Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian Pengantar Hukum Indonesia

Pengantar Hukum Indonesia (selanjutnya disingkat PHI) merupakan basis


atau mata kuliah dasar yang tidak bisa ditinggal oleh seseorang yang ingin

mempelajari keseluruhan hukum positif di Indonesia. PHI terdiri dari kata Pengantar

dan Hukum Indonesia. Pengantar berarti membawa ke tempat yang dituju

mempelajari masalah-masalah dan cabang-cabang hukum di Indonesia. Karena itu,


PHI adalah mata kuliah dasar yang mempelajari keseluruhan hukum positif

Indonesia sebagai suatu sistem hukum yang sedang berlaku di Indonesia dengan

garis besarnya. Dengan demikian, objek dari Pengantar Hukum Indonesia adalah

Hukum Positif Indonesia (hukum. positif/lus Consfitutum). Hukum positif adalah

hukum yang berlaku pada waktu tertentu dalam suatu wilayah negara: tertentu.

Fungsi dari PHI adalah mengantarkan setiap mahasiswa atau orang yang akan

mempelajari hukum positif Indonesia. PHI bersifat Deskriptif — Analitikal yaitu cara

menggambarkan sesuatu (obyek) dengan memaparkan obyek tersebut


sebagaimana adanya dengan menjabarkan ke dalam bagian-bagian/unsur-

unsurnya serta dengan memperlihatkan tempat dan perkaitan antara bagian-

bagian/unsur-unsur tersebut sehingga keseluruhan bagian/unsur tersebut tampak.

mewujudkan suatu kesatuan yang secara rasional dapat dipahami. Adapun tujuan

mempelajari PHI secara garis besar adalah, sebagai berikut:

a) Memperkenalkan sistem hukum positif Indonesia:


memaksakan aturan-aturan yang dibawa dari negara asalnya untuk ditaati oleh

orang-orang pribumi. Aturan-aturan yang dipaksakan berlakunya itu adalah

peraturan-peraturan dalam bidang perdagangan dan biasa diterapkan dikapal-

Kapal dagang. Ketentuan hukum tersebut sama dengan hukum Belanda kuno

yang sebagian besar merupakan “hukum disiplin”. Dalam perkembangannya,

kemudian Gubernur Jenderal Fieter Both diberi wewenang untuk membuat

peraturan guna menyelesaikan masalah dalam lingkungan pengawai-pengawai

VOC di daerah-daerah yang dikuasai VOC, Selain itu, Gubemur Jenderal

Fieter Both juga diberi wewenang untuk memutuskan perkara-perkara perdata

dan pidana.

Setiap peraturan yang dibuat oleh VOC diumumkan tetapi pengumuman

disimpan dalam arsip, selanjutnya sesudah diumumkan kemudian


itu tidak

tersebut dilepas serta tidak disimpan'/diarsipkan dengan baik,


pengumuman
sehingga tidak diketahui lagi peraturan yang rnasih berlaku dan yang tidak

Keadaan demikian menimbulkan niat VOC untuk mengumpulkan


berlaku.
pel atau diumumkan tersebut,
pengumuman-pengumuman yang pemah ditem
dan akhirnya diumumkan di Batavia
kemudian disusun secara sistematik

yang sama dilakukan kembali


dengan nama Statuta Batavia (1642). Usaha
itu
Statuta Batavia Baru. Statuta-statuta
pada tahun 1766 dan menghasilkan
pribumi maupun orang
berlaku sebagai hukum positif baik. bagi orang-orang

dengan peraturan-peraturan lain


dan sama kekuatan berlakunya
pendatang
walaupun merupakan kumpulan
telah ada. Statuta-statuta tersebut
yang
peraturan, bukan suatu kodifikasi karena peraturan-peraturan yang ada dalam '
tematis.
tat uta di ma ks ud 5 tid ak disusun secara sis
s
8
Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Freijer berkenaan Hukum Islam,
an
kitab hukum yang dinamakan Kompen
nghasilkan
yang Kk emudian me
hukum perkawinan dalam
Freijer yang didalamnya. termuat aturan-aturan
hukum kewarisan Islam. Selain peraturan-peraturan hukum yang dibuat oleng
VOC, pada: masa ini kaidah-kaidah hukum “adat Indonesia tetap dibi

berlaku bagi orang-orang bumi putera.

VOC berakhir aktivitasnya pada 31 Desember 1799 sebagai akibat1


dibubarkan oleh Pemerintah Belanda maka tata hukum yang berlaku

waktu itu terdiri atas aturan-aturan yang berasal dari negeri Belanda:
aturan-aturan yang diciptakan oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa di
daerah kekuasaan VOC serta aturan-aturan tidak tertulis dan tertulis
berlaku bagi orang-orang pribumi, yaitu hukum adatnya masing-masing.

. Masa Besiuiten Regerings (1814-1855)


Setelah Inggris meninggalkan Nusantara pada tahun 1810, |
menduduki kembali wilayah Nusantara. Pada masa
ini, peratur
koloni diserahkan kepada raja Sepenuhnya seba
gai penguasa mutlak.
kepada kongsi dagang sebagaimana terjadi
pada masa VOC. ber
Besluiten Regerings, yaitu berdasarkan" Pasal
36 UUD Negeri Belan
mempunyai kekuasaan mutlak dan tertin
-atas' dasrah-
ggi dasra
Belanda pada masa jtu menggunakan sistem pemerintah
Konstitusional. Raja berkuasa mutlak, namun kekuasaannya: diatur dalam

sebuah. konstitusi. Untuk mengimplementasikannya, raja kemudian

mengangkat Komisaris Jenderal yang ditugaskan untuk. melaksanakan

pemerintahan di Netherlands Indie (Hindia Belanda). Mereka adalah Elout,

Buyskes dan Van der Capellen. Mereka tetap memberlakukan peraturan-

peraturan yang berlaku pada masa Inggris dan tidak mengadakan perubahan

peraturan karena menunggu terbentuknya kodifikasi hukum. Dalam usaha

untuk mengisi kekosongan kas Negara, Gubernur Jenderal Du bus de Gisignes

menerapkan politik agrarian dengan cara narapidana yang sedang menjalani

hukuman dipaksakan untuk kerja paksa (dwang arbeid). Dengan adanya

keterangan ini maka praktis masa Besiuiten Regerings (BR) tidak

memberlakukan hukum pidana baru. Beberapa peraturan perundang-undangan

di luar hukum pidana ditetapkan pada masa ini, seperti Reglement op de


Rechtiliike Organisatie (RO) atau Peraturan Organisasi Pengadilan: (POP),

Algemen Bepalingen van Wetgeving (AB) atau Ketentuan-Ketentuan Umum

tentang Perundang-undangan, Burgeriiik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata, Wetboek vari Koopenhandel (WvK) atau Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang, dan Reglement op de Burgeriijke

Rechtsvordering (RV) atau Peraturan tentang Acara Perdata.

Pada masa Besluiten Regerings (BR) ditandai dengan kedudukan raja


yang mempunyai kekuasaan mutlak dan tertinggi atas daerah-daerah jajahan
termasuk kekuasaan mutlak terhadap harta milik negara bagian yang lain.
Kekuasaan mutlak raja itu diterapkan pula dalam membuat dan mengeluarkan
um um den gan na ma .Al gem ene Verordening 'atay
peraturan yang berl
aku
Keputusan Raja yang dise |
Peraturan pusat berupa
peraturan pusat.
lewat sebaran yang dilakukan 0
Koninklijk Besluit. Pengundangannya
dua macam Keputusan Raja sesi
Gubernur Jenderal. Hal'itu berarti ada

dengan kebutuhannya, yaitu:

Raja yaitu besiuit sebagai tindakan eksekutif raja, misa


a. Ketetapan

ketetapan pengangkatan Gubernur Jenderal,

b. Ketetapan Raja sebagai tindakan legislatif, misalnya berbentuk Algemene


Verordening atau Algemene Maatregel van Bestuur (AMVB) di
Belanda.

Raja mengangkat para Komisaris Jenderal yang ditugaskan

melaksanakan pemerintahan di Hindia Belanda. Mereka yang diangkat

Elout, Buyskes dan Van der Capellen. Para Komisaris Jenderal 'itu tie
membuat peraturan baru untuk mengatur pemerintahannya. Mereka tei

memberlakukan undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaki


masa Inggris berkuasadi Indonesia, yaitu mengenai Landrente dan

pengadilan buatan Raffles. Sejak para Komisaris Jenderal


pemerintahan di wilayah Hindia Belanda, baik Raja meupun Cube
tidak mengadakan perubahan peraturan maupun u pangan Ba ie
mereka menunggu terwujudnya kodifikasi hukum yang “dirat ,
pemerintah Belanda: Lembaga peradilan yang diperuntukkan bagi o

priburni tetap sama digunakan peradilan Gi Inggris begitu pula oi


Dalam usaha untuk memenuhi kekosongan kas. Negara
Gubernur Jenderal Du bus de Gisignes menerapkan politik agrarian dengan
cara mempekerjakan orang-orang pribumi yang sedang menjalankan hukuman,

yang dikenal dengan kerja paksa (awangs arbeia).

Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa pada tahun 1830 pemerintah

Belanda berhasil mengkodifikasi hukum perdata. Pengundangan hukum yang

sudah berhasil dikodifikasi itu baru dapat terlaksana pada tanggal 1 Oktober

1838. Setelah itu, timbul pemikiran tentang pengkodifikasian hukum perdata.

bagi orang-orang Belanda yang berada di Hindia Belanda. Pemikiran itu akan

diwujudkan sehingga pada tanggal 15 Agustus 1839 menteri jajahan di

Belanda mengangkat komisi undang-undang bagi Hindia Belanda yang terdiri

dari Mr. Scholten van Out Haariem (ketua) dan Mr J. Schnerither serta

JLEH van Nas sebagai anggota. Beberapa peraturan yang berhasil ditangani

oleh komisi itu dan disempurnakan oleh Mr. H.L. Wicher adalah:
Organisasi
a. Reglement op de Rechitilijke Organisatie (RO) atau Peraturan
Pengadilan (POP).
uan-ketentuan umum
. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB) atau ketent
tentang Perundang-undangan.
Perdata.
c. Burgeriiik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum
(WVK) atau Kitab Undang-Undang Hukum
d. Wetboek van Koopenhandel

Dagang
Peraturan tentang
. Reglement op de Burgerilike Rechtsvordering (RV) atau
Acara Perdata.
oleh Mr. H.L. Wicher
Semua peraturan tersebut setelah disempumakan
1848 melalui S.
diundangkan berlaku di Hindia Belanda sejak tanggal 1 Mei
masa Besluiten Regerings (BR) terdiri dari
184757. Tata hukum pada

sikan, peraturan tertulis yang tidak


peraturan-peraturan tertulis yang dikoditika
7
khu Ja
5 husus:
tidak tertulis (hukum adat) yang
ag :
difikasi, dan peraturan-peraturan
dikoditnikasi,
Eropa.
g bukan golongan
berlaku bagi oran

glement (1855-1926)
&: Masa Regerings Re
karena adanya perubahan “sistem
Masa Regerings Reglement dimulai
i
pemerintahan di negara Belanda,
dari Monarkhi Konstitusional menjad
adanya
adi pada tahun 1848 dengan
Parlementer. Perubahan ini terj
Perubahan ini mengakibatkan te ja |
dalam Grond Wet (UUD) Belanda.

pengurangan kekuasaan raja, karena Pari


emen (Staten Generaal) mulai campur
di wilayah jajahan negara
tangan dalam pemerintahan dan perundang-undangan
(1), ayat (2), dan.
Belanda. Perubahan tersebut dicantumkan dalam Pasal 59 ayat “3

ayat (4) yang berisi: “bahwa Raja mempunyai kekuasaan tertinggi atas daerah
jajahan dan harta kerajaan di bagian dari dunia". -

Berdasarkan ketentuan tersebut, kekuasaan Aaja Belanda terha

daerah jajahan di Indonesia berkurang. Peraturan-peraturan yang me

daerah jajahan tidak semata-mata ditetapkan Raja dengan Koninkliik B


namun harus melalui mekanisme perundang-undangan di tingkat Parlemen.

Peraturan dasar yang dibuat bersama oleh Raja dan Parlemen untuk men
pemerintahan negara jajahan -adalah Regering Reglement (RR): AA ni

berbentuk undang-undang dan diundangkan dengan Staatblad No. 2 Tahun


1855. AR disebut sebagai UUD Pemerintahan Jajahan Belanda. Pada mas .
berlaku Regering Reglement ini, beberapa kodifikasi hukum pidana Heri

diundangkan, yaitu:
a. Kitab hukum pidana untuk golongan Eropa melalui 5: 1866:55.
b. Algemene Politis Strafreglement sebagai tambahan kitab hukum pidana untuk
golongan Eropa.
c. Kitab hukum pidana bagi orang bukan Golongan Eropa melalui S.1872:85.
d. Politis Strafreglement bagi orang bukan Eropa.
. Wetboek van Strafrecht yang berlaku bagi semua golongan penduduk melalui
S.1915:732 mulai berlaku sejak 1 Januari 1918.

d. Masa Indische Staatsregeling (1926-1942)

Masa Indische Staatsregeling (IS), masa: IS adalah pembaharuan dari

Regeling Reglement (RR) yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1936 dengan

diundangkannya melalui Staatblad No. 415 Tahun 1925. Perubahan RA


menjadi /S ini sebagai akibat berubahnya pemerintahannya Hindia Belanda

1922.
yang berawal dari perubahan Grond Wet negeri Belanda pada tahun

Ketika IS berlaku maka tata hukum yang berlaku di Hindia Belanda adalah
masih
Ss hukum tertulis dan hukum yang tidak tertulis (hukum adat) dan sifatnya
hukum perdata. Hal tersebut tampak pada ketentuan
Tn pluralistis, khususnya

Pasal 131 IS. Namun, dari Pasal 131 (IS itu pula dapat diketahui bahwa
Ta
Belanda. Membuka kemungkinan adanya usaha untuk
Ti pemerintah Hindia
waktu itu
Gatu unifikasi hukum bagi ketiga golongan penduduk Hindia Belanda pada
163 IS. Sistem
ti (Eropa, Timur asing, dan Pribumi) yang ditetapkan dalam Pasal
golongan adalah:
21 hukum yang berlaku bagi masing-masing
yang berlaku bagi penduduk golongan Eropa sebagaimana
Ma 4. Hukum
rhasil 8 ditentukan dalam Pasal 131 IS adalah hukum perdata, hukum" pidana

material dan hukum acara.


Burgerlijk
Per dat a yan g ber lak u bag i golongan eropa adalah
Hukum yang diundangkan
(BW dan WK)
Wetboek van Koophandel
$
konkordansi: 3|
berlakunya tang gal 1 Mei 1848, dengan asas
ongan EroTop pa ialah Wetboek
yang beriaku bagi golsh
b). Hukum pidana materil
an berlakunya. tanggal 1 Jar
van Strafrecht (WvS) yang diundangk
1948 melalui S.1915:732,
am proses peradilan bagi golongan
c). Hukum acara yang digunakan dal
pr
Eropa ialah Reglement op de Burgeliik Rechtsvordering untuk
diundan
perkara perdata dan Reglement op de strafvordering yang
melalui '5:7847:52. Keduanya berlaku untuk daerah Jawa dan Mai
Susunan peradilan yang digunakan bagi golongan Eropa di Jawa dan
Madura adalah:
- dentiegerechi:
- Raad van Justitie:
- Hooggerechisthot.
dan Madura diatur dalam Rechts Regier
Peradilan di luar Jawa

Buitengewesten berdasarkan S.1927:227 untuk daerah masing-

2. Hukum yang berlaku bagi golongan pribumi (bumi putera) adalah huk
adat dalam bentuk tidak tertulis, Namun, jika Pemerintah Hindia Bela

menghendaki lain, hukum adat dapat: diganti" PR

dikeluarkan olehnya (Pasal 131 ayat (6) (5). Me.

an Paha Tee yang bertala BasI golongan pribumi adalah


yang berlaku mulai 1918 berdasarkan S.1915:732: Hukum acara pe

yang berlaku bagi golongan bumi putera untuk daerah Sea Gea
digunakan Infands Reglement (IR) dan hukum acara Sa
diatur dalam Herziene Inl
ands Reglement (HIR) be
rdasarka

10.
tanggal 21 Pebruari 1941. HIR berlaku untuk Landraad Jawa Barat, Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

Susunan peradilannya adalah:


- Districtsgerecht:
- Regentschapsgerechit:
- Landraad.

3. Hukum yang berlaku bagi golongan Timur asing adalah:

a. Hukum perdata dan hukum pidana adat mereka menurut ketentuan Pasal
11 AB, berdasarkan S.1855:79 (untuk semua golongan Timur asing):
. Hukum perdata golongan Eropa (BW) hanya bagi golongan Timur Asing
Cina untuk wilayah Hindia Belanda melalui S.1924:557, dan untuk daerah
Kalimantan. Barat berlaku BW tanggal 1 September 1925 melalui
S.1924:92:
. WVS yang berlaku sejak 1 Januari 1918, untuk hukum pidana matenil,
d..Hukum acara yang berlaku bagi golongan Eropa dan hukum acara yang
berlaku bagi golongan pribumi karena dalam praktek kedua hukum acara
tersebut digunakan untuk peradilan bagi golongan Timur Asing.
Dalam proses. penyelenggaraan peradilan di samping susunan

peradilan yang telah disebutkan di atas, masih ada lembaga-lembaga

pengadilan lain yaitu:

a). Pengadilan Swapraja:


b). Pengadilan Agama,
c). Pengadilan Militer.
sama Seirei)
2. Masa Jepang (O
ng daerah Hindia B8 elanda dibag
i menjadi 2 (c
pad a ma sa pen jaj aha n Je pa

.. yaitu: :
" 4, Indonesia: Timur di bawah kekuasaan angkatan Laut Jepang berkedudul

di Makasar,

2. Indonesia Barat di bawah kekuasaan Angkatan Darat Jepang berkedudu


di Jakaria.

Peraturan-peraturan yang diinginkan untuk mengatur pemerintah

wilayah Hindia Belanda dibuat dengan dasar Gun Seirei melalui Osamu $
Dalam keadaan darurat pemerintahan bala tentara Jepang di Hindia B

menentukan hukum yang berlaku untuk mengatur pemerintahan deni


mengeluarkan Osamu Seirei No. 1 Tahun 1942. Pasal 3 Osamu Seire
Tahun 1942 menyebutkan:
“Sem2 ua badan pemerintahan dan kekuasaannya
Aa
dari pemerintah
, hukum de dang-i
yang dulu tetap Giakui sah untuk sement : sn
.
2

bertentangan dengan peraturan pemerint ara wakai 'asal


ahan militer | “—-
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Osamu Seirei No. 1 Tahun
1942,
hukum yang mengatur pem
erintahan dan lain-lain tet
ap menggunakan

berlaku bagi semua golo


ngan sama dengan yang
ditentukan dalam Pasa
IS, dan golo ngan-golongan pe
l
nduduk yang ada
Citentukan dalam Pasal 16 adalah sama dengan
3 yg :

12
jua), 1942, untuk melengkapi peraturan yang telah ada sebelumnya. Gun Seirei

nomor istimewa Tahun 1942 dan Osamu Seirei No. 25 Tahun 1944 memuat

ikan aturan-aturan pidana yang umum dan aturan-aturan pidana yang khusus. Gun

Seirei No. 14 Tahun 1942 mengatur tentang Pengadilan di Hindia Belanda.

ikan

3. Setelah Kemerdekaan Indonesia

n di Sejarah tata hukum dan politik hukum di Indonesia sesudah tanggal 17 Agustus

sire, 1845 yakni:

nda a) Pada Masa Tahun 1945 - 1949 (18 Agustus 1945 — 26 Desember 1949)

gan N Setelah bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945,

lo: 4 maka saat itu bangsa Indonesia telah mengambil sikap untuk menentukan

nasib sendiri, mengatur dan menyusun negaranya serta menetapkan tata

Jang hukumnya, sehingga pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkaniah Undang-

gak Undang Dasar dengan sebutan UUD 1945. Bentuk tata hukum dan politik

hukum yang akan berlaku pada masa itu dicantumkan pada Pasal II Aturan
laka
Peralihan UUD 1945.
sche (
Dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menentukan bahwa:

negara dan peraturan yang ada masih langsung bertaku,


3 “segala badan

belum diadakan yang baru menurut UUD ini”. Jadi, berdasarkan


3 selama
telah ada dan berlaku pada
"3 ketentuan tersebut, maka segala peraturan yang
bala tentara Jepang,
zaman penjajahan Belanda dan masa pemerintahan
untuk mengatasi kekosongan hukum,
tetap diberlakukan. Hal itu “adalah
5
sambil menunggu produk peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah

13
Negara RI. RI. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa tata Maa bera
telah ada dan pemaha
pa Ja masa 1945-1949 adalah segaia peraturan YANG . “aja
masa Jepang berkuasa dan
pada masa penjajahan Belanda,
diberlakukan
oleh pemerintah Negara Ri
u yang dihasilkan
produk-produk peraturan bar
949.
dalam kurun waktu tahun 1945-1

—16 Agustus 1950)


pasa Masa Tahun 1949 — 1950 (27 Desember 1949

Setelah berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), berdasarkan


hasil Komfrensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, maka kemudian
berlakulah Konstitusi RIS, dan tata hukum yang berlaku adalah tata hukum

ran dinyatakan berlaku pada masa


yang terdiri dari peraturan-peratuyang
1945-1949 dan produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemeriniah

negara yang berwenang untuk itu selama kurun waktu 27-12-1949


dengan 16-8-1950, Hal ini, ditentukan oleh pemerintah negara melalui

192 Konstitusi RIS yang isinya sebagai berikut:

“Peraturan-peraturan, undang-undang dan ketentuan tata usaha yang


ada pada saat konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku tidak berubah s
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan RIS sendiri, selama
sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak
ditambah atau diubah oleh undang-undang dan ketentuan tata usah
kuasa konstitusi ini”.

C) Pada Masa Tahun 1950 - 1959 (17 Agustus 1950 — 4


Juli 1959)
Konstitusi RIS hanya berlaku selama 7 bulan 18 hari,
kemudian pada t

14:
ini' adalah tata hukum yang terdiri dari semua peraturan yang
masa

dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 142 UUDS 1950, dan ditambah

dengan peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah Negara selama kurun

waktu dari 17 Agustus 1950 sampai dengan 4 Juli 1959.

i sekarang)
d) Pada Masa Tahun 1949 — 1950 (5 Juli 1959 sampa
maka
Setelah keluarnya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959,

Yups 1950 tidak berlaku lagi, dan kembali berlaku UUD 1945 sampai
hukum yang
sekarang. Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata
tahun 1950-1959 dan
terdiri dari semua peraturan yang berlaku pada masa
Il Aturan Peralihan
dinyatakan masih berlaku berdasarkan ketentuan Pasal
uk setelah Dekrit
UUD 1945 ditambah dengan berbagai peraturan yang dibent
Presiden 5 Juli 1959.
perundang-undang yang Giatur berdasarkan
Adapun “tata urutan

MPRS. Nomor XXIMPRSI1966 jo Ketetapan MPR Nomor


Ketetapan
urutan perundang-undangan
V/MPR/M973 dan TAP No. IX/MPR/1979, tala
i berikut:
(hierarkhi perundang-undangan sebaga

a. Undang-Undang Dasar 1945.


tan Rakyar (T AP MPR).
hb. Ketetapan Majelis Permusyawara
ntah Pengganti (Undang-Undang
c. Undang-Undang dan Peraturan Pemeri
(Perpu).

d. Peraturan Pemerintah (PP).


,
e. Keputusan Presiden (Keppres)
a.
Peraturan Pelaksanaan lainny
—-

15
e
dengan Ketetapa
n MPR No. /MPR/2000 t€
Kemudian d jubah
g-undang an
ng-undanga n (hirarkhi perundan
urutan perunda a
an da la m pe mbuatan aturan h ukum di Indonesia. Selanjutny
pedom
waktu, tata urutan peraturan
dengan perjalanan
7 ayat HD Undz
am i be be ra pa kal i pe ru bahan. Menurut Pasal
mengal

sebagai berikut:
a Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahu 1945

b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Indang


Cc. Peraturan Pemerintah: 5

d. Peraturan Presiden:
Se aa
|e. Peraturan Daerah.
04
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 20
dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 201

g-undangan. Dalam Pasal7 ayat (1) UU N


disebutkan jenis dan hirarkhi peraturan peratu
dari: |
Ba as

Anda mungkin juga menyukai