PENDAHULUAN
(Saptono, 2017:57)
manusia. Dalam kondisi apapun, manusia tidak dapat menolak efek dari
1
2
yang diadakan oleh lembaga ketrampilan. Dalam hal ini ijazah tidak
menjadi tujuan utama tetapi ketrampilan menjadi tujuan yang harus dicapai.
sebuah harapan yang diinginkan oleh setiap manusia. Dan dampak negatif
berjalan secara tidak baik akan menimbulkan dampak negatif. Hal ini
nonformal. Permasalahan pun muncul mulai dari aras input, proses, sampai
output. Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu sama lain. Input
kembali berlanjut ke input dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi
(Megawanti, 2012)
bersejarah ini, anak-anak duduk di ruang kelas setiap hari tanpa belajar.
Lebih dari krisis sekolah, kita menghadapi krisis belajar. Meskipun ada
pengurangan dua digit sederhana. Hal ini dapat diartikan bahwa di negara
layanan yang berkualitas, setiap hari, kepada jutaan anak. Ini bukan tugas
menawarkan layanan terbaik untuk semua. Tetapi sulit bukan berarti tidak
sementara yang lain, seperti Korea, melakukannya dalam waktu kurang dari
20 tahun. Pada tahun 1945, Korea adalah negara miskin yang hancur akibat
perang, dimana hampir 80 persen penduduknya buta huruf. Pada akhir tahun
enam puluhan, sudah memiliki sistem yang sangat baik dengan tingkat buta
oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat
sebagainya.
5
lain misalnya wajib belajar yang awalnya selama 6 tahun menjadi 9 tahun.
Tabel 3
Persentase Buta aksara
Propinsi Buta aksara
15 + 15-44 45+
2003 2004 2005 2003 2004 2005 2003 2004 2005
Aceh 3,72 4,31 - 1,28 1,39 - 10,80 12,60 -
Sumut 3,20 3,36 3,61 1,19 1,21 1,68 8,69 9,25 8,74
Sumbar 4,40 4,27 4,02 1,59 1,53 1,53 10,38 10,07 8,94
Riau 3,90 3,59 2,24 1,73 1,65 0,84 11,78 11,41 7,00
Jambi 4,83 4,24 5,46 2,05 1,41 2,22 13,34 12,91 15,39
Sumsel 4,81 4,31 4,37 1,86 1,66 1,79 13,18 11,99 11,45
Bengkulu 6,41 5,79 6,53 2,64 1,96 2,44 17,59 18,48 18,62
Lampung 8,35 6,92 7,15 2,76 1,89 2,13 22,95 20,20 19,29
Babel 8,52 6,49 4,56 4,80 2,97 2,31 18,48 15,96 10,77
Kep. Riau - - 4,03 - - 1,80 - - 13,08
DKI 1,59 1,69 1,68 0,49 0,47 0,65 5,20 5,40 5,00
Jabar 6,17 6,04 5,35 2,13 1,73 1,69 16,06 16,82 14,04
Jateng 14,21 13,28 12,59 4,24 3,35 2,92 34,09 32,76 30,43
DIY 14,25 14,22 13,28 2,46 2,21 2,10 35,07 34,51 31,28
Jatim 16,63 15,46 14,16 6,23 5,08 4,23 36,68 35,69 32,14
Banten 6,22 6,02 4,37 2,66 2,20 1,45 18,72 19,58 14,06
Bali 15,56 14,48 13,78 5,32 4,32 3,95 36,45 35,53 32,80
NTB 24,89 23,15 21,21 14,23 12,88 10,71 50,16 49,08 46,40
NTT 15,07 14,84 15,05 6,94 6,38 7,02 34,91 34,81 33,33
Kalbar 12,43 11,82 12,34 6,24 4,85 5,23 31,00 32,21 31,80
Kalteng 3,84 3,77 2,50 1,40 0,87 0,83 12,68 13,76 8,11
Kalsel 6,47 5,24 5,53 2,74 2,09 2,29 17,23 14,36 14,45
Kaltim 5,14 5,03 4,69 2,07 2,12 1,75 16,12 15,15 14,72
Kalut - - - - - - - - -
Sulut 1,05 0,85 1,13 0,72 0,41 0,57 1,74 1,82 2,23
Kalteng 6,37 5,59 6,07 3,43 2,58 3,01 15,07 14,74 15,24
Sulsel 16,60 15,51 15,40 7,61 6,90 7,17 37,81 35,60 34,64
Sultengg 9,53 9,27 10,01 4,00 3,26 3,92 27,21 27,43 28,55
Gorontalo 5,30 5,34 4,97 3,56 3,40 3,49 10,17 10,72 9,09
Sulbar - - - - - - - - -
Maluku 2,96 2,22 3,84 1,38 0,89 2,15 6,66 5,92 8,29
Malut 4,46 4,84 4,82 0,95 2,58 2,06 15,57 11,65 14,01
P. Barat - - - - - - - - -
6
Papua 25,54 25,78 28,42 22,33 22,96 26,59 39,21 38,03 37,11
Indonesia 10,21 9,62 9,09 3,88 3,30 3,09 25,43 24,87 22,83
Sumber = www.bps.go.id/indicator/28/102/6/
Jika dilihat kasus per daerah pada tabel di atas ada beberapa daerah
yang mengalami fluktuasi jumlah warga yang buta huruf. Tetapi rata-rata
1
Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang
pendidikan tertentu mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut.
Penyebabnya adalah adanya pendaftaran siswa usia dini, pendaftaran siswa yang telat bersekolah,
atau pengulangan kelas.
7
Aceh 113,8 109,9 108,7 99,3 97,4 97,79 84,8 90,1 90,9
Sumut 111,1 109,5 108,5 89,98 90,4 91,68 91,6 94,0, 94,7
Sumbar 110,9 109,3 108,7 90,92 91,4 92,33 83,97 88,88 90,0
1 1
Riau 106,9 106,8 105,8 94,18 93,9 94,89 83,87 84,17 84,6
2 1 9 5 1
Jambi 111,9 111,1 109,3 87,55 87,3 88,91 78,93 82,5 83,7
8 1 9 1 1
SulSel 114,1 113,3 111,5 86,51 86,9 88,78 77,4 80,85 81,7
4 8 7 3
Bengkulu 113,5 109,9 109,2 92,08 89,5 91,32 85,57 93,8 94,1
3 8 2 4
Lampung 110,1 107,3 105,9 94,18 91,1 92,56 81,56 85,73 85,8
1 6 3 1 4
Babel 111,1 108,4 107,4 85,93 85,3 88,19 82,21 87,11 87,1
5 4 3 4 5
Kep. Riau 107,3 107,6 106,3 92,44 92,8 93,97 90,99 86,69 87,5
4 1 2 3
DKI Jakarta 105,2 104,8 103,4 94,91 91,0 91,74 73,98 74,77 76,8
7 3 3 2 7
Jawa Barat 106,2 105,5 104,7 90,96 90,7 91,75 75,31 77,82 78,2
4 2 2 5 6
Jawa Tengah 108,1 107,7 106,3 91,96 91,7 93,21 84,15 86,76 86,8
8 4 2 3
DIYogyakart 105,8 106,1 105,9 96,98 95 95,44 87,43 89,07 89,3
a 4 8 6
Jawa Timur 106,6 105,5 104,3 94,93 94,2 96,40 79,11 84,8 85,2
9 6 5 4 4
Banten 109,5 107,9 107,2 91,71 91,6 92,76 71,7 72,92 73,3
3 4 1 5
Bali 103,0 103,5 102,8 96,14 97,2 97,40 87,74 87,96 88,6
2 2 7 6 7
NTB 108,8 108,5 107,0 93,83 92,0 93,59 89,64 90,86 91,7
2 2 7 7
NTT 116,5 114,9 113,4 88,51 87,8 89,85 77,81 84,63 84,7
8 5 2
KalBar 116,9 112,5 111,5 83,04 83,2 85,22 79,25 82,49 84,5
7 8 3 6 1
Kalteng 110,0 110,0 108,4 95,79 88,7 90,61 74,83 82,27 82,2
2 5 9 4 9
Kalsel 110,2 108,6 107,2 86,17 83,8 86,31 75,68 78,86 79,1
1 9 8 3
Kaltim 108,0 106,8 105,7 92,57 91,0 92,17 96,08 94,96 95,2
2 4 5 3 3
Kalut 102,3 101,1 100,5 102,9 98,2 101,4 89,23 97,91 98,3
1 7 4 5 5 7 1
Sulut 109,0 108,1 106,6 88,47 89,2 90,63 82,25 86,6 86,8
2 7 2 2 3
9
Sulateng 105,2 105,1 103,9 92,88 90,6 91,98 83,53 87,35 88,4
8 3 5 3 2
Sulsel 110,2 108,4 106,9 86,97 84,2 86,23 81,74 86,09 86,4
8 6 9 2 4
Sultengg 110,8 109,2 107,9 85,23 85,3 87,1 84,83 86,81 87,7
1 5 7 4 4
Gorontalo 111,9 110,8 109,4 80,17 78,9 79,25 84,25 88,64 88,6
5 8 8 5 5
Sulbar 108,5 107,3 106,0 82,36 82,7 84,67 84,48 84,1 84,3
6 2 5 1 6
Maluku 112,2 112,1 110,0 95,58 90,4 91,08 87,15 95,29 95,9
5 9 8 5
Maluku 113,7 109,7 108,7 91,1 86,5 88,28 88,04 93,17 93,4
Utara 4 3 1 3 4
Papua Barat 110,7 111,2 110,1 89,68 88,4 90,79 90,74 96,41 97,7
2 4 7 9 2
Papua 94,47 91,94 91,27 87,81 78,1 81,24 65,07 76,33 76,5
1 5
Indonesia 108,6 107,4 106,3 91,52 90,7 92,06 80,7 84,30 84,5
Sumber: www.bps.go.id/indikator/indikator/
Berdasarkan tabel di atas APK di Indonesia pada Tahun 2020 untuk jenjang
Jika di analisis lebih mendalam terutama Enam (6) Propinsi di Pulau Jawa
untuk jenjang MTs/ SMP/Paket B Nilai APK di bawah rata-rata Nasional (84,5)
data Tahun 2020 adalah, DKI Jakarta (76,57%) dan Jabar (78,26%). Empat
Propinsi lain yaitu DIY (96,40%), Banten (92,76%) Jawa Timur (85,24%) dan
(84,50%) adalah DKI Jakarta (78,26%) dan Jawa Timur (73,35%) serta Banten
(73,35%). Tiga propinsi lain di atas rata-rata nasional adalah Jawa Tengah
10
(89,30%), Jawa Barat (86,83%) dan DIY (85,24%). Hal ini menunjukkan bahwa
daerah di Pulau Jawa jika dilihat infrastrukturnya lebih lengkap ternyata ada
beberapa daerah yang APK lebih rendah jika dibanding rata-rata nasional. Untuk
itu diperlukan langkah-langkah strategis agar angka partisipasi kasar (APK) dapat
meningkat.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.
pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap
APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat
APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau
Untuk melihat parsipasi sekolah sesuai dengan ketepatan usia sekolah dapat
Aceh 97,6 97,67 97,7 79,25 80,26 80,5 67,27 67,53 68,00
3 3 6
Sumut 98,6 98,67 98,8 77,08 78,10 78,4 67,48 68,53 68,90
6 0 1
Sumbar 97,2 97,32 97,7 79,12 79,94 80,4 63,47 63,55 64,01
6 3 8
Riau 99,0 99,07 99,1 79,38 79,48 79,9 60,92 60,92 61,38
4 1 3
Jambi 97,8 97,91 97,9 76,91 77,58 77,9 59,87 59,92 60,45
5 1 7
SulSel 98,6 98,66 98,6 78,03 78,81 79,7 65,45 65,51 65,82
3 5 7
Bengkulu 99,2 99,24 99,1 80,23 80,40 81,1 59,18 59,41 59,58
1 6 7
Lampung 97,7 97,73 97,7 73,96 74,13 74,5 57,86 58,41 58,82
1 3 9
Babel 99,1 99,13 99,1 84,59 85,54 86,4 72,90 72,97 73,45
2 6 7
Kep. Riau 98,0 98,12 98,0 80,81 81,68 82,4 60,01 60,24 60,42
3 5 7
DKI Jakarta 98,2 98,27 98,3 81,01 81,26 82,0 57,33 57,53 57,90
5 7 6
Jawa Barat 97,7 97,77 97,9 79,31 79,84 80,5 59,31 59,35 59,74
5 0 3
Jawa Tengah 99,5 99,53 99,5 83,61 84,04 83,9 70,22 70,49 70,98
0 9 8
DIYogyakart 97,8 98,01 97,9 81,98 82,84 83,5 61,51 61,77 62,24
a 8 9 3
Jawa Timur 97,9 97,98 97,9 80,91 81,93 82,7 58,72 58,80 59,06
7 5 3
Banten 96,1 96,81 96,8 86,00 86,75 87,2 73,00 73,01 73,29
9 4 6
Bali 98,8 98,87 98,7 83,88 83,92 84,9 65,77 66,04 66,81
6 8 8
NTB 96,1 96,16 96,0 68,14 69,19 69,8 53,67 53,68 54,09
2 9 2
NTT 97,0 97,09 97,3 65,91 66,67 67,4 51,16 51,21 51,70
9 6 2
KalBar 99,0 99,14 99,1 76,70 77,71 78,4 53,67 53,82 54,08
8 1 5
12
Kalteng 98,8 98,81 98,7 73,84 74,84 75,5 57,78 57,82 58,25
0 6 1
Kalsel 98,4 98,41 98,4 79,68 80,42 81,2 68,43 68,55 69,00
0 4 8
Kaltim 92,7 93,15 93,4 78,20 78,42 79,0 64,05 64,39 64,75
2 6 9
Kalut 94,9 94,97 95,1 74,18 74,30 74,8 62,83 62,98 63,43
3 3 2
Sulut 92,8 93,17 93,2 73,20 73,82 74,4 64,25 64,66 65,02
2 4 2
Sulateng 98,0 98,06 97,9 75,13 75,82 76,1 60,03 60,14 60,32
3 8 7
Sulsel 97,5 97,53 97,7 76,64 76,95 77,6 62,87 62,92 63,41
1 0 4
Sultengg 98,3 98,41 98,5 69,33 70,28 70,6 57,38 57,52 57,86
9 0 8
Gorontalo 95,8 95,86 95,8 69,43 69,36 69,9 57,58 57,64 58,05
3 0 8
Sulbar 95,8 96,21 96,8 74,08 74,68 75,1 63,68 64,23 64,81
0 5 5
Maluku 97,0 97,09 97,2 76,31 76,20 76,9 63,88 63,95 64,25
9 1 0
Maluku Utara 93,6 93,76 93,8 69,11 69,92 70,5 63,11 63,15 63,62
6 8 1
Papua Barat 79,1 79,19 79,3 57,09 57,19 57,9 44,31 44,32 44,73
4 4 5
INDONESIA 97,5 97,64 97,6 78,84 79,40 80,1 60,67 60,84 61,25
8 9 2
Sumber: www.bps.go.id/indikator/indikator/
Pulau Jawa untuk jenjang MTs/ SMP/Paket B Nilai APM semua ada di atas
rata-rata Nasional (80,12%) data Tahun 2020 adalah Banten (73,75%), DKI
Jakarta (76,57%) dan Jabar (78,26). Dua Propinsi lain yaitu Jawa Timur
(85,24%) dan Jawa Tengah (86,83%) nilai APK di atas rata-rata Nasional.
13
(59,74%) dan Jawa Timur (59,06%). Tiga propinsi berada di atas rata-rata
nasional yaitu Jawa Tengah (70,98%) Jawa Timur dan Banten (73,29%) DI
Yogyakarta (62,24%)
pendidikan. Jika tidak cari solusinya maka prosentase APK dan APM dapat
Sejarah pendidikan dalam banyak aspek adalah sejarah gerakan dan ide
dipandang sebagai suara Tuhan dan dengan demikian sebagai suara misi; di
Abad Pertengahan itu juga menjadi kekuatan khusus untuk gerakan baru.
Menurut Rafael, et. All (2019:254) gerakan reformasi abad ke-19 dan
rumah sakit. Montesori diusir keluar dari Italia oleh Musolini karena bentuk
15
bangsanya adalah ras yang paling unggul. Contoh lain adalah berdirinya
beberapa sekolah Islam terpadu sisi lain ini merupakan sebuah reformasi di
bidang pendidikan tapi sisi lain sekolah ini ibarat “menara gading”.
seperti; pemerataan, mutu dan relevansi, dan efisiensi dan efektifitas. Setiap
Adapun perhatian pada pendidikan non f ormal masih sangat terbatas. Hal
ini dapat dilihat dari alokasi anggaran dan fasilitas maupun berbagai
aktif.
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun prasarana yang
ada di masyarakat.
daya yang ada yaitu: 1) Mendayagunakan seluruh sumber daya alam seperti
keterampilan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah
18
tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap memerlukan kecakapan hidup.
bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu
program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (dapat dilihat pada
tabel APK dan APM). Kedua isu tersebut merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari konsep education for all. Seperti kita ketahui salah satu
penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia kita tidak terlepas dari
(Sihombing, 1999:66).
sebagai sebelah mata oleh sebagian orang. Tetapi sekarang PKBM tahun
a. Setiap orang yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B atau Paket C
lapangan kerja.
20
2020, yakni mencapai 80,77. Angka tersebut melebihi rata-rata nasional 71,94
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta,
kenaikan. IPM DKI Jakarta tahun 2019 sebesar 80,76. Sejak tahun 2017,
21
status IPM DKI Jakarta berada di kategori “Sangat Tinggi”, yaitu status IPM
dengan passing grade diatas 80,00. Pencapaian tersebut membuat DKI Jakarta
berada pada peringkat dengan nilai IPM tertinggi di Indonesia. Bahkan secara
total, nilai IPM DKI Jakarta berada jauh diatas IPM Nasional yaitu sebesar
71,92.
setiap tahunnya. Pada tahun 2019 IPM terendah berada pada Kabupaten
berada pada Kota Jakarta Selatan dengan indeks sebesar 84,75. Pertumbuhan
IPM tertinggi (2018 ke 2019) berada pada Kota Jakarta Timur dengan
2019) berada pada Kota Jakarta Pusat dengan pertumbuhan sebesar 0,28%.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup
sehat (a long and healthy life) digambarkan oleh indikator Angka Harapan
Rata Lama Sekolah (RLS) serta Harapan Lama Sekolah (HLS). Standar hidup
adalah indikator yang mengukur dimensi pengetahuan. HLS dan RLS di DKI
Jakarta mengalami kenaikan setiap tahunnya. HLS DKI Jakarta tahun 2019
mencapai 12,97 tahun yang berarti bahwa anak-anak di DKI Jakarta memiliki
Jakarta tahun 2019 mencapai 11,06 yang artinya rata-rata penduduk DKI
tahun atau masuk kelas XII. HLS dan RLS tertinggi berada pada Kota Jakarta
Timur dengan HLS sebesar 13,82 tahun dan RLS sebesar 11,65 tahun.
(statistik.jakarta.go.id/)
yang di hadapi pemerintah daerah Jakarta juga sama seperti kota-kota besar di
pendidikan.
Dilansir dari data infografis yang dikeluarkan Dinas Pendidikan DKI Jakarta di
Sekolah Dasar (SD) misalnya, angka putus sekolah di tahun 2018/2019 berada di
0,04 persen naik menjadi 0,18 persen di tahun 2019/2020. Untuk jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) meningkat dari tahun ajaran 2018/2019 hanya di angka
0,09 persen menjadi 0,27 persen di tahun 2019/2020. Sedangkan untuk jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA) meningkat dari tahun 2018/2019 di angka 0,03
persen menjadi 0,08 persen di tahun 2019/2020. Hanya jenjang SMK yang angka
putus sekolahnya justru turun dari 0,16 persen di tahun 2018/2019 menjadi 0,15
jumlah siswa yang tidak naik kelas. Jenjang SMK misalnya, di tahun 2018/2019
angka mengulang berada di 0,23 persen kemudian naik 0,26 persen di tahun
2019/2020. Angka mengulang jenjang SMA juga naik dari tahun 2018/2019 di
angka 0,15 persen naik menjadi 0,16 persen di tahun 2019/2020. Lonjakan angka
mengulang terlihat di jenjang SMP, dari tahun ajaran 2018/2019 berada di angka
23
0,36 persen meningkat menjadi 0,43 persen di tahun berikutnya. Hanya jenjang SD
angka mengulang menurun dari 58 persen di tahun 2018/2019 menjadi 0,50 persen
di tahun berikutnya.
meningkat sebanyak 4,41 persen, Provinsi DKI Jakarta juga menjadi provinsi dengan
juta orang sehingga jumlah keseluruhan pemangguran di Indonesia menjadi 9,77 juta
orang.
diterapkan dengan begitu saja, dan bahkan mungkin ndak dapat digunakan
dan diciptakan untuk mengatasi permasalahan pendidikan pada saat ini dan di
imperative action.2
2
Imperative adalah verb (kata kerja) yang digunakan untuk memberikan command (perintah),
warning (peringatan), advice (nasehat), instruction (instruksi/petunjuk), maupun request
(permintaan). Jadi maksud imperative action disini digunakan untuk perintah yang mendesak
untuk dilakukan/ lihat Djuharie, O. S. (2019). Essay Writing. Bandung: CV. Yrama Widya
24
difahami dengan tempo yang diperlukan amat panjang, jauh lebih panjang
waktu enam tahun, dan untuk reformasi pendidikan diperlukan waktu enam
puluh tahun. Sungguhpun demikian, hasil dan produk setiap fase atau periode
memberikan peluang (room for manoeuvre) bagi siapapun yang aktif dalam
dapat berjalan lebih efektif dan efisien mencapai tujuan pendidikan nasional.
Untuk itu dua hal yang perlu dilakukan dalam reformasi: a) mengidentifikasi
program aksi yang harus diciptakan merupakan titik sentral yang perlu
hendaknya didasarkan pada fakta dan hasil penelitian yang memadai dan
valid, sehingga dapat dikembangkan program reformasi yang utuh, jelas dan
realistis.
dapat dicapai secara penuh. Namun, hasil dan produk setiap fase atau periode
tertentu harus dapt dipertanggung jawabkan. Disamping itu yang lebih pentig
Apa syarat utama yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai tujuan
untuk dipenuhi agar reformasi dapat berjalan mencapi tujuan yaitu dengan
faktor yang tertinggal dan harus menekankan pada faktor kunci yang akan
dicapainya kinerja pendidikan non formal yang efektif dan efesien sehingga
26
B. Identifikasi Masalah
penelitian oleh penulis ditinjau dari sisi keilmuan, bentuk, serta banyaknya
masalah yang dapat diidentifikasi oleh penulis. Menurut Kamus Besar Bahasa
dari berbagai sumber, yaitu dari pengalaman bekerja sehari-hari, dari hasil
membaca atau menelaah buku-buku, atau dari yang dirasakan masalah oleh
Fakta di lapangan dan teori para ahli merupakan bekal yang kuat untuk
lebih sederhana yang akan disampaikan secara garis besar. Selanjutnya, hasil
dari identifikasi masalah ini akan dijelaskan ke bagian yang lebih rinci lagi.
meningkat
efektifitas.
5. Terdapat beberapa daerah yang nilai APK dan APM masih di bawah rata-
rata Nasional
terhadap pendidikan.
C. Pembatasan Masalah
dalam mendekatkan pada pokok permasalahan yang akan dibahas. Hal ini
membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga
penelitian itu lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar
relevansi sehingga penelitian itu bisa lebih fokus untuk dilakukan. Arti lain
dari pembatasan masalah adalah suatu batasan terhadap sebuah ruang lingkup
dari suatu permasalahan supaya pembahasan yang akan kita lakukan tidak
terlampau jauh dan melebar dengan tujuan agar pembahasan yang kita bahas
nasional.
D. Perumusan Masalah
arah kemana sebenarnya penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin
Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut dapat
diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang
jelas, peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur
dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan
rumusan masalah yang jelas, akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel
pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian harus clear. Artinya
pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas,
variabel-variabel apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya
definition, yakni dengan pendekatan kamus (dictionary approach), (2), Contoh atau
E. Tujuan Penelitian
atau suatu harapan dari suatu penelitian. Tujuan penelitian ini tentunya
pada penelitian.
penelitian selesai.” Penelitian dilakukan tentunya karena ada hal yang akan
F. Manfaat penelitian
manfaat bagi dirinya atau bagi lingkungan. Apabila suatu penelitian mampu
memberikan kemudahan bagi peneliti lain dan orang lain yang membutuhkan,
dan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu peneliti harus memberikan
orang lain untuk melakukan penelitian yang lebih baik dan penelitian ini
manfaat praktis”.
calon ahli peneliti untuk menelusuri lebih jauh apa yang akan
32
dipermasalahkan”. Hal ini dapat penulis artikan bahwa jika penulis dapat
menelusuri lebih jauh suatu permasalahan, maka semakin terasa dan banyak
penelitian. Hasil akhir penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi
pendidik, peserta didik, bagi penulis lanjutan, dan bagi lembaga pendidikan.
dan manfaat praktis dengan rinci. Hasil penelitian ini, penulis berharap dapat
1. Manfaat Teoretis
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
berikut.
33
a. Bagi penulis
b. Pengelola PKBM
G. Penelitian Terdahulu
34
Bidang Pendidikan
berada pada level standar atau pelaksana. Artinya, cara-cara strategi yang
kreatif, inovatif dan holistik belum optimal. Selain itu, ada kendala yang
geografis, dan persepsi pemerintah daerah terhadap CLC. Oleh karena itu,
nasional.
PKBM di Jakarta.
Inovasi adalah pengenalan ide-ide baru, metode baru atau alat baru
tidak ada faktor yang tertinggal dan harus menekankan pada faktor kunci
dilakukan.
37