Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL KUESIONER

INSTRUMEN PENELITIAN AKHLAK SISWA DI MTS NEGERI 1 SEMARANG


Dosen Pengampu: Dwi Yunitasari M.Si.

Yusron Nur Hadi


2103016009
PAI 3-B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Akhlak adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
menanamkan nilai-nilai, ataupun norma-norma yang berkaitan dengan budi pekerti itu
sendiri. Baik buruknya akhlak ataupun budi pekerti seseorang adalah salah satu penilaian
yang diberikan secara langsung oleh masyarakat terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
manusia.

Dalam ajaran Islam sendiri masalah Akhlak bukanlah hanya sekedar untuk
mewujudkan ketenteraman ditengah-tengah masyarakat, tetapi juga berhubungan dengan
kualitas keimanan seorang muslim. Karena Akhlak seseorang pasti memengaruhi tingkah
laku dari seseorang tersebut.

Melihat perkembangan zaman yang Semakin maju zamannya, memiliki imbas semakin
banyak manusia-manusia yang tidak memperhatikan akhlak dan budi pekertinya. Hal ini
dapat disebabkan karena adanya Faktor teknologi yang semakin maju hingga gaya hidup
yang sangat mewah dan cara beretika sudah sangat berbeda dengan orang-orang zaman
dahulu.
Maka dari landasan yang sudah tertera di awal, dan untuk menelisik lebih lanjut tentang
perkembangan Akhlak di kalangan peserta didik, kami mencoba untuk meneliti bagaimana
perkembangan dari akhlak siswa MTs Negeri 1 Semarang. Untuk itu, kami akan mencoba
untuk meneliti dengan cara survei, membagikan kuesioner dan memohon masyarakat untuk
mengisi kuesioner tersebut. Karena melakukan penelitian dengan cara survei merupakan cara
yang paling efektif untuk mengumpulkan data yang ada, dan peneliti dapat dengan mudah
mengetahui bagaimana akhlak siswa MTs Negeri 1 Semarang

B. Tujuan
Survei ini dilakukan dengan tujuan agar kami dapat mengetahui bagaimana
perkembangan akhlak siswa di MTs Negeri 1 Semarang. Selain itu, agar peneliti dapat
mengumpulkan data dengan mudah jika menggunakan google form.
BAB II

METODE

Populasi adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang
memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi
perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan) dan kemudian diambil kesimpulannya.
(Abdurrahman, 2011 : 129). Metode Penelitian yang digunakan pada kesempatan kali ini
dilakukan dengan Metode Kuisioner dengan mengisi survey. Dimana Survei ini berisi daftar
pertanyaan yang relevan dengan objek penelitian Akhlak. Survey ini ditujukan kepada
masyarakat umum untuk mengisi kuesioner berupa google formulir mengenai akhlak siswa
MTs Negeri 1 Semarang.

Dalam kegiatan Penelitian, proses pemilihan sampel harus memperhatikan secara jelas
populasi yang menjadi sasaran penelitiannya & tingkat keterwakilan (representative). Tingkat
keterwakilan ini sangat dipengaruhi oleh besarnya sampel (jumlah anggota sampel). Dikutip
dari buku Dasar-Dasar Statistik Pendidikan karya Rahayu Kariadinata, mendefinisikan
sampel sebagai bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah Sebagian dari Populasi yang diambil secara random, untuk mengisi suatu
kuisioner atau penelitian tertentu. Dalm kesempatan ini, Sampel yang mengisi kuesioner
survey ini ada 13 responden.

Jumlah Pertanyaan dalam Kuesioner


Peneliti melakukan penelitian yang dilakukan dengan cara survei menggunakan google form
ini dengan mengajukan sebanyak 12 pertanyaan dalam kuesioner. Disertai dengan pilihan
jawaban sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju
N : Netral / Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju 
STS : Sangat Tidak Setuju

Tim Survei
Pengarah : Ibu Dwi Yunitasari, M. Si.
Peneliti : Yusron Nur Hadi

Anggota pengisi kuesioner

Anangzz

Ikrima Putri

Nifa Hanum

Muhammad Alwi Waffa

Zidni Elma Nafia

Muhammad Fawaid

Ridaul Maghfiroh

Muhammad Farhan Thirafi

Niken Ayu Khoirun Nisa`

Ami Nur Rizky

Sa`diyah

Vika Auliya` Dewi

Farich Rahman Hakim

Jadwal Survei

Waktu pengumpulan data : Senin, 29 Agustus 2022

Tempat : Kampus UIN Walisongo Semarang

Definisi Operasional tentang Variabel yang akan Disurvei

Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa


yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji
kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang dituangkan dalam
instrumen penelitian (dalam Sugiarto, 2016:38).

Variabel Indikator Jumlah soal Skala


Akhlak Siswa Adanya sikap ketika sedang 1 SS : Sangat
Di Mts Negeri 1 berpuasa Setuju
Semarang Adanya sikap ketika mendengar N : Netral /
adzan 1 Ragu-Ragu
Adanya sikap membantu orang TS : Tidak
tua 1 Setuju 
Adanya sikap ketika diperintah STS : Sangat
1
orang tua Tidak Setuju
Adanya sikap ketika berbicara
1
sopan dan lemah lembut kepada
1
orang tua
Adanya sikap ketika guru sedang
1
menjelaskan materi
Adanya sikap meminta izin
1
ketika meninggalkan jam
pelajaran
Adanya sikap ketika berteman 1
Adanya sikap sapa menyapa 1
Adanya sikap terhadap 1
kepemilikan
Adanya sikap ketika membuang 1
sampah
Adanya sikap kepedulian 1
terhadap kondisi kelas
BAB III

ANALISIS

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya sering membatalkan puasa wajib karena tidak
dapat menahan lapar”. Dari hasil kuesioner di atas diketahui 13 responden telah mengisi
pilihannya, 69,2% responden sangat tidak menyetujui jika mereka membatalkan puasa wajib
dengan alasan tidak dapat menahan lapar. Kemudian 30,8% responden tidak setuju terhadap
pernyataan tersebut.

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Ketika saya sedang sibuk bermain, kemudian saya
mendengar adzan,  maka saya langsung bergegas untuk salat”. Dari hasil kuesioner di atas
dapat diketahui 13 responden telah mengisi pilihannya, tertulis 53,8% responden sangat
setuju ketika mereka dalam keadaan sibuk kemudian mereka mendengar adzan maka
langsung bergegas untuk salat. Kemudian 38,5% responden menyetujui pernyataan
tersebut. Adapun 20% responden lainnya bersikap netral terhadap pernyataan tersebut.
Dan ada pula 7,7% responden yang Netral/Ragu-Ragu terhadap pernyataan ini. Mereka
akan bersikap biasa-biasa aja ketika mendengar Adzan.

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya tidak bersedia membantu orang tua saya untuk
membersihkan rumah, walaupun saya sedang tidak sibuk”. Dari hasil kuesioner di atas
dapat diketahui 13 responden telah mengisi pilihannya, 46,2% responden beranggapan
bahwa mereka tidak setuju dengan pernyataan tersebut, mereka tidak setuju apabila
mereka tidak bersedia membantu orang tua meskipun sedang tidak sibuk, mereka akan
membantu orang tuanya selagi sedang tidak sibuk, mereka beranggapan membantu orang
tua itu sebuah kewajiban. 53,8% responden lainnya sangat tidak menyetujui hal tersebut.
Mereka sangat tidak setuju apabila mereka tidak bersedia membantu orang tua dalam
kondisi yang tidak sibuk,
Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya selalu menunda-nunda waktu ketika
diperintahkan orang tua untuk melakukan sesuatu” Dari hasil kuesioner di atas dapat
diketahui 13 responden telah mengisi tanggapannya, 46,2% responden beranggapan bahwa
mereka sangat tidak setuju jika menunda-nunda waktu meski orangtua sudah memerintah
untuk melakukan sesuatu, mungkin mereka beranggapan hal ini termasuk sikap yang
durhaka (tidak patuh) kepada orang tuanya. 38,5% responden lainnya beranggapan tidak
setuju terhadap hal ini. 15,4% responden bersikap netral akan tersebut, dilihat dari keadaan
mereka saat itu, sibuk atau tidak sibuk.

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya berbicara sopan dan lemah lembut kepada orang
tua”. Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13 responden telah mengisi
tanggapannya, 61,5% responden sangat setuju akan hal ini, mereka akan berbicara sopan
dan lemah lembut, tidak membantah dan tidak berbicara dengan nada tinggi kepada
orangtua, baik orangtuanya maupun orang lain yang lebih tua darinya, karena mereka
beranggapan bahwa berbicara sopan & lemah lembut merupakan salah satu bentuk dari
perilaku terpuji (Akhlak Mahmudah). Kemudian 30,8% responden hanya cukup setuju
terhadap pernyataan tesebut, berbicara sopan dan lemah lembut merupakan etika yang baik
ketika berbicara. Adapun 15% responden bersikap netral terkait pernyataan diatas
Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya selalu bergurau dengan teman ketika guru sedang
menjelaskan materi pelajaran” Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13 responden
telah mengisi tanggapannya, 46,2% responden sangat tidak menyetujui ketika guru sedang
mengajar namun mereka bergurau dengan temannya, hal ini termasuk sikap yang tidak
menghargai orang lain yang sedang bicara, lebih dari itu sikap ini merupakan sikap yang
tidak sewajarnya dilakukan bagi Siswa-Siswi di MTs Negeri 1 Kota Semarang. 38,5 %
responden Cukup tidak menyetujui akan hal ini, mereka beranggapan bahawa hal ini
termasuk ke dalam sikap yang tidak menghargai, selain itu, juga akan berpengaruh
terhadap nilai sikap dalam pendidikan karakter. Adapun 15,4% responden bersikap netral
akan hal ini.

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya tidak perlu meminta izin kepada guru ketika
hendak meninggalkan jam pelajaran”. Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13
responden telah mengisi tanggapannya, terdapat 61,5% responden sangat tidak menyetujui
hal ini, karena tidak hanya tidak memiliki sikap yang sopan santun namun juga tidak
memiliki tata krama yang baik terhadap guru, terkait bagaimana yang harus dilakukan
ketika hendak meninggalkan jam pelajaran saat ada keperluan di luar kelas. Adapun 38,5
% responden yang tidak setuju karena mereka menganggap hal ini merupakan sikap yang
tidak beretika, tidak memiliki sikap yang sopan santun

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya berteman dengan siapa saja tanpa membeda-
bedakan latar belakangnya” Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13 responden telah
mengisi tanggapannya, terdapat 69,2% responden sangat setuju akan hal ini karena dengan
adanya sikap yang seperti ini berarti mereka (Siswa) tetap berteman dengan siapa saja,
tanpa membeda-bedakan ras, suku, serta latar belakang yang dimilikinya, selain itu juga
dapat menambah teman yang sebanyak-banyaknya dalam hal kebaikan. Sedangkan 45%
responden lainnya cukup menyetujui, karena sikap yang seperti ini tetap berteman dengan
siapa saja tanpa membeda-bedakan latar belakangnya, bagaimana orangnya, berasal dari
mana orangnya merupakan sikap yang menghargai dan menghormati perbedaan, tidak ada
perbedaan setiap manusia, dan sikap yang seperti ini dapat menjauhkan diri dari sikap
rasisme dan memiliki sikap toleransi yang tinggi. Adapun 7,7% responden lainnya cukup
bersikap netral, mereka akan berteman dengan siapapun selagi mereka tidak menyalahi
norma dan hukum yang ada.
Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya mengabaikan teman yang menyapa saya karena
saya tidak terlalu akrab dengannya”. Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13
responden telah mengisi tanggapannya, 53,8% responden tidak setuju, dikarenakan dengan
sifat ini akan membuat ruang lingkup pertemanan kita menjadi sedikit & kemungkinan
bisa membuat tali persaudaraan antar sesama kita terputus. Adapun 38,5% responden
sangat tidak setuju dengan pernyataan seperti ini, hal ini dapat memberi kesan membeda-
bedakan teman dan termasuk sikap yang tidak menghormati orang lain. Adapun 7,7%
responden setuju, mereka beranggapan bahwa mengabaikan teman yang tidak akrab
merupakan hal yang biasa, dan mereka beranggapan teman yang akrab itu sulit untuk
ditemukan, oleh karenanya mereka memilih untuk mengabaikan teman yang tidak akrab
dengannya, dan memilih dengan teman yang selalu ada untuknya.

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya merusak tanaman di sekolah karena bukan milik
saya”. Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13 responden telah mengisi
tanggapannya, terdapat 53,8% responden sangat tidak setuju akan hal ini, Dikarenakan
Sikap seperti ini bisa menjadi kategori sikap yang merusak keindahan dan bukan cerminan
dari anak MTs, selain itu juga termasuk kategori sifat yang tidak melestarikan lingkungan,
mereka akan merawatnya seakan miliknya. Adapun 38,5% responden cukup tidak setuju
dengan pernyataan ini. Dan 7,7% responden lainnya bersikap netral, tidak akan merusak
tanaman tersebut dan tidak juga merawat seakan miliknya.

Pada pernyataan ini tertulis tentang “Saya selalu membuang sampah pada tempatnya”. Dari
hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13 responden telah mengisi tanggapannya, terdapat
40% responden yang berpendapat sangat setuju akan hal ini, karena menurutnya perilaku
seperti ini dapat menjaga lingkungan agar tetap bersih, nyaman & Asri. Selain itu sikap ini
juga dapat menghindarkan lingkungan kita dari beberapa bencana yang akan terjadi,
Seperti banjir, dan Pencemaran lingkungan. dan 23,1% responden menyetujui, karena
menurutnya sikap ini merupakan salah satu pencerminan dari suatu hadits “Kebersihan
sebagian daripada Keimanan seseorang. Namun adapun 7,7% responden hanya Netral
terhadap pernyataan ini.
Pada pernyataan ini tertulis tentang “Ketika kondisi kelas berantakan, saya tidak bersedia
untuk membantu merapikannya”. Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui 13 responden
telah mengisi tanggapannya, 38,5% responden sangat tidak menyetujui karena sikap
seperti ini akan membuat kondisi belajar mengajar tidak nyaman & sangat terganggu, dan
juga tidak ada sikap kerjasama & tanggung jawab di dalam suatu kelas. Adapun 46,2 %
responden bersikap Tidak setuju, karena mereka beranggapan bahwa Kelas yang nyaman
& tertara dapat membuat kita belajar lebih nyaman daripada kelas yang kotor dan
berantakan , apabila semua bekerjasama merapikan mereka akan ikut serta, namun apabila
tidak ada satupun yang peduli akan hal itu mereka tidak bersedia juga untuk
merapikannya. Dan ada 7,7% responden Sangat setuju & Ragu-Ragu, mungkin dapat
disebabkan karena kondisi badannya yang lelah dan tidak mampu membantu
merapikannya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penelitian dengan survei mengisi kuesioner ini, peneliti dapat mengetahui
dengan mudah bagaimana akhlak siswa MTs Negeri 1 kepedulian terhadap dirinya, sikap
kepada orang tua dan orang lain, dan juga bagaimana sikap kepada lingkungan sekitarnya.
Sebagian besar, siswa MTs Negeri 1 memiliki akhlak yang baik dan terpuji, mana yang harus
dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Namun masih ada siswa yang mereka masih
memiliki sikap yang tidak baik terhadap sekitar.
Saran
Untuk siswa yang masih memiliki sikap yang masih kurang baik terhadap lingkungan,
sebaiknya untuk guru memberikan pengajaran tentang pendidikan karakter agar terciptanya
sekolah dengan siswa yang berakhlakhul karimah.

Anda mungkin juga menyukai