Anda di halaman 1dari 3

PRESENTASI KELOMPOK TAHAP PERKEMBANGAN

KOGNITIF USIA 0-7 TAHUN

 PERTANYAAN

1. Jika pada faktor perkembangan anak ada yang tidak memenuhi apa yang
akan terjadi? ( dindamile)
2. Apakah berbeda perkembangan kognitif anak yang berada di lingkungan
perumahan dengan perkampungan ( ismi)
3. Pada tahap apa anak diketahui memiliki kelainan pada perkembangan
kognitif? ( dimis)
4. Jelaskan lebih rinci tentang faktor hereditas yang mempengaruhi
perkembangan psikologi kognitif anak ( bella m)

 JAWABAN

1. Maka perkembangan anak akan terganggu dan mengakibatkan adanya


keterlambatan atau bahkan kelainan pada anak.
2. Pada umumnya sama. Hanya saja berbeda pada cara mengolahnya / pola
hidupnya. Biasanya anak perumahan mereka cenderung lebih tinggi
intelegensinya , karena mereka biasanya mengutamakan intelegensi dari
pada sosialnya, sedangkan anak pedesaan mereka lebih tinggi
kemampuan kognitifnya dibidang sosial.
3. Anak dapat diketahui memiliki kelainan kognitif dimulai dari tahap yang
paling pertama. Bahkan dijaman modern ini kelainan kognitif dapat
diketahui sejak dalam kandungan. Karena kita dapat mengetahui adanya
kelainan pada otak banyi sejak dalam kandungan.
4. Faktor hereditas juga dapat mempengaruhi perkembangan individu,
dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu
yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik
maupun psikis yang dimiliki individu.
PRESENTASI KELOMPOK TAHAP PERKEMBANGAN
KOGNITIF USIA 7—15 TAHUN

 PERTANYAAN

1. (Erza): Hubungan apa yang di kombinasikan secara logis dalam tahap


transivity
2. (Afifah) : Ciri ciri anak yang mengalami keterlambatan yang di pengaruhi
status gizi
3. (Bela m): Apa yang di maksud dengan faktor sosiodemografi?
4. (Fatma): Pola asuh seperti apa yang tidak mempengaruhi perkembangan
kognitif anak?
5. (Aulia) : Apakah anak hiperaktif dapat melakukan tahap perkembangan
operasional konkret?
6. (Aisyah) : Contoh dan jelaskan detail respiokrasi.

 JAWABAN

1. Contohnya mampu mengkombinasi panjang beberapa benda yang


berbeda, dan anak-anak mampu memahami bahwa setiap benda punya
panjang yang beda, walaupun bendanya sama. Contoh lain anak mampu
berpikir logis apabila ditanya mengenai lebih berat mana antara 1 kg batu
dan 1 kg kapas. Jawaban mereka adalah beratnya sama, karena mereka
mampu berpikir logis mengenai perbandingan berat.
2. Pengaruh status gizi pada perkembangan anak salah satunya adalah pada
kasus gizi buruk yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
otak. Kekurangan gizi pada masa tumbuh kembang dapat menimbulkan
kelainan yang bersifat irevesibel, artinya sulit untuk diperbaiki lagi,
kemudian pada penderita malnutrisi kurang gizi dapat berpengaruh pada
perkembangan mental dan kecerdasan anak.
3. Sosiodemografi itu adalah suatu hal yang mengenai sosial kependudukan
didaerah pegunungan atau dataran tinggi.
4. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dengan
kemampuan kognitif anak juga disebabkan karena dalam variabel pola
asuh ibu tidak menggali bagaimana stimulasi kognitif yang diberikan oleh
ibu kepada subyek sejak masa awal kehidupannya. Anak usia 5-6 tahun
yang kurang diberi stimulasi kognitif akan memiliki risiko 15,6 kali lebih
besar untuk mendapatkan kecerdasan yang tidak normal.
5. Setiap anak pada umumnya melalui tahap perkembangan kognitif tidak
terkecuali pada anak RM, dimana anak-anak tersebut pasti melewati tahap
perkembangan kognitif, namun mereka mengalami keterlambatan dalam
mencapai tahap-tahap perkembangan kognitif. Misalnya umur anak RM
yang seharusnya melewati tahap perkembangan operasional konkret, namun
mereka masih berada pada tahap praoperasional.
6. Hubungan timbal balik (resiprokasi). Yaitu ketika anak melihat bagaimana
deretan dari benda-banda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi
dibandingkan dengan deretan lain diakrenakan anak telah mengetahui
hubungan timbal-balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya
kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-
benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Sehingga dalam masa ini anah
mulai mengerti tentang hubungan timbal balik. Misalnya, ada dua lempung
berbentuk bola dengan ukuran sama. Kemudian bola lempung tersebut
diubah menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya lempung
mana yang lebih banyak, yang berbentuk bola atau yang panjang. Jika anak
itu berusia 7 atau 8 tahun, besar kemungkinan mereka akan menjawab
bahwa jumlah lempung dalam kedua bentuk tersebut adalah sama.

Anda mungkin juga menyukai