Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Bhineka Tunggal Ika

Setiap hari, setiap siang dan pagi hari-hari saya penuh dengan keindahan, awal
hentakan langakah dari rumah kesekolah dengan bertekad untuk memaknai simbol bangsa
Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya Berbeda-beda tetapi tetap satu jiwa. Saya
memaknai simbol Negara saya kedalam kehidupan saya sehari-hari, dengan kesadaran saya,
saya tidak terlalu untuk membangga-banggakan suku jawa yang saya miliki sebab dikarenakan
saya lahir kedalam lingkungan didesa yang beragam suku. Kemudian ketika saya berumur 7
tahun saya disekolahkan di Sekolah Dasar 116240 didekat rumah saya. Ketika di sekolah dasar
saya berada didalam lingkungan sekolah yang beragam suku. Setelah saya lulus SD saya
melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPpun saya juga dalam
keberadaan yang sama dengan di SD yaitu dalam lingkungan sekolah yang beragam suku-
sukunya. Kemudian saya melanjutkan Kesekolah Menengah Atas (SMA) dimana keadaan saya
sekolah tidak ada bedanya dengan keadaan saya bersekolah SD dan SMP. Saya selalu bersama
dalam kedekatan teman-teman yang berbeda suku.
Sekarang ini saya menyandang status sebagai siswa Menengah Atas. Ketika saya baru
memasuki sekolah SMA saya terheran dikarenakan siswanya jauh lebih banyak yang berbeda
suku dan agama dengan saya dibandingkan waktu dulu di SD dan SMP. Setelah selesai
pendaftaran masuk sekolah, sayapun mulai beraktifitas seperti sekolah biasa. Kelas dan jurusan
sudah dibagi. Saya kaget ketika saya masuk didalam kelas yang 2 perbedaan agama, 5 jenis
perbedaan suku. Saya berfikir apakah kami bisa saling menjaga kedamaian disekolah dan
didalam kelas dengan bermacam-macam perbedaan. Hari pertama kami masuk sekolah kami
saling berkenalan, saya akui awalnya sulit untuk mengerti bahasa yeng mereka gunakan, sulit
untuk saling menghargai. Namun, lucu rasanya ketika mendengarkan ucapan unik yang terujar
dari mereka. Pernah kami mengalami suatu kejadian yang sangat menydihkan tetapi bisa
menjadi pembenahan diri terhadap diri kami masing-masing. Dimana awal mulanya adalah
perkara yang sepele.
“Teman kita buat ngumpul-ngumpul uang setiap siapa yang ulang tahun yuk” (kata Terra yang
beragama Nasrani).
“Ayolah, kapan kita bisa mulai ngumpul-ngumpul uangnya” (kata Serli yang juga beragama
nasrani)
“Iya, aku ikutlah, masih bisakan” (kata Ita yang beragama islam untuk mengajukan diri untuk
ikut serta).
“Alah ini khusus Nasrani aja loh” (kata Serli beragama nasrani yang menolak ita untuk
bergabung).
Ita pun terkejut akan jawaban yang diberikan dari seorang temannya yang beragama
Nasrani, diapun sedih dan sakit hati akan perkataan yang terucap si Serli itu.
“Aku sedih dan sakit hati untuk menerima jawaban dari orang itu yang seakan-akan
memisahkan persatuan pertemanan kita didalam kelas ini” (kata Ita yang memberitahukan
kepada teman-temannya yang beragama islam).
“Apa rupanya yang mereka katakan, apa yang terjadi” (kata Asma teman ita yang beragama
islam).
“Mereka ingin membuat pengumpulan uang dan uang yang terkumpul itu untuk merayakan
ulang tahun pada hari dimana dia ulang tahun, saat mereka berbincang soal perkara itu, aku
sedang duduk-duduk bersama mereka, jadi aku sambung dengan ku ajukan diri untuk ikut
bergabung dengan mereka, lalu yang kuterima jawaban penolakan yang sangat menyakitkan,
bilangnya itu khusus agama nasrani saja” (Ita mencoba untuk menjelaskan kepada temannya).
“Ya sudah kalau memang begitu kemauan mereka, kenapa kita harus cemas, kan kita bisa
membuat sama yang seperti itu untuk khusus agama islam saja” (kata Asma yang sudah emosi).
“Betul kata Asma, kenapa kita pentingkan omongan mereka, kalau mereka maunya sendiri-
sendiri kenapa kita tidak bisa membuatnya untuk sendiri-sendiri” (kata Refa teman Ita yang
beragama islam dengan penuh emosi).
Setelah permasalahan ini terjadi, antara beragama islam dan nasrani saling membedakan.
Agama islam yang membela kebenaran mereka, dan yang beragama nasrani pun juga saling
membela agamanya. Perdebatan yang saling menuntut kemauan diri sendiri tanpa melihat apa
yang akan terjadi dikemudian hari tak dihiraukan lagi. Waktu yang cukup lama untuk
memadamkan amarah dari masing-masing keduanya dan kami pun tak bisa lagi menjaga
kedamaian didalam kelas. Hingga sampai seminggu dari kejadian itu salah satu teman yang
beragama nasrani berkata dan mendatangi kami yang beragama islam
“Ita, aku mewakili yang beragama nasrani mau minta maaf atas kejadian yang semalam soal
uang ngerayakan ulang tahun itu, kalau kalian masih ingin ikut, kami masih bisa nerimanya
dengan senang hati, maafkan kami uda melontarkan kata-kata yang seharusnya tidak pantas
untuk dilontarkan” (kata Serli yang penuh dengan rasa bersalah).
“Udahlah tak perlu minta maaf, kalau kami tidak bisa ikut gak apa-apa. Kami bisanya buat
sendiri. Dan itukan khusus untuk beragama nasrani, kami tidak mau nanti kami jadi ngerepotin
kalian” (kata Asma yang terlanjur sakit hati atas perlakuan teman-teman yang beragama
nasrani).
“Maksud kami gak bigininya, kami gak bermaksud untuk membuat kalian tersinggung ataupun
sakit hati” (lanjutan ucapan Serli)
“Gak apa-apa Serli. kami tidak jadi ikut, udalah jangan menyesali yang sudah terjadi, kami tau
kalau yang terjadi kemarin itu tidak kalian sengaja” (Ita menyambungkan pembicaraan mereka
berdua).
“Iya Ita, ucapan yang semalam dilontarkan Serli tidak disengajanya. Kami minta maaf ya Ita
kalau ucapan Serli semalam udah membuatmu tersinggung” (Terra yang berbicara untuk
menyelesaikan pemersalahan).
“Udah Terra. Serli. Asma. Refa, dan teman-teman yang lain. Aku uda memaafkan kejadian
yang semalam, dengan kejadian ini kita harus belajar bahwa kita harus lebih saling mengerti,
kita ini satu keluarga, kita ini kakak beradik dalam satu ruangan, masak kita harus saling
bermusuhan” (saran Ita kepada teman-temannya).
“Iya betul apa katamu Ita, aku juga merasa tidak nyaman kalau kita diam-diaman, tak saling
menyapa satu sama lainnya, saling sindir menyindir, berbeda rasanya ketika kita berada disaat
damai dan bermusuhan. Aku lebih suka kita yang dulu. yang saling mengerti dan menghargai”
(kesadaran Asma).
“Sekarang kita berdamaikan, tak seperti kemarin yang cuek-cuekan seperti orang yang tidak
saling mengenal” (kegembiraan Serli karena perminta maafannya diterima teman-temannya
yang beragama islam).
Akhirnya permusuhan kami berakhir sampai dua minggu lamanya. Namun, ada
perbedaan sebelum kejadian ini terjadi dan setelah kejadian ini terjadi, dimana perbedaannya
kami yang dahulunya hanya saling menghargai dan mengerti, kini kami saling berjiwa
pahlawan ketika satu orang yang kena hukum, kami semua turut untuk mendapatkan hukuman
juga, tak ada rasa pilih kasih antara kami tak memilih yang islam biarlah islam, dan nasrani
biarlah yang nasrani, bahagia rasanya jika kami selalu seperti ini, tak rela jika salah satu teman
sekelas yang tersakiti dan tak rela jika kelas kami dicaci.
Selain itu, kami juga saling berbagi informasi yang kami ketahui dan jika kami tidak mengerti
tentang sesuatu agama kami masing-masing misalnya (kenapa agama nasrani menyembah
sebuah patung berbentuk nabi isa) Kami saling menjelaskannya perlahan-lahan. Hingga pada
suatu kejadian kami melihat flim bagaimana proses nabi isa disalibkan. Dan bagaimana
dahulunya agama islam dengan agama nasrani. Dan pada kesempatan yang lainpun kami tak
lupa juga untuk menceritakan suku yang kami miliki. Kami menceritakan adat istiadat kami,
tradisi unik yang kami miliki dan yang tak ketinggalan kami saling memperaktekkan bahasa
asli suku kami. Lucu dan seram rasanya ketika saat kami mencerikan suku dan agama kami
masing-masing. Dari keadaan seperti ini kami semangkin percaya ilmu yang kami peroleh dan
lebih mendalam mengetahuinya.
Tiga tahun kami berjalan dalam keadaan seperti ini. Yang terkadang bertengkar karena
kesalahpahaman terkadang bertengkar karena prilaku. Namun, setelah berdamai kemudian
mengingat kejadian yang telah berlalu. Dari awal mula perkenalan diam-diaman semangkin
lama berdekatan yang belum sama-sama mengerti akan kekurangan kini selama tiga tahun
kami jalani kami akan mengerti apa kelebihan dan kekurang yang kami miliki masing-masing.
Yah, awal mulanya tak percaya, tapi buktinya kami bisa menjalaninya dengan penuh
kegembiraan dan penuh suka cita, kami yang harus saling berbagi, mengerti, dan menghormati.
Dimana dalam satu kelas lima suku berbeda, dua perbedaan agama bisa kami jalani untuk slalu
damai dan tenang dengan kami mengingat bahwa perbedaan yang kami miliki, kami tidak
boleh membeda-bedakan tetapi kami harus faham bahwa kami adalah satu keluarga.
Indonesia adalah Negara yang terbesar dan terbanyak pulau dan penduduknya. Dimana
suku, agama, ras, bahasa dan etnis Indonesia yang beragam-ragam. meskipun begitu sebagai
anak milineal lahir pada tahun 2000 harus bisa menjaga dan melestarikannya jangan sampai
Negara Indonesia yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia hilang ditangan
orang yang tidak bertanggung jawab. Banggalah terhadap apa yang kamu miliki sekarang.
Bangga terhadap negaramu, suku dan agama yang kamu miliki.

Anda mungkin juga menyukai