Anda di halaman 1dari 3

Apakah Ilmu Bebas Nilai atau Terikat Nilai?

Aufiya Ilhamal Hafizh (NIM 17019013)


Sumber rujukan :
1) Jurnal Internasional G.L. Eberlein, Value Free v. Value Conscious Social Sciences
(Springer, 1988) DOI : 10.1007%2F978-94-009-3895-3_6
2) Kowalik. Why science cannot be value-free: understanding the rationality and
responsibility of science (Sci Eng Ethics, 2010) DOI : 10.1007/s11948-009-9128-3

Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu
merupakan pengetahuan, namun ia bersifat pasti, eksak atau sudah terbuktikan kebenarannya,
berdasarkan kenyataan, dan tersusun baik. Menurut Guston Buchelard, ilmu pengetahuan adalah
suatu produk pemikiran manusia yang menyesuaikan antara hukum dan sistematika pemikiran
dengan dunia luar. Adapun maksud ilmu pengetahuan sebagai suatu produk ialah pengetahuan
yang telah diketahui, dibuktikan atau diujikan, serta diakui kebenarannya oleh para ilmuwan.

Kemudian yang dimaksud dengan nilai adalah, ukuran dari segala sesuatu, atau sesuatu yang
dimiliki manusia untuk mempertimbangkan tentang apa yang dinilai. Menurut Stephen P.
Robbins (1997), nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau
keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan
akhir yang berlawanan. Berkaitan dengan filsafat ilmu, nilai bisa bersifat objektif, bisa juga
subjektif. Mengapa objektif, karena nilai bergantung pada objek penelitian. Sementara nilai dapat
bersifat subjektif jika subjek yang melakukan penelitian berperan dan memberi penilaian dalam
penelitian tersebut. Nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan manusia.

Lalu, apakah ilmu bebas nilai atau terikat nilai? Untuk menjawabnya, pertama-tama, ada baiknya
kita mengetahui terlebih dahulu, apa itu ilmu bebas nilai dan ilmu terikat nilai. Ilmu bebas nilai
atau value free, menyatakan bahwa ilmu bersifat otonom, berdiri sendiri dan terlepas dari
keterikatan dengan nilai-nilai. Ilmu bebas nilai berarti sebuah ilmu bersifat independen. Ilmu
bebas nilai disebut juga sains netral, karena ilmu yang bebas nilai tidak memihak pada satu nilai
tertentu.
Oleh karena itu, perkembangan ilmu berlangsung dengan cepat. Para ilmuwan dan peneliti dapat
mengembangkan penelitian keilmuan mereka secara leluasa. Kelompok kajian pada ilmu bebas
nilai adalah ilmu eksak atau ilmu pasti (ilmu alam). Ilmu alam dapat dikaji lebih dalam dan tidak
terbatas.
Ilmu alam termasuk ilmu bebas nilai, karena dikembangkan melalui eksplorasi serta bersifat
dinamis. Ilmu yang bebas nilai dapat dikembangkan seluas-luasnya. Dalam pandangan ilmu yang
bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan
ilmu itu sendiri.
Menurut Josef Situmorang, setidaknya ada tiga factor mengapa ilmu bersifat bebas nilai, antara
lain sebagai berikut.
1. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu
harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan
social.
2. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sini
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Ilmu-ilmu alam bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara
empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu
ini disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang
bersifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk
mengelola dunia atau alamnya.

Sementara, ilmu yang terikat nilai atau tidak bebas nilai merupakan ilmu yang dikembangkan
dengan mempertimbangkan nilai tertentu, sehingga tidak dapat dikaji secara lebih luas. Ilmu
yang terikat nilai pokok kajiannya cenderung lebih sempit dan statis (berjalan di tempat). Hal ini
yang kemudian menyebabkan perkembangan ilmu menjadi terhambat dan terhalangi oleh
pertimbangan akan nilai-nilai yang ada. Jika sains bersifat terikat nilai, maka penelitian dan
pengembangan akan ilmu dibatasi oleh nilai-nilai. Ilmu yang terikat nilai tidak terlepas dari nilai-
nilai ekonomis, sosial, religious, dan lain sebagainya. Kelompok kajian pada ilmu yang terikat
nilai adalah ilmu sosial.
Ilmu sosial bertujuan agar memahami manusia sebagai sesamanya, dan memperlancar hubungan
sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi,
sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuan ini adalah pemahaman makna.

Dalam pandangan Habermas, jelas sekali bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk kepentingan-
kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia dan alam, manusia dan manusia,
manusia dan nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu itu terkait dengan nilai,
maka ilmu itu sendiri tidak mungkin bekerja terlepas dari nilai.

Nilai merupakan ruh dari ilmu, ilmu bukan apa-apa jika tanpa nilai. Maka, ilmu itu bebas nilai
dalam pengembangan, penemuan, dan penelitiannya, namun terikat nilai dalam penerapannya.

Anda mungkin juga menyukai