sel-sel yang berdinding tebal dan keras karena telah mengalami
lignifikasi yaitu penebalan dari zat lignin (Husma, 2016).
Lignin merupakan salah satu secondary metabolite penting yang diproduksi oleh
jalur metabolit fenilalanin/tirosin di dalam sel tumbuhan. Lignin mempunyai banyak
fungsi biologis seperti transport air, mechanical support, dan resisten terhadap stress (Liu
et al., 2018). Lignin memiliki gugus fungsi seperti hidroksi, karbonil, dan metoksi serta
memiliki kelarutan yang rendah terhadap air sehingga berpotensi dimanfaatkan sebagai
perekat, plastik biodegradable, dan surfaktan pada sistem Enhanced Oil Recovery (EOR)
(Suhartati et al., 2016).
Lignin terutama, terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak.
Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak. Faktor yang memengaruhi jumlah dan distribusi
lignin dalam tanaman antara lain jenis dan umur tumbuhan. Bertambahnya umur tanaman
dan batang akan meningkatkan kandungan lignin (Amrullah dkk., 2103). Lignin
menempati 20-30% sebagai penyusun dinding sel pada kayu dan tumbuhan. Lignin
terbentuk ketika proses penebalan dinding sel terhenti, berada diantara sel lamela tengah,
kemudian menyebar ke dinding sel utama. Lignin akan melakukan penetrasi ke
hemiselulosa serta mengikat benang-benang selulosa tanaman sehingga lignin menjadi
sulit didegradasi.
Keberadaan lignin dalam tanaman dapat diidentifikasi dengan metode histokimia
menggunakan pewarnaan reagen phloroglucinol-HCl. Histokimia merupakan metode
pendekatan dengan memperbolehkan analisis kimia sel dan jairngan berhubungan dengan
struktur organisasi. Untuk struktur sekretori tumbuhan diperlukan analisis histokimia
secara luas karena kelenjar atau sel yang sama dapat memproduksi metabolit yang berbeda
(A Badria, 2019). Reagen ini dibuat dengan cara melarutkan 1gram floroglusin ke dalam
100 ml alkohol 95%. Phloroglucinol-HCl bereaksi dengan gugus hidroksisinnamaldehida
dan benzaldehida dari lignin. Intensitas warna merah yang dihasilkan oleh reaksi ini,
menunjukkan adanya kandungan lignin total pada jaringan tanaman (Zhu et al., 2013).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain gelas benda, gelas penutup,
pipet, jarum preparat, mikroskop, silet, dan optilab.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain batang Theobroma
cacao, daun Ficus sp., akar Zea mays, dan phloroglucin HCl (tidak berwarna).

IV. CARA KERJA


1. Batang Theobroma cacao
Pada percobaan ini, langkah kerja yang dilakukan yaitu dibuat irisan melintang
pada batang Theobroma cacao. Setelah irisan dibuat, kemudian hasil irisan diletakkan
pada gelas benda, kemudian ditetesi dengan reagen phloroglucin HCl. Setelah ditetesi,
sampel didiamkan beberapa menit untuk perlakuan dan ditetesi dengan air untuk
preparat kontrol. Kemudian, preparat sampel diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah. Pada saat pengamatan, bagian yang diperhatikan adalah adanya
senyawa lignin pada jaringan yaitu ditandai dengan terbentuknya warna merah.
2. Daun Ficus sp.
Pada percobaan ini, langkah kerja yang dilakukan yaitu dibuat irisan melintang
pada daun Ficus sp. Setelah irisan dibuat, kemudian hasil irisan diletakkan pada gelas
benda, kemudian ditetesi dengan reagen phloroglucin HCl. Setelah ditetesi, sampel
didiamkan beberapa menit untuk perlakuan dan ditetesi dengan air untuk preparat
kontrol. Kemudian, preparat sampel diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
lemah. Pada saat pengamatan, bagian yang diperhatikan adalah adanya senyawa lignin
pada jaringan yaitu ditandai dengan terbentuknya warna merah.
3. Akar Zea mays
Pada percobaan ini, langkah kerja yang dilakukan yaitu dibuat irisan melintang
pada akar Zea mays. Setelah irisan dibuat, kemudian hasil irisan diletakkan pada gelas
benda, kemudian ditetesi dengan reagen phloroglucin HCl. Setelah ditetesi, sampel
didiamkan beberapa menit untuk perlakuan dan ditetesi dengan air untuk preparat
kontrol. Kemudian, preparat sampel diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
lemah. Pada saat pengamatan, bagian yang diperhatikan adalah adanya senyawa lignin
pada jaringan yaitu ditandai dengan terbentuknya warna merah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Preparat penampang melintang batang Theobroma cacao
Struktur anatomi batang kakao (Theobroma cacao) dari luar ke dalam adalah
jaringan gabus (periderm), korteks, sklerenkim (mengalami penebalan suberin),
jaringan dilatasi, floem sekunder, xilem sekunder, dan empulur. Berdasarkan gambar
di atas, dapat dilihat bahwa lignin pada batang kakao (Theobroma cacao) terletak pada
jaringan sklerenkim, xilem (trakea dan serabut xilem), dan floem sekunder. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya warna merah pada jaringan tersebut setelah diberi oleh
reagen phloroglucinol-HCl. Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat
komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (Amrullah dkk.,
2103).

2. Preparat penampang melintang daun Ficus sp.


Struktur anatomi daun Ficus sp. dari luar ke dalam adalah epidermis atas, bunga
karang, parenkim palisade (bagian atas dan bawah), sklerenkim, berkas pengangkut,
dan epidermis bawah. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa lignin pada
daun Ficus sp. terletak di bagian sklerenkim dan berkas pengangkutnya. Pada costae
daun, juga terdapat jaringan sklerenkim yang mengalami lignifikasi. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya warna merah pada jaringan tersebut setelah diberi oleh
reagen phloroglucinol-HCl. Lignin ini dapat ditemui mulai dari perkembangan
primernya.

3. Preparat penampang melintang akar Zea mays


Struktur anatomi akar Zea mays dari luar ke dalam adalah epidermis,
eksodermis, mesodermis, endodermis, berkas pengangkut, dan empulur.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa lignin pada akar Zea mays
terletak di hampir semua bagian seperti dalam epidermis, berkas pengangkut,
dan endodermis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya warna merah setelah diberi
oleh reagen phloroglucinol-HCl. Lignin pada eksodermis (korteks terdalam) di
bawah epidermis tersusun oleh jaringan sklerenkim yang mengalami
lignifikasi. Lignin juga dapat ditemui pada bagian berkas pengangkut dan
endodermis, tetapi lignin di sini tidak begitu banyak karena terpulas tidak lebih
tebal dari epidermis. Pada jagung (Zea mays), lignin secara kovalen berikatan
silang dengan hemiselulosa di dinding sel primer melalui jembatan ferulat dan
diferulat. Lignin berfungsi sebagai jaringan penguat.

VI. KESIMPULAN
Preparat
A B C
No Jaringan
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Kontrol Kontrol Kontrol
(+) (+) (+)
Jaringan
1 V V - - - -
gabus
Jaringan
2 V V - - - -
dilatasi
Jaringan
3 V V - - - -
sekresi
4 Sklerenkim V V V V - -
5 Korteks V V - - - -
6 Xilem V V V V V V
7 Floem V V V V V V
8 Lignin - V - V - V
9 Epidermis - - V V V V
Parenkim
10 - - V V - -
palisade
11 Bunga karang - - V V - -
12 Empulur - - - - V V
13 Eksodermis - - - - V V
14 Mesodermis - - - - V V
15 Endodermis - - - - V V

Keterangan:
A : P. L batang Theobroma cacao
B : P. L daun Ficus sp.
C : P. L akar Zea mays

VII. DAFTAR PUSTAKA


A Badria, F., S Aboelmaaty, W., 2019. Plant Histochemistry: A versatile and
indispensible tool in localization of gene expression, enzymes, cytokines,
secondary metabolites and detection of plants infection and pollution. Acta Sci.
Pharm. Sci. 3, 88–100.
Amrullah, M., Nawir, N.H., Abdullah, A. dan Tambaru, E. 2013. Isolasi jamur
mikroskopik pendegradasi lignin dari beberapa substrat alami. Jurnal Alam dan
Lingkungan, 4(7): 19-25.
Husma, A. 2016. Biologi Dasar dan Kesehatan. CV Social Politic Genius. Makassar, hal.
40.
Liu, Q., Luo, L., Zheng, L., 2018. Lignins: Biosynthesis and biological functions in plants.
Int. J. Mol. Sci. 19, 1–16.
Simatupang, H., Nata, A. dan Herlina, N. 2012. Studi isolasi dan rendemen lignin dari
tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Jurnal Teknik Kimia, 1(1): 20-24.
Suhartati, S., Puspito, R., Rizali, F., Anggraini, D., 2016. Analisis sifat fisika dan kimia
lignin tandau kosong kelapa sawit asal desa sape, kabupaten sanggau, kalimantan
barat. J. Kim. Val. J. Penelit. dan Pengemb. Ilmu Kim. 2, 24–29.
Zhong, R. and Ye, Z.H. 2015. Secondary cell walls: biosynthesis, patterned deposition and
transcriptional regulation. Plant Cell Physiol, 56(2): 195–214.
Zhu, L., Shan, H., Chen, S., Jiang, J., Gu, C., Zhou, G., Chen, Y., Song, A. and Chen, F.
2013. The heterologous expression of the chrysanthemum R2R3-MYB transcription
factor CmMYB1 alters lignin composition and represses flavonoid synthesis
in Arabidopsis thaliana. Plos One, 8(6): e65680.

Anda mungkin juga menyukai