Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

MELALUI MUSYAWARAH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (MGBK)

Abd. Muis
SMK Negeri 4 Jember, email: abdoel.muis@gmail.com

ABSTRAK
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal
1 ayat 6 menyebutkan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sebagai tenaga pendidik,
guru bimbingan dan konseling (BK) dituntut untuk mampu menjalankan tugasnya
secara profesional dan menguasai kompetensi sesuai dengan standar dari
pemerintah. Profesionalisme guru BK adalah kemampuan untuk menjalankan
tugas-tugas Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan menjalankan 17 aspek
kompetensi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Diperlukan wadah organisasi profesi untuk menunjang peningkatan kompetensi
ini, salah satunya adalah melalui Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling.

Kata Kunci: Kompetensi , Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling

ABSTRACT
Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System article 1
paragraph 6 states that educators are qualified educational personnel as
teachers, lecturers, counselors, tutors, instructors, facilitators and other
designations according to their specialties, and participate in organize education.
As educators, guidance and counseling teachers (BK) are required to be able to
carry out their duties professionally and master competencies according to
government standards. BK teacher professionalism is the ability to carry out
guidance and counseling tasks in sch ools by carrying out 17 competency aspects
in accordance with the Regulation of the Minister of National Education of the
Republic of Indonesia concerning Academic Qualification Standards and
Counselor Competencies. A professional organization forum is needed to support
this competency improvement, one of which is through the Guidance and
Counseling Teacher Conference.

Keywords: Competence, Guidance and Counseling Teacher Deliberation


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha dengan sadar dan terencana yang dirancang


untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kualitas pendidikan menjadi salah
satu hal yang utama. Salah satu penentu kualitas pendidikan terbaik adalah adanya
tenaga pendidik/guru yang kompeten. Sejak diberlakukannya Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas terkait
pembelajaran, seorang guru dihadapkan pada kewajiban bertindak dan bersikap
profesional. Standar yang termaktub dalam undang-undang harus terpenuhi.
Sebagai agen terdepan pelaksanaan pendidikan, kualitas dan kapabilitas
seorang guru menjadi pertaruhan. Guru membutuhkan wadah untuk mendukung
dan mengontrol kompetensi dan kualitasnya, salah satunya melalui wadah
organisasi profesi di bawah naungan dinas pendidikan yaitu Musyawarah Guru
Mata Pelajaran atau bagi guru Bimbingan dan Konseling dikenal dengan istilah
Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK).
Paradigma pendidikan senantiasa berubah. Kurikulum menyesuaikan
dengan tuntutan zaman sehingga dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling diperlukan ketepatan dalam memilih strategi dan metode pelayanan.
Peran Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) sangat penting
mengingat organisasi ini dalam setiap pertemuan membahas substansi materi BK
baik secara teoritis maupun praktis. Permasalahan yang ditemui di lapangan di
kupas tuntas dan penemuan atau inovasi terbaru dalam bidang bimbingan dan
konseling disebarluaskan. MGBK menjadi ajang untuk meningkatkan kemampuan
dan performa kinerja guru Bimbingan dan Konseling sehingga tuntutan
profesionalitas dapat terpenuhi.

PEMBAHASAN

Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan Konseling merupakan bagian dari pendidikan yang
melaksanakan proses pelayanan bantuan kepada peserta didik baik secara
perseorangan maupun kelompok agar mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan kemandirian bedasarkan norma yang berlaku (Saidah dalam Winarno,
2013). Diperlukan tenaga ahli yang telah memiliki kualifikasi kompetensi standar
seorang konselor/guru Bimbingan dan Konseling.
Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggungjawab
yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen ini
ditunjukkan dengan kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak (Majid,
2006).
Menurut Masruroh (2009) Kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai
dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas profesional. Guru BK
adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) dalam
bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan
dan Konseling, sedangkan Konselor adalah pendidik profesional yang
berkualifikasi minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan
Konseling dan telah lulus pendidikan Profesi guru Bimbingan dan Konseling.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27 Tahun 2018 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menyebutkan bahwa
guru Bimbingan dan Konseling diberikan hak kewenangan dan fungsi dalam
menjalankan 17 aspek kompetensi, yakni (1) Menguasai Teori dan Praksis
Pendidikan; (2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta
perilaku peserta didik atau konseli; (3) Menguasai esensi pelayanan Bimbingan
dan Konseling dalam jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan, (4) Beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (5) Menghargai dan menjunjung tingi
nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih; (6) Menunjukkan
integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; (7) Menampilkan kinerja
berkualitas tinggi; (8) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja;
(9) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling; (10)
Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi; (11) Menguasai konsep dan
praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli; (12)
Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling; (13)
Merancang program bimbingan dan Konseling; (14) Mengimplementasikan
program bimbingan dan Konseling yang komprehensif; (15) Menilai proses dan
hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling; (16) Memiliki kesadaran dan komitmen
terhadap etika profesional dan (17) Menguasai konsep dan praksis penelitian
Bimbingan dan Konseling.

Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK)


Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau MGMP adalah suatu wadah yang
berupa perkumpulan guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar,
Kabupaten/Kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling komunikasi, belajar
dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru
sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Winarno,
2013). Sedangkan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) adalah
forum/wadah kegiatan profesional guru-guru BK pada SMP/MTs sampai
SMA/SMK/MA yang berada pada satu wilayah Kabupaten/Kota (Sulistyowati,
2018).
Menurut Pedoman Penyelenggaraan MGMP/MGP seluruh Indonesia
(dalam Winarno, 2013) tujuan MGMP adalah mengembangkan kreativitas dan
inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru dan memperluas wawasan
serta pengetahuan guru mata pelajaran/guru pembimbing dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien, mengembangkan kultur kelas
yang kondusif sebagai tempat proses belajar yang menyenangkan, mengasyikkan
dan mencerdaskan siswa, serta membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai
mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Menurut Sulistyowati (2018), MGBK harus memiliki standar
pengembangan. Standar Pengembangan yang dimaksud adalah unsur-unsur yang
harus dimiliki oleh MGBK yang mencakup organisasi, program, pengelolaan,
sarana dan prasarana, sumber daya manusia, pembiayaan, dan penjaminan mutu.
Lebih lanjut Sulistyowati menegaskan selain aspek Standar Pengembangan juga
diperlukan Standar Operasional Penyelenggaraan.
Standar Program
Standar Pogram meliputi 5 hal yaitu: (1) Penyusunan program MGBK.
Langkah ini dimulai dengan menyusun visi, misi , tujuan, beserta kalender
kegiatan; (2) Program MGBK yang telah disusun diketahui oleh Ketua MKKS
(Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) dan disyahkan oleh Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota; (3) Program MGBK terdiri dari program rutin dan
program pengembangan; (4) Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari: a.
Diskusi permasalahan pembelajaran atau BK. b. Penyusunan program semester,
dan Rencana Program BK; c. Analisis kurikulum. d. Penyusunan instrumen
evaluasi BK; e. Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional.
(5) Program pengembangan dapat dipilih sekurang-kurangnya tiga dari kegiatan-
kegiatan berikut: a. Penelitian; b. Penulisan Karya Tulis Ilmiah. c. Seminar,
lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel; d. Pendidikan
dan Pelatihan berjenjang (diklat berjenjang), e. Penerbitan jurnal MGBK; f.
Penyusunan website MGBK; g. Forum MGBK provinsi; h. Kompetisi kinerja
guru; i. Peer Coaching; j. Lesson Study; k. Professional Learning Community; l.
TIPD (Teachers International Professional Development ; m. Global Gateway.
Standar Organisasi
Menurut Sulistyowati (2018), Standar organisasi meliputi: (1) MGBK
terdiri dari: pengurus, anggota, SK pengesahan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, dan mempunyai AD/ART. (2) Pengurus MGBK terdiri dari:
Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Bidang, dipilih oleh anggota berdasarkan
AD/ART; (3) Anggota MGBK terdiri dari guru mata pelajaran dan BK di
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SLB/MALB yang anggotanya berasal dari 8-
10 sekolah dan direkrut dengan prosedur tertentu. Untuk daerah terpencil
anggotanya bisa terdiri dari 3 hingga 5 sekolah.
Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan meliputi (1) Pengelolaan keseluruhan program
MGBK menjadi tanggung jawab penuh ketua MGBK; (2) Pelaksanaan masing-
masing program dilakukan oleh panitia yang dipimpin oleh seorang penanggung
jawab berdasarkan surat keputusan ketua MGBK; (3) Pelaksanaan masing-masing
program berpedoman pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh
pengurus MGBK; (4) Panitia membuat proposal kegiatan yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, dan pelaporan kegiatan; (5) Pengurus
memantau dan mengevaluasi kegiatan.
Standar Sumber Daya Manusia
Standar Sumber Daya Manusia meliputi (1) Pendidik yang menjadi
pembina kegiatan MGBK harus memiliki kriteria: a.Memiliki kualifikasi
akademik sekurang-kurangnya S1; b. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun; c. Memiliki keahlian yang relevan dengan materi
yang disampaikan; (2) Pendidik pada butir 1 dapat terdiri dari: Instruktur, guru
Inti, Pemandu/tutor, Pengawas, Kepala Sekolah, Widyaiswara, Dosen, Pejabat
struktural maupun non struktural Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota,
Pejabat Struktural maupun non struktural Departemen dan Tim Pengembang.
Standar Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di setiap MGBK sekurang- kurangnya
adalah: a. Ruang/Gedung untuk kegiatan MGBK; b. Komputer; c. Media
Pembelajaran; d. OHP/LCD Proyektor; e. Telepon dan Faximile. Adapaun Sarana
dan prasarana tambahan yang tersedia sekurang-kurangnya terdiri dari tiga daftar
berikut: a. Laboratorium IPA. b. Laboratorium Bahasa. c. Laboratorium Micro
Teaching; d. Perpustakaan; e. Audio Visual Aids (AVA). f. Handy Cam dan
kamera digital; g. Internet; h. Davinet (Digital Audio Visual Network).
Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah sebagai berikut: (1) Pembiayaan kegiatan
MGBK mencakup sumber dana, penggunaan, dan pertanggungjawaban; (2)
Sumber Dana kegiatan MGBK dapat terdiri dari: a. Iuran anggota/sekolah; b.
Dinas Pendidikan Propinsi atau kabupaten/kota; c. Departemen; d. Donatur. e.
Unit produksi. f. Hasil kerjasama. g. Masyarakat. h. Sponsor yang tidak mengikat
dan sah. (3). Dana MGBK hanya dapat digunakan untuk membiayai: a. Program
rutin. b. Program pengembangan. (4) Pertanggungjawaban keuangan MGBK
mengacu pada sistem pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Standar Penjaminan Mutu
Standar Penjaminan Mutu MGBK meliputi (1) Kesesuaian antara standar
dengan pemenuhannya; (2) Data penjaminan mutu diperoleh melalui pemantauan
dan evaluasi; (3) Pelaksanaan penjaminan mutu diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART); (4) Laporan meliputi substansi kegiatan dan administrasi
disampaikan kepada ketua MGBK, ketua MKKS, dan Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.

Peningkatan Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling melalui MGBK


Menurut Koeswara dan Halimah (2008) pengembangan profesi dapat
dilakukan dengan melalui Program-program penataran atau Kursus-kursus,
Pengembangan secara mandiri/Self Development, Kegiatan-kegiatan Ilmiah,
Pendekatan terapan, Diversifikasi Keaktaan tenaga Kependidikan dan
Pendidikan lanjutan.
Setelah seorang sarjana bekerja menjadi guru di sebuah lembaga maka
peningkatan kompetensi diperoleh melalui pembinaan dari Kepala sekolah,
pengawas, Kepala Dinas dan rekan sejawat tempat guru bekerja. Selanjutnya
peningkatan kompetensi bisa dilakukan secara mandiri dengan melakukan
kegiatan telaah kepustakaan yang relevan dan terbaru, pemanfaatan media, atau
kolaborasi dengan narasumber yang kompeten. Seorang guru juga bisa melakukan
peningkatan kompetensi dengan mengikuti kegiatan ilmiah seperti aktif dalam
forum ilmiah, seminar, lokakarya, kongres, konvensi.
Dalam pelaksanaan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling,
peningkatan kompetensi bisa dilakukan dengan pendekatan terapan secara
metodis praktis dengan saling tukar informasi, berbagi pengetahuan praksis
konseling bersama rekan sejawat, melakukan pengembangan media BK,
pengembangan modul layanan, pengembangan kemampuan komunikasi konseling
dan berbagai topik terkait pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Berikut adalah kegiatan yang bisa dilakukan dalam Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling dalam rangka meningkatkan kompetensi anggotanya:
a. Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Pelatihan/workshop tentang penguasaan landasan teoritik dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, diskusi perencanaan pelayanan peminatan dan
perencanaan individual, Pelayanan studi lanjut dan karier, isu terkini dalam
dunia pendidikan terkait perkembangan peserta didik.
b. Peningkatan Kompetensi Kepribadian
Pelatihan tentang Keterampilan dasar komunikasi konseling, Public speaking,
membahas contoh studi kasus, pembahasan kasus/peristiwa psikologis yang
sedang in/aktual, tukar informasi penanganan kasus di sekolah.
c. Peningkatan Kompetensi Sosial
Peningkatan pemahaman kode etik ABKIN terbaru, sharing informasi terkait
kerjasama dengan pihak luar, pendaftaran kolektif anggota ABKIN,
mengadakan studi tiru ke MGBK lain, Meningkatkan kerjasama dan jiwa
kepemimpinan melalui outbond.
d. Peningkatan Kompetensi Profesional
Mengadakan pelatihan penyusunan asesmen/instrumen pengukuran psikologis,
bedah Panduan Operasional Penyelenggaraan BK dan Peraturan Menteri terkait
pelayanan Bimbingan dan Konseling, Melaksanakan diskusi-brain strorming
terkait analisis SWOT dalam penyusunan program Bimbingan dan Konseling,
berlatih menyusun evaluasi dan pelaporan pelayanan Bimbingan dan
Konseling, Inovasi Pelayanan, Penggunaan IT dalam layanan BK, berlatih
menyusun format BK dan Rencana Pelaksanaan Layanan, Mengadakan
pelatihan karya tulis ilmiah, membuat Penelitian Tindakan Kelas Bimbingan
dan Konseling (PTBK) serta mempublikasikannya.

SIMPULAN

Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) sangat dibutuhkan


sebagai sarana untuk menempa dan meningkatan kompetensi Guru Bimbingan
dan Konseling. Kegiatan MGBK berupa peningkatan pengetahuan dan
penguasaan keterampilan terkait pelayanan bimbingan dan konseling. Organisasi
profesi guru Bimbingan dan Konseling yang dikelola secara profesional akan
memberikan kontibusi dan dampak positif pada peningkatan kompetensi
pedagogik, sosial, kepribadian dan professional. MGBK juga efektif sebagai
media mengimbaskan ilmu yang diterima melalui jalur diseminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Koswara, d. Deni & Halimah. 2008. Seluk-Beluk Profesi Guru.


Bandung:PT Pribumi Mekar.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Masuroh, Siti. 2009. Kompetensi Guru. Tersedia online di


http://sitimasruroh.blogspot.com.
_______. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27 Tahun 2018
tentang Standar Kualifikasi akademik dan Kompetensi Konselor

Sulistyowati, M.D.R. 2018. Pengelolaan MGBk dalam Meningkatkan


profesionalisme Guru Bimbingan dan Konseling SMA/MA. Jurnal Media
Managemen Pendidikan Volume 1 No. 2 Oktober 2018.

_____. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan


Nasional.

Winarno, A & Prihartini, N. 2013. Peranan Musyawarah Guru


Pembimbing (MGP) dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pembimbing SMP
Kabupaten Boyolali. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 14, No 1, Februari 2012,
hal 71-84.

Anda mungkin juga menyukai