Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya memahami kandungan Al-Qur’an, maka tafsir merupakan salah satu
jalannya. Tafsir sebagai metode pengetahuan akan menghasilkan pengetahuan-
pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an. Pengetahuan yang diperoleh tersebut
tidak hanya merupakan pengetahuan normatif yang berfungsi mengatur kehidupan
manusia dan harus diikuti oleh manusia, tetapi juga merupakan pengetahuan
eksplanatif yang berfungsi menjelaskan ke Allah Swt, dan masalah-masalah
kealaman. Al-Qur’an sebagai gudang pengetahuan, dalam sederetan ayat-ayatnya
senantiasa memerintahkan umat manusia untuk menuntut bukan secara kebetulan
kalau ayat pertama dari Al-Qur’an yang diturunkan adalah iqra’.
Secara implisit dapat dipahami bahwa Al-Qur’an menghendaki umat manusia
agar senantiasa membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi rabbik, dalam arti
bermanfaat bagi manusia dan untuk kemanusiaan. Allah SWT juga menjanjikan akan
menempatkan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan pada derajat yang lebih
tinggi. Penghargaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang senantiasa
menuntut ilmu ini, sangat luar biasa.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian ilmu menurut alquran ?
2. Bagaimana klasifikasi ilmu menurut alquran ?
3. Bagaimana kemuliaan orang-orang yang berilmu menurut alquran ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian ilmu menurut al quran

Kata ilmu (Á¼§) yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam dan mīm diartikan sebagai segala sesuatu yang
menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki keistimewaan.11 Kata ilmu yang berasal dari bahasa
Arab terdiri atas beberapa arti dasar, yakni mengetahui, mengenal memberi tanda dan petunjuk. Ia
merupakan bentuk maṣdar dari kata ‘alimaya’lamu-‘ilman, yang berantonim dari makna nāqid al-jahl
(tidak tahu).

Sedangkan terminologi ilmu dalam alQur’an setidaknya mengandung empat pengertian,18 yakni:

1. Pengetahuan yang dinisbatkan kepada Allah Swt. Jenis ini hanya dapat diketahui oleh Allah Swt.
sendiri.Keberadaan pengetahuan ini disebut dalam QS. Hud [11]: 14: æÆòCäË êÉú¼»A êÁô¼ê¨êI
ä¾êlæÃóC BäÀìÃòC AÌåÀò¼æ§Bä¯ æÁå¸ò» AÌåJÎêVäNænäÍ æÁò» æÆêHä¯
ÆæÌåÀê¼ænå¿ æÁåNæÃòC æ½äÈä¯ äÌåÇ ìÜêG äÉò»êG òÜ Jika mereka yang kamu seru itu tidak
menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): ‘Ketahuilah, sesungguhnya al-
Qur›an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Allah swt selain Dia, maka
maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?’

2. Pengetahuan yang diwahyukan Allah kepada para Nabi dan utusan-Nya. Pengetahuan seperti ini
bersifat khusus dan dalam eksistensinya tertuang ke dalam kitab suci dan ajaran para rasul-Nya.
Misalnya QS. Al-Baqarah [2]: 145: êÁô¼ê¨ô»A äÅê¿ äºäÕBäU Bä¿ äfæ¨äI æÅê¿ æÁåÇäÕAäÌæÇòC
äOæ¨äJìMA êÅê×ò»äË... äÅÎêÀê»Bú¤»A äÅêÀä» AçgêG ä¹ìÃêG

… dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.

3. Pengetahuan yang disandarkan kepada malaikat yang diberikan Allah swt, yang hakekatnya hanya
Allah sendiri yang tahu. Hal ini disebutkan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 32: åÁÎê¼ä¨ô»A äOæÃòC ä¹ìÃêG
BäÄäNæÀú¼ä§ Bä¿ úÜêG BäÄò» äÁô¼ê§ òÜ ä¹äÃBäZæJåm AÌó»Bä³ åÁÎê¸äZô»A Mereka menjawab:
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

4. Pengetahuan yang dimiliki manusia seperti yang terkandung dalam Q.S. al-Qaṣaṣ [28]:
78: ...ÐêfæÄê§ ëÁô¼ê§ Óò¼ä§ åÉåNÎêMËóC BäÀìÃêG ä¾Bä³ Karun berkata: “Sesungguhnya aku
hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”
2. Klasifikasi ilmu menurut al quran
para mufassir berbeda-beda dalam mengklasifikasikan ilmu. Ada yang berpendapat bahwa
ilmu terdiri atas dua, yakni ilmu nazari dan ilmu ‘amali. Yang pertama, yaitu ilmu yang sudah
cukup dengan mengetahuinya tanpa harus mengamalkannya, seperti mengetahui adanya
makhluk hidup di dalam sebuah genangan air. Yang kedua, yaitu ilmu yang tidak cukup
hanhya dengan mengetahuinya saja, tetapi harus dengan diamalkan; seperti ilmu tentang
ibadah kepada Allah swt.
Terlepas dari pengklasifikasian ilmu sebagaimana yang disebutkan di atas, maka dalam
pandangan penulis bahwa ilmu dalam Al-Qur’an pada dasarnya terklasifikasi atas dua jenis.
Pertama, ilmu yang diperoleh melalui proses belajar (al-‘ilm kasbiy). Kedua, ilmu yang
merupakan anugerah Allah (tanpa proses belajar) yang sering disebut dengan istilah ilmu
ladunniy.
1. Ilmu Kasbiy Ilmu kasbiy, yakni pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber dari luar
dirinya melalui pengalaman hidup ataupun dengan usaha yang disengaja. Macam yang
pertama misalnya adalah pengetahuan lingkungan hidup yang merupakan bagian dari
kehidupan manusia seperti matahari yang terbit di Timur dan terbenam di Barat. Bentuk
yang lebih kompleks adalah pengetahuan atau budaya yang diwarisi secara tidak disadari.
Sedang macam kedua misalnya adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan usaha-
usaha belajar, mendengar keterangan atau membaca dari tulisan-tulisan yang ada, dan
dalam bentuk kompleks adalah yang diperoleh dengan penelitian.27 Paradigma ilmu kasbiy
ini adalah firman Allah dalam QS. al-Alaq (96) : 1-5, yakni : ù&t ø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ
z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï% © !$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}
$# zΟ ¯ =tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ ¯ =tæ “Ï% © !$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š /u‘uρ ∩∈∪
÷Λs>÷ètƒ Terjemahnya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat di atas, mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat
tersebugt Allah swt. memerintahkan Nabi saw. agar membaca. Sedangkan yang dibaca itu
obyeknya bermacam-macam. Yaitu ada yang berupa ayat-ayat yang tertulis (ayah al-
qur’aniyah), dan dapat pula ayatayat Allah swt. yang tidak tertulis (ayah al-kawniyah).
2. Ilmu Ladunny Ilmu ladunny adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses
belajar. Paradigma ilmu ladunny ini adalah firman Allah dalam QS. al-Kahfi (18) : 65, yakni :
ÏΒ çµ≈oΨ÷Κ ¯ =tæuρ $tΡωΖÏã ôÏiΒ Z πyϑômu‘ çµ≈oΨ÷ s?#u !$tΡÏŠ$t6Ïã ôÏiΒ #Y ‰ö6tã
#y‰y`uθsù $Vϑù=Ïã $ ¯ Ρà$ © ! Terjemahnhya : Lalu mereka bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
kami, dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Dalam pandangan penulis bahwa ilmu ladunny ini, adalah pengetahuan limpahan, misalnya
ilham atau berupa.
3. kemuliaan orang-orang yang berilmu menurut alquran
Dalam sederetan ayat Al-Qur'an dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang termulia.32
Faktor kemuliaan manusia disebabkan ia memiliki ilmu pengetahuan, dan karena demikian
sehingga malaikat pun bersujud di hadapan Adam.
Bagi keturunan Adam yang berilmu itu, dijanjikan oleh Allah pada derajat yang lebih tinggi.
Dalam QS. al-Mujadalah (58) : 11, Allah berfirman : ; M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t Ï%
© !$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ% © !$# ª !$# Æìsùö tƒ Terjemahnya : ... Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
maka dapat dirumuskan bahwa orang yang beriman tidak diangkat derajatnya bilamana ia
tidak berilmu. Demikian pula sebaliknya, orang yang berilmu tidak diangkat derajatnya bila ia
tidak beriman. Karena itu, ilmuan yang diangkat derajatnya yang dimaksud dalam ayat
tersebut adalah mereka memiliki spiritualitas keagamaan yang tinggi.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasar pada uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu
dalam perspektif Al-Qur'an adalah "pengetahuan dan atau pengenalan yang jelas terhadap
suatu obyek sesuai dengan keadaannya". Karena itu, dalam pandangan Al-Qur'an, seseorang
yang menjangkau sesuatu dengan benaknya tetapi jangkauannya itu masih dibarengi oleh
sedikit keraguan, maka tidak dapat dinamai "mengetahui apa yang dijangkaunya itu". Ilmu
dalam Al-Qur'an terklasifikasi atas dua jenis. Pertama, ilmu yang diperoleh melalui proses
belajar dengan istilah al-ilm kasbiy. Kedua, ilmu yang merupakan anugerah Allah (tanpa
proses belajar) yang sering disebut dengan istilah ilmu ladunny. Ilmu dalam klasifikasi
pertama, adalah pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber dari luar dirinya melalui
usaha yang disengaja. Sedangkan ilmu dalam klsifikasi kedua, disebut pula ilmu wahabiy
yakni pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber dari luar dirinya sebagai pemberian
Tuhan kepadanya yang disebut dengan wahyu bagi nabi/ rasul-Nya dan ilham bagi hamba
pilihan-Nya. Al-Qur'an memberikan kedudukan lebih tinggi kepada orang yang berilmu,
berupa derajat yakni kemuliaan dan atau keutamaan yang diraihnya, baik di dunia maupun
di akhirat kelak. Orang berilmu dimaksud disini menurut Al-Qur'an adalah ulul al-ilm, al-
rasikhun fi al-'ilm, al-alimun, al-ulama, ulu albab, yakni orang-orang yang berilmu sekaligus
juga ia beriman. Dengan kata lain, lorang berilmu yang diangkat derajatnya adalah mereka
yang dapat mengantarkan dirinya kepada amal shaleh (karya yang bermanfaat).

Anda mungkin juga menyukai