Anda di halaman 1dari 16

UNDANG-UNDANG

KELUARGA MAHASISWA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
NOMOR 1 TAHUN 2012

TENTANG

MAHKAMAH MAHASISWA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
UNDANG-UNDANG
KELUARGA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
MAHKAMAH MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER,

Menimbang : a. bahwa Keluarga Mahasiswa (KM) ITS memiliki peraturan


perundang-undangan sebagai landasan hukum dengan Ketetapan
MUBES ITS sebagai landasan hukum tertingginya;
b. bahwa Mahkamah Mahasiswa (MM) ITS sebagai pemegang
kekuasaan kehakiman mempunyai peranan penting dalam usaha
menegakkan dan menjunjung tinggi peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuai tugasnya
sebagaimana yang telah ditentukan dalam Konstitusi Dasar
Keluarga Mahasiswa (KDKM) ITS;
c. bahwa berdasarkan ketentuan pada Bagian Kedua Bab V Pasal 39
Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS, perlu mengatur kriteria
anggota dan ketentuan lain tentang Mahkamah Mahasiswa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,
b, dan c perlu membentuk Undang-Undang tentang Mahkamah
Mahasiswa;

Mengingat : Bagian Kedua Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 41
Ketetapan Musyawarah Besar IV Mahasiswa ITS No.
01/TAP/MUBES/IX/2011 Tentang Konstitusi Dasar Keluarga
Mahasiswa ITS;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
dan
PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
-2-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:


1. ITS adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
2. KDKM ITS adalah Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS.
3. KM ITS adalah Keluarga Mahasiswa ITS sebagaimana dimaksud dalam
Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS.
4. MM ITS adalah Mahkamah Mahasiswa ITS sebagaimana dimaksud dalam
Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS.
5. DPM ITS adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa ITS sebagaimana dimaksud
dalam Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS.
6. BEM ITS adalah Badan Eksekutif Mahasiswa ITS sebagaimana dimaksud dalam
Konstitusi Dasar Keluarga Mahasiswa ITS.

BAB II
KEDUDUKAN DAN SUSUNAN

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 2

Mahkamah Mahasiswa ITS merupakan ormawa yang menjalankan fungsi yudikatif


mahasiswa ITS yang bersifat normatif dan memegang kekuasaan kehakiman.

Pasal 3

Mahkamah Mahasiswa ITS berkedudukan di KM ITS.

Bagian Kedua
Susunan

Pasal 4

(1) Mahkamah Mahasiswa ITS mempunyai maksimal 11 (sebelas) orang anggota


yang dipilih oleh DPM ITS dan ditetapkan oleh BEM ITS.
(2) Susunan Mahkamah Mahasiswa ITS terdiri atas seorang Ketua merangkap

-2-
-3-

anggota dan anggota yang lain.


(3) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan Ketua sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur lebih lanjut melalui mekanisme internal Mahkamah Mahasiswa
ITS.

Bagian Ketiga
Sekretariat dan Kelengkapan Kerja

Pasal 5

Mahkamah Mahasiswa ITS memiliki sekretariat yang berkedudukan di Kampus ITS.

Pasal 6

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Mahkamah Mahasiswa ITS membentuk


kelengkapan kerja yang berupa staf, staf ahli, badan pekerja dan lain-lain yang
keberadaannya merupakan kewenangan Mahkamah Mahasiswa ITS.

BAB III
KEKUASAAN

Bagian Kesatu
Tugas

Pasal 7

(1) Melakukan interpretasi terhadap perundang-undangan KM ITS berdasarkan


data dan informasi yang diperlukan jika terjadi konflik pemahaman
antarlembaga.
(2) Melakukan hak uji materi terhadap undang-undang, hasil pemilu dan aturan-
aturan yang dianggap bertentangan dengan KDKM ITS.
(3) Mengadili baik kepada personal ataupun lembaga terhadap penyimpangan
perundang-undangan KM ITS.
(4) Melakukan perumusan hukum positif ditetapkan untuk menjaga dan
menegakkan norma maupun etika yang ada dalam KM ITS.
(5) Memberikan konsekuensi bagi pelanggar berdasar hukum positif.
(6) Menyampaikan laporan kronologis dan hasil putusan persidangan kepada
mahasiswa ITS dalam rangka mewujudkan mekanisme peradilan yang adil dan
transparan.
(7) Memberikan fatwa atas laporan KPU ITS.
(8) Mengesahkan LSM sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Bagian Kedua
Wewenang

Pasal 8

-3-
-4-

Untuk kepentingan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal (7),


Mahkamah Mahasiswa ITS berwenang memanggil pimpinan lembaga terkait dan
mahasiswa KM ITS untuk memberikan keterangan jika dibutuhkan.

Bagian Ketiga
Tanggung Jawab dan Akuntabilitas

Pasal 9

(1) Mahkamah Mahasiswa ITS wajib mengumumkan laporan berkala kepada KM


ITS secara terbuka mengenai:
a. permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputus; dan
b. pengelolaan tugas administrasi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam berita berkala yang
diterbitkan oleh Mahkamah Mahasiswa ITS.

Pasal 10

KM ITS mempunyai akses untuk mendapatkan putusan Mahkamah Mahasiswa ITS.

BAB IV
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA MAHKAMAH
MAHASISWA ITS

Bagian Kesatu
Pengangkatan

Pasal 11

(1) Untuk dapat diangkat menjadi anggota Mahkamah Mahasiswa ITS seorang
bakal calon harus memenuhi kriteria:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. anggota KM ITS;
c. berkelakuan baik;
d. memiliki pemahaman terhadap perundang-undangan KM ITS dan hukum
ketatanegaraan;
e. anggota MM ITS tidak diperkenankan merangkap jabatan sebagai pengurus
lembaga di lingkup KM ITS;
f. bersedia mengikuti uji kelayakan oleh DPM ITS;
g. mahasiswa aktif minimal angkatan tahun ke-3 untuk S-1/D-4 dan tahun ke-2
untuk D-3; dan
h. pernah aktif di ormawa lingkup KM ITS dan/atau minimal terdaftar sebagai
anggota himpunan mahasiswa jurusan.
(2) Bakal calon anggota Mahkamah Mahasiswa ITS dapat menjadi calon anggota
Mahkamah ITS dengan syarat menyerahkan bukti-bukti yang mendukung
kriteria sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1).

-4-
-5-

(3) Keabsahan syarat tentang kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh DPM ITS.
(4) Calon anggota Mahkamah Mahasiswa ITS dapat menjadi anggota Mahkamah
Mahasiswa ITS jika:
a. lulus uji keabsahan syarat tentang kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat
(3); dan
b. lulus uji kelayakan yang diselenggarakan oleh DPM ITS.

Pasal 12

Ketentuan mengenai penjaringan dan uji kelayakan anggota Mahkamah Mahasiswa


ITS diatur oleh DPM ITS sesuai dengan peraturan perundang-undangan KM ITS.

Bagian Kedua
Masa Jabatan

Pasal 13

Masa jabatan anggota Mahkamah Mahasiswa ITS adalah 1 (satu) periode


kepengurusan terhitung sejak pengesahan oleh Presiden BEM ITS dan dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan.

Bagian Ketiga
Pemberhentian

Pasal 14

(1) Anggota Mahkamah Mahasiswa ITS diberhentikan apabila:


a. meninggal dunia;
b. telah berakhir masa jabatannya;
c. mengundurkan diri atas perminaan sendiri yang diajukan kepada Ketua
Mahkamah Mahasiswa ITS;
d. sakit jasmani dan rohani seacara terus menerus yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter; atau
e. tidak lagi memenuhi kriteria sebagai anggota Mahkamah Mahasiswa ITS.
(2) Pemberhentian anggota Mahkamah Mahasiswa ITS ditetapkan dengan
keputusan presiden atas permintaan Ketua Mahkamah Mahasiswa ITS.

Pasal 15

(1) Dalam hal terjadi kekosongan anggota Mahkamah Mahasiswa karena berhenti
atau diberhentikan, Dewan Perwakian Mahasiswa ITS mengajukan pengganti
kepada Presiden BEM ITS dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh)
hari sejak terjadi kekosongan.

-5-
-6-

(2) Keputusan Presiden BEM ITS tentang pengangkatan pengganti sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari sejak pengajuan diterima Presiden BEM ITS.

Pasal 16

Ketentuan mengenai tata cara pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal


(14) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Mahasiswa ITS.

BAB V
HUKUM ACARA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 17

(1) Mahkamah Mahasiswa ITS memeriksa, mengadili, dan memutus dalam sidang
pleno Mahkamah Mahasiswa ITS dengan dihadiri oleh minimal 2/3 (dua per
tiga) anggota Mahkamah Mahasiswa ITS yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah
Mahasiswa ITS.
(2) Dalam hal Ketua Mahkamah Mahasiswa ITS berhalangan memimpin sidang
pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sidang pleno dipimpin oleh ketua
sementara yang dipilih dari dan oleh Anggota Mahkamah Mahasiswa ITS.
(3) Putusan Mahkamah Mahasiswa ITS diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum.
(4) Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berakibat
putusan Mahkamah Mahasiswa ITS tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum.

Bagian Kedua
Pengajuan Permohonan

Pasal 18

(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atas
kuasanya kepada Mahkamah Mahasiswa ITS.
(2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh
pemohon atau kuasanya.

Pasal 19

(1) Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:


a. nama, NRP, dan jurusan pemohon;
b. uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan; dan
c. hal yang diminta untuk diputus.

-6-
-7-

(2) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai
dengan alat bukti yang mendukung permohonan tersebut.

Bagian Ketiga
Pendaftaran Permohonan dan Penjadwalan Sidang

Pasal 20

(1) Terhadap setiap permohonan yang diajukan, dilakukan pemeriksaan


kelengkapan permohonan maksimal 1 (satu) minggu.
(2) Permohonan yang belum memenuhi kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat 1, wajib dilengkapi oleh pemohon dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak pemberitahuan kekuranglengkapan tersebut diterima
pemohon.
(3) Permohonan yang telah memenuhi kelengkapan dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara.
Pasal 21

Buku Registrasi Perkara memuat antara lain catatan tentang kelengkapan


administrasi dengan disertai pencantuman nomor perkara, tanggal penerimaan
berkas permohonan, nama pemohon, dan pokok perkara.

Pasal 22

(1) Mahkamah Mahasiswa ITS menetapkan hari sidang pertama dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah permohonan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara.
(2) Penetapan hari sidang pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberitahukan kepada para pihak dan diumumkan kepada Keluarga Mahasiswa
ITS.
(3) Pengumuman kepada Keluarga Mahasiswa ITS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan menempelkan salinan pemberitahuan tersebut di
papan pengumuman Mahkamah Mahasiswa ITS yang khusus digunakan untuk
itu

Pasal 23

(1) Pemohon dapat menarik kembali permohonan sebelum atau selama


pemeriksaan Mahkamah Mahasiswa ITS dilakukan.
(2) Penarikan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
permohonan tidak dapat diajukan kembali.

Bagian Keempat
Alat Bukti

Pasal 24

-7-
-8-

(1) Alat bukti ialah:


a. surat atau tulisan;
b. keterangan saksi;
c. keterangan para pihak;
d. petunjuk; atau
e. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.
(2) Mahkamah Mahasiswa ITS menentukan sah atau tidak sahnya alat bukti dalam
persidangan Mahkamah Mahasiswa ITS.

Pasal 25

Mahkamah Mahasiswa ITS menilai alat-alat bukti yang diajukan ke persidangan


dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti
yang lain.

Pasal 26

(1) Para pihak, saksi, dan ahli wajib hadir memenuhi panggilan Mahkamah
Mahasiswa ITS.
(2) Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang dipanggil dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari persidangan.
(3) Para pihak yang merupakan lembaga dapat diwakili oleh anggota yang ditunjuk
atau kuasanya.

Bagian Kelima
Pemeriksaan Pendahuluan

Pasal 27

(1) Sebelum mulai memeriksa pokok perkara, Mahkamah Mahasiswa ITS


mengadakan pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi permohonan.
(2) Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Mahkamah
Mahasiswa ITS wajib memberi nasihat kepada pemohon untuk melengkapi
dan/atau memperbaiki permohonan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari.

Bagian Keenam
Pemeriksaan Persidangan

Pasal 28

(1) Sidang Mahkamah Mahasiswa ITS terbuka untuk umum, kecuali rapat
permusyawaratan anggota.
(2) Anggota Mahkamah Mahasiswa ITS bertindak sebagai hakim persidangan.

-8-
-9-

(3) Setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib menaati tata tertib
persidangan.
(4) Ketentuan mengenai tata tertib persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur oleh Mahkamah Mahasiswa ITS.

Pasal 29

(1) Dalam persidangan hakim persidangan memeriksa permohonan beserta alat


bukti yang diajukan.
(2) Untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim
persidangan wajib memanggil para pihak yang berperkara untuk memberi
keterangan yang dibutuhkan dan/atau meminta keterangan secara tertulis
kepada lembaga yang terkait dengan permohonan.
(3) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyampaikan
penjelasannya dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permintaan
hakim persidangan diterima.

Pasal 30

Saksi dan ahli yang dipanggil wajib hadir untuk memberikan keterangan.

Pasal 31

Dalam pemeriksaan persidangan, pemohon dan/atau termohon dapat didampingi


atau diwakili oleh kuasanya berdasarkan surat kuasa.

Bagian Ketujuh
Putusan

Pasal 32

(1) Mahkamah Mahasiswa ITS memutus perkara berdasarkan peraturan


perundang-undangan KM ITS sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim
persidangan.
(2) Putusan Mahkamah Mahasiswa ITS yang mengabulkan permohonan harus
didasarkan pada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti.
(3) Putusan Mahkamah Mahasiswa ITS wajib memuat fakta yang terungkap dalam
persidangan dan pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diambil secara musyawarah untuk
mufakat dalam sidang pleno hakim persidangan yang dipimpin oleh ketua
sidang.
(5) Dalam sidang pleno hakim persidangan, setiap anggota Mahkamah Mahasiswa
ITS wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap
permohonan.

-9-
- 10 -

(6) Dalam hal musyawarah sidang pleno hakim persidangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) tidak dapat menghasilkan putusan, musyawarah
ditunda sampai musyawarah sidang pleno hakim persidangan berikutnya.
(7) Dalam hal musyawarah sidang pleno setelah diusahakan dengan sungguh-
sungguh tidak dapat dicapai mufakat bulat, putusan diambil dengan suara
terbanyak.
(8) Dalam hal musyawarah sidang pleno hakim persidangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) tidak dapat diambil dengan suara terbanyak, suara
terakhir ketua sidang pleno hakim persidangan menentukan.
(9) Putusan Mahkamah Mahasiswa ITS dapat dijatuhkan pada hari itu juga atau
ditunda pada hari lain yang harus diberitahukan kepada para pihak.

Pasal 33

Putusan Mahkamah Mahasiswa ITS ditandatangani oleh hakim persidangan yang


memeriksa, mengadili, dan memutus, serta pihak yang menguji kelengkapan
permohonan.

Pasal 34

Putusan Mahkamah Mahasiwa ITS memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai
diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum.

BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 35

Mahkamah Mahasiswa ITS dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya menurut undang-undang ini.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal disahkan.

Disahkan di Surabaya
pada tanggal 1 April 2012

PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER,

ttd.

IMRON GOZALI

- 10 -
PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG
KELUARGA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
MAHKAMAH MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Kedudukan yang dimaksud adalah kedudukan MM ITS secara fungsional


sesuai dengan KDKM ITS.

Pasal 3

Kedudukan yang dimaksud adalah kedudukan MM ITS menurut lingkup


kerja.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Kelengkapan Kerja bukan merupakan anggota MM ITS.

Pasal 7

Ayat (1)
Intepretasi artinya penafsiran.
-2-

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Hukum positif ialah suatu aturan yang bersifat kausalitas / sebab
akibat, yang mencakup jenis dan tingkat pelanggaran berikut sanksinya
yang bersifat moral.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Fatwa ialah putusan yang diambil sebagai pertimbangan hukum bagi
pengambilan suatu kebijakan.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 8

Yang dimaksud dengan “keterangan” adalah segala keterangan lisan dan atau
tertulis termasuk dokumen yang berkaitan dengan perkara yang sedang
diperiksa.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

-2-
-3-

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Buku Registrasi Perkara” adalah buku yang memuat
perkara yang di daftarkan, pihak penggugat, pihak tergugat, dan hal lain
yang dianggap perlu oleh MM ITS.

Ayat (2)
Cukup jelas.

-3-
-4-

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Yang dimaksud dengan “surat kuasa” adalah surat pelimpahan wewenang


dari seseorang atau lembaga kepada seseorang yang menjadi kuasanya.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

-4-
-5-

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

-5-

Anda mungkin juga menyukai