Anda di halaman 1dari 13

Pelanggaran Perjanjian Linggarjati (1946-1947) Yang Dilakukan Belanda Terhadap

Indonesia Dalam Pandangan Hukum Internasional


Rozanah Nushrotina
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Gmail: carozanah@gmail.com

Abstrak

Perjanjian Linggarjati merupakan perjanjian pertama pasca kemerdekaan tahun 1945 yang dilakukan oleh
Indonesia dan Belanda. Belanda yang masih tidak mengakui kedaulatan Indonesia berusaha untuk
merebut serta menguasai kembali Indonesia. Permasalahan yang akan dibahas adalah tindakan Belanda
yang melanggar perjanjian linggarjati. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana
pandangan dalam hukum internasional terkait pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda atas perjanjian
linggarjati. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
sejarah melalui literatur-literatur. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tindakan melanggar perjanjian
yang dilakukan Belanda adalah salah, terlebih lagi karena tindakan yang dilakukan merupakan agresi atau
penyerangan yang jelas-jelas di dalam hukum internasional hal tersebut sangat bertentangan dan tidak
dibenarkan. Kesimpulannya yaitu Indonesia berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan Indonesia dari Belanda melalui berbagai cara yang salah satunya melalui jalur diplomasi,
Belanda yang sejak awal memang tidak pernah berniat untuk mematuhi perjanjian tersebut akhirnya
melakukan penyerangan kepada Indonesia, bentuk pelanggaran perjanjian yang dilakukan oleh belanda
ialah agresi militer yang dalam hal ini menurut pandangan hukum Internasional sangat bertentangan dan
tidak dibenarkan.

Kata Kunci: Perjanjian, Linggarjati, Indonesia, Belanda, Hukum Internasional

Abstract

The Linggarjati Agreement was the first post-independence agreement in 1945 made by Indonesia and
the Netherlands. The Dutch, which still did not recognize Indonesian sovereignty, tried to seize and
regain control of Indonesia. The problem that will be discussed is the Dutch action that violates the
Linggarjati agreement. The purpose of this study was to find out how the views in international law
related to violations committed by the Netherlands on the Linggarjati agreement. The research method
used is a qualitative research method with a historical approach through the literature. The result of this
research is that the act of violating the agreement by the Netherlands is wrong, moreover because the
action taken is an aggression or an attack which is clear in international law it is very contradictory and
not justified. The conclusion is that Indonesia is trying to defend Indonesia's independence and
sovereignty from the Netherlands through various means, one of which is through diplomacy, the
Netherlands which from the beginning never intended to comply with the agreement finally attacked
Indonesia, a form of violation of the agreement committed by the Dutch was military aggression. which in
this case according to the view of international law is very contradictory and not justified.

Keywords: Agreement, Linggarjati, Indonesia, Netherlands, International Law


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki sejarah yang begitu panjang mulai dari zaman kerajaan hindu-
budha, kesultanan islam, penjajahan portugis-belanda, sampai nantinya pada
kemerdekaan Indonesia. Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia menjadi highlight
yang sangat penting, sebagai orang yang mengaku warga Negara Indonesia seharusnya
tahu bagaimana kisah perjuangan orang-orang terdahulu untuk memerdekakan Indonesia.
Bagaimanapun juga bisa dikatakan sebagai bangsa yang besar adalah apabila bangsa
tersebut menghargai jasa-jasa para pahlawan terdahulu dan terus mempelajari sejarah
untuk keberlangsungan hidup sehari-hari. Membahas mengenai perjuangan kemerdekaan
Indonesia tidak bisa terlepas dari peristiwa penjajahan yang dilakukan Belanda terhadap
Indonesia. Penjajahan yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia memakan waktu
kurang lebih selama 350 tahun sejak penjajahan asing masuk ke Indonesia. Berbagai
peristiwa pernah dirasakan oleh bangsa Indonesia mulai dari memperjuangkan
kemerdekaan melalui jalur diplomasi sampai pada pertumpahan darah, itu semua
dilakukan demi kemerdekaan Indonesia.
Pasalnya setelah peristiwa Jepang kalah dalam perang dunia ke II tahun 1945 dan
menyerah tanpa syarat kepada sekutu, Indonesia siap untuk menyatakan
kemerdekaannya. Akan tetapi hal ini tidak bisa berjalan dengan mulus, karena keinginan
belanda untuk menjajah kembali Indonesia yang juga didukung oleh sekutu. Oleh karena
itu dalam kurun waktu 1945-1950 indonesia berusaha untuk mempertahankan
kemerdekaannya agar tidak direbut kembali oleh belanda. Walaupun Indonesia sudah
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, bangsa
Indonesia belum bisa dengan bebas untuk mengatur pemerintahan negaranya sendiri,
karena adanya penerobosan/penetrasi yang dilakukan oleh belanda yakni tentara pasukan
NICA (Netherland Indies Civil Administration) bersama dengan pasukan sekutu. Hal ini
membuktikan bahwa tidak mudah bagi Indonesia untuk menjadi Negara yang merdeka
seutuhnya.1 Pada tanggal 15 Sepetember 1945, tentara inggris yang tergabung dalam
AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atau bisa disebut sekutu. Mereka datang

1
yusmita, R. E. (2013). Sejarah Peristiwa Gerbong Maut di Bondowoso Tahun 1947 dalam Perspektif Pendidikan.
Jawa Timur: Universitas Jember.hlm.187-195
ke Indonesia untuk membebaskan para tawanan, dan mengembalikan tentara Jepang ke
negaranya.2 Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mereka datang bersama dengan
NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang bermaksud untuk mengembalikan
Indonesia sebagai negara jajahan Hindia Belanda. Hal ini didasarkan pada Civil Affairs
Agreement, yang menyatakan bahwa sekutu sebagai pihak yang menang di Perang Dunia
II memiliki hak atas kekuasaan Jepang diberbagai wilayah jajahannya, termasuk di
Indonesia. NICA yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, membawa misi untuk
membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942
(statkundige concepti) atau konsepsi kenegaraan, yang menyatakan bahwa akan dibentuk
Negara persemakmuran yang dipimpin Ratu Belanda dengan anggota diantaranya
Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, yakni lebih tepatnya Indonesia dan Belanda.
Setelah berbagai konflik yang terjadi antara Indonesia dan belanda akhirnya
belanda memutuskan untuk mengadakan perjanjian dengan Indonesia. Pada tahun 1946
diadakanlah perjanjian antara Indonesia dengan belanda, yang ditengahi oleh pihak
inggris, nama perjanjian tersebut ialah “perjanjian linggarjati”. Linggarjati sendiri
merupaka sebuah nama desa yang secara geografis berada diantara Cirebon dan kuningan
yang terletak di kaki gunung ciremai. Pemilihan linggarjati sebagai tempat perjanjian ini
dikarenakan tempat tersebut netral bagi kedua pihak.3 Pembahasan perjanjian ini pada
dasarnya belanda ingin membahas mengenai wilayah kedaulatan Indonesia, belanda tidak
mengakui secara keseluruhan atas kemerdekaan Indonesia maka dari itu diadakan
perjanjian ini yang membahas wilayah de facto indonesia, pembentukan Negara federal
antara Indonesia dan belanda yang dinamakan RIS (repuplik Indonesia serikat) dsb. Akan
tetapi dalam perjalanannya belanda melanggar perjanjian yang sudah dibuat bersama,
oleh karena itu sangatlah disayangkan betapa bangsa Indonesia sudah banyak berharap
akan tetapi belanda dengan mudahnya melanggar perjanjian tersebut seakan-akan dari
awal memang suda direncanakan. Dalam hal ini kaitannya dengan hukum internasional
ialah saat perjanjian tersebut dibuat, Indonesia sudah memproklamasikan menjadi Negara
yang sah secara de facto dan de jure, akan tetapi karena ambisi dari pihak belanda yang
2
Endra Kusuma, S. A. (2021). PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 DALAM PERSPEKTIF PERANG
SEMESTA. Jurnal Inovasi Penelitian.
3
Agus Susilo, R. W. (2021). Perjanjian Linggarjati (Diplomasi dan Perjuangan Bangsa Indonesia Tahun 1946-.
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 10 (1) : 30-42.
tidak mau mengakui hal tersebut terjadi lagi konflik yang baru. Mengingat Indonesia dan
belanda merupakan bagian dari masyarakat internasional oleh karenanya hal tersebut
tidak akan terlepas dari hukum internasional yang mengikat keduanya. Disini penulis
akan membahas terkait pelanggaran perjanjian yang dilakukan belanda terhadap
Indonesia dalam pandangan hukum internasional khususnya perjanjian linggarjati.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa isi dari perjanjian linggarjati?
2. Apa saja bentuk pelanggaran yang dilakukan belanda terhadap Indonesia dalam
perjanjian linggarjati?
3. Bagaimana pandangan hukum internasional terhadap pelanggaran yang dilakukan
belanda kepada Indonesia atas perjanjian linggarjati?
C. Metode Penelitian
Penyusunan jurnal artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan sejarah melalui literature-literatur. Penulisannya bersifat deskriptif, dengan
memberikan deskripsi spesifik tentang situasi, mekanisme, atau proses berdasarkan
informasi yang relevan. sehingga akhirnya bisa menghasilkan penjelasan tentang
fenomena yang diteliti.4 Analisis dilakukan dengan cara studi dari buku, jurnal, dokumen
pendukung. Data historis yang relevan dikumpulkan kemudian dilakukan analisis historis
dengan pendekatan kualitatif. diikuti dengan interpretasi data relevan untuk diolah
menjadi fakta melalui interpretasi yang objektif, tanpa adanya kecenderungan atau
kepentingan.

4
Neuman, W. L. (1994). Social research methods : qualitative and quantitative approaches. Boston: Allyn and
Bacon.hlm. 327.
PEMBAHASAN

A. Perjanjian Linggarjati
Sebelum membahas langsung kepada isi perjanjian linggarjati, akan dibahas
sedikit mengenai proses perjalanan sampai terbentuknya perjanjian linggarjati. Perjanjian
linggarjati ialah perjanjian pertama setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tahun 1945 dan juga merupakan perjanjian yang muncul setelah
belanda melakukan penyerangan kepada Indonesia pasca kemerdekaan. Belanda yang
tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia saat itu berusaha untuk merebut kembali
kekuasaan dari Indonesia padahal sudah sangat jelas bahwa Indonesia sudah
memproklamasikan kemerdekaannya secara sah. Perjanjian linggarjati merupakan
langkah-langkah yang diambil oleh bangsa Indonesia untuk memperoleh pengakuan
kedaulatan dari belanda. Sebelum terjadinya perjanjian linggarjati terdapat beberapa
perundingan antara belanda dan Indonesia salah satunya ialah perundingan Hooge-
Veluwe, Sir Archibald Clark Kerr seorang diplomat inggris mengundang Indonesia
dengan Belanda untuk merundingkan konflik yang terjadi dan berupaya untuk
menyelesaikannya pada tanggal 14-25 April 1946 di Hoogwe Veluwe, Belanda.
Akan tetapi perundingan tersebut gagal karena perbedaan keinginan antara
Indonesia dan belanda dimana Indonesia ingin belanda mengakui kedaulatannya atas
jawa, Madura, dan sumatera, sedangkan belanda ingin mengakui kedaulatan Indonesia
hanya sebatas pada jawa dan Madura saja. Maka dari itu perundingan pertama ini gagal
untuk disepakati. Setelah gagal di perundingan pertama, akhirnya diselenggarakan
kembali perundingan antara belanda dan Indonesia di jawa barat pada tanggal 11-14
November tahun 1946. Perundingan ini dihadiri oleh beberapa tokoh sebagai perwakilan
tiap negaranya, Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord Killearn. Indonesia
diwakili oleh Sutan Syahrir beserta Mohammad Roem, sedangkan belanda diwakili oleh
Prof. Schermerhorn. Perundingan linggarjati ini sebenarnya berlangsung dari 22 oktober
1946 sampai dengan 15 November 1946. Dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut
terjadi 11 kali perundingan hingga akhirnya nanti mencapai pada perjanjian linggarjati.
Perundingan I terjadi pada tanggal 22 Oktober 1946 sampai pada perundingan IV tanggal
3 November 1946 yang dilaksanakan di Jakarta. Perundingan V terjadi pada tanggal 11
November 1946 sampai pada VIII tanggal 13 November 1946 yang dilaksanakan di
linggarjati. Dan perundingan IX terjadi pada tanggal 15 November 1946 sampai pada
perundingan XI tanggal 16 November 1946 yang kembali berlangsung di Jakarta.
Perundingan bilateral yang terjadi antara Indonesia-Belanda ini bersifat tertutup
bagi semua yang tidak berkepentingan atau selain delegasi. Setelah mengalami
perundingan yang begitu panjang akhirnya hasil perundingan tersebut disetujui tanggal
15 November 1946 antara pihak Belanda dan Indonesia dan secara formal perjanjian
tersebut di tandatangani oleh Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947.
perjanjian linggarjati ini berisikan 17 pasal. Adapun hasil pokok atau beberapa keputusan
yang perlu di Highlight yang terdapat dalam isi perjanjian linggarjati adalah sebagai
berikut:
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
mencakup Sumatera, Jawa, dan Madura. Dan belanda sudah harus meninggalkan wilayah
de facto paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
2. Pembentukan Negara federal antara Republik Indonesia dan Belanda yang nantinya akan
dinamakan RIS (Republik Indonesia Serikat), dan pembentukan RIS ini akan
diselenggarakan sebelum tanggal 1 Januari 1949.
3. Pembentukan Uni Indonesia-Belanda yang harus dilaksanakan sebelum tanggal 1 Januari
1949. Pembentukan ini dilakukan oleh Republik Indonesia Serikat bersama dengan
Belanda dan ratu Juliana sebagai ketua.
4. Apabila terjadi perselisihan dalam menjalankan perjanjian ini, maka kedua belah pihak
akan menyerahkan urusannya kepada komisi arbitrase.
Sebenarnya perjanjian linggrajti ini menuai pro dan kontra dari masyarakat Indonesia
sendiri terutama penolakan dari partai-partai masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia dsb.
Karena hasil perjanjian linggarjati ini memiliki keuntungan dan kelemahan bagi
Indonesia. Keuntungannya ialah kedudukan Indonesia dimata internasional semakin kuat
karena banyak Negara seperti inggris, AS, dan Negara-negara arab mengakui kedaulatan
Indonesia. Akan tetapi disisi lain jika dilihat dari batas wilayah kekuasaan Ri, semakin
menyempit.5

5
Rohmatun, A. (2021). Perjanjian Linggarjati. In Jatuh Bangun Ideologi Politik & Kekuasaan. Bandung: Argopuros
Pena Aksara.hlm.177-178
B. Pelanggaran Perjanjian Linggarjati
Pelaksanaan dari hasil perjanjian linggarjati ini tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral Van Mook menyatakan bahwa
Belanda tidak lagi terikat dengan perjanjian ini. Dari awal Belanda memang tidak pernah
berniat untuk mematuhi perjanjian itu, Belanda sengaja menjadikan perjanjian linggarjati
ini sebagai upaya untuk mengulur waktu agar dapat memperkuat pasukannya. Kemudian
pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan aksi “polisionil” atau yang sebagaimana
dikenal dengan agresi militer yang pertama. Aksi Polisionil Belanda pertama ini dipimpin
oleh Simon Hendrik Spoor seorang Jendral Belanda yang sangat berperan dalam
penyerangan agresi militer pertama. Hal ini ditandai dengan pihak kolonial belanda
bersama dengan tentara pasukan NICA yang terus menerus melakukan berbagai
perebutan wilayah di Indonesia. Fokus utama serangan Belanda ini terdapat di tiga
tempat yaitu Jawa tengah, jawa timur, dan Sumatera timur, sasaran Belanda ialah daerah
perkebunan tembakau, yang berada di jawa tengah, lalu Belanda juga menguasai seluruh
pantai utara yang berada di Jawa timur. Belanda juga menargetkan wilayah yang terdapat
perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula. Belanda melancarkan aksinya dengan
memborbardir lapangan-lapangan terbang RI melalui pesawat-pesawat terbang Belanda.
Dilanjutkan dengan penyerangan melalui kapal-kapal perang Belanda yang mendarat di
pelabuhan-pelabuhan RI.6
Gubernur Jendral Van Mook yang didukung oleh Jendral Spoor mengirimkan
telegram kepada Jonkman, seorang menteri urusan daerah seberang, meminta izin agar
diperkenankan untuk menyerang sampai daerah Yogyakarta. Alhasil Belanda akhirnya
bisa menguasai hampir seluruh wilayah, pelabuhan dan instalasi minyak dan batubara
milik Indonesia. Menghadapi aksi Belanda, Pasukan republik Indonesia hanya bisa
berusaha dengan semampunya untuk tetap mempertahankan wilayah Indonesia.
Keberhasilan dari aksi militer ini, menyebabkan timbulnya keinginan Belanda untuk
membentuk suatu pemerintahan republik yang lebih lunak dan menguasai seluruh
wilayah Indonesia, akan tetapi pihak Inggris dan Amerika yang sudah tentu merupakan

6
Allysa Pratiwi, D. K. (2021). Proses Lahirnya Negara Republik Indonesia Serikat. Bandung: Argopuros Pena
Aksara.hlm.76-77
sekutunya tidak menyetujui hal tersebut dan mencoba untuk menghentikan aksi militer.
7
dan penaklukan terhadap seluruh wilayah RI yang dilakukan oleh Belanda. Agresi
Militer Belanda yang pertama ini berlangsung sejak 20 Juli 1947 sampai dengan 4
Agustus 1947.
C. Pelanggaran Perjanjian Linggarjati dalam Pandangan Hukum Internasional
Melihat berlakunya sistem hukum yang lain, dalam hal ini hukum internasional
juga mengakui adanya subjek hukum. Dalam hukum internasional, yang termasuk ke
dalam subjek hukumnya adalah baik per orangan maupun badan hukum yang memenuhi
segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Terdapat beberapa jenis yang
bisa dikatakan termasuk kedalam subjek hukum internasional. Diantaranya ialah Negara,
Tahta Suci, Komite Internasional Palang Merah (ICRC), organisasi internasional,
individu, dan pemberontak atau pihak yang berkonflik (beligerent).8 Negara sebagai
subjek hukum internasional sudah diterima lebih sejak dahulu oleh dunia internasional,
karena pada hakikatnya hukum internasional itu sendiri merupakan hukum antar Negara.
Walaupun sudah diterima sebagai subjek hukum internasional, suatu Negara tidak bisa
langsung diakui atau dikatakan masuk kedalam subjek hukum internasional. Terdapat
beberapa persyaratan yang harus terlebih dahulu dipenuhi jika ingin Sebuah Negara
diakui sebagai subjek hukum internasional.
Syarat-syarat untuk bisa diakui sebagai suatu Negara yang beradulat ialah adanya
wilayah geografis suatu negara beserta dengan batasnya yang jelas, adanya suatu
masyarakat yang mendiami wilayah tersebut, adanya pemerintahan yang berdaulat, dan
mampu untuk melaksanakan hubungan luar negeri.9 Kaitannya dengan permasalahan
pelanggaran perjanjian linggarjati yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia ini adalah
seperti yang tercantum dalam Konvensi Montevideo pasal 1 tahun 1933 mengenai hak
dan kewajiban Negara, Indonesia sebagai suatu Negara yang telah memenuhi syarat-
syarat sebuah Negara, maka bisa dikatakan bahwa antara Indonesia dengan Belanda
memiliki kedudukan yang sama yang artinya bisa dibuktikan tindakan Agresi militer
yang dilakukan oleh Belanda ialah suatu tindakan melanggar perjanjian yang sudah di

7
Rohmatun, A. (2021). Perjanjian Linggarjati. In Jatuh Bangun Ideologi Politik & Kekuasaan. Bandung: Argopuros
Pena Aksara.hlm.179-180
8
Muchtar Kusumaatmadja, E. R. (2003). Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumni.
9
Article I. Montevideo Convention 1933 on Rights and Duties of States
sepakati dan juga melanggar ketentuan-ketentuan hukum internasional serta bertentangan
dengan prinsip-prinsip hukum internasional mengenai peperangan.
Setiap Negara yang menandatangani piagam PBB dan termasuk kedalam anggota
PBB sepakat untuk melakukan penyelesaian sengketa antar Negara melalui cara-cara
damai dan menghindari serta meminimalisir menggunakan cara-cara kekerasan dan
kekuatan militer.10 Sebagaimana yang terdapat didalam piagam PBB untuk menggunakan
kekuatan militer hanya terbatas pada saat-saat tertentu saja seperti keadaan yang
mendesak untuk membela diri dari ancaman luar yang seketika itu terjadi,11 ataupun
keputusan yang dikeluarkan oleh dewan keamanan PBB yang tentunya dalam hal ini
berwenang memutuskan ada tidaknya ancaman yang bisa membahayakan ketertiban
dunia.12Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa penggunaan kekerasan atau penggunaan
kekuatan militer diluar dari apa yang sudah dijelaskan dalam United Nation Charter
tidaklah dibenarkan, terlebih apabila hal tersebut digunakan untuk melakukan perebutan
wilayah Negara lain (aneksasi) ataupun penyelesaian sengketa.
Walaupun di dalam piagam PBB tidak dijelaskan secara mendetail mengenai
agresi militer, akan tetapi dengan melihat kepada pasal 2, pasal 39, dan pasal 51 yang
menjelaskan mengenai pembatasan penggunaan kekuatan militer, secara tidak langsung
hal tersebut menegaskan bahwa agresi militer merupakan tindakan yang melanggar
ketentuan hukum internasional. Selain aturan hukum yang tercantum dalam piagam PBB
mengenai pelaksanaan kekuatan militer, hal tersebut juga terdapat pada konvensi
Montevideo mengenai hak dan kewajiban Negara tahun 1933. Didalam Konvensi
Montevideo menjelaskan bahwasannya setiap Negara harus mempunyai tanggungjawab
agar saling menghormati satu sama lain baik dalam kedaulatan maupun kemerdekaannya,
yang berarti dalam hal ini kedaulatan sebuah Negara tidak bisa di intervensi oleh Negara
lainnya.13 Bentuk dari sebuah intervensi tidak terbatas pada agresi militer saja akan tetapi
melakukan perebutan suatu wilayah milik Negara lain dengan cara memanfaatkan

10
United Nation Charter. Article 2
11
United Nation Charter. Article 51
12
United Nation Charter. Article 39
13
Montevideo Convention 1933 on Rights and Duties of States. Article 8
kekuatan militer juga dilarang serta mengklaim keuntungan dari Negara yang diduduki
tersebut.14
Belanda selalu mengatakan bahwa tindakan yang diperbuatnya terhadap Indonesia
bukan merupakan Agresi Militer akan tetapi hal tersebut merupakan suatu tindakan
dalam rangka memulihkan ketertiban dan keamanan dalam negeri (Police Action).
Tindakan ini diambil Belanda agar Indonesia terlihat seperti masih menjadi bagian dari
wilayah kekuasaan Belanda serta untuk menghindari perhatian dunia internasional karena
keadaannya pada waktu itu Negara-negara di dunia sangat peka terhadap isu persoalan
perang. Menanggapi Hal tersebut tentunya dari pihak Indonesia menentang keras. Karena
pada kenyataannya Agresi Militer tersebut bukan dilaksanakan dalam rangka untuk
melaksanakan tugas dan melindungi diri dari bahaya yang mengancam sebagaimana
intruksi yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB.15
Agresi Militer yang dilakukan Belanda sebenarnya dalam rangka untuk
menggapai tujuannya yaitu menguasai kembali wilayah-wilayah yang ada di Indonesia.
Mengingat Penjajahan yang dilakukan selama 350 tahun, Belanda dengan sengaja
terlebih dahulu melakukan upaya diplomasi untuk menyelesaikan sengketa, karena
menurut Belanda Indonesia selalu mencoba untuk menggagalkan penyelesaian sengketa
melalui jalur diplomasi, dan pada akhirnya Belanda bisa menggunakan kekuatan militer
sebagai jalan terakhir untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Indonesia
dengan Belanda. Bagaimanapun juga hal tersebut sangat jelas menentang prinsip-prinsip
yang terdapat pada hukum Internasional. Oleh karenanya, Belanda bukan hanya tidak
mengakui kedaulatan Indonesia akan tetapi tentunya melanggar Hukum Internasional.16

14
Montevideo Convention 1933 on Rights and Duties of States. Article 11
15
Nasution, A. (1979). Sekitar Perang kemerdekaan Indonesia Jilid 9 Agresi Militer Belanda II. Bandung:
Disejarah dan Angkasa.
16
Reza Ade Christian, 2011. “Agresi Militer Belanda I Dan II (Periode 1947 – 1949) Dalam Sudut Pandang
Hukum Internasional”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perjanjian linggarjati merupakan perjanjian pertama yang disepakati oleh indonesia
dan Belanda setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945
dan juga merupakan perjanjian yang muncul setelah Belanda melakukan penyerangan
kepada Indonesia pasca kemerdekaan. Penyebab terjadinya perjanjian linggarjati ini
adalah sejak jepang menetapkan “status quo” terhadap Indonesia sehingga akhirnya
terjadilah konflik antara Belanda dan Indonesia yang terus berlanjut. Perjanjian
linggarjati juga merupakan cara yang ditempuh Indonesia agar bisa mendapatkan
pengakuan kedaulatan dari Belanda. Adapun isi pokok yang terdapat dalam perjanjian
linggarjati diantaranya ialah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia
dengan wilayah kekuasaan mencakup Sumatera, Jawa, dan Madura. Pembentukan
Negara federal antara Republik Indonesia dan Belanda yang nantinya akan
dinamakan RIS. Republik Indonesia Serikat bersama dengan Belanda akan
membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Juliana sebagai ketua. Apabila terjadi
perselisihan dalam menjalankan perjanjian ini, maka kedua belah pihak akan
menyerahkan urusannya kepada komisi arbitrase.
2. Pada tanggal 20 Juli 1947 Belanda menyatakan bahwa mereka sudah tidak terikat lagi
dengan perjanjian linggarjati, dan mulai melakukan agresi kepada Indonesia dengan
cara menyerang dan merebut wilayah-wilayah Indonesia yang strategis. Penyerangan
ini tentu saja dibantu oleh tentara sekutu. Pelanggaran yang dilakukan oleh belanda
terhadap Indonesia dalam perjanjian linggarjati tentu saja hal tersebut juga melanggar
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam hukum internasional. Seperti yang sudah
dijelaskan penggunaan kekerasan dan kekuatan militer dalam menyelesaikan sengketa
tidak dibenarkan dalam pandangan hukum internasional sebagaimana terdapat dalam
konvensi Montevideo dan juga piagam PBB. Mengingat bahwa Indonesia juga
memiliki kedudukan yang sama dengan Belanda hal tersebut tentu saja memberi hak
kepada Indonesia untuk bisa berdiri sebagai Negara yang berdaulat. Pada intinya
bentuk dari pelanggaran linggarjati yang dilakukan Belanda adalah tindakan
penyerangan atau agresi kepada Indonesia, sebagaimana hal tersebut dikenal dengan
Agresi Militer Belanda I.
Daftar Pustaka

Agus Susilo, R. W. (2021). Perjanjian Linggarjati (Diplomasi dan Perjuangan Bangsa Indonesia
Tahun 1946-. Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 10 (1) : 30-42.

Allysa Pratiwi, D. K. (2021). Poses Lahirnya Negara Republik Indonesia Serikat. Bandung:
Argopuros Pena Aksara.

Endra Kusuma, S. A. (2021). PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 DALAM


PERSPEKTIF PERANG SEMESTA. Jurnal Inovasi Penelitian.

Mochtar Kusumaatmadja, E. R. (2003). Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumni.

Montevideo Convention 1933 on Rights and Duties of States. (n.d.).

Nasution, A. (1979). Sekitar Perang kemerdekaan Indonesia Jilid 9 Agresi Militer Belanda II.
Bandung: Disejarah dan Angkasa.

Neuman, W. L. (1994). Social research methods : qualitative and quantitative approaches.


Boston: Allyn and Bacon.

Rohmatun, A. (2021). Perjanjian Linggarjati. In Jatuh Bangun Ideologi Politik & Kekuasaan
(pp. 175-176). Bandung: Argopuros Pena Aksara.

United Nation Charter. (n.d.).

yusmita, R. E. (2013). Sejarah Peristiwa Gerbong Maut di Bondowoso Tahun 1947 dalam
Perspektif Pendidikan. Jawa Timur: Universitas Jember.
Hasil Plagiarism:

Anda mungkin juga menyukai