Oleh
1.Adela Julianda
2.Sona Norana Kurnia ilahi
3.Tiara Bayulisma Lorita
4.Annisa Abdya Pramesti
5.Rosa sri andari Saragih
6.Maharani Wulandari
7.Marsella Gusnefa
IlMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdullah kehadirat Allah SWT.,karena atas ridho-
nya lah tugas ini dapat terselesaiakn sesuai waktu yang telah diselesaikan. tidak lupa pula kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW serta parah umatnya yang sampai akhir zaman. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih sebesar besarnya kepada Dosen kami yakni Dr.
Emilia kontesa SH,M.Hum dan Nur Sulistio Budi Ambarani SH,M.H selaku dosen mata kuliah
pengantar ilmu hukum yang telah memberikan tugas kepada kami ,dan teman-teman yang telah
membantu menyelesaikan
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarna
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki ,oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran dan serta masukan. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan pembaca.
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu hukum terdapat asas yang menganggap semua orang tanpa
terkecuali mengetahui hukum yang dikenal sebagai Asas Fictie Hukum atau Fiksi
Hukum
Oleh karena itu, penulis memiliki ketertarikan untuk megetahui, lebih dalam
apa itu asas fiksi hukum, Kaitan antara asas fiksi hukum dengan pencemaran nama
baik, apa yang menjadi penyebab kasus pencemaran nama baik, dasar eksistensi
apa yang memuat hukuman karena perbuatan Penghinaan itu, dan bagaimana
solusi memberi pemahaman asas fiksi hukum terhadap masyarakat awam yang
tidak tahu tentang hukum
B. Adapun rumusan masalah yang akan di ulas oleh penulis sebagai berikut;
1.Apa yang di maksud asas fiksi hukum?
2.Kaitan asas fiksi hukum dengan pencemaran nama baik?
3.Hukuman apa yang di berikan atas pencemaran nama baik yang mengatakan
body shamming ?
4.Bagaimana memberi solusi tentang pemahaman asas fiksi hukum pada kasus
pencemaran nama baik / penghinaan yang mengatakan bodi shamming ?
C. Tujuan
1.Mengetahui apa itu asas fiksi hukum dan kaitan nya pada pencemaran nama
baik/penghinaan.
2.Mengetahui Hukuman yang di berikan jika melakukan pencemaran nama baik
terhadap seseorang
3.Mengetahui solusi pemahaman pada kasus pencemaran nama baik yang
mengatakan body shamming.
II
PEMBAHASAN
Peraturan hukum tidak hanya seonggok kertas tak bernyali, akan tetapi suatu
peraturan yang dapat diimplementasikan, tanpa terkecuali. Disinilah peran
lembaga pembuat peraturan hukum tidak hanya sekedar pada mekanisme
perumusan suatu peraturan saja, tetapi juga memastikan bahwa peraturan tersebut
dapat diketahui oleh masyarakat, tanpa terkecuali. Mekanisme inilah yang biasa di
sebut dengan mekanisme pengundangan, suatu mekanisme agar aspek publisitas
dari suatu peraturan dapat terpenuhi. Mekanisme pengundangan inilah yang
menjadi perkembangan dari suatu teori penting dalam ilmu hukum yaitu teori fiksi
hukum yang pertama kali dikenalkan oleh Van Apeldoorn.
Adapun yang dimaksud dengan fiksi hukum adalah asas yang menganggap
semua orang tahu hukum (presumptio jures de jure). Semua orang dianggap tahu
hukum, tak terkecuali warga masyarakat yang tinggal di pedalaman dan terluar
yang tidak mengenyam pendidikan. Dalam bahasa Latin dikenal dengan adagium
ignorantia jurist non excusat, ketidaktahuan hukum tidak bisa dimaafkan.
Seseorang tidak bisa mengelak dari jeratan hukum dengan berdalih belum atau
tidak mengetahui adanya hukum dan peraturan perundang-undangan tertentu.
Berlakunya asas Fiksi Hukum adalah ketika syarat-syarat mutlak penerbitan
peraturan perundang-undangan tersebut telah dipenuhi, sebagai contoh untuk
berlakunya Undang-Undang (UU) adalah ketika diundangkan dalam Lembaran
Negara (LN) oleh Menteri / Sekretaris Negara. Tanggal mulai berlakunya suatu UU
adalah berdasarkan tanggal yang ditentukan dalam UU itu sendiri. Jika tanggal
berlakunya itu tidak disebutkan dalam UU, maka UU itu mulai berlaku 30 hari
sesudah diundangkan dalam LN. untuk Jawa dan Madura, dan untuk daerah daerah
lainnya baru berlaku 100 hari setelah pengundangan dalam LN. Sesudah syarat
tersebut dipenuhi, maka setiap masyarakat sudah dianggap mengetahui peraturan
atau undang-undang tersebut.
Fiksi Hukum diatur lebih lanjut dalam Putusan MA No. 645K/Sip/1970 dan
Putusan MK No. 001/PUU-V/2007 keduanya memuat prinsip yang sama yaitu
“ketidaktahuan seseorang akan undang-undang tidak dapat dijadikan alasan
pemaaf” serta Putusan MA No. 77 K/Kr/1961 yang menegaskan “tiap-tiap orang
dianggap mengetahui undang-undang setelah undang-undang itu diundangkan
dalam lembaran negara”. Beberapa ilustrasi yang berkaitan dengan asas Fiksi
hukum salah satunya yang coment di media sosial body shamming yang termasuk
penghinaan melalui media sosial.
Di era digital seperti saat ini, kasus pencemaran nama baik banyak sekali
ditemukan, khususnya melalui media sosial ataupun media digital lainnya. Pada
artikel kali ini, Libera akan menjelaskan lebih detail mengenai hukum dan kasus
pencemaran nama baik melalui media digital.Sebelum masuk ke dalam penjelasan
mengenai kasus pencemaran nama baik, Anda harus memahami unsur dari
pencemaran nama baik secara umum, yaitu:
Kedua, terkait ribet dan riwehnya pengaturan hukum dalam suatu peraturan
perundang-undangan. Bahasa dalam pasal-pasal yang terlalu kaku, kadang sulit
dimengerti. Materi yang terlalu banyak, kadang suka gak sinkron, malah bikin
masyarakat yang baca jadi sulit untuk memahami isi peraturan perundang-
undangan dengan baik. Belum lagi undang-undang di Indonesia banyak pake
banget, ini juga jadi masalah yang bikin asas fiksi hukum terasa mengikis nilai
keadilan. Hukum Dikaitkan dengan aksesibilitas masyarakat terhadap peraturan
perundang-undangan yang sangat minim,jangan sampai aparat penyelenggara
negara menjebak atau membiarkan saja. Sebab, para penyelenggara negara bisa
mengingatkan masyarakat. Dalam konteks korupsi, lembaga seperti KPK, Jaksa
Agung, Kapolri, BPK dan BPKP bisa mengingatkan atau mencegah jangan sampai
ada yang melakukan korupsi. Fiksi hukum sejatinya membawa konsekwensi bagi
Pemerintah. Setiap aparat pemerintah berkewajiban menyampaikan adanya hukum
atau peraturan tertentu kepada masyarakat. Kalau warga yang tak melek hukum
lantas diseret ke pengadilan padahal ia benar-benar tak tahu hukum, aparat
penyelenggara negara juga mestinya ikut merasa bersalah. Dan masyarakat juga
harus berhati-hati dalam Melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya
tindak pidana. Serta pemerintah juga harus memberi sosialisasi tentang asas fiksi
hukum agar masyarakat tidak terjebak dalam tindak pidana tersebut.
.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
fiksi hukum adalah asas yang menganggap semua orang tahu hukum
(presumptio jures de jure). Semua orang dianggap tahu hukum, tak terkecuali
warga masyarakat yang tinggal di pedalaman dan terluar yang tidak mengenyam
pendidikan. Salah satu ilustrasi yang berkaitan dengan asas Fiksi hukum salah
satunya yang coment di media sosial body shamming yang termasuk penghinaan
melalui media sosial,maka tersangka tersebut akan dilakukan tindak pidana
terhadap dirinya ia tidak bisa mengelak bahwasanya ia tidak tau hukum.melakukan
coment body shamming tersebut secara verbal, langsung ditujukan kepada
seseoran akan dikenakan Pasal 310 KUHP denagn ancaman hukumannya 9 bulan
penjara. maka solusi bagi masyarakat awam yang tidak mengetahui asas fiksi
hukum adalah dengan kewajiban pemerintah untuk memberikan penyampaia
adanya hukum atau peraturan tertentu kepada masyarakat. Perlu dikencangin lagi
sosialisasi lewat media cetak, media elektronik, workshop, konfrensi pers, seminar
atau kegiatan lain dengan lebih masif. agar masyarakat tidak semena mena
terhadap aturan perundangan undangan di Indonesia yang telah diganti.
2. Saran