Asumsi Dan Hipotesis
Asumsi Dan Hipotesis
A. ASUMSI
Dalam penelitian, asumsi harus dapat memberikan penjelasan sampai batas mana
suatu teori dapat diterapkan. Jaid jangan heran, jika dalam ilmu-ulmu social terdapat
suatu teori tanpa asumsi-asumsinya yang jelas. Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu
pernyataan yang tidak diragukan lagi keberadaanya. Sebagai titik tolak dalam suatu
penelitian. Asumsi harus didasarkan pada keyakinan peneliti, sehingga dapat dijadikan
titik tolak dalam penelitian. Kebenaran asumsi bukan dikira-kira atau spekulasi, tetapi
betul-betul harus di dukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penemuan penelitian yang
relevan dengan variabel penelitian, baik variabel penelitian, baik variabel bebas maupun
variabel terikat. Namun, penekanannya labih difokuskan pada variabel bebasnya.
Merumuskan asumsi bukanlah suatu pekerjaan mudah karena memerlukan kajian pustaka
yang mendalam dan analisis yang tajam. Misalnya, seseorang ingin melakukan penelitian
tentang efektivitas, metode mengajar dengan topik.1
B.PENGERTIAN HIPOTESIS
Secara etimologis, kata “hipotesis” terbentuk dari susunan dua kata yaitu: hypo
dan thesis. Hypo berarti dibawah dan kata teas mengandung arti kebenaran. Kemudian
kedua kata itu digabungkan menjadi hypothesis yang dalam bahasa Indonesia banyak
orang menyebutkan dengan kata hipotesa dan mengalami perubahan lagi dengan
penyebutan hipotesis. Hipotesis ini mengandung makna suatu dugaan sementara.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya
harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin
kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena
yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam
sebuah penelitian.2
1
Zainal Abidin, Penelitian Pendidika,. (Metode Penelitian Pendidikan) ,(Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2011). Hlm. 195-196.
2
Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan,( Bandung: Citapustaka
Media,2016). Hlm.40.
1
dan keberadaan data dalam setiap penelitian sangat diperlukan. Untuk lebih memudahkan
pencarian data yang relevan dengan masalah penelitian diperlukan hipotesis. Sebab,
dengan hipotesis seluruh kegiatan penelitian akan terarah dan jelas. “Tanpa hipotesis”,
maka proses pengumpulan data itu merupakan suatu usaha pencarian secara membabi
buta. Sebab, hipotesis itu memberikan pedoman dan pengarahan pada penyelidikan dan
pemecahan masalah. Jadi dalam setiap rumusan hipotesis terdapat jawaban atau harapan
berdasarkan generalisasi. Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian
yang perlu diuji melalui pengumpulan data dan analisis data.
Pada dasarnya dalam merumuskan hipotesis secara umum tidak ada aturannya.
Namun agar hipotesis itu berfungsi sebagai penuntun dalam proses penelitian khususnya
dalam mengumpulkan data penelitian, teknik merumuskannya dapat mengikuti saran-
saran sebagai berikut:
1. Hipotesis itu hendaknya menyatakan pertautan antara dua atau lebih variabel.
Mengapa suatu hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua atau lebih
variabel? Hal ini dikarenakan penelitian ilmiah itu sendiri sebagai suatu
proses untuk mengungkap keterkaitan baik dalam bentu pengaruh,
hubungan, atau sekedar perbedaan antara variabel yang satu dengan yang
lain.
2
2. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat
pernyataan(statement). Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai jawaban
sementara atau suatu permasalahan yang diajukan, sehingga peneliti hanya
bekerja untuk menguji penerimaan dan penolakan jawaban sementara itu
berdasarkan data yang terkumpul dan tidak diganggu oleh hal-hal lain yang
tidak berkaitan dengan pengujian tersebut.
3. Hipotesis sebaiknya dirumuskan dalam kalimat yang jelas dan padat.
Rumusan yang bersifat umum, akan menyulitkan dalam pengumpulan dan
pengolahan data. Oleh sebab itu, variabel-variabel yang terdapat pada
rumusan masalah yang dianggap umum harus dijelaskan secara operasional
sehingga benar-benar terarah dan mudah dimengerti.
4. Hipotesis itu hendaknyadapat diteliti. Rumusan hipotesis yang baik harus
dapat menggambarkan akan ketersediaan data yang cukup memadai,
sehingga dapat diuji. Hal ini berkaitan erat dengan kriteria masalah penelitian
seperti yang telah diuraikan dimuka.
3
Rumusan hipotesis di atas dapat meramalkan bahwa mahasiswa yang
mempunyai nilai ujian masuk yang tinggi akan memperoleh indeks prestasi
belajar yang tinggi pula. Demikian juga apabila kita rumuskan hipotesis:
Pembelajaran melalui CD interaktif lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran tatap muka biasa dalam pelajaran X.
3
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Kencana,2013). Hlm.195-199.
4
kesulitan dan banyak jenis usaha yang dapat ditangani. Dengan
keberhasilan usahanya itu maka modal orang itu akan cepat
bertambah. Selanjutnya dengan modal yang semakin besar maka
usahanya akan semakin berkembang juga.
Dalam kasus seperti ini hipotesis yang sesuai adalah dugaan
mengenai ada atau tidaknya hubungan timbal balik antara dua
variabel yang kedudukannya sejajar. Kedua variabel yakni “tingkat
kekayaan” dan “kelancaran berusaha” ini berkedudukan timbal balik,
saling merupakan hubungan sebab akibat sehingga menunjukkan
hubungan melingkar yang membentuk “lingkaran besar”.
3. Hubungan yang Menunjuk pada Sebab-Akibat tetapi Tidak Timbal –
Balik
Contoh:
Hubungan antara makan dengan kekenyangan. Secara wajar maka
merupakan penyebab timbulnya rasa kenyang. Jika seseorang hanya
sedikit makan juga hanya rendah. Tetapi jika ia makan cukup
banyak, tingkat kekenyangan yang diperoleh juga akan meningkat.
5
c.) Hipotesis tentang hubungan dua variabel sebab-akibat tidak
timbal-balik atau hipotesis pengaruh.
D. JENIS-JENIS HIPOTESIS
Ditinjau dari operasinya rumusan untuk ketiga jenis hipotesis tersebut kita kenal
dua jenis rumusan yaitu:
1. Hipotesis Nol
Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidak adanya hubungan antara
variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”.
Dalam contoh-contoh di atas ketiga rumusan hipotesis nol dimaksud adalah:
a. Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA.
b. Tidak ada hubungan sebab-akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan
kelancaran berusaha. Tidak ada saling pengaruh antara tingkat kekayaan
dengan keberhasilan berusaha.
c. Tidak ada hubungan sebab-akibat antara banyaknya makan dengan tingkat
kekenyangan. Tidak ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat
kekenyangan. Banyaknya makan tidak berpengaruh terhadap tingkat
kekenyangan.
2. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan “Ha”.
Untuk hipotesis alternative sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
“hipotesis terarah”(directional hypothesis) dan “hipotesis tidak terarah”( non
directional hypothesis).
Contoh – contoh berikut disesuaikan dengan ketiga jenis hubungan yang
telah disebutkan.
a. Untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis
terarah.
Ha tidak terarah(non directional):
- Ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA.
b. Ha terarah(directional)
- Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran berusaha
- Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan.
6
Ha tidak terarah
DAFTAR PUSTAKA
4
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,(Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2013).
Hlm.44-48.