4
RUANG KOLABORASI
BUDAYA POSITIF
Indonesia Bangkit Indonesia Menang
ANGGOTA KELOMPOK 1
SUGIYANTO
ENDANG PRISETYA
KASUS 1
Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar. Akhirnya
dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan
Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak
mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil
mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur
Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi
tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi
menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat
ragu-ragu dan membela diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi
bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu Santi
menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi? Baik
Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi
melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?
Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan sebuah diskusi
kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas,
terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana penerapannya di Usulan kedua adalah mengirim
01
email kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut kehidupan sehari-hari di sekolah.. Mereka pun
memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lainwaktu ada
ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.
PERTANYAAN
1. Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang
sudah dijalankan oleh Ibu Santi?
2. Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan
Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat?
Apakah langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan
mereka?
3. Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh
Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban
Anda.
4. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi
langkah yang ditempuh Ibu Santi?
02
1.1. DALAM KASUS DI ATAS, LANGKAH-LANGKAH RESTITUSI
APA SAJA YANG SUDAH DIJALANKAN OLEH IBU SANTI?
1.Menstabilkan Identitas
-Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki
permasalahan yang ada?
Melalui pertanyaan ini, Bu Santi berusaha mengubah sikap Fifi dan Natali yang
tadinya membangkang untuk membela diri menjadi anak uang kooperatif
dengan mengatakan bahwa mereka akan meminta maaf
-Namun Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan
untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi?
Fifi dan Natali mengakui bahwa apa yang merka lakukan tidak sesuai dengan
keyakinan kelas.
03
2. Menanyakan Keyakinan
-Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan
untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?
Solusi dari Natali :
a.Mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman
sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan
kelas, terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana
penerapannya
b. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang
gagasan mereka tersebut kehidupan sehari-hari di sekolah
c.Memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada
ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai
04
guru pengganti.
1.2. MENURUT ANDA, APAKAH RESTITUSI YANG DIUSULKAN FIFI DAN NATALI
SUDAH SESUAI DENGAN PELANGGARAN YANG TELAH DIBUAT? APAKAH
LANGKAH-LANGKAH RESTITUSI YANG TELAH DIUSULKAN MEREKA?
- Ya sudah sesuai
- Langkah-langkah yang diusulkan :
a. Mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman
sekelasnya dengan penerapan keyakinan kelas, terutama tentang
sikap saling menghormati dan bagaimana penerapannya
b. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang
gagasan mereka tersebut kehidupan sehari-hari di sekolah
c. Memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada
ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru
pengganti.
05
1.3. DALAM KASUS DI ATAS, POSISI APAKAH YANG TELAH DIAMBIL
OLEH IBU ENI DALAM MENANGANI FIFI DAN NATALI? JELASKAN
JAWABAN ANDA.
07
KASUS 2
Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang
sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di
depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha
menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu.
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab
sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain
tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang
berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat,
salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai
peraturan”.
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya
dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah
melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya
sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa
sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak
Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa
alas sepatu.
08
PERTANYAAN
1. Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil
oleh Bapak Lukman? Jelaskan, apakah indikatornya?
2. Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer,
apa yang akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan
seperti apakah yang akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan.
3. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah
tersebut,
a. Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan
harus berwarna hitam?
b. Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak
09
Lukman mengenai kasus tersebut?
2.1. DALAM KASUS DI ATAS, SIKAP POSISI APAKAH YANG
DIAMBIL OLEH BAPAK LUKMAN? JELASKAN, APAKAH
INDIKATORNYA?
10
2.2. BILA BAPAK LUKMAN MENGAMBIL POSISI SEORANG MANAJER,
APA YANG AKAN DIKATAKANNYA, PERTANYAAN-PERTANYAAN
SEPERTI APAKAH YANG AKAN DIAJUKAN KE SABRINA? JELASKAN.
Pertanyaannya :
Mengapa tidak memakai sepaatu hitam?
Kesepakatan sekolah apa yang sudah disepakati?
14 mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.
PERTANYAAN
1. Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam
pendekatannya kepada Fajar?
2. Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang
diperlukan oleh Fajar?
3. Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang
akan dilakukan atau dikatakan olehnya? Pertanyaan-
pertanyaan seperti apa yang akan diajukan? Jelaskan.
4. Apabila Anda adalah kepala sekolah di sekolah Fajar dan
mengetahui hal ini, bagaimana tindak lanjut Anda?
15
3.1. POSISI KONTROL APA YANG DIAMBIL OLEH IBU DANI
DALAM PENDEKATANNYA KEPADA FAJAR?
16
3.2. MEMBACA SIKAP FAJAR, KIRA-KIRA KEBUTUHAN APA
YANG DIPERLUKAN OLEH FAJAR?
17
3.3. BILAMANA IBU DANI MENGAMBIL POSISI PEMANTAU, APA
YANG AKAN DILAKUKAN ATAU DIKATAKAN OLEHNYA?
PERTANYAAN-PERTANYAAN SEPERTI APA YANG AKAN DIAJUKAN?
18
Sanksi atau konsekwensinya apa ?
3.4. APABILA ANDA ADALAH KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH FAJAR
DAN MENGETAHUI HAL INI, BAGAIMANA TINDAK LANJUT ANDA?
Saya akan berusaha menyelesaikan masalah Fajar dengan
menggunakan langkah-langkah dalam segitiga restitusi
1. Menstabilkan Identitas
Pada tahap ini kita berusaha untuk mengubah identitas anak dari orang
yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Kita
harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat
sbb. :
Tidak ada manusia yang sempurna
Kita bisa menyelesaikan ini.
Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu
19
ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
2. Validasi Tindakan yang Salah
20
3. Menanyakan Keyakinan
Pertanyaan-pertanyaannya :
Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
21