Anda di halaman 1dari 3

Nama : - Yonata Lindi Ferdina 2010811093

- Vira Puspita Arifiani 2010811043

2. Paradigma ilmu tidak bebas, nilai, ddan paradigma ilmu bebas nilai

 Paradigma Ilmu
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu terikat
nilai/ ilmu takbebas nilai (value bound).
 Paradigma ilmu bebas nilai

Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom
tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua
kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu
sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu itu sendiri. Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-
kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa
ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious,
cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan
di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan
d. ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal. Dalam pandangan ilmu yang
bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut
untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan
lingkungan.

Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh
pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan
alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa
memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya,
ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai
menganggap nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu. Ilmu
pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai – nilai yang letaknya di luar ilmu
pengetahuan, hal ini dapat juga di ungkapkan dengan rumusan singkat bahwa ilmu
pengetahuan itu seharusnya bebas. Maksud dari kata kebebasan adalah
kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak subyek bersangkutan untuk
memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan, harus ada penentuan diri dan bukan
penentuan dari luar. Jika dalam suatu ilmu tertentu terdapat situasi bahwa ada
berbagai hipotesa atau teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka
sudah jelas akan di anggap suatu pelanggaran kebebasan ilmu pengetahuan, bila
suatu instansi dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima. Menerima
teori berarti menentukan diri berdasarkan satu – satunya alasan yang penting
dalam bidang ilmiah, yaitu wawasan akan benarnya teori. Apa yang menjadi
tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini mecapai pemenuhannya. Dengan demikian
penentuan diri terwujud sunguh – sungguh.Walaupun terlihat dipaksakan, namun
penentuan diri ini sungguh bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan alasan –
alasan yang kurang dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan
sepenuhnya tentang kebenaran. Tokoh sosiologi, Weber menyatakan bahwa ilmu
sosial harus bebas nilai, tetapi ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang relevan.
Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti
mengajar dan menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-bagian
praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan atau rasional. Tanpa
keinginan melayani kepentingan segelintir orang, budaya, maka ilmuawan sosial
tidak beralasan mengajarkan atau menuliskan itu semua. Suatu sikap moral yang
sedemikian itu tidak mempunyai hubungan objektivitas ilmiah. Dengan bebas nilai
kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada setiap kegiatan ilmiah
atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang mendukung bebas
nilai ilmu pengetahuan akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang
khusus yang diwujudkan ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung tinggi
sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar secara murni dan semua nilai lain
dikesampingkan.

 Paradigma ilmu tidak bebas nilai

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat
dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.
Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan
nilai-nilai yang lainnya. Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond,
yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin
bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingankepentingan. Dia juga
membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;

a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-
analitis. Ilmu ini

menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan


untuk kepentingankepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori
yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat
teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
untuk mengelola dunia atau alamnya.
b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena
tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami
manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek
kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi,
sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.
c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan
mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat
dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan
dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia. Ilmu
yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai
dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak
mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik,
ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Samekto, Riyo. "KAJIAN TENTANG “BEBAS NILAI” ILMU PENGETAHUAN DIPANDANG DARI
SISI FILSAFAT ILMU DAN TEORI KUANTUM."
SAMEKTO, Riyo. KAJIAN TENTANG “BEBAS NILAI” ILMU PENGETAHUAN DIPANDANG
DARI SISI FILSAFAT ILMU DAN TEORI KUANTUM.

Anda mungkin juga menyukai